FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA ( kelompok ) Teori -juriyah -wahdatus s -ita kusumaningsih - moh.zainudin Teori Klasik adam smith, (1729-1790) Smith mengganggap bahwa manusialah sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa bangsa, alasannya alam tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga berguna bagi kehidupan. Menurut M.Sinungan (2003:3) mengemukakan bahwa “kerja produktif memerlukan prasyarat lain sebagai factor pendukung,yaitu : kemauan kerja yang tinggi,lingkungan yang nyaman,penghasilan yang dapat memenuhi hidup minimum,serta kondisi kerja yang manusiawi dan hubungan yang harmonis. Menurut Payaman J.Simanjuntak (1985:30) factor yang mempengaruhi produktifitas kerja karyawan perusahaan dapat di golongkan pada 2 kelompok ,yaitu : - Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan yang meliputi : tingkat pendidikan,latihan,motivasi kerja,etos kerja,mental dan kemampuan fisik karyawan. - Sarana pendukung meliputi : lingkungan kerja dan kesejahteraan karyawan. Menurut Sedarmayanti (2001:72) menyatakan bahwa factor-faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas kerja diantaranya adalah sikap mental, pendidikan, keterampilan, manajemen, gizi, kesehatan, jaminan social, lingkungan dan iklim kerja, sarana produksi, tekhnologi dan kesempatan berprestasi. Menurut Manuaba (1992a) peningkatan produktivitas dapat di capai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total. Permasalahan -juriyah -ita kusumaningsih - wahdatus s - moh zainuddin Secara teoritis faktor produksi dapat di lihat dari pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama dalam suatu proses produksi. produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja dimana,produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi oleh ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Namun meski demikian yang di maksud produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusianya.Adapun penghambat produktifitas tenaga kerja meliputi : Tingkat pendidikan dan latihan yang rendah,keterampilan yang rendah,keahlian yang tidak memadai, tingkat upah kerja yang rendah,supra sarana,kurangnya motivasi perusahaan terhadap tenaga kerja/karyawan, teknologi, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja serta kesempatan uantuk berprestasi. Dari sepuluh factor-faktor yang menghambat suatu produktifitas tenaga kerja hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap jumlah hasil produksi yang di hasilkan. Analisis Permasalahan Berdasarkan Teori -juriyah -ita kusumaningsih -wahdatus s -moh zainuddin Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit.Produktivitas mengikut sertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas semesta total.Berdasarkan teori klasik adam smith bahwa sumber daya manusia adalah faktor utama dalam proses suatu produksi dimana manusialah yang menentukan banyak tidaknya suatu hasil produksi.Dari permasalahan yang ada pada saat ini dimana kualitas tenaga kerja yang rendah,tingkat pendidikan, keterampilan serta keahlian yang tidak memadai,tingkat upah kerja yang rendah,supra,sarana,kurangnya motivasi perusahaan terhadaptenaga kerja/karyawan hal tersebut mengakibatkan suatu pengolahan barang mengalami hambatan dalam proses produksinya. Dari permasalahan yang pertama yaitu : 1. Tingkat pendidikan dan latihan yang rendah. Pada umumnya orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingya produktivitas dapat mendorong pegawai yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif.Pendidikan dan latihan juga di pandang sebagai suatu investasi di bidang sumber daya manusia yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi perusahaan. Pentingnya pendidikan dan latihan disamping berkaitan dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam lingkungan perusahaan, seperti perubahan produksi, teknologi, dan tenaga kerja, juga berkaitan dengan manfaat yang dapat dirasakannya. Manfaat tersebut antara lain: meningkatnya produktivitas perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan pengawasan, dan menstabilkan tenaga kerja.Agar penyelenggaraan pendidikan dan latihan berhasil secara efektif dan efisien, maka ada 5 hal yang harus di pahami, yaitu : a. adanya perbedaan individual, b. berhubungan dengan analisa pekerjaan, c. motivasi, d. pemilihan peserta didik, dan e. pemilihan metode yang tepat. Pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja dapat diklasifikasikan kepada dua kelompok, pertama, yakni pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada kelompok tenaga kerja operasional.kedua, pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada kelompok tenaga kerja yang menduduki jabatan manajerial. Untuk masing-masing kelompok tenaga kerja tersebut diperlukan metode pendidikan yang berbeda satu sama lain. 2. Keterampilan yang rendah. Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih menjadi terampil apabila mempunyai kecakapan (Ability) dan pengalaman (Experience) yang cukup. 3. Keahlian yang tidak memadai. Dalam suatu proses produksi di perlukan keahlian khusus di bidangnya dan apabila seseorang bekerja tidak dalam lingkup keahliannya,hal tersebut akan menghambat tenaga kerja kerja tersebut dalam menyelesaikan produksi. 4. Tingkat upah kerja yang rendah. Tingkat upah yang pas-pasan ditambah dengan situasi kerja yang membuka kemungkinan munculnya ketidakpuasan sebagaimana yang telah diuraikan kurang memacu semangat pekerja untuk lebih berprestasi. Mereka bekerja sebatas wajar-wajar saja, sekalipun sebagian besar dari mereka (93,2%) menyadari bahwa pekerja yang rajin dan disiplin dapat meraih sukses di masa mendatang (Hikam, 1996). Jadi upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Maka dari itu pernbaikan-perbaikan di bidang pengupahan dan jaminan sosial harus di tingkatkan, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi kerja dan kemampuan fisik karyawan. Di samping itu, dengan tingkat upah dan jaminan sosial yang lebih baik, semakin banyak anggota keluarga terutama ibu-ibu rumah tangga yang masuk pasar kerja. Adanya kepastian atas kelangsungan pekerjaan dan penghasilan yang akan diperoleh hingga hari tua, merupakan daya pendorong untuk meningkatkan produktivitas kerja. Upah yang sesuai dengan pengorbanan yang telah di berikan oleh karyawan ( tenaga kerja) kepada perusahaan akan mendorong rasa puas bagi diri karyawan (tenaga kerja) dan akan membuat karyawan bekerja lebih maksimal lagi yang secara langsung dapat berdampak pada peningkatan produktifitas kerja. Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan (Setiadi, 2009). Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah yang diterima maka produktivitasnya dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat memungkinkan pekerja untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi. Sehingga ketika tingkat penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas. (Kurniawan, 2010) 5. Supra sarana. Yang dimaksud disini adalah hubungan antara pengusaha dan karyawan, dimana ini akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Bagaimana pandangan pengusaha terhadap karyawan, sejauh mana hak-hak karyawan mendapat perhatian pengusaha, serta sejauh mana karyawan diikutsertakan dalam penentuan kebijaksanaan, merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi karyawan dalam keseluruhan proses produksi. Kemampuan manajemen menggunakan sumber-sumber secara maksimal dan menciptaka sistem kerja yang optimal, akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja karyawan. Peranan manajemen sangat strategis untuk peningkatan produktivitas, yaitu dengan mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sarana produksi, menerpkan fungsifungsi manajemen, menciptakan sistem kerja dan pembagian kerja, menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat, serta menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Secara umum dapat dikemukakan bahwa faktor manajemen sangat berperan penting dalam peningkatan produktivitas karyawan perusahaan, baik secara langsung melalui perbaikan pengorganisasian dan tata kerja yang memperkecil pemborosan dan keborosan penggunaan sumber-sumber, maupun secara tidak langsung melalui fasilitas latihan serta perbaikan penghasilan dan jaminan social karyawan. Selain supra sarana di atas. Ada hal lain yang juga berpengaruh terhadap kegiatankegiatan dalam suatu perusahaan yang akan menciptakan sistem kerja, yakni mutu sarana produksi sangat berpengaruh pada peningkatan produktivitas. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan. Sarana produksi yang baik apabila yang digunakan oleh tenaga kerja yang trampil akan mendorong peningkatan produktivitas. 