1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban dunia semakin hari berkembang menuju modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga bertransformasi senantiasa dalam mengikuti bentuk-bentuk perkembangan yang semakin zaman dan canggih dan beranekaragam. Salah satu tindak pidana yang sekarang fenomenal dan sangat merugikan negara adalah masalah korupsi. Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dijumpai disetiap bidang kehidupan masyarakat baik dibidang ekonomi, hukum, sosial budaya maupun politik. Fakta adanya sejarah membuktikan bahwa hampir setiap negara dihadapkan pada masalah korupsi. (Evi Hartanti, 2005: 24). Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 pasal 2 ayat (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan yang saat ini dirasakan semakin pesat perkembangannya seiring dengan semakin maju pembangunan suatu bangsa, maka semakin meningkat pula kebutuhan dan mendorong untuk melakukan korupsi (Andi Hamzah, 2005: 1). Berbagai macam bentuk korupsi yang telah terjadi di Indonesia misalnya : korupsi pengadaan barang dan jasa penggelapan, mark up anggaran, proyek fiktif (20 kasus), penyalahgunaan anggaran, dan suap, bahkan bantuan-bantuan sosial (Bansos) untuk rakyat miskin seperti jaring 2 pengaman sosial dan bantuan untuk korban bencana alam-pun tidak luput dari praktek korupsi. Berdasarkan data di atas membuktikan tindak pidana korupsi bertambah merajalela walaupun telah banyak perangkat hukum yang mengaturnya. Peraturan perundang-undangan tentang korupsi, yakni : 1. Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, 2. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UndangUndang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Khusus untuk dana bantuan sosial ada beberapa peraturan yang telah mengaturnya, antara lain Peraturan Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan banyaknya penerbitan peraturan perundangan yang terkait dengan pemberantasan korupsi tersebut di atas ternyata tidak membuat para koruptor menjadi takut untuk melakukan tindak pidana korupsi. Hal tersebut terbukti bahwa dari kasus korupsi dana bantuan sosial yang dimuat di salah satu surat kabar nasional di Indonesia mengatakan bahwa: “Untuk dana bantuan sosial. Pemerintah setiap tahun mengeluarkan dana triliunan rupiah. Pada periode 2007-2011, anggaran bansos yang disiapkan pemerintah mencapai Rp 300,94 triliun untuk tingkat daerah dan pusat. Tahun 2012, alokasi dana bansos sekitar Rp 47 triliun dan pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp 63,4 triliun.” (Emerson Yuntho ; Anggota Badan Pekerja ICW, Dana Bantuan Koruptor, KOMPAS, 01 Maret 2013) Namun demikian penyaluran dana bantuan sosial (bansos) banyak terjadi penyimpangan dari tujuan awalnya, yaitu untuk kesejahteraan rakyat. Akibat penyimpangan yang terjadi, dana bansos menjelma menjadi dana 3 bantuan koruptor. Korupsi dana bantuan sosial melahirkan sejumlah aktor atau pelaku utama korupsi seperti kepala daerah, pejabat di lingkungan pemerintah daerah, serta anggota dan pimpinan parlemen daerah. Aktor lain yang juga terlibat adalah pengurus yayasan, panitia pembangunan rumah ibadah, lembaga pendidikan, partai politik, ataupun organisasi masyarakat. Salah satu contoh bentuk korupsi bentuk korupsi bantuan sosial di Riau terjadi korupsi bansos, Terdakwa Suhartono alias Oto bin Rifai memberikan beberapa proposal fiktif kepada anggota DPRD Provinsi Riau Suparman dengan jumlah sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) dan itu semua tidak diserahkan seluruhnya oleh terdakwa terhadap panitia yang telah dibuatnya. Terdakwa tidak menyalurkan dana bantuan sebagaimana mestinya tersebut bertentangan dengan Peraturan Gubernur Riau Nomor 59 Tahun 2007 tentang Prosedur Penyaluran, Pelaporan dan Pengawasan Belanja Bantuan Pemerintah Provinsi Riau Tahun Anggaran 2008, Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Riau Tahun 2008, dan Peraturan Gubernur Riau Nomor 46 Tahun 2007 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Riau Tahun 2008. Putusan Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian yang mempertimbangkan bahwa oleh karena unsur pokok Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tersebut berbeda, yaitu ”melawan hukum” dan menyalahgunakan kewenangan, atau kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dalam dakwaan Jaksa/Penuntut Umum disusun secara subsidaritas, maka dakwaan tersebut akan dipandang sebagai dakwaan Alternatif, sehingga dalam hal ini Majelis Hakim bebas menentukan dakwaan mana yang paling cocok menentukan dengan kasus ini pertimbangan mana diambil alih oleh Pengadilan Tinggi dan dijadikan pertimbangan sendiri Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba untuk melakukan penulisan dengan judul : “TINJAUAN PEMBUKTIAN DAKWAAN BERBENTUK SUBSIDARITAS DENGAN SISTEM ALTERNATIF DAN 4 IMPLIKASINYA PEMERIKSAAN TERHADAP PERKARA PUTUSAN KORUPSI HAKIM BANTUAN DALAM SOSIAL DI PENGADILAN NEGERI PASIR PANGARAIAN DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 2244 K/PID.SUS/2013” B. Perumusan Masalah Dari apa yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka Permasalahan yang di ambil dalam penullisan ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah dalam pembuktian dakwaan berbentuk subsidaritas hakim diperkenankan menggunakan system alternatif dalam pemeriksaan perkara korupsi bantuan sosial di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian ? 