6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Menurut Kotler (2003) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut American Marketing Association atau AMA dalam Kotler dan Keller (2007) dimana pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. 2.2. Konsep Jasa Menurut Loverlock&wright (2005) Jasa adalah sebuah aktivitas ekonomis yang menghasilkan nilai dan menciptakan manfaat untuk pelanggan pada waktu dan tempat yang spesifik dengan membawa suatu keinginan terjadinya pertukaran atas kepentingan dari penerima jasa. Menurut Kotler (2002) jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran, yaitu: 1. Intangibility (tidak berwujud) Jasa tidak berwujud berarti jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar atau dicium sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli mencari ciri atas kualitas jasa. Mereka akan menarik kesimpulan mengenai jasa berdasarkan, orang, harga, peralatan dan komunikasi yang dapat dilihatnya. 2. Inseparability (tidak terpisahkan) Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyediaannya, baik penyediaanya manusia maupun mesin. Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara 7 bersamaan. Jika seseorang memberikan pelayanan, maka penyediaannya merupakan bagian dari jasa tersebut. 3. Variability (bervariasi) Kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyediakannya, kapan, dimana serta bagaimana jasa itu diberikan. 4. Perishability (mudah lenyap) Jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan untuk waktu yang akan datang. Tidak menjadi masalah bila permintaan tetap, tetapi jika permintaan berfluktuasi perusahaan jasa mengahadapi permasalahn yang sulit. 2.2.1 Kualitas Jasa Kualitas jasa dan kepuasan pelanggan adalah konsep yang berhubungan. Kualitas dapat memberikan dorongan kepada konsumen untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan. Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai berdasarkan sudut pandang perusahaan tetapi harus dilihat dari sudut pandang penilaian pelanggan. Karena itu dalam merumuskan strategi pelayanan, perusahaan harus berorientasi pada kepentingan pelanggan dengan memperhatikan komponen kualitas pelayanan. Menurut Wyckof dalam Lovelock (2005) kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal dan sebaliknya. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa bergantung pada kemampuan penyediaan jasa jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten. 2.2.2 Bauran Pemasaran Jasa Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Menurut Lovelock dan Wright (2005) bauran pemasaran jasa dikenal dengan istilah 8 P, yaitu sebagai berikut: 1. Product (produk) 8 Kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Barang dan jasa yang dikombinasikan sedemikian rupa agar pelanggan tertarik untuk membeli karena produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan mereka. 2. Price (harga) Jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh suatu produk. Harga merupakan kekuatan otoritas perusahaan untuk menaikan atau menurunkan agar pelanggan datang untuk membeli suatu barang atau jasa yang ditawarkan. 3. Promotional (promosi) Aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan membelinya. Hal ini terkait dengan integrated marketing communication yang tidak hanya membujuk pelanggan namun juga membentuk opini publik dan citra suatu produk maupun perusahaan. 4. Place and time (tempat dan waktu) Pengiriman elemen produk ke pelanggan melibatkan keputusan tentang tempat dan waktu pengiriman. 5. People (orang) Semua partisipan yang memainkan sebagian jasa, yaitu peran selama proses dan konsumsi jasa berlangsung, oleh karena itu dapat mempengaruhi persepsi pembelian. 6. Process (proses) Bagaimana semua elemen bauran pemasaran jasa dikoordinasikan untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang diberikan. 7. Prductivity dan quality (produktivitas dan qualitas) Produktivitas dan kualitas tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Meningkatkan produktivitas sangat penting untuk menjaga agar biaya tetap terkendali, sedangkan kualitas berperan penting bagi diferensiasi produk dan bagi pembentukan loyalitas pelanggan. 9 8. Phisical Evidence (bukti fisik) Gedung, tanah, kendaraan, perlengkapan dan petunjuk yang terlihat lainnya yang memberikan bukti atas kualitas jasa. 2.3. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang menganut konsep pemasaran, dengan tujuan memberikan kepuasan kepada konsumen. Engel, et al (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan seseorang atau individu yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiska produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan, tindakan dan proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, mengahbiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal tersebut atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2002). Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkan, apa seleranya dan bagaimana proses pengambilan keputusannya. 2.3.1 Pengertian Perilaku Konsumen Melayani dan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen adalah tujuan pemasaran. Oleh karena itu pemasar perlu memahami bagaimana perilaku konsumen dalam upaya memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Menurut Engel at al. (1994) perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Sedangkan menurut Kolter dan Amstrong (2003) mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk atau jasa untuk konsumsi pribadi. 10 Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen sangat berkaitan dengan proses pengambilan keputusan untuk menggunakan barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhannya. 2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Setiap hari konsumen lebih banyak mengambil keputusan dalam pembelian. Mereka membuat keputusan tidak dalam sebuah tempat yang terisolasi dari lingkungan sekitar. Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian tersebut. Menurut Kotler dan Amstrong (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen terdiri dari budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Budaya Budaya Sosial Kelompok Acuan Sub-budaya Keluarga Peran dan Kelas sosial Status Pribadi Siklus Hidup Pekerjaan Situasi Ekonomi Gaya Hidup Kepribadian dan Konsep diri Psikologi Motivasi Persepsi Pembelian Pembelajaran Kepercayaan dan Sikap Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, menurut Kotler dan Amstrong (2003), yaitu : 1. Faktor-faktor Budaya Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya,subbudaya dan kelas social pembeli. 11 a. Budaya Budaya adalah penentu keinginan dan tingkah laku seseorang yang paling mendasar. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dn lembaga penting lainnya. b. Subbudaya Setiap budaya memiliki beberapa sub budaya yang lebih kecil yang membentuk lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus anggotanya. Sub budaya adalah kelompok orang yang memiliki system nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang serupa. c. Kelas sosial pembeli Hampir setiap masyarakat mempunyai sejumlah struktur kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian kelompok masyarakat yang relatif permanen dan relatif teratur dimana anggota-anggotanya memiliki nilai,minat, dan perilaku yang serupa. 2. Faktor-faktor Sosial Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial antara lain : a. Kelompok Perilaku konsumen banyak dipengaruhi kelompok-kelompok kecil. kelompok yang memiliki pengaruh langsung dan tempat seseorang berada disebut kelompok keanggotaan. Sebagian adalah kelompokkelompok primer yang mempunyai interaksi secara regular tapi informal seperti, keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja. Sebaliknya, kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan secara langsung meupun tida langsung dalam pembentukan sikap atau perilaku seseorang. b. Keluarga Anggota keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku pembelian. Keluarga merupakan kelompok kecil (pembeli) 12 yang penting dalam masyarakat. Para pemasar tertarik pada peran dan pengaruh keluarga (suami, istri dan anak) dalam pembelian berbagai macam produk (barang dan jasa). c. Peran dan status Sosial Seseorang memiliki banyak kelompok seperti keluarga, organisasi dan klub. Posisi seseorang pada setiap kelompok dapat diartikan sebagi peran dan status. Peran diartikan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang diharapkan seseorang untuk dilakukan sebagaimana orang-orang disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan pengakuan namun masyarakat sesuai dengan status tersebut. d. Peran dan Status Dalam kehidupan bermasyarakat, peran dan status selalu melekat pada setiap individu. Peran dan status seorang individu dalam kelompok tertentu sangat mempengaruhi individu tersebut dalam perilaku pembelian. Peran dan status, ini akan menentukan posisi seseorang dalam suatu kelompok. Setiap peranan membawa status yang mencerminkan harga diri menurut masyarakat sekitarnya. Disamping itu orang cenderung memilih produk yang mengkomunikasikan peran dalam masyarakat. 3. Faktor Pribadi Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. a. Umur dan tahap siklus hidup Orang-orang membeli produk (barang dan jasa) yang berbeda sepanjang hidupnya. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga. Pemasar sering kali menentukan target pasar dalam bentuk tahap siklus hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap. b. Pekerjaan 13 Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Sebuah perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya untuk kelompok-kelompok pekerja. c. Situasi Ekonomi Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. d. Gaya Hidup Orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama mungkin akan memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup lebih banyak menjelaskan sesuatu daripada kepribadian dan kelas sosial seseorang. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. e. Kepribadian Kepribadian setiap orang akan mempengaruhi tingkah laku dalam pembelian. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan diri sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan dan berhubungan dengan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, dominasi, kemudahan bergaul, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri dan keagresifan. Dasar pemikiran konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi dan mencerminkan identitas mereka. 4. Faktor-faktor Psikologis Pilihan-pilihan seseorang dalam melakukan pembelian dipengaruhi juga oleh faktor psikologis yang terdiri dari : a. Motivasi Motivasi adalah suatu kebutuhan yang seacara cukup dirangsang untuk membuat seseorang mencari keputusan dan tindakan atas 14 kebutuhannya. Motivasi merupakan faktor yang penting dalam memulai dan mengatur kegiatan individu. b. Persepsi Persepsi adalah proses mengatur, menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti tentang dunia. Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak, sementara itu bagaimana seseorang bertindak akandipengaruhi oleh persepsinya atas situasi tertentu. Persepsi ini tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan yang bersangkutan. c. Pembelajaran Pada saat seseorang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menunjukan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman. d. Kepercayaan dan Sikap Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Para pemasar tertarik pada keyakinan yang orang formulasikan secara spesifik terhadap produk atau jasa, karena keyakinan itu membangun citra produk dan jasa yang mempengaruhi perilaku pembelian. Sedangkan sikap menggambarkan evaluasi, perasaan dan kecenderungan yang konsisten atas suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek atau ide. Sikap seseorang itu mempunyai pola dan mengubah satu sikap akan membutuhkan penyesuaian yang sulit sikap yang lain. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, keyakinan dan sikap sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merek, dan pelayanan. 15 2.4. Pengambilan Keputusan Konsumen Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk dan merek setiap periode tertentu. Berbagai macam keputusan mengenai aktivitas kehidupan sering kali harus dilakukan oleh setiap konsumen setiap hari. Menurut Engel, et al. (1994) mendefinisikan suau keputusan konsumen dalam pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi informasi, pembelian dan hasil. Tahapan dalam proses pengambilan keputusan konsumen dapat dilihat pada Gambar 3. Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil Gambar 3. Proses pengambilan keputusan 1. Pengenalan Kebutuhan Menurut Engel, et al. (1994), Pengenalan kebutuhan memiliki arti bahwa konsumen mempersiapkan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Besarnya perbedaan antara kondisi nyata dengan kondisi 16 yang diinginkan sangat berpengaruh dalam menentukan kekuatan kebutuhan tertentu. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal dan ekternal. 2. Pencarian Informasi Konsumen yang tertarik akan mancari lebih banyak informasi atau tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber, sumber ini meliputi sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan sumber pengalaman. Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembelinya. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial yang dikendalikan oleh pemasar. Ketika semakin banyak informasi yang diperoleh, kesadaran konsumen dan pengetahuan akan merek dan fitur yang tersedia meningkat. 3. Evaluasi Alternatif Tahap ketiga dari proses keputusan adalah evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek dan memilihnya sesuai yang diinginkan konsumen. Pada evaluasi alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (Sumarwan,2002). Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu. Konsumen akan membandingkan pilihan yang di identifikasi sebagai cara yang potensial mampu memecahkan masalah. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali. 4. Keputusan Pembelian Tahap ini adalah tahap akhir dari proses keputusan pembelian, yaitu dilakukan setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang merek-merek 17 alternatif, mengevaluasi dan mengumpulkan merek mana yang paling diinginkan. Menurut Kotler (2002), terdapat dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian. Pertama yaitu, sikap atau pendirian orang lain. Seberapa jauh faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai seseorang tergantung pada intensitas pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Kedua yaitu, faktor situasi yang sudah diantisipasi. Adanya faktor situasi yang tidak diantisipasi ini akan dapat mengubah rencana pembelian yang akan dilakukan konsumen. 5. Hasil Setelah seorang konsumen membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pasca pembelian, hal ini penting diperhatikan oleh pemasar. Hal yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara ekspektasi konsumen dengan kinerja produk. Semakin besar kesenjangan antara ekspektasi dengan kinerja, maka semakin besar ketidakpuasan konsumen (Kotler dan Amstrong, 2003) 2.5. Pengertian Gadai Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150, disebutkan: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berhutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya dan memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang berpiutang lainnya : dengan pengeculian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikelurkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biayamana yang harus didahulukan. Menurut Kasmir (2004) secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu guna 18 memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha gadai memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. terdapat barang-barang berharga yang digadaikan 2. nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang yang digadaikan 3. barang yang digadaikan dapat ditebus kembali 2.5.1 Kegiatan Perum Pegadaian Sifat usaha gadai pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan. Kegiatan operasional Perum Pegadaian yang telah dilakukan saat ini, antara lain meliputi: 1. Menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai 2. Menerima jasa taksiran yaitu pelayanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui berapa besar nilai riil barang yang dimilikinya 3. Menerima jasa titipan, yaitu pelayanan kepada masyarakat yang akan menitipkan barang-barangnya 4. Membantu mengembangkan Usaha Rumah Tangga 5. Pembiayaan Ar-Rahn untuk usaha mikro kecil denagn prinsip syariah 6. Pejualan logam mulia kepada masyarakat secara tunai dan agunan dengan jangka waktu fleksibel. 7. Pengiriman uang dalam dan luar negeri yang bekerjasama dengan Western Union. 2.5.2 Penaksiran Penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dilakukan dengan mewajibkan nasabah untuk menyerahkan barang bergerak sebagai barang jaminan, seperti emas, berlian barang-barang bergerak, elektronik, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Barang-barang tersebut kemudian ditaksir oleh petugas penaksir, yang memang memiliki keahlian untuk hal tersebut dalam 19 menentukan nilai uang pinjaman yang dapat diberikan. Pada dasarnya besarnya uang pinjaman menurut ketentuan saat ini dibagi berdasarkan golongan. Untuk golongan A adalah 84% dari nilai taksir dan golongan B,C dan D adalah 89% dari nilai taksiran. 2.6. Analisis Faktor Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel. Dalam riset pemasaran biasanya banyak variabel, kebanyakan diantaranya saling berkorelasi dan harus direduksi sampai pada tingkat yang dapat dikelola. Dalam analisis varians, analisis regresi, dan analisi deskriminan satu variabel dianggap variabel dependen dan yang lainnya sebagai variabel independen. Namun didalam analisis faktor tidak ada pembedaan semacam itu, analisis faktor merupakan sebuah tehnik interdependensi dalam arti bahwa seluruh himpunan hubungan interdependen diuji. Menurut Supranto (2004), kegunaan analisis faktor adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dimensi yang mendasari atau faktor, yang menjekaskan korelasi antara suatu set variable. 2. Mengidentifikasi suatu set variable baru yang tidak berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variable asli yang saling berkorelasi didalam analisis multivariate selanjutnya. 