1-Cutaneous Larva Migrans

advertisement
Nematoda Jaringan
Oleh
Nurhalina, SKM, M.Epid
Larva Migrans
1-Cutaneous Larva Migrans (CLM)
2-Visceral Larva Migrans (VLM)
(Toxocaraiasis)
Toxocariasis is caused by larvae of Toxocara canis
(dog roundworm) and less frequently of T. cati
(cat roundworm), two nematode parasites of animals.
pengertian
Larva migrans adalah larva cacing nematoda hewan yang
mengadakan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak
berkembang menjadi bentuk dewasa.
Terdapat dua jenis larva migrans, yaitu cutaneous larva
migrans atau creeping eruptions dan visceral larva migrans.
Pada cutaneous larva migrans larva cacing masuk ke dalam tubuh
manusia melalui kulit atau mulut dan larva mengadakan migrasi
di dalam jaringan kulit saja. Pada visceral larva migrans telur
cacing masuk melalui mulut penderita dan larva cacing yang
menetas melakukan migrasi ke dalam organ-organ tubuh atau
jaringan viseral tubuh manusia.
Penyebab larva migrans
Larva cacing nemotoda hewan yang •
menimbulkan cutaneous larva migrans adalah
Ancylostoma braziliensis, Ancylostoma
caninum, dan Gnathostoma spinigerum yang
hidup pada kuing, anjing, dan sejenisnya.
Penyebab visceral larva migrans adalah
larva Toxocara canis, cacing askaris yang
hidup pada anjing, dan Toxocara cati, cacing
askais yang hidup pada kucing.
Gejala Klinis dan Diagnosis
LarvaMigrans
Gejala klinik visceral larva migrans berupa hepatomegali,
asma dan demam. Sebagai penunjang diagnosis pemeriksaan
pemeriksaan darah menunjukan hipereosinofilia yang berkisar
antara 15% dan 80% serta leukositosis antara 15.000 dan 80.000.
Gambaran creeping eruption yang khas disertai
leukositosis dan eosinofilia menunjukkan terjadinya cutaneous
larva migrans. Tes intradermal menggunakn antigen larva atau
cacing Gnathostoma spinigerum membantu menegakkan
diagnosis cutaneous larva migrans oleh cacing ini. Diagnosis
pasti ditegakkan jika dapat ditemukan cacing penyebabnya.
Pengobatan Larva Migrans
Cutteneous larva migrans diatasi dengan menyemprotkan •
larutan kloretil di ujung terowongan yang ditimbulkan oleh
cacing penyebabnya. Selain itu dapat diberikan tiabendazol
per oral untuk memberantas larva yang beredar.
Terhadap larva migrans akibat Gnothtostoma
spinigerum belum ada obat yang efektif, sehingga harus
dilakukan tindakan pembedahan untuk mengeluarkan parasit
ini. Sampai sekarang untuk mengobati visceral larva migrans
belum dapat ditemukan obat-obat anti larva yang spesifik.
pencegahan
PENCEGAHAN LARVA MIGRANS •
Anjing dan kucing yang menjadi sumber
penularan cutaneous larva migrans
(Ancylostoma caninum dan A.braziliensis)
maupun visceral migrans (Toxocara canis dan
T.cati) harussegera diobati dengan baik.
Juga harus dihindari kontak dengan
larva cacing yang ada di tanah yang tercemar
tinja anjing atau kucing untuk mencegah
cutaneous larva migrans. Untuk membasmi
Creeping Eruption
Larva filariform cacing A.caninum dan A.braziliensis •
hidup di dalam tanah. Sesudah menembus kulit manusia, larva
cacing mengadakan migrasi intrakutan dengan membentuk
terowongan yang khas bentuknya. Di dalam tubuh manusia
larva tidak dapat berkembang menjadi cacing dewasa.
Dermatitis intrakutan yang berbentuk khas bentuknya, berupa
garis berkelok-kelok mirip ular, dan garukan oleh penderita
dapat
menimbulkan
infeksi
sekunder.
Diagnosis creeping eruption secara klinis mudah
ditentukan, dan diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi kulit
untuk menemukan larva cacing yang menjadi penyebabnya.
Toxocara canis
Toxocara canis
Toxocara cati egg
Toxocara cati
Toxocara cati
Clinical Features
Many human infections are asymptomatic, with only eosinophilia and
positive serology.
The two main clinical presentations of toxocariasis are visceral larva
migrans (VLM) and ocular larva migrans (OLM).
