RINGKASAN NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham

advertisement
RINGKASAN
NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada
Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO).
Pasar modal merupakan suatu wadah yang menjembatani hubungan
pemilik dana dan pengguna dana. Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan
jangka panjang yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan
memperbanyak kegiatan perekonomian yang sehat. Para pemodal menggunakan
pasar modal untuk keperluan investasi portofolionya sehingga pada akhirnya
dapat memaksimalkan penghasilan. Pasar modal merupakan alternatif untuk
menghimpun dana dan investor memiliki banyak pilihan investasi yang sesuai
dengan preferensi risiko yang akan dihadapi. Salah satu pilihan investasi di pasar
modal yaitu saham perbankan. Hampir semua bank telah tercatat di bursa efek
seperti Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank
Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, Bank Pan Indonesia (Panin), Bank Permata
dan lain-lain. Bank-bank ini termasuk ke dalam 12 bank teratas di Indonesia dan
juga termasuk saham yang aktif di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Setiap aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor tidak pernah
terlepas dari risiko investasi saham begitu juga pada saham perbankan. Risiko
investasi pada saham perbankan diakibatkan oleh fluktuasi dari harga saham
perbankan. Sehingga investor tidak dapat memastikan tingkat keuntungan yang
akan diperoleh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat risiko saham
yang akan ditanggung oleh investor pada saham perbankan (tujuh bank). Pada
penelitian ini untuk menentukan besar risiko pada saham perbankan dapat
dilakukan dengan menggunakan Konsep Model Indeks Tunggal atau Model Pasar.
Model ini diolah dengan cara regresi sederhana yang merupakan hubungan antara
return pasar dan return saham individu (perbankan). Dan beta yang merupakan
koefisien dari return pasar sebagai indikator dari risiko investasi saham. Jika nilai
beta lebih besar1 menandakan risiko investasi cukup besar, jika beta lebih kecil1
menandakan risiko investasi saham kecil. Data yang digunakan adalah indeks
harga saham bulanan dari Bank BII, Bank BNI, Bank Danamon, Bank Lippo,
Bank Niaga, Bank Panin, Bank Permata, dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) bulanan. Periode waktu yang digunakan yaitu dari tahun 1998 hingga
tahun 2005.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Bank BII, Bank Lippo dan
Bank Panin mempunyai indeks beta lebih besar dari satu dan ini berarti risiko
saham pada bank ini cukup besar. Maka investor yang sesuai untuk melakukan
investasi adalah investor risk seeker. Sedangkan nilai beta yang diperoleh pada
Bank BNI, Bank Niaga dan Bank Permata menunjukkan angka di bawah satu,
maka risiko investasi saham pada bank ini kecil. Investor yang akan melakukan
investasi pada saham ini adalah investor risk averse.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka saran yang dapat
diberikan yaitu untuk investor yang akan melakukan investasi pada saham
perbankan (Bank BII, Bank Lippo dan Bank panin) perlu mempertimbangkan
kemungkinan terburuk (kerugian) yang akan terjadi di masa datang. Kemudian
ketersediaan informasi yang lebih lengkap mengenai kinerja perusahaan yang
terdaftar di bursa efek dan kondisi sosial-politik-ekonomi Indonesia merupakan
hal penting bagi investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Untuk
penelitian selanjutnya yaitu rentang waktu penelitian diperpanjang dan dapat
menambahkan saham perbankan yang lain, atau menambahkan faktor-faktor
penyebab risiko investasi saham.
ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA SAHAM PERBANKAN
(STUDI KASUS PADA TUJUH BANK DI INDONESIA)
Oleh
NILA SARI
H14102029
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa
: Nila Sari
Nomor Registrasi Pokok : H14102029
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Risiko Saham pada Saham Perbankan
(Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS
NIP. 132 104 952
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS
NIP. 131 846 872
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, September 2006
Nila Sari
H14102029
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nila Sari lahir pada tanggal 21 Desember 1983 di
Bukittinggi, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak bungsu dari enam
bersaudara, dari pasangan Darlis Husin dan Zamarni. Jenjang pendidikan penulis
lalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 36 Limo
Balai, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN I IV Angkat Candung dan
lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN I IV
Angkat Candung dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis meninggalkan kota kelahiran untuk melanjutkan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi
pilihan dengan harapan dapat memperoleh ilmu, mengembangkan pola pikiran
serta menambah wawasan yang berguna bagi masa depan penulis. Penulis masuk
IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai
mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM, Forum Mahasiswa Islam (FORMASI) dan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FEM.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah ”Analisis Risiko Investasi pada
Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia)”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dosen, keluarga dan
teman-teman. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Nunung Nuryartono yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis
maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan
dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Sri Hartoyo
yang telah menguji karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal
yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fifi D. Thamrin, terutama atas perbaikan
tata cara penulisan skripsi ini.
Penulis juga sangat terbantu oleh dukungan teman-teman yang selalu
memberikan semangat dan menghibur penulis dikala sedih. Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua serta saudarasaudara penulis. Doa dan dorongan mereka sangat besar dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, September 2006
Nila Sari
H14102029
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR
....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................
3
1.3. Tujuan Penelitian
.............................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
6
2.1. Pengertian Pasar Modal ......................................................................
6
2.1.1. Karakteristik Saham di Pasar Modal .........................................
9
2.1.2. Jenis-Jenis Indeks di BEJ ………………………………………
11
2.2. Investasi dan Pemodal .......................................................................
13
2.3. Risiko Investasi Saham ......................................................................
15
2.4. Perbankan di Pasar Modal ...................................................................
22
2.5. Kerangka Pemikiran .........................................................................
23
2.6. Hipotesis .............................................................................................
25
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................
26
3.1. Metode Umum Penelitian .................................................................
26
3.1.1. Jenis dan Sumber Data .............................................................
26
3.1.2. Metode Analisis Data
26
..............................................................
2
3.1.3. Koefisien Determinasi (R ) ......................................................
28
3.1.4. Uji t (Uji Parsial) .......................................................................
28
3.1.5. Uji F (Uji Serempak) ................................................................
29
3.1.6. Uji Heteroskedastisitas .............................................................
29
3.1.7. Uji Autokorelasi .......................................................................
30
3.2. Metode Penelitian ..............................................................................
31
3.2.1. Menentukan Risiko Saham ......................................................
31
3.3. Keterbatasan Penelitian
...................................................................
32
IV. GAMBARAN UMUM ..............................................................................
33
4.1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ..........................................
33
4.1.1. Pasca Perang Dunia II ..............................................................
33
4.1.2. Era Pra Deregulasi (1977-1987) ...............................................
34
4.1.3. Era Deregulasi (1987-1990) .....................................................
35
4.2. Perkembangan Saham Perbankan
...................................................
37
4.2.1. Bank Niaga ..............................................................................
38
4.2.2. Bank BII
.................................................................................
39
.............................................................................
40
..........................................................................
41
4.2.5. Bank Lippo ...............................................................................
42
4.2.6. Bank BNI ..................................................................................
43
4.2.7. Bank Danamon .........................................................................
44
4.2.3. Bank Panin
4.2.4. Bank Permata
V. ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA SAHAM PERBANKAN
5.1. Hasil Estimasi Model
.......
47
.......................................................................
47
5.2. Uji Heteroskedastisitas dan Autokorelasi
........................................
48
......................................................................
49
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
51
6.1. Kesimpulan .......................................................................................
51
6.2. Saran ..................................................................................................
51
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
53
LAMPIRAN ...................................................................................................
54
5.3. Analisis Risiko (beta)
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Indikator Kinerja 12 Bank Teratas di Indonesia ....................................
3
4.1. Perdagangan Saham 1999 sampai 2003 .................................................
37
4.2. Perkembangan Saham Bank Niaga
.......................................................
38
4.3. Tahap-tahap Bank Panin Masuk ke Bursa .............................................
40
5.1. Hasil Analisis Regresi dari Tujuh Bank ..................................................
47
5.2. Indeks Beta
49
...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1. Harga Saham Bank .................................................................................
4
2.1. Penggambaran Beta ..................................................................................
18
2.2. Menunjukkan hubungan return saham dan return pasar ............................
19
3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................................
24
4.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan ..........................................................
36
4.2. Harga Saham Bank Danamon .................................................................
45
4.3. Harga Saham Bank ..................................................................................
45
4.4. Indeks Saham Bank .................................................................................
46
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Olahan Bank BII ...............................................................................