2. Apakah implikasi pembuktian dakwaan berbentuk subsidaritas dengan system alternatif terhadap putusan hakim dalam perkara korupsi bantuan sosial di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian? C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapi. Ada dua macam tujuan dalam peneitian, yaitu tujuan objektif dan tujuan subyektif. Tujuan obyektif merupakan tujuan yang berasal dari penelitian yang dilakukan, sedangkan tujuan subyektif merupakan tujuan yang berasal dari penulis. Adapun tujuan subyektif merupakan tujuan yang berasal dari penulis. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitiaan ini adalah ; 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui pembuktian dakwaan berbentuk subsidaritas dalam pemeriksaan perkara korupsi dana bantuan sosial di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian hakim diperkenankan menggunakan sistem alternatif b. Untuk mengetahui implikasi pembuktian dakwaan subsidaritas dengan sistem alternatif terhadap putusan hakim 2. Tujuan Subjektif berbentuk 5 a. Untuk menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan, serta pemahaman penulisan dalam bidang Hukum Acara Pidana khususnya yang menyangkut dalam pembuktian dakwaan berbentuk subsidaritas dengan sistem alternatif b. Untuk menerapkan ilmu dan teori-teori yang telah penulis dapatkan agar dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar strata 1 (sarjana) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Peneltian Suatu penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan terutama ilmu hukum baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah ; 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum Acara Pidana pada khususnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya refrensi dan literatur kepustakaan Hukum Acara Pidana tentang pembuktian dakwaan berbentuk subsidaritas dengan sistem alternatif dan implikasinya terhadap putusan hakim dalam pemeriksaan perkara korupsi bantuan sosial di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian sejenis pada tahap berikutnya. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis adalah manfaat dari penuisan hukum ini yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Manfaatnya adalah sebagai berikut : 6 a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan membentuk pola berpikir penulis serta mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada semua pihak dengan permsalahan yang diteliti E. Metode Penelitian Metode Penelitian akan sangat mempengaruhi perolehan data-data dalam penelitian yang bersangkutan untuk selanjutnya dapat diolah dan dikembangkan secara optimal sesuai dengan metode ilmiah demi tercapainya tujuan penelitian yang dirumuskan. Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan-aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2009: 35). Penelitian Hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian dalam penelitian hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau doctrinal research. Penelitian doktrinal adalah suatu penelitian hukum yang bersifat preskriptif (Peter Mahmud Marzuki, 2009:33). Pada dasarnya penelitian hukum doktrinal adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Bahan-bahan tersebut kemudian disusun secara sistematis, dikaji dan ditarik kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti. 7 2. Sifat Penelitian Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat perspektif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat perspektif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai, keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, ramburambu dalam melaksanakan aktivitas hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2009:22). Penelitian ini bersifat preskriptif, yaitu dimaksudkan untuk memberikan argumentasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan. Argumentasi disini dilakukan untuk memberikan perspektif atau penelitian mengenai benar atau salah menurut hukum terhadap fakta atau peristiwa hukum dari hasil penelitian. 