6. Kurangnya motivasi perusahaan terhadap tenaga kerja/karyawan. Menurut Hayes dan Abemathy (1980), dengan regas mengatakan sebagian besar tuduhan yang tidak adil ditunjukkan kepada para manajer yang sekarang dianggap tidak mempunyai dorongan kewiraswastaan dan wawasan teknologi yang luas (Timpe, 1999:3). Salah satu permasalahan penting bagi pimpinan dalam suatu organisasi ialah bagaimana memberikan motivasi kepada karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Dalam hal ini, pimpinan dihadapkan suatu persoalan bagaimana dapat menciptakan situasi agar bawahan dapat memperoleh kepuasan secara individu dengan baik dan bagaimana cara memotivasi agar mau bekerja berdasarkan keinginan dan motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Menurut konsep sistem organisasi yang ideal, aktivitas atau pekerjaan suatu organisasi merupakan suatu kolektivitas sehingga dalam setiap penyelesaian rangkaian pekerjaan seorang karyawan dituntut untuk bekerja sama, saling terkait dan tidak akan melepaskan diri dengan karyawan lain dalam organisasi itu. Dalam sebuah organisasi, yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana menciptakan keharmonisan dan keserasian dalam setiap pelaksanaan kegiatan atau aktivitas kerja tersebut. Keharmonisan dan keserasian tersebut dapat tercipta jika sistem kerja dibuat rukun dan kompak sehingga tercipta iklim yang kondusif. Hal ini akan membuat para karyawan termotivasi untuk bekerja dengan optimal yang pada akhirnya tujuan organisasi dapat terwujud dengan tingkat efisien dan efektivitas yang tinggi. Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila kepuasan dapat diperolehnya dari pekerjaannya dan kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan, 2003:203). Kepuasan kerja yang tinggi atau baik akan membuat karyawan semakin loyal kepada perusahaan atau organisasi. Semakin termotivasi dalam bekerja, bekerja dengan resa tenang, dan yang lebih penting lagi kepuasan kerja yang tinggi akan memperbesar kemungkinan tercapainya produktivitas dan motivasi yang tinggi pula. Karyawan yang tidak merasa puas terhadap pekerjaannya, cenderung akan melakukan penarikan atau penghindaran diri dari situasi pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Tinggi rendahnya produktifitas kerja seorang buruh atau karyawan ( tenaga kerja) sangat di pengaruhi oleh pengelolaan sumber daya manusia,perilaku atau kemampuan dari tenaga kerja itu sendiri.Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama dalam proses peningkatan hasil produksi. Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (out put) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila: 1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama. 2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya lebih kecil dan, 3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil (soeripto, 1989; Chew, 1991 dan pheasant, 1991). Pengaruh faktor-faktor seperti pendidikan dan latihan terlihat pada keahlian dan sikap pekerja. Kemajuan teknologi jika direalisasikan pada tingkat perusahaan hanyalah melalui tenaga kerja trampil, perlengkapan serta manajemen yang lebih baik, dengan kata lain melalui sumber-sumber manusia dan material.Pendidikan dan latihan dari tenaga kerja akan mempengaruhi produktivitas, karenanya perlu diadakan peningkatan pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja. Pendidikan dan latihan dipandang sebagai suatu investasi di bidang sumber daya manusia yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi perusahaan.Pentingnya pendidikan dan latihan disamping berkaitan dengan berbagai dinamika (perubahan) yang terjadi dalam lingkungan perusahaan, seperti perubahan produksi, teknologi, dan tenaga kerja, juga berkaitan dengan manfaat yang dapat dirasakannya. Manfaat tersebut antara lain: meningkatnya produktivitas perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan pengawasan, dan menstabilkan tenaga kerja. Kepuasan kerja yang tinggi atau baik akan membuat karyawan semakin loyal kepada perusahaan atau organisasi. Semakin termotivasi dalam bekerja, bekerja dengan rasa tenang, dan yang lebih penting lagi kepuasan kerja yang tinggi akan memperbesar kemungkinan tercapainya produktivitas dan motivasi yang tinggi pula.Apabila produktivitas naik hanya di mungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan, tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi, dan adanya peningkatan keterampilan tenaga kerja. Secara teoritis dapat dibedakan dua sistem upah, yaitu yang mengacu kepada teori Karl Mark dan yang mengacu kepada teori Neo-klasik. Kedua teori tersebut masing-masing memiliki kelemahan. Oleh