54
2. Hasil Olahan Bank BNI ..............................................................................
54
3. Hasil Olahan Bank Danamon ......................................................................
55
4. Hasil Olahan Bank Lippo ………………………………………................
55
5. Hasil Olahan Bank Niaga ………………………………………...............
56
6. Hasil Olahan Bank Panin ……………………………………….................
57
7. Hasil Olahan Bank Permata ……………………………………................
57
8. Data Harga Saham ........................................................................................
58
DAFTAR ISTILAH
1. Saham
: Surat tanda kepemilikan suatu kekayaan.
2. Obligasi
: Surat tanda hutang.
3. Waran
: Opsi untuk membeli saham.
4. Right
: Tanda bukti untuk pemegang saham lama.
5. Obligasi Konvertibel
: Obligasi yang dapat ditukarkan menjadi saham.
6. Opsi
: Surat berharga untuk membeli/menjual saham.
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pasar modal pada dasarnya merupakan suatu wadah yang menjembatani
hubungan antara pemilik dana (dalam hal ini disebut pemodal/investor), dan
pengguna dana (dalam hal ini disebut emiten/perusahaan masuk bursa). Para
pemodal menggunakan instrumen pasar modal untuk keperluan investasi
portofolionya sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan penghasilan.
Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang yang
diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak
kegiatan perekonomian yang sehat. Ada beberapa daya tarik pasar modal.
Pertama, pasar modal akan menjadi alternatif penghimpunan dana, selain sistem
perbankan. Pasar modal memungkinkan
perusahaan menerbitkan sekuritas
berupa surat tanda utang (obligasi) atau surat tanda kepemilikan (saham), opsi,
waran, dan right. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai
berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko yang akan
dihadapi. Seandainya tidak ada pasar modal, para lenders mungkin hanya dapat
menginvestasikan dananya dalam sistem perbankan (selain alternatif investasi
pada real assets). Investasi pada sekuritas mempunyai daya tarik lain, yaitu pada
likuiditasnya. Sehubungan dengan itu, melalui mekanisme yang ada di pasar
modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien (Husnan, 1998).
Perbankan dan pasar modal merupakan dua unsur yang memegang
peranan sangat penting dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara.
2
Kedua unsur ini memiliki karakteristik yang sama yaitu rentan terhadap
perubahan yang terjadi seperti bidang sosial, politik, dan keamanan baik yang
terjadi di dalam maupun di luar negeri (Suta, 2000). Bank, khususnya bank umum
sebagai badan usaha yang tugas pokoknya menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dapat bertindak
sebagai pelaku pasar modal. Perbankan yang terlibat dalam pasar modal harus
melakukan penawaran umum/go public, yaitu dengan menjual sahamnya ke
masyarakat umum.
Investor yang tertarik menanamkan modalnya di sektor perbankan dengan
membeli saham perbankan tidak terlepas dari risiko investasi saham. Dalam
membuat keputusan investasi, sebenarnya investor tidak mengetahui tingkat
keuntungan
instrumen
investasinya
secara
pasti.
Ketidakpastian
tingkat
keuntungan yang diperoleh investor berkaitan dengan adanya risiko dalam setiap
aktivitas investasi. Risiko investasi harus diperhitungkan secara tepat ketika
individu memilih instrumen investasi untuk menghindari kerugian. Dalam kondisi
normal, risiko investasi dapat diprediksi melalui kinerja perusahaan dan kinerja
perusahaan juga tercermin dalam harga sahamnya (Sulistyastuti, 2002).
Hampir semua bank yang ada di Indonesia telah mencatatkan sahamnya di
BEJ, seperti Bank BNI, Bank Danamon, Bank BII, Bank Niaga, Bank Permata,
Bank Panin, Bank Lippo, Bank Mandiri, dan Bank BCA. Kesemua bank ini
termasuk saham yang aktif di BEJ dan juga termasuk ke dalam 12 bank teratas
pada tahun 2005 (BEJ, 2005). Saham yang aktif di bursa menunjukkan minat
investor yang tertarik terhadap saham perusahaan tersebut, karena investor
3
mengharapkan tingkat keuntungan yang lebih besar, sehingga sering terjadi
transaksi perdagangan saham. Tidak semua bank yang dibahas dalam penelitian
ini, hanya terbatas pada bank yang telah tercatat di BEJ sejak tahun 1998. Bank
tersebut adalah Bank BNI, Bank Danamon, Bank BII, Bank Niaga, Bank Permata,
Bank Panin, dan Bank Lippo.
Tabel 1.1. Indikator Kinerja 12 Bank Teratas Tahun 2005
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Banks
Bank Mandiri
BCA
BNI
BRI
Danamon
BII
Niaga
Permata Bank
Panin Bank
Citibank
BTN
Lippobank
Asset
257
149
139
113
65
43
34
31
30
27
27
27
Profit
(PBT)
0.9
2
1
3
2
0.5
0.4
0.3
0.5
0.7
0.3
0.3
Deposits
183
128
105
89
43
31
27
24
19
22
17
23
Loan
104
44
61
69
33
19
26
19
13
14
14
7
CAR
23.25%
25.79%
15.98%
15.64%
23.48%
19.79%
10.33%
11.70%
33.71%
14.45%
17.30%
22.63%
Keterangan: Juni 2005 (triliyun rupiah).
Sumber: BEJ, 2005.
1.2.
Perumusan Masalah
Konsekuensi logis yang dihadapi ketika memutuskan untuk melakukan
investasi adalah unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti
hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukannya. Pada dasarnya,
ada dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan,
yaitu hasil (return) dan risiko (risk) (Sulistyastuti, 2002). Dengan demikian,
analisis mengenai risiko dan hasil menjadi sangat kritis karena setiap investor
tidak hanya berkepentingan terhadap besarnya tingkat keuntungan yang akan
diterima dari suatu investasi, tetapi juga besarnya tingkat penyimpangan
4
keuntungan tersebut dari yang diharapkan. Ketidakpastian tingkat keuntungan
yang akan diterima investor dapat diakibatkan oleh fluktuasi harga saham. Untuk
mengambil keputusan investasi, investor harus benar-benar melakukan evaluasi
terhadap jenis saham yang akan dibeli. Informasi yang disampaikan oleh emiten
lazimnya masih berupa informasi yang perlu dianalisis dan diinterpretasikan
sebelum menjadi dasar pengambilan keputusan investasi (Husnan, 1998).
Pasar modal yang fair, teratur, dan efisien memberikan perlindungan
kepada investor terhadap praktik bisnis yang tidak sehat, tidak jujur, atau bentukbentuk manipulasi lainnya. Investor perlu mengamati fluktuasi harga saham
berdasarkan laporan keuangan emiten, penawaran dan permintaan pasar, tingkat
suku bunga, dan faktor-faktor lain (Husnan, 1998). Selain itu, investor berhak
mengetahui bahwa harga di bursa benar-benar merupakan harga hasil proses
permintaan dan penawaran yang fair. Jika merupakan harga yang dimanipulasi,
harga tersebut bukanlah parameter investasi yang tepat.
6000
danamon
rupiah
5000
bii
4000
permata
3000
bni
2000
panin
niaga
1000
lippo
Jan-06
Jan-05
Jan-04
Jan-03
Jan-02
Jan-01
Jan-00
Jan-99
Jan-98
0
periode
Gambar 1.1. Harga Saham Bank
Sumber: BEJ.
5
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa harga saham dari ketujuh
bank tersebut cukup berfluktuatif, terutama pada harga saham Bank Danamon
yang meningkat sangat besar dari harga Rp 500-an pada tahun 2003 hingga
mencapai Rp 5000-an pada tahun 2005. Sedangkan pada bank lain, fluktuasi
harga saham berkisar di bawah Rp 2000,-. Fluktuasi harga saham pada saham
perbankan ini akan menentukan tingkat risiko yang akan ditanggung oleh investor
yang melakukan investasi pada saham ini. Oleh karena itu, permasalahan yang
akan di bahas dalam penelitian ini adalah: Berapakah tingkat risiko investasi
saham yang akan ditanggung oleh investor dari masing-masing bank?.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko investasi
saham perbankan yang akan ditanggung oleh investor dari masing-masing bank.
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi para investor, emiten, pemerintah dan
masyarakat. Bagi para investor, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi
untuk melakukan analisis keputusan investasi di pasar modal. Bagi para emiten,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bila akan memasuki
pasar modal. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
membuat suatu kebijakan. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan mengenai karakteristik tingkat risiko saham.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Pasar Modal
Menurut kamus lengkap ekonomi (Collins,1994) stock exchange atau
stock market (bursa efek/pasar efek) adalah sebuah pasar yang berhubungan
dengan pembelian dan penjualan efek (stock) atau saham (shares) perusahaan
serta obligasi pemerintah. Secara formal pasar modal dapat didefenisikan sebagai
pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta
(Husnan, 1998).
Instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal diantaranya
saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan
(derivatif) seperti opsi (put atau call). Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun
1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek (Darmadji dan Fakhruddin, 2001).
Lembaga yang menyelenggarakan perdagangan efek adalah Bursa Efek.
Aktivitas jual beli saham di bursa dilakukan dengan menggunakan jasa
perusahaan efek yang menjadi anggota bursa tersebut, dengan demikian para
pemodal tidak dapat melakukan jual beli antar mereka sendiri secara langsung,
tetapi harus melalui anggota bursa di bursa efek.
7
Bursa efek melakukan dua fungsi utama menurut kamus lengkap ekonomi
(Collins, 1994) yaitu:
1. Sebuah pasar primer/penerbitan baru dimana modal untuk investasi dan
tujuan-tujuan lain dapat ditingkatkan melalui penerbitan efek-efek baru, saham
dan obligasi.
2. Sebuah pasar sekunder untuk melakukan perdagangan di masa depan yang
mempermudah pengalihan surat-surat berharga dari penjual ke pembeli.
Perusahaan harus melakukan penawaran umum sebelum dicatat di bursa
efek. Penawaran umum atau go public adalah kegiatan penawaran saham atau
efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk
menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur
oleh Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya (Darmadji dan
Fakhruddin, 2001). Setiap manajemen perusahaan atau perbankan memiliki
pertimbangan masing-masing hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk
melakukan penawaran umum di pasar modal. Manajemen perusahaan umumnya
mempertimbangkan beberapa tujuan berikut untuk memilih alternatif pembiayaan
melalui pasar modal (Darmadji dan Fakhruddin, 2001).
Tujuan non finansial
a. Meningkatkan profesionalisme.
b. Mengurangi pemilikan internal (untuk saham).
c. Pemasaran perusahaan.
d. Adanya akses (privilege) perusahaan.
e. Meningkatkan kepercayaan berbagai pihak pada perusahaan.
8
f. Kondisi khusus sesuai kebutuhan perusahaan.
Tujuan finansial
a. Meningkatkan modal perusahaan (untuk emiten saham).
b. Meningkatkan dana substansial perusahaan.
c. Meningkatkan kesempatan untuk mengembangkan perusahaan.
d. Memperbaiki stuktur keuangan perusahaan.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), manfaat dari penawaran umum
saham/go public adalah:
a. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus.
b. Biaya go public relatif murah.
c. Proses relatif mudah.
d. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan.
e. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen.
f. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan
untuk meningkatkan profesionalisme.
g. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham
perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.
h. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media
promosi) secara gratis.
i. Memberikan kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk
membeli saham.
9
2.1.1. Karakteristik Saham di Pasar Modal
Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di
masyarakat. Umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham
biasa/common stock. Beberapa sudut pandang untuk membedakan saham
(Darmadji dan Fakhruddin, 2001) yaitu:
a. Kemampuan dalam hak tagih atau klaim
1. Saham Biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan
pemiliknya paling terakhir terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
2. Saham Preferen (preferred stocks), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa
tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
b. Cara peralihan saham
1. Saham Atas Unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak
tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu
investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham
tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut
hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Saham Atas Nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis
dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus
melalui prosedur tertentu.
10
c. Kinerja perdagangan saham
1. Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan
yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2. Income Stock, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai.
3. Growth Stock (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang
memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri
sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth
stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader
dalam industri namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini
berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.
4. Speculative Stock, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang,
meskipun belum pasti.
5. Counter Cyclical Stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi
ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu
memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten
dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten
11
seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu
dibutuhkan masyarakat (consumer goods).
Saham bursa efek yang dijual secara lelang oleh bursa efek terdiri dari tiga
kategori (BEJ, 2005):
1. Kategori A adalah saham bursa efek yang belum dikeluarkan atau telah dibeli
kembali oleh bursa efek.
2. Kategori B adalah saham bursa efek yang dimiliki pihak yang bukan anggota
bursa efek dalam jangka waktu tidak lebih dari 90 hari dan ditawarkan untuk
dijual atas permintaan pihak dimaksud melalui lelang.
3. Kategori C adalah saham bursa efek yang dimiliki oleh pihak yang bukan
anggota bursa efek lebih dari 90 hari sejak pihak tersebut tidak lagi menjadi
anggota bursa efek.
2.1.2. Jenis-Jenis Indeks di BEJ
Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan
pergerakan harga saham. Lima jenis indeks yang terdapat di Bursa Efek Jakarta
(Darmadji dan Fakhruddin, 2001) yaitu:
1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya.
a. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG,
yaitu:
Harga Pasar x 100
Harga Dasar
12
b. BEJ memberi angka dasar Indeks Harga Saham Individual (IHSI) 100
ketika saham diluncurkan pada pasar perdana dan berubah sesuai dengan
perubahan pasar.
2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk
dalam masing-masing sektor. Indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor,
yaitu:
a. Sektor-sektor primer
- Pertanian
- Pertambangan
b. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur)
- Industri Dasar dan Kimia
- Aneka Industri
- Industri Barang Konsumsi
c. Sektor-sektor tersier (jasa)
- Properti dan Real Estate
- Transportasi dan Infrastuktur
- Keuangan
- Perdagangan, Jasa dan Investasi
3. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas
perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan
Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks
tersebut akan selalu berubah.
13
4. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan indeks terakhir
yang dikembangkan oleh BEJ bekerja sama dengan Danareksa Invesment
Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariat
investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan syariat islam.
5. Indeks Harga Saham Gabungan, menggunakan semua saham yang tercatat
sebagai komponen penghitungan indeks. Tanggal 10 Agustus 1982 ditetapkan
sebagai hari dasar (nilai indeks = 100).
IHSG = Nilai Pasar = jumlah saham tercatat x harga terakhir
Nilai Dasar = jumlah saham tercatat x harga perdana
2.2.
Investasi dan Pemodal
Proses penting yang harus dilakukan oleh pemodal dalam hubungannya
dengan investasi sekuritas: yaitu a) sekuritas apa yang akan dipilih, b) seberapa
banyak investasi tersebut dan c) kapan investasi tersebut akan dilakukan. Sebelum
melakukan investasi, investor perlu memperhatikan beberapa langkah dalam
proses investasi. Terdapat lima langkah dalam membuat keputusan yang menjadi
dasar proses investasi (Husnan, 1998), yaitu:
1. Menentukan kebijakan investasi.
Pada tahapan ini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan
berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang
positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa
mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya. Ia harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk
menderita rugi. Dengan demikian, tujuan investasi harus dinyatakan, baik
14
dalam keuntungan maupun risiko. Langkah dalam proses investasi ini juga
meliputi identifikasi kategori potensial dari aset finansial untuk portofolio.
2. Analisis sekuritas.
Analisis meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa
kelompok sekuritas) yang termasuk kategori luas dalam aset finansial yang
telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian
tersebut ialah untuk menaksir risiko setiap sekuritas.
3. Pembentukan portofolio.
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang
akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak
sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan
untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi
antara lain oleh; preferensi risiko, pola kebutuhan kas dan status pajak.
4. Melakukan revisi portofolio.
Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang
pada gilirannya portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal. Oleh karena
itu investor membentuk portofolio baru dengan mengganti beberapa sekuritas
dengan sekuritas-sekuritas lain yang sesuai dengan harapan mereka.
5. Evaluasi kinerja portofolio.
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio,
baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang
ditanggung. Portofolio tidak selalu memberikan keuntungan yang lebih tinggi
15
walau lebih baik dari portofolio lainnya. Faktor risiko perlu dimasukkan,
karena itu diperlukan standar pengukurannya.
Investor atau pemodal adalah individu atau organisasi yang melakukan
tindakan investasi. Pemodal dapat menanamkan modalnya secara langsung atau
mengikutsertakan modalnya pada individu atau organisasi lain untuk dikelola.
2.3.
Risiko Investasi Saham
Memulai suatu kegiatan investasi, disamping mempertimbangkan hasil
yang diperoleh, investor harus mempertimbangkan pula besarnya risiko investasi
yang akan ditanggung. Risiko investasi harus dipertimbangkan secara tepat
karena investor memilih instrumen investasi untuk menghindari kerugian. Dalam
kondisi normal, risiko investasi dapat diprediksi melalui kinerja perusahaan yang
tercermin dalam harga sahamnya. Jika aktivitas perusahaan menunjukkan
pertumbuhan yang prospektif maka harga sahamnya akan mengalami kenaikan.
Setiap hari indeks harga saham berfluktuasi naik-turun, fluktuasi inilah yang
merupakan risiko investasi saham karena menjadikan ketidakpastian tingkat
keuntungan (Sulistyastuti, 2002).
Risiko investasi saham dapat diartikan sebagai variabilitas dari hasil
investasi saham atau suatu penyimpangan dengan hasil investasi saham yang
sesungguhnya lebih kecil daripada hasil investasi saham yang semula diharapkan,
seperti yang dikemukakan oleh Hampton (1989):”Risk may be defined as the
likelihood that the actual return from an investment will be less than forecaste
return” (Widjaya, 2004). Risiko juga dapat diartikan sebaga peluang bahwa
16
beberapa kejadian yang tidak menguntungkan
akan terjadi (Bringham dan
Houston, 2001).
Jones (1994) mengatakan bahwa sumber risiko investasi dalam saham
meliputi risiko tingkat suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko
keuangan, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara
(Widjaya, 2004).
Konsep Model Indeks Tunggal menjelaskan bahwa variance tingkat
keuntungan (rate of return) terdiri dari risiko unik dan risiko yang berhubungan
dengan pasar (Sulistyastuti, 2002). Sesuai penjelasan model tersebut, tingkat
keuntungan indeks saham individual dipengaruhi oleh tingkat keuntungan indeks
pasar. Indeks pasar dipresentasikan dengan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Untuk menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan investor harus
menghitung potensi risiko. Risiko di sini berupa fluktuasi volatilitas tingkat
keuntungan indeks saham individual dipengaruhi perubahan IHSG.
Sebagaimana dijelaskan dalam Model Indeks Tunggal bahwa risiko
investasi saham terdiri dari risiko tidak sistematis dan risiko sistematik
(Sulistyastuti, 2002). Risiko tidak sistematis yang juga risiko unik adalah risiko
yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari industri tertentu. Risiko unik
disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum, pemogokan, program
pemasaran yang sukses, kalah atau menang kontrak (Bringham dan Houston,
2001). Sedangkan risiko sistematik terkait dengan kondisi pasar maka disebut
juga risiko pasar. Disebut risiko pasar karena fluktuasi saham disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Faktor-
17
faktor tersebut misalnya kondisi perekonomian, faktor ini menyebabkan ada
kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama (Husnan, 1998). Risiko
pasar juga dapat disebabkan oleh perang, inflasi, resesi, nilai tukar, dan suku
bunga yang tinggi (Bringham dan Houston, 2001). Risiko sistematik dihitung
dengan beta, yang mengukur risiko pasar yang relevan untuk menentukan tingkat
keuntungan yang diharapkan (required rate of return). Secara sederhana indeks
beta dapat diperoleh dengan membandingkan fluktuasi indeks saham individual
terhadap fluktuasi IHSG.
Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi beta dapat
didasarkan pada model indeks tunggal atau model pasar. Model ini mendasarkan
diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko
saham tersebut. Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linear
sederhana, yang bisa dipecahkan dengan rumus regresi (Husnan, 1998).
Ri = αi + βiRm + ei
Adapun
Rmt = IHSGt – IHSGt-1
IHSGt-1
Keterangan:
Ri
: tingkat keuntungan suatu saham,
Rm
: tingkat keuntungan indeks pasar,
βi
: merupakan beta sekuritas ke-i yang diperoleh dari teknik regresi,
αi
: intercept,
(2.1)
18
ei
: residual,
IHSGt : IHSG pada waktu t,
IHSGt-1: IHSG pada waktu t-1.
Hasil perhitungan tersebut apabila di-plot-kan dalam suatu gambar akan
seperti gambar di bawah ini.
Rit
β
α
Rmt
Gambar 2.1. Penggambaran Beta
Sumber: Husnan, 1998.
Suatu saham yang memiliki indeks beta = 0 berarti saham tersebut bebas
risiko, indeks beta yang normal sebesar 1, jika saham-saham yang memiliki
indeks beta kurang dari 1 termasuk kategori saham defensive yaitu jika terjadi
perubahan (baik naik ataupun turun) tingkat keuntungan portofolio pasar sebesar
10 persen, maka tingkat keuntungan saham tersebut berubah dengan arah yang
sama sebesar kurang dari 10 persen. Saham dengan indeks beta lebih dari 1
disebut saham agresive yaitu kebalikan dari saham defensive (Husnan, 1998).
Sedangkan saham-saham yang kategori spekulatif memiliki indeks beta lebih dari
2. Saham-saham yang spekulatif memiliki risiko yang tinggi dan sangat fluktuatif
(Sulistyastuti, 2002).
19
Return suatu saham
β>1
β=1
β<1
Return pasar
Gambar 2.2. Menunjukkan hubungan antara return saham dan return pasar.
Sumber: Husnan, 1998.
Mengukur risiko saham tidak hanya berdasarkan nilai beta, tapi juga bisa
dengan deviasi standar yang disimbolkan dengan σ dan disebut dengan sigma
(Bringham dan Houston, 2001). Semakin kecil deviasi standar, semakin ketat
distribusi probabilitas, dan sesuai dengan itu semakin rendah risiko saham.
Deviasi standar = σ =
∧
n
∑ (k
i =1
i
− k ) 2 Pi
(2.2)
Keterangan:
σ
: sigma (risiko),
ki
: saham,
∧
k
: return saham (tingkat pengembalian),
Pi
: probabilitas.
Bagi investor yang menginvestasikan dananya dalam suatu jenis aset,
sudah tentu menginginkan return dengan risiko yang seminimal mungkin. Oleh
karenanya, variabel risiko merupakan salah satu variabel yang diperkirakan sangat
20
mempengaruhi dalam aktivitas perdagangan saham di pasar bursa dan dapat
meningkatkan nilai dari volume saham yang diperdagangkan.
Untuk mendapatkan parameter lain sebagai pengukur risiko bagi
portofolio yang tidak efisien ataupun saham-saham individual dapat dirumuskan
dalam persamaan CAPM (Capital Asset Pricing Model) sebagai berikut
(Campbell, 1997):
Ε[ Ri ] = R f + β im (Ε[ Rm ] − R f )
β im =
Cov[ Ri , Rm ]
Var[ Rm ]
Ε( Ri ) = (1 − β ) R f + βΕ( Rm )
(2.3)
(2.4)
(2.5)
Keterangan:
E[Ri]
: tingkat keuntungan saham i,
Rf
: tingkat keuntungan saham bebas risiko,
Rm
: tingkat keuntungan pasar,
E[Rm]-Rf
: premi risiko,
bim
: beta.
Hasil beta dari persamaan ini adalah kemiringan garis yang menunjukkan
hubungan antara E[Ri]-Rf dan E[Rm]-Rf . Presentasi gambar beta sama dengan
yang ditunjukkan dalam model indeks tunggal Gambar 2.2.
21
Beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya
(Darmadji dan fakhruddin, 2001):
1. Tidak mendapat dividen.
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan dividen
jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Potensi keuntungan pemodal
untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
2. Capital loss.
Dalam aktivitas perdagangan saham, pemodal tidak selalu mendapatkan
capital gain (keuntungan atas saham yang dijual). Adakalanya pemodal harus
menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli.
Menurut
Husnan
(1998),
sikap
pemodal
terhadap
risiko
dapat
dikelompokkan menjadi tiga:
1. Risk averse adalah sikap investor yang tidak menyukai risiko. Investor akan
berinvestasi pada saham yang tidak berisiko atau memiliki risiko yang kecil.
2. Risk neutral adalah sikap investor yang netral terhadap risiko.
3. Risk seeker adalah sikap investor yang menyukai risiko. Investor akan
berinvestasi pada saham yang memiliki risiko yang besar.
Pengelolaan risiko pasar pada bank umumnya menerapkan metode Value
at Risk (VaR) untuk mengurangi potensi kerugian (BEJ, 2003). Pengelolaan
risiko fluktuasi suku bunga menggunakan Interest Mismatch sehingga bank dapat
memperkirakan jumlah maksimum risiko yang sensitif terhadap perubahan suku
bunga. Kemudian cara lain yang ditempuh bank dalam pengelolaan risiko pasar
22
adalah memperbaiki kebijakan perusahaan dan memastikan semua posisi (harga
saham) berada dalam batasan selera dan toleransi risiko yang ditetapkan.
2.4.
Perbankan di Pasar Modal
Beberapa aktivitas perbankan yang terbuka di pasar modal dapat
dijelaskan sebagai berikut (Suta, 2000):
1. Bank sebagai emiten.
Bank sebagai emiten mempunyai kewajiban untuk mengungkapkan seluruh
informasi mengenai keadaan usahanya termasuk keuangan, manajemen, harta
kekayaan, serta aspek hukumnya kepada masyarakat (full disclosure).
Informasi ini harus dijamin kebenarannya sehingga masyarakat pemodal dapat
memahami keadaan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk
membeli atau tidak membeli efek yang ditawarkan.
2. Bank sebagai wali amanat.
Dalam hal emiten menawarkan obligasi, emiten yang bersangkutan wajib
menunjuk wali amanat. Wali amanat merupakan pihak yang dipercaya untuk
mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sekuritas kredit.
3. Bank sebagai agen pembayaran.
Peran lain dalam kaitannya dengan fungsi wali amanat, bank juga bertindak
sebagai agen pembayaran. Dalam hal demikian, bank tersebut atas nama
emiten akan melakukan pembayaran atas bunga dan pokok obligasi kepada
pemegang obligasi. Bank bersangkutan beserta kantor-kantor cabang atau
cabang pembantu yang ditunjuk sebagai agen pembayaran akan menerima
23
penempatan dana dan kuasa dari emiten serta memperoleh imbalan jasa (fee),
yang dituangkan dalam perjanjian agen pembayaran.
4. Bank sebagai penanggung.
Dalam hal emiten menawarkan obligasi maka emiten yang bersangkutan dapat
menunjuk guarantor (penanggung). Penanggung merupakan pihak yang
dipercaya untuk menanggung kewajiban emiten kepada para pemegang
obligasi atau sekuritas kredit, apabila emiten yang bersangkutan tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam melakukan pembayaran pokok dan bunga.
5. Bank sebagai kustodian.
Kustodian sebagai salah satu pelaku pasar modal berfungsi memberikan jasa
penitipan efek dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek-efek serta jasa
lainnya, seperti: menerima bunga, dividen, menyelesaikan transaksi efek dan
mewakili pemilik efek yang termasuk dalam penitipan kolektif, efek, dana
atau harta lain milik nasabah yang disimpan pada kustodian, wajib
diadministrasikan secara terpisah dari harta milik kustodian tersebut.
2.5.
Kerangka Pemikiran
Individu yang memiliki modal dapat melakukan investasi di pasar modal,
seperti di Bursa Efek Jakarta. Dalam membuat keputusan investasi, sebenarnya
investor tidak mengetahui tingkat keuntungan dari investasinya secara pasti,
investor bisa rugi atau untung. Ketidakpastian tingkat keuntungan yang diperoleh
investor berkaitan dengan adanya risiko dalam setiap investasi saham yang dapat
diakibatkan oleh fluktuasi harga saham. Risiko diukur dengan beta, beta inilah
24
yang digunakan sebagai ukuran risiko pasar yang relevan untuk menentukan
tingkat keuntungan yang diharapkan. Secara sederhana indeks beta dapat
diperoleh dengan membandingkan fluktuasi indeks saham individual (saham
bank) terhadap fluktuasi IHSG, atau teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu
sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan hasil sekuritas individu sebagai
variabel dependen dan hasil pasar sebagai variabel independen (Sulistyastuti,
2002). Indeks beta dapat membantu investor dalam menentukan pilihan investasi
yang akan dilakukan dan dapat disesuaikan dengan kriteria dari investor.
Pasar Modal
Investor
Harga Saham
Risk
Return
Risiko Investasi Saham
Sikap investor
- Risk averse
- Risk neutral
- Risk seeker
Beta
Pilihan Investasi
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran
- Return Pasar
(IHSG)
- Return individu
25
2.6.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Beta (koefisien return pasar) dapat memiliki hubungan positif dan negatif
dengan return saham individu.
2. Beta merupakan indikator dari risiko saham.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Metode Umum Penelitian
3.1.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder
yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ), situs-situs internet dan referensi
perpustakaan. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu IHSG bulanan
dan indeks saham individual bulanan dari tujuh bank yaitu Bank BNI, Bank
Danamon, Bank BII, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, dan Bank Lippo.
3.1.2. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan yaitu teknik regresi sederhana atau lebih
dikenal dengan OLS (Ordinary Least Squares) yang merupakan analisis
persamaan garis regresi yang hanya melibatkan dua variabel dalam analisa.
Periode data yang digunakan dimulai dari tahun 1998-2005. Alat analisis
menggunakan program Eviews 4.1.
Bentuk umum dari regresi sederhana adalah:
Y = α + βΧ + u
Dimana:
Y : variabel terikat,
X : variabel bebas,
α : intercept,
β : slope,
(3.1)
27
u : error atau galat.
Dalam melakukan estimasi persamaan linear dengan menggunakan metode
OLS maka asumsi-asumsi dari OLS harus dipenuhi, jika asumsi tidak terpenuhi
maka tidak menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) (Gujarati, 1995). Asumsi BLUE yaitu:
1. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol.
2. Variansnya tetap (homoskedasticity).
3. Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan error term.
4. Tidak ada korelasi serial antara error (no-autocorrelation).
5. Pada regresi linear berganda tidak terjadi hubungan antar variabel bebas
(multicolinearity).
Untuk merangkum teknik analisa persamaan garis regresi, maka masalah
yang akan dibahas mencangkup tiga faktor utama (Gujarati, 1995), yaitu:
1. Perhitungan persamaan garis regresi atau estimasi persamaan garis regresi
yang ditujukan untuk melakukan estimasi terhadap variabel terikat (Y) dari
nilai-nilai variabel bebas (X) yang ada.
2. Perhitungan yang ditujukan untuk mengukur kemungkinan terjadinya
kesalahan
dalam
melakukan
estimasi
persamaan
regresi
maupun
peramalannya.
3. Perhitungan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan diantara variabelvariabel tersebut.
28
3.1.3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran ikhtisar yang mengatakan
seberapa baik garis regresi sampel mencocokkan data, atau untuk melihat sejauh
mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel terikatnya
(Gujarati, 1995).
Dua sifat R2 yaitu:
1. R2 merupakan besaran non negatif.
2. Batasannya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 bernilai 1 berarti suatu kecocokan
sempurna, sedangkan jika R2 bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara
variabel terikat dengan variabel bebas.
r2 = bΣxy
Σy2
(3.2)
3.1.4. Uji t (Uji Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel
bebas berpengaruh pada variabel terikatnya (Gujarati, 1995).
Uji dua arah
Ho : b1 = b2 = ....= bi = 0
H1 : Minimal ada salah satu bi ≠ 0
thitung = b – b1
Sb
se
Sb =
Se =
∑y
∑x
2
i
2
(3.3)
(3.4)
i
− b∑ x i y i
n−2
(3.5)
29
Tolak Ho bila |thitung | > tα/2 artinya variabel signifikan berpengaruh nyata pada
taraf a.
Uji satu arah
Ho : b1 = b2 =...= bi = 0
H1 : b1 > 0 atau bi < 0
Tolak Ho Bila |thitung | > ta artinya variabel signifikan berpengaruh nyata positif
atau negatif pada taraf nyata a.
3.1.5. Uji F (Uji Serempak)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas
secara serentak berpengaruh pada variabel terikatnya (Gujarati, 1995).
Ho : b1 = b2 = ...= bi = 0
H1 : bi ≠ 0
Fhitung =
R2 / k
(1 − R 2 ) /(n − k − 1)
(3.6)
Tolak Ho jika Fhitung > Fa(k,n-k-1)
Dimana, k adalah banyaknya variabel bebas.
3.1.6. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi regresi linear klasik menganggap bahwa varian error bersifat
konstan atau homoskedastisitas. Tetapi pada kenyataannya, varians error tidak
konstan untuk setiap observasi var (εi) = E(εi2) = σi2.
var (ui | Xi) = E[ui – E(ui)]2
(3.7)
30
= E(ui2)
karena E(ui|Xi) = 0
= σi2
Persamaan ini menyatakan bahwa varians ui untuk tiap Xi adalah suatu angka
konstan positif yang sama dengan σ2. Secara teknis persamaan ini menyatakan
asumsi homoskedastisitas, yaitu populasi Y yang berhubungan dengan nilai X
mempunyai varians yang sama. Jika terdapat heteroskedastisitas adalah tidak
efisiennya proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri tetap konsisten dan
tidak bias. Adanya masalah heteroskedastisitas akan mengakibatkan hasil uji t dan
F menjadi tidak berguna (Gujarati, 1995).
Cara
mendeteksi
heteroskedastisitas
adalah
dengan
uji
White
Heteroscedasticity Test. Ho menyatakan tidak ada heteroskedastisitas, sedangkan
H1 ada heteroskedastisitas. Jika probabilitas dari obs*R-squared lebih kecil dari
alpha (a) maka kita tolak Ho (FEUI, 2005).
3.1.7. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara kesalahan (error term) tahun t dengan
kesalahan tahun t-1. Asumsi klasik tentang regresi linear mensyaratkan tidak ada
autokorelasi, yaitu bahwa E(εiεj) = 0 i ≠ j tetapi pada autokorelasi E(εiεj) ≠ 0 i ≠ j
cov (ui,ui) = E[ui – E(ui)][uj – E(uj)]
(3.8)
= E(uiuj)
=0
Adanya masalah autokorelasi ini akan menghasilkan hasil estimasi koefisien yang
konsisten dan tidak bias tetapi dengan varian yang besar, atau dengan perkataan
31
lain hasil penafsiran tidak efisien. Varian estimasi parameter yang tidak efisien ini
menyebabkan nilai t hitung cenderung kecil dan hasil pengujian cenderung
menerima hipotesis nol (Gujarati, 1995).
Untuk mendeteksi adanya serial korelasi indikator yang digunakan adalah
DW jika DW > 2 atau DW < 2 maka ada indikasi serial korelasi. Selain itu dapat
dilakukan pengujian dengan menggunakan pengujian Breusch-Godfrey Serial
Correlation LM Test. Jika Ho menyatakan tidak terdapat serial correlations dan
H1 ada serial correlations, dan seandainya nilai dari probabilitas dari obs*Rsquare lebih besar dari alpha (a) maka terima Ho (FEUI, 2005).
3.2.
Metode Penelitian
3.2.1. Menentukan Risiko Saham
Menghitung beta saham, dilakukan regresi antara return pasar (IHSG) dan
return saham individual dari setiap saham bank (Husnan, 1998). Saham individual
merupakan saham bulanan dari setiap bank tersebut.
Ri = αi + βi Rm + ei
Keterangan:
Ri = return saham individu,
Rm = return pasar,
ei = residual,
αi = intercept,
βi = koefisien regresi = beta.
(3.9)
32
Nilai beta yang diperoleh dari hasil regresi setiap bank merupakan indikasi
tingkat risiko saham masing-masing bank tersebut.
Return saham individu diperoleh dari:
Ri = Ln(Pit +1/Pit)
Pit
(3.10)
: indeks saham harian i pada waktu t,
Pit+1 : indeks saham harian i pada waktu t+1.
3.3.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian adalah hasil estimasi yang diperoleh dari ke
tujuh bank terdapat variabel yang mengandung hetereoskedastisitas, sehingga
tidak dapat dijelaskan. Kemudian koefisien determinasi yang diperoleh dari hasil
olahan masing-masing bank memiliki nilai yang kecil yaitu kurang dari 50 persen,
sehingga variabel independen kurang mampu menjelaskan variabel dependennya.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1.
Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia tidak terlepas dari proses
kolonialisasi Indonesia oleh Belanda. Hal penting yang melatarbelakangi
keberadaan pasar modal di Indonesia adalah kebutuhan yang sangat mendesak
dari pemerintah Belanda untuk memperdagangkan efek-efeknya di Indonesia.
Kemudian pada tanggal 14 Desember 1912 Amsterdamse Effectenbureurs
memilih Batavia sebagai cabangnya. Tuntutan pasar yang begitu besar terhadap
perdagangan efek, membuat pemerintah Belanda mendirikan bursa efek baru di
Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 yang beranggotakan enam perusahaan
makelar, yaitu Fan Dunlop & Kolf, Fa Gijeselman & Streup, Fa a Van Velsen, Fa
Beaukkerk & Co, PO Loonen dan N koseten. Kemudian pada tanggal 1 Agustus
1925 dibuka kantor perdagangan efek di Semarang. Pada saat itu, fungsi kantor
bursa hanya sebagai pencatat kurs.
4.1.1. Pasca Perang Dunia II
Pada Perang Dunia II Jerman berhasil menduduki Belanda dan merebut
saham-saham orang Belanda sehingga pada tanggal 10 Mei 1940 bursa efek
Batavia harus ditutup. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah memerlukan
sumber pembiayaan bagi pembangunan. Untuk itu, maka pada tanggal 1
September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat No. 13, tentang Bursa dan
kemudian ditetapkan sebagai UU Bursa No. 15 tahun 1952. Berdasarkan hal itu,
34
pada 3 Juni 1952, Menteri keuangan Soemitro Djojohadikusumo meresmikan
kembali Bursa Efek Jakarta yang berkantor di gedung De Javashe Bank (Bank
Indonesia).
4.1.2. Era Pra Deregulasi (1977-1987)
Pada masa ini pasar modal Indonesia tidak berkembang, karena
perusahaan masih diwarnai dengan budaya perusahaan keluarga yang sangat
tertutup. Masalah lain juga disebabkan oleh lembaga pasar modal itu sendiri.
Banyak aturan pasar modal yang dianggap oleh pemilik perusahaan tidak terlalu
menguntungkan perusahaan yang go public. Ada lima persyaratan yang
menghambat minat para pemilik perusahaan masuk ke pasar modal (Suta, 2000)
yaitu:
1. Adanya persyaratan laba minimum sebesar 10 persen dari modal sendiri bagi
perusahaan yang ingin go public.
2. Tertutupnya kesempatan bagi investor asing untuk ikut berpartisipasi dalam
pemilikan saham.
3. Adanya batas maksimum fluktuasi harga sebesar 4 persen dari harga awal
dalam setiap hari perdagangan di bursa. Batasan ini membuat pasar kurang
menarik bagi investor. Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak berlangsung
berdasarkan mekanisme pasar yang sebenarnya.
4. Tidak adanya perlakuan yang sama terutama dalam hal pajak terhadap
penghasilan yang berasal dari bunga deposito dengan dividen. Akibatnya
35
investor masih lebih suka menanamkan uangnya di deposito daripada investasi
melalui pembelian saham di bursa.
5. Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan seluruh
saham yang ditempatkan dan di sektor penuh di bursa.
4.1.3. Era Deregulasi (1987-1990)
Dalam rangka mendorong tumbuhnya investasi dalam negeri, pemerintah
dituntut untuk memberikan insentif tersendiri. Menyadari hal tersebut maka
pemerintah merubah berbagai aturan yang dianggap menghambat minat
perusahaan untuk masuk bursa. Karena itu pemerintah meluncurkan tiga
perangkat paket penting kebijakan pasar modal (Suta, 2000) yaitu:
1. Paket Desember 1987 (Pakdes). Isinya mengenai penghapusan persyaratan
laba minimum 10 persen dari modal sendiri. Diperkenalkannya instrumen baru
pasar modal yaitu saham atas unjuk (saham yang tidak tertulis nama
pemiliknya). Dibukanya bursa paralel sebagai arena perdagangan efek bagi
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Dihapuskannya ketentuan batas
maksimum fluktuasi harga 4 persen.
2. Paket Oktober 1988 (Pakto). Pemerintah melakukan terobosan-terobosan yang
sangat signifikan, berupa pengenaan pajak penghasilan atas bunga deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan.
3. Paket Desember 1988. Pemerintah memberi kesempatan kepada swasta untuk
mendirikan dan menyelenggarakan bursa di luar Jakarta.
36
4. Dibukanya izin bagi investor asing untuk membeli saham di bursa Indonesia.
Kebijakan ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui
Pasar Modal.
5. Kebijakan ini disusul dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1548/KMK/013/1990. Kemudian dirubah lagi dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991 tentang tugas Bapepam yang
awalnya juga penyelenggara bursa, sekarang menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam).
Lahirnya berbagai deregulasi kebijakan, mulai dari Undang-undang
sampai Keputusan Bapepam mengakibatkan pasar modal Indonesia berkembang
pesat. Cerminan itu bisa terlihat dari bertambahnya jumlah perusahaan yang go
public di pasar modal Indonesia, termasuk terjadinya peningkatan volume
perdagangan di BEJ.
400
350
jumlah
300
250
BEJ
200
BES
150
100
50
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
0
periode
Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan/Emiten
Sumber data : Indikator Ekonomi (BPS), 2004.
37
Tabel 4.1. Perdagangan Saham 1999 Sampai 2003
Keterangan
Volume(miliar saham)
Nilai (Rp triliun)
Jumlah transaksi (ribuan kali)
Jumlah saham tercata
(miliar saham)
1999
178,5
147,9
4549,3
846,1
2000
2001
2002
134,5 148,5 171,2
122,8
97,5 120,3
4592,8 3621,6 3092,2
1186,3 885,2 939,5
2003
234,0
125,4
2953,2
829,4
Sumber: Laporan Tahunan BEJ, 2003.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa pasar modal tetap dinilai sebagai
institusi yang tepat bagi perusahaan yang ingin tumbuh berdasarkan visi jangka
panjang.
4.2.