In VLM, which occurs mostly in preschool children, the larvae invade
multiple tissues (liver, heart, lungs, brain, muscle) and cause various
symptoms including fever, anorexia, weight loss, cough, wheezing,
rashes, hepatosplenomegaly, and hypereosinophilia. Death can occur
rarely, by severe cardiac, pulmonary or neurologic involvement.
In OLM, the larvae produce various ophthalmologic lesions, which in
some cases have been misdiagnosed as retinoblastoma, resulting in
surgical enucleation.
OLM often occurs in older children or young adults, with only rare
eosinophilia or visceral manifestations.
OLM
Pulmonary granuloma
Laboratory Diagnosis
• Pada penyakit parasit ini diagnosis tidak tergantung
•
•
pada identifikasi parasit . Karena larva tidak
berkembang menjadi dewasa pada manusia ,
pemeriksaan tinja tidak akan mendeteksi telur
Toxocara .
Namun, kehadiran Ascaris dan Trichuris telur dalam
tinja , menunjukkan paparan kotoran , meningkatkan
kemungkinan Toxocara dalam jaringan
Untuk kedua VLM dan OLM , diagnosis dugaan
terletak pada tanda-tanda klinis , riwayat paparan
anak anjing , temuan laboratorium ( termasuk
eosinofilia ) , dan deteksi antibodi terhadap Toxocara
.Toxocara canis Eggs of
These eggs are passed in dog feces, especially puppies'
feces .
Antibody Detection
• Tes serologis saat ini dianjurkan untuk toxocariasis
•
adalah immunoassay enzim ( EIA ) dengan antigen
tahap larva diekstrak dari telur berembrio atau dirilis
in vitro oleh larva infektif berbudaya .
ang terakhir , Toxocara ekskresi - sekresi ( TES )
antigen , yang lebih baik untuk ekstrak larva karena
mereka mudah untuk memproduksi dan karena
langkah penyerapan pemurnian tidak diperlukan
untuk mendapatkan spesifisitas maksimal
Treatment
• VLM diobati dengan obat antiparasit ,
biasanya dalam kombinasi dengan obat antiinflamasi . Obat antiparasit direkomendasikan
dalam Surat Medis adalah albendazole * ,
dengan mebendazole * sebagai alternatif .
• Causal Agents:
Trichinellosis ( trichinosis ) disebabkan oleh
nematoda ( cacing gelang ) dari genus
Trichinella . Selain klasik agen T. spiralis (
ditemukan di seluruh dunia dalam banyak
hewan karnivora dan omnivora ) , beberapa
spesies lain dari Trichinella kini diakui .
Trichinella spp.
• 1- T. pseudospiralis (mammals and birds)
worldwide,)
• 2- T. nativa (Arctic bears)
• 3- T. nelsoni (African predators and
scavengers)
• 4- T. britovi) carnivores of Europe and western
Asia).
Trichinella-adult
Trichinella nativa
Life cycle
Geographic Distribution
Worldwide. Most common in parts of
Europe and the United States.
Clinical Features
• Light infections may be asymptomatic.
• Intestinal invasion can be accompanied by gastrointestinal
symptoms (diarrhea, abdominal pain, vomiting).
• Larval migration into muscle tissues (one week after infection)
can cause periorbital and facial edema, conjunctivitis, fever,
myalgias, splinter hemorrhages, rashes, and blood
eosinophilia.
• Occasional life-threatening manifestations include
myocarditis, central nervous system involvement, and
pneumonitis.
• Larval encystment in the muscles causes myalgia and
weakness, followed by subsidence of symptoms.
Splinter hemorrhages
2 Swollen eyes
A ,B :Encysted larvae of Trichinella in pressed muscle
tissue sample. The coiled larvae can be seen inside the
cysts
A
B
Trichinella spiralis encysted larva
C ,D :Larvae of Trichinella ,freed from their cysts,
typically coiled; length: 0.8 to 1 mm.
C
D
Laboratory Diagnosis
• The suspicion of trichinellosis (trichinosis),
based on clinical symptoms and eosinophilia,
can be confirmed by specific diagnostic tests,
including antibody detection, muscle biopsy,
and microscopy.
Antibody Detection
Immunodiagnostic tests currently available in
the U.S. include enzyme immunoassays
(EIA).
Antigen preparations may be crude antigens
prepared from homogenates of Trichinella
spiralis muscle larvae or excretory-secretory
(ES) products produced by cultured larvae .
Download