3. Mengidentivikasi suatu set variable yang penting dari suatu set variable yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan didalam analisis multivariate selanjutnya. Analisis faktor merupakan suatu alat uji banyak variabel untuk mengamati dan menganalisis suatu fenomena yang dapat dibuat suatu pola. Variabel-variabel yang banyak dan tidak terobservasi disebut sebagai faktor. Pada dasarnya model faktor ini adalah pendorong bagi pembentukan suatu argumentasi. Variabel- 20 variabel yang terdapat dalam model itu akan di kelompokkan berdasarkan hubungan antar variabel tersebut. Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor (Santoso dan Tjiptono 2004). 2.7. Pengolahan Data 2.7.1 Uji Validitas Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu alat ukur atau instrumen (kuesioner). Validitas menunjukkan sejauh mana alat dapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003), untuk uji validitas diketahui dengan cara menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut : r n XY X Y nX X nY Y 2 2 2 2 ..............................................(1) Keterangan : r = Koefisien validitas yang dicari n = Jumlah responden X = Skor masing-masing pertanyaan X Y = Skor masing-masing pertanyaan Y Pengujian validitas diolah dengan menggunakan software SPSS versi 17. Pada penelitian ini uji validitas dilakukan terhadap 30 responden dimana bila diperoleh rhitung lebih besar dari rtabel yang ditentukan pada tingkat signifikasi (α) 0,05 yaitu sebesar 0, 361 maka kuesioner dinyatakan valid dan dapat digunakan. 2.7.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas (keandalan) adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). 21 Kuesioner reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulangulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas data kuesioner dilakukan dengan menggunakan perhitungan metode Cronbach’s Alpha dengan rumus : 2 k b r11 1 ....................................................................................(2) t 2 k 1 Dimana : r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyak butir pertanyaan t 2 = Jumlah ragam total 2 = Jumlah ragam butir b Rumus untuk mencari nilai ragam adalah : 2 X2 X 2 n n ......................................................................................(3) Dimana : Ragam Jumlah contoh (responden) Nilai skor yang dipilih Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan software SPSS versi 17. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden dimana reliabilitas variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60. 2.8. Penelitian Terdahulu Widia (2009) dalam penelitian yang berjudul Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Faktor-Faktor Tabungan Danamon Lebih yang Dipentingkan Nasabah (Studi Kasus Nasabah yang Memiliki Danamon Lebih Cabang Warung Jambu). Tujuan dari penelitian tersebut adalah 1) Bagaimana karakteristik nasabah 22 Danamon Lebih Cabang Warung Jambu, 2) Bagaimana proses pengambilan keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan Danamon Lebih, 3) Faktorfaktor tabungan Danamon Lebih apa saja yang dipentingkan nasabah. Alat analisis yang digunakan adalah Uji Validitas, Reliabilitas, Analisis Deskriptif Aanalisis Faktor. Hasil dari analisi faktor terbentuk empat faktor yang paling dipentingkan oleh nasabah yaitu 1) cepat tanggap terhadap keluhan (0.852), 2) fasilitas produk tabungan (0.804), 3) bunga yang diperoleh (0.828), 4) kredibilitas bank (0.723). Wahyuni (2006) dalam penelitian yang berjudul Preferensi Nasabah Pegadadaian Syariah (studi kasus Pegadaian Unit Layanan Syariah dijalan Dewi Sartika Jakarta). Tujuan dari penelitian tersebut adalah 1) Melakukan pemetaan pola dan preferensi nasabah atas layanan pegadaian syariah untuk melihat potensi pengembangannya kedepan, 2) Mempelajari karakteristik perilaku dari kelompok masyarakat pengguna pegadaian syariah dan pegadaian konvensional sebagai dasar penetapan strategi sosialisasi dan untuk pengembangan pegadaian syariah. Data yang diperoleh diuji menggunakan SPSS versi 10 dengan model regresi logistik. Membagi dua variable yakni rasional-emosional dengan lima indicator variable yairu keyakinan terhadap prinsip bunga bank, jarak, pricing, kualitas pelayanan dan tujuan penggunaan dana. Kategori kedua adalah factor demografi yang terdiri dari jenis kelamin,usia, pendidikan, pekerjaan, agama, pendapatan. Setelah diuji hasil regresi menunjukan keyakinan agama menjadi faktor utama responden memilih pegadaian syariah bersama dengan variable kualitas pelayanan dan tujuan penggunaan dana. Sedangkan faktor demografi hanya gender yang signifikan secara statistik, artinya nasabah perempuan memiliki kecenderungan untuk menggunakan jasa pegadaian syariah.