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan (approach) yang digunakan dalam suatu penelitian normatif akan memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasilhasil temuan ilmu hukum empiris dan ilmu-ilmu lain untuk kepentingan dan analisis serta eksplanasi hukum tanpa mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif. Dalam kaitannya dengan penelitian normatif dapat digunakan beberapa pendekatan berikut (Peter Mahmud Marzuki, 2009:93) a. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach) b. Pendekatan kasus (case approach) c. Pendekatan Historis (historical approach) d. Pendekatan Perbandingan ( comparative approach) e. Pendekatan Konseptual (conceptual approach) Adapun pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus (case approach). Pendekatan kasus (case approach) dilakukan dengan mempelajari penerapan dan norma-norma kaidah hukum yang dilakukan dalam praktek hukum. 8 Dalam menggunakan pendekatan kasus, yang perlu dipahami adalah ratio decidendi yaitu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada putusannya (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 119). 4. Jenis dan Sumber Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunderm bahan hukum tersier sebagai sumber data penelitian. Menurut Peter Mahmud Marzuki, “bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas sedangkan bahan hukum sekunder berupa semua bahan hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi ”(Peter Mahmud Marzuki, 2009:141). Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian yaitu : a. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan resmi, risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim. Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan yaitu : 1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; 2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; 3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 4) Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, 5) Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2244 K/PID.SUS/2013 b. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku teks,, jurnal-jurnal hukum dan komentar atas putusan pengadilan yang berkaitan dengan topik yang dibahas. c. Bahan hukum tersier meliputi kamus hukum dan ensiklopedia hukum. 5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, sehingga teknik pengumpulan bahan yang digunakan adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang 9 relevan dengan topik atau masalah yang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari bahan-bahan pustaka, baik berupa peraturan perundangundangan, putusan pengadilan, artikel dari media massa maupun internet, jurnal, makalh, dokumen, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. 6. Teknik Analisa Bahan Hukum Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan logika deduktif. Menurut Peter Mahmud Marzuki yang mengutip pendapat Philipus M. Hadjon menjelaskan metode deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis major (pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus), dari kedua premis tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion. Akan tetapi di dalam argumentasi hukum, silogisme tidak sesederhana silogisme tradisional (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 47). F. Sistematika Penulisan Hukum Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum serta untuk mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang terdiri dari 4 (empat) bab dimana tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini.Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum (skripsi). BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 10 Pada bab ini penulis memberikan landasan teori atau memberikan penjelasan secara teoritik yang bersumber pada bahan hukum yang Penulis gunakan dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara universal mengenai persoalan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang Penulis teliti. Landasan teori tersebut meliputi tinjauan umum tentang pembuktian, tinjauan umum tentang putusan hakim dan tinjauan umum tentang tindak pidana korupsi, dan juga disertai kerangka pemikiran. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini Penulis menguraikan dan menyajikan pembahasan berdasarkan rumusan masalah, yaitu: : pembuktian dakwaan berbentuk subsidaritas hakim diperkenankan menggunakan system alternatif dalam pemeriksaan perkara korupsi bantuan sosial di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian dan implikasi pembuktian dakwaan berbentuk subsidaritas dengan system alternatif terhadap putusan hakim dalam perkara korupsi bantuan sosial di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian. BAB IV : PENUTUP Dalam bab ini Penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran terkait dengan permasalahan yang diteliti. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN