Penanganan Kemiskinan Dilakukan secara Sistematis

advertisement
Penanganan Kemiskinan Dilakukan secara Sistematis
Selasa, 28 September 2010
JAKARTA (Suara Karya): Penanganan kemiskinan dalam upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat harus dilakukan secara sistematis, terencana, dan berkelanjutan.
Demikian disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat membuka
pertemuan internasional yang diselenggarakan oleh Alliance for Financial Inclusion
(AFI) di Jimbaran, Bali, Senin (27/9).
"Seperti kita ketahui bersama, memerangi kemiskinan memerlukan langkah secara
sistematis, berkelanjutan, dan kebijakan yang terkoordinasi dengan baik, serta
didukung oleh sumber daya yang memadai," kata Presiden.
Kepala Negara menjelaskan, penanggulangan masalah kemiskinan di Indonesia
merupakan salah satu program utama pemerintah. Sejauh ini mulai menunjukkan
hasil yang menggembirakan. "Jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah
garis kemiskinan berkurang dari 16,7 persen dari total penduduk pada 2004 menjadi
14,1 persen pada 2009. Meski krisis berlangsung, kita bisa mengurangi jumlah
warga miskin menjadi 13,3 persen pada Maret 2010," tuturnya.
Meski demikian, menurut Presiden, upaya untuk mengurangi angka kemiskinan akan
berhasil bila semua pihak memberikan dukungan, termasuk kerja sama secara
global.
"Penanganan krisis finansial global penting bagi upaya-upaya melawan kemiskinan.
Menurut Bank Dunia, terdapat 1,4 miliar manusia yang masih hidup dengan
pendapatan kurang dari 1,25 dolar per hari," katanya.
Di sisi lain, SBY juga menekankan pentingnya membuka akses keuangan bagi warga
miskin sehingga memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Akses
untuk publik, khususnya untuk warga miskin terhadap keuangan, bisa menjadi salah
satu solusi penanganan kemiskinan. "Akses ini menjadi tema sentral, karena
sebagian besar dari warga miskin tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan,
seperti pinjaman, tabungan, pembayaran melalui transfer, dan asuransi. Tentunya
ini akan menambah sulit kehidupan si miskin," ujarnya.
Karena itu, melalui pembukaan akses pelayanan keuangan bagi masyarakat,
khususnya warga miskin, maka diharapkan upaya untuk menangani kemiskinan bisa
berjalan. "Dengan membuka banyak kesempatan mengakses keuangan, maka bisa
meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menutup kesenjangan di bidang
ekonomi dan sosial. Ini secara otomatis mengurangi kemiskinan dan
ketidaksetaraan," ucap SBY.
Di tempat terpisah, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan,
pemerintah membutuhkan keterlibatan serta dukungan perusahaan swasta dan
badan usaha milik negara (BUMN), terutama melalui program tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility/ CSR) dalam menyelesaikan pencapaian
tujuan pembangunan milenium (MDG's) pada 2015.
"Pemerintah akan mendorong keterlibatan semua pihak. Karena, tidak mungkin
mendorong MDG's hanya oleh pemerintah saja. Untuk komitmen kontribusi
pendanaan, kita bisa mendorong dari CSR, khususnya melalui perusahaan yang
memunyai fokus bisnis dan pelayanan terhadap masyarakat," katanya.
Untuk itu, peran serta pemerintah daerah (pemda) sangat penting dalam menjalin
hubungan dengan perusahaan-perusahaan. Tentunya ini akan mendorong
percepatan pencapaian tujuan pembangunan milenium, terutama di daerah
terpencil. "Dalam hal ini, CSR perusahaan swasta dan BUMN dikontribusikan untuk
percepatan MDG`s di masing-masing daerah," ujarnya.
Selain mengharapkan program CSR, Armida menambahkan, pemerintah juga
membutuhkan dukungan organisasi profesi, perguruan tinggi, lembaga internasional,
advokat, serta kalangan LSM untuk mendorong pencapaian pengentasan kemiskinan,
terutama di kalangan akar rumput (grass root) atau masyarakat lapisan bawah.
(Indra)
Download