Analisis Proses Pengambila Keputusan Produk

advertisement
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemasaran
Menurut Kotler (2003) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk memperoleh apa
yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut
American Marketing Association atau AMA dalam Kotler dan Keller (2007)
dimana pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi
dan para pemilik sahamnya.
2.2. Konsep Jasa
Menurut Loverlock&wright (2005) Jasa adalah sebuah aktivitas ekonomis
yang menghasilkan nilai dan menciptakan manfaat untuk pelanggan pada waktu
dan tempat yang spesifik dengan membawa suatu keinginan terjadinya pertukaran
atas kepentingan dari penerima jasa. Menurut Kotler (2002) jasa memiliki empat
karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran,
yaitu:
1. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa tidak berwujud berarti jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba,
didengar atau dicium sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli
mencari ciri atas kualitas jasa. Mereka akan menarik kesimpulan mengenai jasa
berdasarkan, orang, harga, peralatan dan komunikasi yang dapat dilihatnya.
2. Inseparability (tidak terpisahkan)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyediaannya, baik penyediaanya
manusia maupun mesin. Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara
7
bersamaan. Jika seseorang memberikan pelayanan, maka penyediaannya
merupakan bagian dari jasa tersebut.
3. Variability (bervariasi)
Kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyediakannya, kapan, dimana
serta bagaimana jasa itu diberikan.
4. Perishability (mudah lenyap)
Jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan untuk waktu yang
akan datang. Tidak menjadi masalah bila permintaan tetap, tetapi jika permintaan
berfluktuasi perusahaan jasa mengahadapi permasalahn yang sulit.
2.2.1 Kualitas Jasa
Kualitas jasa dan kepuasan pelanggan adalah konsep yang
berhubungan. Kualitas dapat memberikan dorongan kepada konsumen untuk
menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan. Tingkat kualitas pelayanan
tidak dapat dinilai berdasarkan sudut pandang perusahaan tetapi harus dilihat
dari sudut pandang penilaian pelanggan. Karena itu dalam merumuskan
strategi pelayanan, perusahaan harus berorientasi pada kepentingan pelanggan
dengan memperhatikan komponen kualitas pelayanan.
Menurut Wyckof dalam Lovelock (2005) kualitas jasa adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Jika jasa yang diterima
melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai
kualitas yang ideal dan sebaliknya. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas
jasa bergantung pada kemampuan penyediaan jasa jasa dalam memenuhi
harapan pelanggan secara konsisten.
2.2.2 Bauran Pemasaran Jasa
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Menurut Lovelock dan
Wright (2005) bauran pemasaran jasa dikenal dengan istilah 8 P, yaitu sebagai
berikut:
1. Product (produk)
8
Kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar
sasaran. Barang dan jasa yang dikombinasikan sedemikian rupa agar
pelanggan tertarik untuk membeli karena produk yang ditawarkan dapat
memenuhi kebutuhan mereka.
2. Price (harga)
Jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh
suatu produk. Harga merupakan kekuatan otoritas perusahaan untuk menaikan
atau menurunkan agar pelanggan datang untuk membeli suatu barang atau jasa
yang ditawarkan.
3. Promotional (promosi)
Aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk
pelanggan membelinya. Hal ini terkait dengan integrated marketing
communication yang tidak hanya membujuk pelanggan namun juga
membentuk opini publik dan citra suatu produk maupun perusahaan.
4. Place and time (tempat dan waktu)
Pengiriman elemen produk ke pelanggan melibatkan keputusan
tentang tempat dan waktu pengiriman.
5. People (orang)
Semua partisipan yang memainkan sebagian jasa, yaitu peran selama
proses dan konsumsi jasa berlangsung, oleh karena itu dapat mempengaruhi
persepsi pembelian.
6. Process (proses)
Bagaimana semua elemen bauran pemasaran jasa dikoordinasikan
untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang diberikan.
7. Prductivity dan quality (produktivitas dan qualitas)
Produktivitas dan kualitas tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Meningkatkan produktivitas sangat penting untuk menjaga agar biaya tetap
terkendali, sedangkan kualitas berperan penting bagi diferensiasi produk dan
bagi pembentukan loyalitas pelanggan.
9
8. Phisical Evidence (bukti fisik)
Gedung, tanah, kendaraan, perlengkapan dan petunjuk yang terlihat
lainnya yang memberikan bukti atas kualitas jasa.