karena itu, sistem pengupahan yang berlaku dewasa ini selalu berada diantara dua sistem tersebut. Berarti bahwa tidak ada satupun pola yang dapat berlaku umum. Yang perlu dipahami bahwa pola manapun yang akan di pergunakan selayaknya disesuaikan dengan kebijakan dari masing-masing perusahaan dan mengacu kepada rasa keadilan bagi kedua belah pihak (perusahaan dan karyawan).Besarnya tingkat upah untuk masing-masing perusahaan adalah berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya, yaitu permintaan dan penawaran tenaga kerja, kemampuan perusahaan, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja, peranan perusahaan, serikat buruh, besar kecilnya resiko pekerjaan, campur tangan pemerintah, dan biaya hidup. Dilihat dari sistemnya pembelian upah dapat dibedakan atas prestasi kerja, lama kerja, senioritas atau lama dinas, kebutuhan, dan premi atau upah borongan. 7. Jaminan Sosial Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawannya, pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosialnya mencukupi, maka akan menimbulkan kesenangan bekerja sehinga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas. Namun pada sisi yang lain adanya pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja akan membuat pekerja merasa aman dan nyaman dalam melakukan pekerjaan, sehingga tenaga kerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik (Setiadi, 2009). Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada tenaga kerjanya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosialnya mencukupi, maka akan menimbulkan kesenangan bekerja sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas (Kurniawan, 2010) .Dengan demikian adanya pemberian jaminan sosial memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja. 8. Lingkungan dan Iklim Kerja Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong karyawan untuk betah bekerja, meningkatkan rasa tanggung jawab dan meningkatkan kualitas kehidupan kerja sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. 9. Teknologi Apabila teknologi yang digunakan sesuai dan mempertimbangkan aspek ekonomis, teknis dan sosial, maka diharapkan akan berdampak terhadap : a. Penyelesaian proses produksi yang tepat waktu. b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu. c. Pemborosan bahan baku dapat ditekan seminimal mungkin. Dari berbagai faktor yang telah dikemukakan, faktor sikap mental dan ketrampilan sangat besar perannya dalam rangka peningkatan produktivitas, maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk memantapkan sikap mental serta meningkatkan ketrampilan tenaga kerja. 10. Kesempatan Berprestasi Seorang karyawan bekerja tentunya mengharapkan peningkatan karier ataupun pengembangan potensi dari pribadinya, yang nantinya akan bermanfaat baik bagi dirinya ataupun organisasinya. Apabila ternyata terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan semangat berkarya , dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan produktivitas Daftar Pustaka http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-produktivitas-kerja-menurut.html http://eprints.uny.ac.id/8771/3/BAB%202%20-08404244003.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29516/4/Chapter%20II.pdf TUGAS EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA Disusun Oleh : Ahmad Rozi (110231100042) Juriyah (110231100043) M.Zainuddin (110231100044) Wahdatus Solihah (110231100047) Ita Kusuma Ningsih (110231100060) UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2013-2014 Kesimpulan Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumbersumber riil yang makin sedikit.Produktivitas mengikut sertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas semesta total. Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (out put) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila: 1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama. 2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya lebih kecil dan, 3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil (soeripto, 1989; Chew, 1991 dan pheasant, 1991). Hal-hal yang menjadi hambatan dalam proses produksi diantaranya: 1. Tingkat pendidikan dan latihan yang rendah 2. Keterampilan yang rendah 3. Keahlian yang tidak memadai 4. Tingkat upah kerja yang rendah 5. Supra sarana 6. Jaminan Sosial 7. Kurangnya motivasi perusahaan terhadap tenaga kerja/karyawan 8. Lingkungan dan Iklim Kerja 9. Teknologi 10. Kesempatan Berprestasi