perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jeruk Siam Tanaman jeruk (Citrus sp.) merupakan tanaman tahunan yang berasal dari Asia Tenggara terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan. Tanaman jeruk yang dibudidayakan di Indonesia juga telah dibudidayakan di negara-negara tropis lainnya. Namun sejarah dari tanaman jeruk yang berada di Indonesia sendiri tidak begitu jelas adanya. Jeruk merupakan buah terpenting ketiga di Indonesia setelah pisang dan mangga, sedangkan di dunia, jeruk merupakan buah yang popular setelah anggur (Anonim , 2011). Jeruk adalah buah-buahan yang nilai gizinya cukup tinggi dan memberi penghasilan yang tidak sedikit artinya bila diusahakan secara sungguh-sungguh. Di samping itu buah jeruk merupakan salah satu bahan makanan tambahan yang mengandung zat-zat pengatur proses dalam tubuh manusia yang setiap hari mutlak dibutuhkan dan makin digemari masyarakat (Joesoef, 1993). Tanaman jeruk tersebar di seluruh Indonesia, dengan sentra produksi utama terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Sekitar 70-80% jenis jeruk yang dikembangkan petani masih merupakan jeruk siam, sedangkan jenis lainnya merupakan jeruk keprok dan pamelo unggulan daerah seperti keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Sioumpu dari Sulawesi Tenggara, keprok Tejakula dari Bali, dan keprok Kacang dari Sumatera Barat, pamelo Nambangan dari Jatim dan Pangkajene merah dan Putih dari Sulawesi Selatan, sedangkan jeruk nipis banyak diusahakan di Jawa Timur dan Kalimantan Timur (Anonim 2012). commit5 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 Klasifikasi jeruk siam banjar: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales Keluarga : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : Citrus nobilis Varietas : Citrus nobilis LOUR Var. Microcarpa Hassk. 1. Morfologi a. Akar tanaman jeruk mempunyai akar tunggang berfungsi untuk menyerap mineral dan zat hara yang diperlukan dalam pertumbuhan dan sebagai penopang tubuh tanaman jeruk. b. Pohon jeruk siam pada umumnya berbentuk bulat, berbatang rendah, tinggi 2-8 m, cabangnya banyak dengan lingkar cabang 12-36 cm. c. Daun jeruk berwarna hijau tua dan tidak meranggas. Posisi daun berhadapan atau berseling. Tangkai daun bersayap atau tidak bersayap dan permukaan daun berkelenjar minyak yang transparan. d. Bunga tanaman jeruk mempunyai bunga majemuk yang terletak diketiak daun atau di ujung cabang. Tangkai bunga kecil-kecil dan berdaun harum, pendek, daun pelindung kecil, kelopak daun berbentuk cawan dan bulat telur. e. Bakal buah menumpang, bentuknya bulat dan elips, buah jeruk tergolong buah sejati, tungal dan berdaging. Bau buah jeruk sangat menyengat karena mengandung minyak atsiri (Soelarso. 1996). Berbagai macam jenis jeruk siam (Citrus nobilis LOUR) dikenal di Indonesia, diantaranya yang banyak dipasaran adalah siam madu, siam pontianak, dan siam banjar. Selain memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, jeruk siam yang ada juga memperlihatkan banyak perbedaan yaitu adanya keragaman dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 warna kulit buah (dari hijau tua hingga kuning cerah) dan ketebalan kulit buah. Keragaman yang ada merupakan suatu kekayaan dalam plasma nutfah perjerukan nasional. Namun jika keragaman ini bukanlah perwujudan dari keragaman secara genetik maka akan menimbulkan kerancuan dalam kegiatan perbenihan jeruk, mengingat sumber bibit yang digunakan petani di sentra-sentra jeruk siam nasional saling berkaitan satu sama lain. Untuk itu, perlu dilakukan karakterisasi baik secara morfologis maupun genetik terhadap keragaman jeruk siam yang ada dalam upaya mendukung kegiatan perbenihannya. (Anonim 2012). Jeruk siam merupakan anggota jeruk keprok yang mempunyai nama ilmiah Citrus nobilis var. Microcarpa. Dinamakan jeruk siam karena memang berasal dari Siam (Muangthai). Dinegeri asalnya jeruk ini dikenal dengan nama som kin wan. Sampai saat ini sebenarnya belum ada data resmi tentang kapan dan dimana tepatnya jeruk siam pertama kali didatangkan ke Indonesia. Budidaya jeruk siam di Kalimantan Barat mulai dirintis pada tahun 1940 di Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas, oleh seorang warga negara asing (Cina). Kemudian usaha budidaya ini diteruskan oleh H.A. Rani dan Lim Kun Sin di Desa Bekut, Kecamatan Tebas. Sampai sekarang daerah ini menjadi sentral produksi jeruk siam di Kalimantan Barat (Anonim 2012). Berbagai macam jeruk siam ditemukan di Indonesia, diantaranya yang terkenal adalah Siam Madu, Siam Pontianak, dan Siam Banjar. Disamping