2.3. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan aspek penting yang harus diperhatikan
oleh perusahaan yang menganut konsep pemasaran, dengan tujuan memberikan
kepuasan kepada konsumen. Engel, et al (1994) mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai tindakan seseorang atau individu yang terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiska produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Berdasarkan definisi
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan,
tindakan dan proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, mengahbiskan produk dan jasa
setelah melakukan hal-hal tersebut atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan,
2002). Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa
yang
dibutuhkan,
apa
seleranya
dan
bagaimana
proses
pengambilan
keputusannya.
2.3.1
Pengertian Perilaku Konsumen
Melayani dan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen adalah
tujuan pemasaran. Oleh karena itu pemasar perlu memahami bagaimana
perilaku konsumen dalam upaya memuaskan kebutuhan dan keinginannya.
Menurut Engel at al. (1994) perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul
tindakan
ini.
Sedangkan
menurut
Kolter
dan
Amstrong
(2003)
mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian
konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk
atau jasa untuk konsumsi pribadi.
10
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen sangat berkaitan dengan proses pengambilan keputusan
untuk menggunakan barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhannya.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Setiap hari konsumen lebih banyak mengambil keputusan dalam
pembelian. Mereka membuat keputusan tidak dalam sebuah tempat yang
terisolasi dari lingkungan sekitar. Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian tersebut. Menurut Kotler dan
Amstrong (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen
terdiri dari budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Hal ini dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Budaya
 Budaya
Sosial
 Kelompok
Acuan
 Sub-budaya  Keluarga
 Peran dan
 Kelas sosial
Status
Pribadi
 Siklus Hidup
 Pekerjaan
 Situasi
Ekonomi
 Gaya Hidup
 Kepribadian
dan Konsep
diri
Psikologi
 Motivasi
 Persepsi
Pembelian
 Pembelajaran
 Kepercayaan
dan Sikap
Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, menurut Kotler
dan Amstrong (2003), yaitu :
1. Faktor-faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam
perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan
oleh budaya,subbudaya dan kelas social pembeli.
11
a. Budaya
Budaya adalah penentu keinginan dan tingkah laku seseorang yang
paling mendasar. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar,
persepsi, keinginan dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang
anggota masyarakat dari keluarga dn lembaga penting lainnya.
b. Subbudaya
Setiap budaya memiliki beberapa sub budaya yang lebih kecil yang
membentuk lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus anggotanya.
Sub budaya adalah kelompok orang yang memiliki system nilai yang
sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang serupa.
c. Kelas sosial pembeli
Hampir setiap masyarakat mempunyai sejumlah struktur kelas sosial.
Kelas sosial adalah pembagian kelompok masyarakat yang relatif
permanen dan relatif teratur dimana anggota-anggotanya memiliki
nilai,minat, dan perilaku yang serupa.
2. Faktor-faktor Sosial
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial antara
lain :
a. Kelompok
Perilaku konsumen banyak dipengaruhi kelompok-kelompok kecil.
kelompok yang memiliki pengaruh langsung dan tempat seseorang
berada disebut kelompok keanggotaan. Sebagian adalah kelompokkelompok primer yang mempunyai interaksi secara regular tapi
informal seperti, keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja.
Sebaliknya, kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau
acuan secara langsung meupun tida langsung dalam pembentukan
sikap atau perilaku seseorang.
b. Keluarga
Anggota keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
perilaku pembelian. Keluarga merupakan kelompok kecil (pembeli)
12
yang penting dalam masyarakat. Para pemasar tertarik pada peran dan
pengaruh keluarga (suami, istri dan anak) dalam pembelian berbagai
macam produk (barang dan jasa).
c. Peran dan status Sosial
Seseorang memiliki banyak kelompok seperti keluarga, organisasi dan
klub. Posisi seseorang pada setiap kelompok dapat diartikan sebagi
peran dan status. Peran diartikan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang
diharapkan seseorang untuk dilakukan sebagaimana orang-orang
disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan
pengakuan namun masyarakat sesuai dengan status tersebut.
d. Peran dan Status
Dalam kehidupan bermasyarakat, peran dan status selalu melekat pada
setiap individu. Peran dan status seorang individu dalam kelompok
tertentu sangat mempengaruhi individu tersebut dalam perilaku
pembelian. Peran dan status, ini akan menentukan posisi seseorang
dalam suatu kelompok. Setiap peranan membawa status yang
mencerminkan harga diri menurut masyarakat sekitarnya. Disamping
itu orang cenderung memilih produk yang mengkomunikasikan peran
dalam masyarakat.
3. Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian
dan konsep diri.
a. Umur dan tahap siklus hidup
Orang-orang membeli produk (barang dan jasa) yang berbeda
sepanjang hidupnya. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus
hidup keluarga. Pemasar sering kali menentukan target pasar
dalam bentuk tahap siklus hidup dan mengembangkan produk
yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.
b. Pekerjaan
13
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang
dibelinya. Sebuah perusahaan bahkan dapat mengkhususkan
produknya untuk kelompok-kelompok pekerja.
c. Situasi Ekonomi
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi
seseorang.
d. Gaya Hidup
Orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan
yang sama mungkin akan memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya
hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam
aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup lebih banyak
menjelaskan sesuatu daripada kepribadian dan
kelas sosial
seseorang. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang
yang berinteraksi dengan lingkungannya.
e. Kepribadian
Kepribadian setiap orang akan mempengaruhi tingkah laku dalam
pembelian. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik
yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan
lama terhadap lingkungan diri sendiri. Kepribadian biasanya
digambarkan
dan
berhubungan
dengan
sifat-sifat
seperti
kepercayaan diri, dominasi, kemudahan bergaul, mempertahankan
diri, kemampuan menyesuaikan diri dan keagresifan. Dasar
pemikiran konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang
memberi kontribusi dan mencerminkan identitas mereka.
4. Faktor-faktor Psikologis
Pilihan-pilihan seseorang dalam melakukan pembelian dipengaruhi
juga oleh faktor psikologis yang terdiri dari :
a. Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang seacara cukup dirangsang
untuk membuat seseorang mencari keputusan dan tindakan atas
14
kebutuhannya. Motivasi merupakan faktor yang penting dalam
memulai dan mengatur kegiatan individu.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses mengatur, menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang
berarti tentang dunia. Seseorang yang termotivasi siap untuk
bertindak,
sementara
itu
bagaimana
seseorang
bertindak
akandipengaruhi oleh persepsinya atas situasi tertentu. Persepsi ini
tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga
rangsangan yang berhubungan
dengan lingkungan sekitar dan
keadaan yang bersangkutan.
c. Pembelajaran
Pada saat seseorang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran
menunjukan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.
d. Kepercayaan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dipertahankan
seseorang mengenai sesuatu. Para pemasar tertarik pada keyakinan
yang orang formulasikan secara spesifik terhadap produk atau jasa,
karena keyakinan itu membangun citra produk dan jasa yang
mempengaruhi
perilaku
pembelian.
Sedangkan
sikap
menggambarkan evaluasi, perasaan dan kecenderungan yang
konsisten atas suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek
atau ide. Sikap seseorang itu mempunyai pola dan mengubah satu
sikap akan membutuhkan penyesuaian yang sulit sikap yang lain.
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, keyakinan dan
sikap sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merek,
dan pelayanan.
15
2.4. Pengambilan Keputusan Konsumen
Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang
pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk dan merek setiap periode
tertentu. Berbagai macam keputusan mengenai aktivitas kehidupan sering kali
harus dilakukan oleh setiap konsumen setiap hari. Menurut Engel, et al. (1994)
mendefinisikan suau keputusan konsumen dalam pengambilan keputusan terdiri
dari lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
informasi, pembelian dan hasil. Tahapan dalam proses pengambilan keputusan
konsumen dapat dilihat pada Gambar 3.
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Gambar 3. Proses pengambilan keputusan
1. Pengenalan Kebutuhan
Menurut Engel, et al. (1994), Pengenalan kebutuhan memiliki arti
bahwa konsumen mempersiapkan perbedaan antara keadaan yang diinginkan
dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan
proses keputusan. Besarnya perbedaan antara kondisi nyata dengan kondisi
16
yang diinginkan sangat berpengaruh dalam menentukan kekuatan kebutuhan
tertentu. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal dan ekternal.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tertarik akan mancari lebih banyak informasi atau
tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di
dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika
tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau
melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber, sumber ini
meliputi sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan sumber
pengalaman. Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut
produk dan pembelinya. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar
informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial yang dikendalikan
oleh pemasar. Ketika semakin banyak informasi yang diperoleh, kesadaran
konsumen dan pengetahuan akan merek dan fitur yang tersedia meningkat.
3. Evaluasi Alternatif
Tahap ketiga dari proses keputusan adalah evaluasi alternatif. Evaluasi
alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek dan
memilihnya sesuai yang diinginkan konsumen. Pada evaluasi alternatif,
konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah
yang
dihadapinya
(Sumarwan,2002).
Bagaimana
cara
konsumen
mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi
pembelian tertentu. Konsumen akan membandingkan pilihan yang di
identifikasi sebagai cara yang potensial mampu memecahkan masalah. Dalam
beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan
pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit
mengevaluasi atau tidak sama sekali.