Perkembangan Saham Perbankan
Perkembangan pasar modal ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah
perusahaan yang ikut bergabung di bursa efek
melalui penawaran saham/go
public, salah satu perusahaan yang ikut menawarkan sahamnya di bursa efek
adalah perusahaan perbankan. Hampir semua bank yang ada di Indonesia telah
menawarkan sahamnya di bursa efek seperti Bank Niaga, Bank Lippo, Bank
Danamon, Bank BNI, Bank BII, Bank Permata, Bank Pan Indonesia, Bank BCA,
Bank BRI, Bank Mandiri dan masih banyak lagi. Perusahaan melakukan
penawaran umum dengan tujuan mendapatkan dana segar dari masyarakat luas
(Darmadji dan fakhruddin, 2001).
38
4.2.1. Bank Niaga
Bank Niaga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya
pada tahun 1989, serta berhasil mempertahankan posisi sebagai bank dengan
layanan terbaik pada tahun 2001 dan 2002.
Tabel 4.2. Perkembangan Saham Bank Niaga
Keterangan
Jumlah
pemegang saham
Jumlah
saham
yang beredar
# nominal Rp
500/Rp 5000 per
saham
# nominal Rp
5/Rp 50 per
saham
Dividen tunai per
saham (Rp)
Nilai
buku
saham (Rp)
Laba bersih per
saham (Rp)
2000
7.126
2001
5.694
2002
7.750
2003
10,191
2004
10.796
718.539.351
718.539.351
718.539.351
718.539.351
71.853.936*
77.527.527.
833
77.527.527.
833
77.527.527.
833
77.527.527.
833
7.786.493.7
84*
-
-
-
-
7,50**
14,00
15,55
18,87
25,24
302
1,38
2,60
1,80
5,97
84,35
Sumber: Laporan Tahunan Bank Niaga, 2004
Keterangan:
*
: Terjadi penggabungan jumlah saham dengan cara meningkatkan nilai nominal
(reverse stock) sebesar 10 kali, yaitu Saham Kelas A semula Rp. 500,- menjadi Rp.
5.000,- dan Saham Kelas B semula Rp. 5,- menjadi Rp. 50,-.
** : Dibagikan sebagai dividen akhir tahun buku 2003 kepada para pemegang saham.
Perkembangan saham
1. Pada bulan Agustus 1999 dalam rangka rekapitalisasi diadakan penawaran
saham baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) III. Setiap
saham lama yang dimiliki dengan nilai nominal Rp 5,- (kelas B). Dengan
demikian, pada tahun 1999 ini terjadi penambahan saham sejumlah
1.513.582.378 saham kelas B (right yang diambil alih oleh masyarakat).
Namun setoran saham tersebut dicatat sebagai uang muka modal.
39
2. Pada bulan Mei 2000, sisa saham yang tidak diambil alih oleh masyarakat pada
right issue III tahun 1999 yaitu sejumlah 69.621.813.371 saham kelas B,
diambil alih oleh pemerintah selaku pembeli siaga. Selain itu terdapat
penambahan saham oleh pemerintah sebesar 6.392.132.084 saham kelas B
tanpa hak memesan efek terlebih dahulu yang diputuskan dalam rapat Umum
Pemegang Saham tanggal 29 Juni 2000 dalam rangka mencapai Capital
Adequacy Ratio (CAR) sebesar 4 persen pada tahun yang bersangkutan.
3. Pada bulan April 2001 sebanyak 77.463.606.512 saham diikutsertakan dalam
penerapan sistem perdagangan saham tanpa warkat (scripless trading) sebagai
perdagangan saham di BEJ atau BES dilakukan tanpa warkat.
4. Pada tahun 2002 dan 2003 perseroan tidak mengadakan penambahan saham.
5. Pada tahun 2004, sebelum Perseroan melaksanakan pengurangan jumlah
saham dengan meningkatkan nominal nilai saham (Reverse stock) sebanyak
10 kali, maka agar jumlah saham yang telah dikeluarkan Perseroan habis
dibagi 10, (tidak menghasilkan pecahan) maka diperlukan pengeluaran saham
baru sebanyak 16 saham yaitu 9 saham Kelas A dan 7 saham Kelas B.
Mengingat saham Kelas A telah nihil, maka terlebih dahulu diperlukan
peningkatan modal dasar dari Rp 1,4 trilyun menjadi Rp 2,9 trilyun.
4.2.2. Bank BII
Bank Internasional Indonesia didirikan pada tahun 1959, 25 September
1989 mulai menawarkan sahamnya sejumlah 12.000.000 sahamnya kepada
masyarakat melalui pasar modal. Pada bulan Oktober 1989 perusahaan menjual
40
sahamnya sejumlah 12.000.000 saham seri A yang harga nilai nominalnya Rp
1000,-/saham. Februari 1994 perusahaan umum terbatas I menerbitkan sejumlah
52.717.184 saham seri A yang nilai nominalnya Rp 1000,-/saham. Februari 1997
penawaran umum terbatas III menerbitkan 62.101.383.408 saham baru (seri B
dengan nilai nominal Rp 125,-/saham) dan 7.762.672.926 waran seri II.
Penawaran umum terbatas IV pada tanggal 20 Mei 2002 dalam rangka
penerbitan hak memesan saham terlebih dahulu kepada para pemegang saham
sebanyak 38.973.254.169 saham dengan nominal Rp 125,-/saham. 31 Desember
2002 seluruh saham perusahaan atau 9.186.552.894 saham telah dicatatkan pada
BEJ dan pada 30 Desember 2005 sejumlah 47.388.022.768 saham telah dicatatkan
pada BEJ.
4.2.3. Bank Panin
Bank Panin didirikan pada tahun 1971, pada tanggal 28 Oktober 1982,
perusahaan memperolah pernyataan efektif dari ketua Bapepam untuk melakukan
penawaran umum atas 1.637.500 saham perusahaan kepada masyarakat.
Tabel 4.3. Tahap-tahap Bank Panin Masuk ke Bursa
Tahun
Keterangan
1982
1983
1989
1990
1995
1997
1998
1999
Penawaran umum perdana
Penawaran umum kedua
Penawaran umum terbatas I
Penawaran umum terbatas II
Penawaran umum terbatas III
Penawaran umum terbatas IV
Penawaran umum terbatas V
Penawaran umum terbatas VI
Sumber: BEJ, 2000.
Jumlah
saham
1.637.500
3.162.500
3.200.000
3.830.931
60.180.462
300.902.312
702.105.395
1.225.406.221
Nilai nominal
saham (RP)
1000
1000
1000
1000
1000
500
500
250
Harga penawaran
/saham (RP)
3475
3550
4500
13000
1900
1200
500
1100
41
Pada tanggal 30 Juni 2005 sejumlah 15.890.433.573 saham perusahaan telah
dicatatkan pada BEJ dan BES.
4.2.4. Bank Permata
Bank Permata (awal Bank Bali) didirikan pada tanggal 17 Desember 1954
dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Januari 1955. Pada tanggal
15 Januari 1990, 3.999.000 saham bank dengan jumlah nilai nominal Rp 3999,telah ditawarkan melalui penawaran umum perdana kepada masyarakat dan telah
dicatatkan pada BEJ dan BES, dalam Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang
Saham pada tanggal 5 Juli 1990. Bank telah menempatkan saham baru dengan
cara penawaran umum terbatas (right issue) I sejumlah 15.508.000 saham dengan
nilai nominal Rp 1000,-/saham yang ditawarkan kepada para pemegang saham
lama dimana setiap pemegang saham yang memiliki tiga saham lama berhak
membeli satu saham baru dengan Rp 8000,-/saham.
Pada tanggal 5 November 1990 Bank Bali juga telah mencatatkan
tambahan saham pendiri sejumlah 42.525.000 saham pada BEJ dan BES. Dalam
Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham pada tanggal 27 Juni 1995 para
pemegang saham telah menyetujui untuk melakukan penawaran umum terbatas
dengan hak memesan saham efek terlebih dahulu (right issue) II sejumlah
65.133.600 saham dengan nominal Rp 1000,-/saham. Pada tanggal 18 Juni 1997,
pemegang saham telah menyetujui perubahan nilai nominal saham bank dari Rp
1000,-/saham menjadi Rp 500,-/saham. Dalam rapat umum selanjutnya tanggal 27
Juni 1998 bank telah menerbitkan saham bonus sejumlah 166.738.173 saham
42
dengan nilai nominal Rp 500,-/saham. Saham bonus merupakan saham baru yang
dikeluarkan oleh emiten untuk pemegang saham lama sebagai bonus.
Pada tanggal 28 Agustus 2000 para pemegang saham telah setuju untuk
melakukan penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu
(right issue) III sejumlah 66.528.577.467 saham baru kelas B yang mempunyai
hak sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham kelas A dengan nilai
nominal Rp 5,-/saham. Total saham yang tercatat di BEJ sampai tanggal 30
September 2005 sejumlah 26.880.234 saham kelas A dan 7.716.245.690 saham
kelas B.