itu terdapat juga macam jeruk siam lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Fenomena yang dapat dilihat dari jeruk siam yang ada di Indonesia saat ini yaitu adanya keragaman dalam warna kulit buah (dari hijau tua hingga kuning cerah), ketebalan kulit buah, dan nama yang berbeda di setiap daerah (Chaireni, 2012). Keanekaragaman beberapa jenis jeruk siam di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 Tabel 2.1 Kondisi Keanekaragaman Beberapa Jenis Jeruk Siam di Indonesia No Jenis jeruk Siam Warna Kulit Buah Warna Daging Matang Buah Rasa Bauh 1 Siam Pontianak Hijau Kekuningan Orange Kemerahan Manis 2 Siam Medan/Madu Kuning Manis 3 Siam Banjar Hijau Kekuningan Orange Cerah Manis Segar 4 Siam Kintamani Kuning Kehijauan Orange Manis Segar 5 Siam Ponorogo Hijau Kekuningan Orange Pucat Manis Segar 6 Siam Jember Hijau Kekuningan Orange Manis Segar 7 Siam Mamuju Hijau Manis Segar Orange Cerah Orange Kemerahan Sumber : Hasil Penelitian Chaireni, 2012 Jeruk Siam Banjar tergolong kedalam tanaman keras/tahunan (paranual), berupa pohon (arbor), tinggi 6-10 m. Ranting berduri. Percabangan cukup banyak, membentuk mahkota pohon yang bulat. Daun berbentuk bulat telur (ellips), ujung runcing, berwarna hijau tua mengkilat. Tangkai daun bersayap. Mahkota bunga berwarna putih, dengan 20-30 buah benangsari. Buah berbentuk bulat, daging buah oranye berupa gelembung yang bersatu satu dengan yang lain. Biji berbentuk bulat telur, berwarna putih, bersifat poliembrional. Buah jeruk mengandung 77-92% air, gula 2-15%, protein 1- 2%, asam sitrat 1-2%. Jeruk siam Banjar, cukup adaptif di tanaman pada lahan rawa pasang surut maupun lahan rawa lebak. Di lahan rawa di tanaman dalam bentuk tukungan atau surjan diantara pertanaman padi. Jeruk siam Banjar yang dibudidayakan di pasang surut tipe A, rasanya lebih manis, kulit buah lebih tipis dan lebih berair (Anonim ˡ, 2009) B. Syarat Tumbuh 1. Ketinggian Tempat Jeruk dapat tumbuh di dataran rendah (lahan basah) dan dataran tinggi. Jeruk dapat tumbuh dengan baik pada elevasi 800-1500 meter dpl. Pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 ketinggian di atas 900 m dpl rasanya asam. Namun jenis jeruk siam tertentu seperti jeruk tebas tumbuh dengan baik di Kalimantan pada elevasi 100 m dpl. Jeruk siam Banjar memerlukan ketinggian tempat yang hampir sama dengan daerah asalnya. Di Muangthai jeruk ini ditanam di dataran rendah. Hal ini, berlaku juga di Indonesia, untuk mendapatkan hasil terbaik jeruk sebaiknya ditanam pada ketinggian kurang dari 700 m dpl (diatas permukaan laut) (Anonim , 2007). 2. Kondisi Tanah Kebun jeruk siam Banjar tidak boleh tertutup oleh genangan air. Karenanya kebun jeruk untuk lahan basah perlu dibuat drainase. Untuk daerah pasang surut dibuat baluran (bedengan) dengan ukuran tinggi 0,5 meter dan lebar 3 meter dan panjangnya menurut petakan lahan. Setiap 1 ha lahan dengan sistem bedengan dapat ditanami jeruk sebanyak 278 pohon. Di areal sawah bisa ditanami jeruk dengan cara membuat gundukan seluas 1 m² dengan tinggi 50 - 60 cm. a. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. b. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%. c. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk. d. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5– 6,5 dengan pH optimum 6. e. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30˚ (Anonim , 2007). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 3. Iklim Kecepatan angin yang lebih dari 40 - 48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin. Tergantung pada spesiesnya, jeruk siam Banjar memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan JuliAgustus. Temperatur optimal antara 25-30ºC namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38ºC. Jeruk siam Banjar memerlukan temperatur 20ºC. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80% (AAK, 1992). Tanaman jeruk siam Banjar membutuhkan banyak penyinaran matahari, yaitu sekitar 50-70%. Keadaan udara yang lembab akan menimbulkan lebih banyak penyakit cendawan, sebaliknya keadaan udara yang kering akan menimbulkan lebih banyak serangan hama terutama scale insect (kutu perisai) dan kutu penghisap lainnya. Di daerah-daerah jeruk di Indonesia rata kelembabannya berkisar 50-85% dan 70-80% (Joesoef, 1993). 4. Curah Hujan Curah hujan 1000 mm sampai 2000 mm bila merata sepanjang tahun merupakan curah hujan ideal karena bisa memelihara kelembaban tanah sepanjang tahun pada kebun jeruk. Pada umumnya curah hujan di Indonesia lebih dari 2000 mm, ada pula yang melebihi 3000 mm, tetapi seringkali tidak merata. Ada beberapa bulan kering, maka perlu penyiraman dan pemberian mulsa, misalnya jerami, daun bambu, dan daun kelapa, atau lainnya untuk mempertahankan kelembaban tanah jangan sampai banyak air yang menguap (Pracaya, 2009). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 C. Okulasi Perbanyakan tanaman jeruk siam Banjar dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Cara generatif dilakukan dengan menanam bijinya, sedang cara vegetatif dapat dilakukan melalui cangkokan, setek, penempelan (okulasi) atau penyambungan (grafting) Perbanyakan dari biji jarang dilakukan karena dapat mengakibatkan selain buahnya tidak sama dengan induknya juga memiliki sifat juvenile atau masa tunggu berbuah lebih lama (Anonim , 2013). Okulasi merupakan suatu tindakan memasukan, menempatkan atau menyambung bagian dari suatu tanaman ke bagian tanaman lain sedemikian rupa sehingga akan tercapai persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanaman baru yang memiliki penampilan yang akan lebih indah (Diyan, 2009). Penyambungan antara dua tanaman yang serasi akan menghasilkan tanaman yang kuat dan berumur panjang. Nurzaini (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi okulasi adalah fisiologi tanaman, kesehatan batang bawah, kondisi kulit batang bawah, iklim pada saat okulasi berlangsung, dan juga faktor teknis seperti keterampilan dan keahlian dalam pelaksanaan okulasi serta peralatan yang dipergunakan. Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi dan sambungan ialah, bahwa kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat (Joesoef, 1993). Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. Jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek (Anonim , 2010). 1. Batang Bawah Peranan batang bawah jeruk siam Banjar sangat penting, karena batang bawah bertanggung jawab terhadap sistem perakaran dan mempengaruhi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 penempelan dan daya tahan hidup pohon, disamping itu batang bawah juga berpengaruh terhadap ketahanan hama dan penyakit tertentu serta produksi kualitas buah (Supriyanto, 1994). Umur batang bawah untuk dapat diokulasi sangat beragam tergantung kepada jenis tanamannnya. Ada yang masih berumur 9 bulan sudah bisa diokulasi, tetapi ada juga lebih dari 4 tahun baru bisa diokulasi. Tetapi yang umum tanaman dapat diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau cabangnya sudah mencapai sebesar ibu jari (Wudianto, 2001). Batang bawah yang biasa digunakan untuk penyambungan dan penempelan pada prinsipnya harus mampu menjalin persatuan yang normal dan mampu mendukung pertumbuhan batang atasnya tanpa menimbulkan gejala negatif yang tidak diinginkan. Untuk batang bawah yang perlu diperhatikan adalah sistem perakarannya (Hartman dan Kester, 1983). 2. Mata Tempel Batang atas dari bibit okulasi sebenarnya hanya berupa mata dari tanaman yang kita kehendaki. Agar okulasi memuaskan tentu saja mata ini harus diambil dari pohon induk yang subur dan dari cabang yang tidak terserang hama-penyakit. Sebab penyakit dapat ditularkan oleh mata yang ditempelkan. Bentuk mata yang baik adalah bulat dan besar-besar. Mata demikian dapat diperoleh dari cabang yang telah berumur lebih-kurang 1 tahun. Jika cabang yang diambil matanya masih terlalu muda biasanya mata sulit untuk dilepas. Tanda cabang yang memenuhi syarat adalah berwarna hijau kelabu atau kecoklatan (Wudianto, 2001). Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah dikupas dari kayunya, yaitu tanaman yang masih aktif dalam pertumbuhannya sel-sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil dari kayunya (Pracaya, 2009). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 Ranting mata tempel yang berbentuk bulat mempunyai mutu yang lebih baik yang dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga dan relatif masih pipih. Untuk mencegah berkembangnya cendawan, perlu dilakukan beberapa perlakuan, yakni: setelah ranting mata tempel diambil dari pohon induk, untuk menghindari penguapan yang berlebihan, daun pada ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya, ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya ranting mata tempel dicuci dengan air, kemudian direndam dengan klorox 10% selama 1 menit. Selanjutnya dikering anginkan dan direndam dalam benomil 1% atau benlate selama 1 menit, kemudian dikering anginkan lagi (jangan lebih 15 menit) (Soelarso, 1996). Tanaman yang dijadikan batang atas haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Berasal dari pohon yang sehat, terutama bebas dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus. b. Berasal dari pohon yang sifat-sifatnya sesuai dengan sifat yang diinginkan. c. Tidak mengurangi kualitas batang bawah, pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan (Barus dan Syukri, 2008). Menurut Joesoef (1993), syarat batang atas adalah: a. Produksi tinggi dan kualitas buah baik. b. Pohon sehat, terutama bebas dari penyakit virus Tristeza dan CVPD. c. Umur tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. d. Ranting untuk mata tempel dan sambungan tidak berduri dan tidak ada menunjukkan gejala-gejala kuning atau mutasi. e. Pohon induk berada ditempat yang sekitarnya (radius 5 km) tidak ada tanaman yang sakit, terutama CVPD. Keberhasilan proses okulasi sangat dipengaruhi oleh kompatibilitas anatara 2 jenis tanaman yang diokulasikan. Pada umumnya semakin dekat keakraban antara 2 tanaman yang diokulasikan maka keberhasilannya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 semakin besar. Keberhasilan okulasi dapat dilihat dari kecepatan pertumbuhan batang atas dan persentasi keberhasilan dari okulasi. Keberhasilan okulasi ditentukan pula oleh kecepatan terjadinya pertautan antara batang bawah dan batang atas. Pertautan ini akan ditentukan oleh proses pembelahan sel pada bagian yang akan bertautan (Hanolo, 2000). 3. Pelaksanana Okulasi Persyaratan Okulasi Jeruk yang Baik: a. Diameter batang bawah harus sudah cukup (± 1 cm) b. Kondisi batang bawah harus benar benar sehat/bebas penyakit ataupun jamur c. Kandungan air tanah yang tidak terlalu lembab (1 meter dibawah permukaan tanah) d. Memilih mata tunas yang benar benar sehat, yaitu berasal dari induk yang sehat dan bebas virus e. Dilakukan oleh tangan tangan yang benar professional dan berpengalaman. f. Sebaiknya dilakukan pada musim kemarau (Anonim , 2012). 4. Pasca Kegiatan Okulasi Persatuan antara batang bawah dan batang atas (entris) dapat terjadi bila pada letak penempelan terjadi aktivitas pembelahan kambium dan cukup kandungan hara. Kebutuhan akan hara berupa bahan organik sangat menentukan keberhasilan okulasi dimana tindakan pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman, yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas tanah yang dipupuk terutama pada lahan marjinal dengan kandungan unsur hara yang sedikit tersedia. Pemupukan di pembibitan jeruk merupakan salah satu hal yang penting karena mendukung pertumbuhan bibit yang baik (Adrizal dan Jalil, 1995) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu pengikatan, kini tiba saatnya melakukan pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan kita buka, lalu mata tempelannya dilihat. Apabila warna mata tempelan itu telah menjadi hijau kemerahan atau hitam, ini berarti pengokulasian kita tidak berhasil atau mata tempelannya tidak berhasil. Tetapi jika mata tempelan masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang pokok, ini pertanda bahwa okulasi kita berhasil (Wudianto, 2001). Menurut Joesoef (1993) perlakuan dan pemeliharaan selanjutnya setelah ditempel adalah sebagai berikut a) Setelah tempelan itu jadi, batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempat penempelan disayat ± 2/3 bagian, kemudian dipatahkan sehingga terkulai (menggantung). b) Dengan cara demikian tunas akan cepat tumbuh dari mata tempel dan enam bulan setelah ditempel sudah dapat dipindahkan ke dalam keranjang atau 9 bulan sesudah ditempel sudah dapat menjadi bibit berupa stump. c) Tunas-tunas yang tumbuh dibawah tempelan pada batang bawah dibuang, sehingga tunas dari mata tempel dapat dengan leluasa tumbuh. d) Tunas dari mata tempel dibiarkan tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang sampai setinggi ± 60 cm. D. Hama dan Penyakit 1. Hama a. Kutu loncat (Diaphorina citri) Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC) dan Monocrotophos (Azodrin 60 WSC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 b. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.) Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Malathion (Gisonthion 50 EC), Methidathion (Supracide 40 EC), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon). c. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.) Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP), Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah. 2. Penyakit a. CVPD Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik. b. Tristeza Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen. Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat. Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade (Anonim ͩ , 2007) commit to user