4. Keputusan Pembelian
Tahap ini adalah tahap akhir dari proses keputusan pembelian, yaitu
dilakukan setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang merek-merek
17
alternatif, mengevaluasi dan mengumpulkan merek mana yang paling
diinginkan. Menurut Kotler (2002), terdapat dua faktor yang berada diantara
niat pembelian dan keputusan pembelian. Pertama yaitu, sikap atau pendirian
orang lain. Seberapa jauh faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai
seseorang tergantung pada intensitas pendirian negatif orang lain terhadap
alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti
keinginan orang lain. Kedua yaitu, faktor situasi yang sudah diantisipasi.
Adanya faktor situasi yang tidak diantisipasi ini akan dapat mengubah rencana
pembelian yang akan dilakukan konsumen.
5. Hasil
Setelah seorang konsumen membeli produk, konsumen akan merasa
puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pasca pembelian, hal ini
penting diperhatikan oleh pemasar. Hal yang menentukan pembeli merasa
puas atau tidak dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara
ekspektasi konsumen dengan kinerja produk. Semakin besar kesenjangan
antara ekspektasi dengan kinerja, maka semakin besar ketidakpuasan
konsumen (Kotler dan Amstrong, 2003)
2.5. Pengertian Gadai
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150, disebutkan:
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berhutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang
lain atas namanya dan memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang
yang berpiutang lainnya : dengan pengeculian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikelurkan untuk menyelamatkan setelah barang itu
digadaikan, biaya-biayamana yang harus didahulukan.
Menurut Kasmir (2004) secara umum pengertian usaha gadai adalah
kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu guna
18
memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali
sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha gadai memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. terdapat barang-barang berharga yang digadaikan
2. nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang yang digadaikan
3. barang yang digadaikan dapat ditebus kembali
2.5.1 Kegiatan Perum Pegadaian
Sifat usaha gadai pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi
kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan. Kegiatan operasional Perum Pegadaian yang telah dilakukan saat
ini, antara lain meliputi:
1. Menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai
2. Menerima jasa taksiran yaitu pelayanan kepada masyarakat yang ingin
mengetahui berapa besar nilai riil barang yang dimilikinya
3. Menerima jasa titipan, yaitu pelayanan kepada masyarakat yang akan
menitipkan barang-barangnya
4. Membantu mengembangkan Usaha Rumah Tangga
5. Pembiayaan Ar-Rahn untuk usaha mikro kecil denagn prinsip syariah
6. Pejualan logam mulia kepada masyarakat secara tunai dan agunan dengan
jangka waktu fleksibel.
7. Pengiriman uang dalam dan luar negeri yang bekerjasama dengan Western
Union.
2.5.2 Penaksiran
Penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dilakukan dengan
mewajibkan nasabah untuk menyerahkan barang bergerak sebagai barang
jaminan, seperti emas, berlian barang-barang bergerak, elektronik, kendaraan
bermotor, dan lain-lain. Barang-barang tersebut kemudian ditaksir oleh
petugas penaksir, yang memang memiliki keahlian untuk hal tersebut dalam
19
menentukan nilai uang pinjaman yang dapat diberikan. Pada dasarnya
besarnya uang pinjaman menurut ketentuan saat ini dibagi berdasarkan
golongan. Untuk golongan A adalah 84% dari nilai taksir dan golongan B,C
dan D adalah 89% dari nilai taksiran.
2.6. Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukan suatu kelas
prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas, dari
variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel. Dalam riset pemasaran
biasanya banyak variabel, kebanyakan diantaranya saling berkorelasi dan harus
direduksi sampai pada tingkat yang dapat dikelola. Dalam analisis varians,
analisis regresi, dan analisi deskriminan satu variabel dianggap variabel dependen
dan yang lainnya sebagai variabel independen. Namun didalam analisis faktor
tidak ada pembedaan semacam itu, analisis faktor merupakan sebuah tehnik
interdependensi dalam arti bahwa seluruh himpunan hubungan interdependen
diuji.
Menurut Supranto (2004), kegunaan analisis faktor adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dimensi yang mendasari atau faktor, yang menjekaskan
korelasi antara suatu set variable.
2. Mengidentifikasi suatu set variable baru yang tidak berkorelasi (independent)
yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variable asli yang
saling berkorelasi didalam analisis multivariate selanjutnya.
3. Mengidentivikasi suatu set variable yang penting dari suatu set variable yang
lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan didalam analisis multivariate
selanjutnya.
Analisis faktor merupakan suatu alat uji banyak variabel untuk mengamati
dan menganalisis suatu fenomena yang dapat dibuat suatu pola. Variabel-variabel
yang banyak dan tidak terobservasi disebut sebagai faktor. Pada dasarnya model
faktor ini adalah pendorong bagi pembentukan suatu argumentasi. Variabel-
20
variabel yang terdapat dalam model itu akan di kelompokkan berdasarkan
hubungan antar variabel tersebut.
Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu
proses
untuk
meringkas
sejumlah
variabel
menjadi
lebih
sedikit
dan
menamakannya sebagai faktor (Santoso dan Tjiptono 2004).
2.7. Pengolahan Data
2.7.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan
suatu alat ukur atau instrumen (kuesioner). Validitas menunjukkan sejauh
mana alat dapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003), untuk uji
validitas diketahui dengan cara menghitung nilai korelasi (r) antara data pada
masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi
Product Moment Pearson sebagai berikut :
r
n   XY    X Y
nX  X nY  Y 
2
2
2
2
..............................................(1)
Keterangan :
r = Koefisien validitas yang dicari
n = Jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan X
Y = Skor masing-masing pertanyaan Y
Pengujian validitas diolah dengan menggunakan software SPSS versi
17. Pada penelitian ini uji validitas dilakukan terhadap 30 responden dimana
bila diperoleh rhitung lebih besar dari rtabel yang ditentukan pada tingkat
signifikasi (α) 0,05 yaitu sebesar 0, 361 maka kuesioner dinyatakan valid dan
dapat digunakan.
2.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) adalah suatu nilai yang menunjukkan
konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003).
21
Kuesioner reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulangulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji
reliabilitas data kuesioner dilakukan dengan menggunakan perhitungan
metode Cronbach’s Alpha dengan rumus :
2
 k    b 
r11  
1 
 ....................................................................................(2)
t 2 
 k  1 
Dimana :
r11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyak butir pertanyaan
t 2
= Jumlah ragam total

2
= Jumlah ragam butir
b
Rumus untuk mencari nilai ragam adalah :
2 
 X2
X 
2
n
n
......................................................................................(3)
Dimana :
Ragam
Jumlah contoh (responden)
Nilai skor yang dipilih
Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan software SPSS
versi 17. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden dimana reliabilitas
variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60.
2.8. Penelitian Terdahulu
Widia (2009) dalam penelitian yang berjudul Analisis Proses Pengambilan
Keputusan dan Faktor-Faktor Tabungan Danamon Lebih yang Dipentingkan
Nasabah (Studi Kasus Nasabah yang Memiliki Danamon Lebih Cabang Warung
Jambu). Tujuan dari penelitian tersebut adalah 1) Bagaimana karakteristik nasabah
22
Danamon Lebih Cabang Warung Jambu, 2) Bagaimana proses pengambilan
keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan Danamon Lebih, 3) Faktorfaktor tabungan Danamon Lebih apa saja yang dipentingkan nasabah. Alat analisis
yang digunakan adalah Uji Validitas, Reliabilitas, Analisis Deskriptif Aanalisis
Faktor. Hasil dari analisi faktor terbentuk empat faktor yang paling dipentingkan
oleh nasabah yaitu 1) cepat tanggap terhadap keluhan (0.852), 2) fasilitas produk
tabungan (0.804), 3) bunga yang diperoleh (0.828), 4) kredibilitas bank (0.723).
Wahyuni (2006) dalam penelitian yang berjudul Preferensi Nasabah
Pegadadaian Syariah (studi kasus Pegadaian Unit Layanan Syariah dijalan Dewi
Sartika Jakarta). Tujuan dari penelitian tersebut adalah 1) Melakukan pemetaan
pola dan preferensi nasabah atas layanan pegadaian syariah untuk melihat potensi
pengembangannya kedepan, 2) Mempelajari karakteristik perilaku dari kelompok
masyarakat pengguna pegadaian syariah dan pegadaian konvensional sebagai dasar
penetapan strategi sosialisasi dan untuk pengembangan pegadaian syariah. Data
yang diperoleh diuji menggunakan SPSS versi 10 dengan model regresi logistik.
Membagi dua variable yakni rasional-emosional dengan lima indicator variable
yairu keyakinan terhadap prinsip bunga bank, jarak, pricing, kualitas pelayanan
dan tujuan penggunaan dana. Kategori kedua adalah factor demografi yang terdiri
dari jenis kelamin,usia, pendidikan, pekerjaan, agama, pendapatan. Setelah diuji
hasil regresi menunjukan keyakinan agama menjadi faktor utama responden
memilih pegadaian syariah bersama dengan variable kualitas pelayanan dan tujuan
penggunaan dana. Sedangkan faktor demografi hanya gender yang signifikan
secara statistik, artinya nasabah perempuan memiliki kecenderungan untuk
menggunakan jasa pegadaian syariah.
Download