4.2.5. Bank Lippo
Lippo merupakan salah satu bank swasta nasional I di Indonesia, berawal
didirikannya NV Bank Perniagaan pada tahun 1948. pada tahun 1989 dilakukan
perubahan nama menjadi Bank Lippo dan di tahun yang sama dilakukan merger
dengan PT Bank Umum Asia dengan tetap mempertahankan nama Bank Lippo.
Tahun 1989 saham-saham Bank Lippo mulai diperdagangan di BEJ dan BES.
Pada bulan 1989 dengan persetujuan Bapepam, Bank menawarkan kepada
masyarakat sebanyak 6.800.000 saham. Saham-saham ini dicatatkan di BEJ pada
tanggal 10 November 1989. Selanjutnya, saham yang tercatat telah beberapa kali
ditingkatkan, pencatatan terakhir di BEJ pada tanggal 14 Juli 1999 sejumlah
11.326.436.900 saham kelas B dengan harga nominal Rp 10 yang berasal dari
penawaran umum terbatas IV.
43
Persetujuan penerbitan saham baru melalui penawaran umum terbatas III
dan IV masing-masing sampai jumlah maksimum 17.139.600.000 dan
21.160.750.385 saham kelas B. Dalam penawaran umum terbatas III setiap
pemegang satu lembar saham kelas A yang terdapat dalam daftar resmi pemegang
saham pada tanggal 22 Desember 1998, mempunyai hak untuk memesan 20
lembar saham kelas B dengan harga Rp 275,-/saham. Sedangkan dalam
penawaran umum IV setiap pemegang 10 lembar saham kelas A dan B yang
terdapat dalam daftar resmi pemegang saham pada tanggal 29 Juni 1999
mempunyai hak untuk memesan 36 lembar saham kelas B dengan harga Rp
259.784,-/saham.
Sehubungan dengan penawaran umum dalam rangka memesan efek
terlebih dahulu III dan IV, bank antara lain menerbitkan waran. Setiap hak
memesan berhak atas satu waran, yang pada akhirnya berhak atas 15.549 saham
kelas C dengan harga pemesanan pemerintah untuk saham kelas C ditambah
dengan biaya yang berhubungan dengan obligasi pemerintah RI. Saham yang
diterbitkan pada saat pelaksanaan waran berasal dari konversi saham kelas C
menjadi saham kelas B dan dengan demikian jumlah saham kelas A, kelas B dan
kelas C yang beredar tidak akan berubah pada saat waran.
4.2.6. Bank BNI
BNI didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank BUMN dan pada
tanggal 29 April 1992 dirubah menjadi Persero. BNI mulai menawarkan
sahamnya ke BEJ pada tanggal 28 Oktober 1996 sebesar 1.085.032.000 saham
44
seri B dengan nilai nominal Rp 500,-/saham dan harga penawaran sebesar Rp
850,-/saham kepada masyarakat. Saham yang ditawarkan tersebut mulai
diperdagangkan di BEJ dan BES pada tanggal 25 November 1996. BNI
melakukan Penawaran Umum Terbatas I kepada para pemegang saham dalam
rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) sebanyak
151.904.480.000 saham seri C dengan nilai nominal Rp 25,-/saham, setiap
pemegang saham lama berhak membeli 35 lembar saham baru dengan harga Rp
347,58/saham.
4.2.7. Bank Danamon
Bank Danamon didirikan pada tanggal 16 Juli 1956. Kemudian bank
melakukan panawaran umum perdana atas 12.000.000 saham (nilai penuh) dengan
nilai nominal Rp 1000,-/saham dan seluruh saham ini telah dicatakan di BEJ pada
tanggal 8 Desember 1989. Saham yanng berasal dari penawaran umum terbatas
dengan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) I pada tahun 1993 dengan
jumlah saham 224.000.000 saham seri A. Kemudian pada tahun 1996 melakukan
right issue II dengan jumlah saham 560.000.000 saham seri A. Pada tahun 1999
melakukan right issue III dengan jumlah saham 215.040.000.000 saham seri B.
Total saham yang tercatat di BEJ sampai pada tanggal 30 Desember 2005
sejumlah 22.400.000 saham seri A dan 4.898.494.000 saham seri B.
Secara keseluruhan dari harga saham ke tujuh bank tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.
45
6000
rupiah
5000
4000
3000
2000
1000
Ja
n0
5
Ja
n0
4
Ja
n0
3
Ja
n0
2
Ja
n0
1
Ja
n0
0
0
pe riode
Gambar 4.2. Harga Saham Bank Danamon
Sumber: BEJ.
2500
bii
2000
rupiah
permata
1500
bni
1000
panin
niaga
500
lippo
Jan-06
Jan-05
Jan-04
Jan-03
Jan-02
Jan-01
Jan-00
Jan-99
Jan-98
0
periode
Gambar 4.3. Harga Saham Bank
Sumber: BEJ.
Dari gambar dapat dilihat bahwa Bank Danamon memiliki harga saham
tertinggi dengan harga paling tinggi sebesar Rp 5.600,- dibandingkan dengan bank
lain yang berkisar di bawah Rp 2000,-. Hal ini menandakan bahwa
Bank
Danamon sedang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Perusahaan yang
memiliki harga saham yang mahal mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut
sedang mengalami pertumbuhan yang tinggi dan akan memberikan dividen yang
46
rendah (Sulistyastuti, 2002). Hal ini dikarenakan bagian dari laba operasi akan
diinvestasikan kembali. Sebaliknya perusahaan yang pertumbuhannya rendah
dapat memberikan dividen yang tinggi karena harga sahamnya juga lebih murah.
Metode pengukuran kinerja saham dengan cara membandingkan antara dividen
perlembar saham dengan harga pasarnya dan ditujukan untuk mengetahui
besarnya dividen. Fluktuasi harga saham dapat dipengaruhi oleh kondisi
perusahaan (hutang, penjualan, dividen), kondisi ekonomi (nilai tukar, suku
bunga) dan perubahan harga saham di waktu yang lalu (Husnan, 1998).
300
1000
900
250
200
150
100
50
800
700
niaga
600
500
400
danamon
300
200
permata
lippo
bni
bii
panin
100
0
2000
apr
jul
okt
jan
apr
jul
okt
jan
apr
jul
okt
jan
apr
jul
okt
jan
apr
jul
okt
des
jan
apr
jul
okt
des
0
2001
2002
2003
2004
2005
Gambar 4.4. Indeks Saham Bank
Sumber: BEJ.
Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukan bahwa indeks saham Bank Panin
mengalami kenaikan dari tahun 2000 sampai 2005 dan berada pada urutan teratas.
Bank Permata menunjukan lonjakan kenaikan yang sangat drastis pada
pertengahan 2004 dan 2005, dan diikuti juga oleh Bank Niaga. Hampir seluruh
bank mengalami kenaikan pada tahun 2004 ke 2005 hal ini mungkin diakibatkan
karena diselenggarakannya pemilu, sehingga ada respon positif dari investor
bahwa dengan pemerintahan yang baru perekonomian Indonesia akan membaik.
V. ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA SAHAM PERBANKAN
5.1.
Hasil Estimasi Model
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik regresi
sederhana setiap bank, maka hasil yang diperoleh dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5.1. Hasil Analisis Regresi dari Tujuh Bank
Variabel
terikat
RBII
RBNI
RDANAMON*
RLIPPO
RNIAGA
RPANIN
RPERMATA
Variabel
bebas
RIHSG
RIHSG
RIHSG
RIHSG
RIHSG
RIHSG
RIHSG
Keofisien/
beta
1,199684
0,973585
0,887289
1,533840
0,719207
1,761914
0,941498
Prob
0,0000
0,0000
0,0005
0,0495
0,1551
0,0000
0,1243
R2
0,228265
0,185991
0,123999
0,298714
0,021617
0,472212
0,025212
Prob (Fstatistik)
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,15508
0,0000
0,12432
Sumber
: lampiran 1-7.
Keterangan: * (terdapat heteroskedastisitas).
Dari Tabel 5.1, hasil regresi yang dilakukan pada semua bank hanya Bank
Danamon yang tidak memenuhi asumsi OLS yaitu terdapat heteroskedastisitas,
sedangkan hasil regresi pada bank lain signifikan dan memenuhi asumsi OLS
yang dapat dilihat dari nilai probabilitasnya kecil dari taraf nyata yang digunakan
yaitu 10 persen. Nilai probabilitas pada Bank Niaga dan Bank Permata yang lebih
besar dari 10 persen dapat diterima karena jika menggunakan alat analisis Eviews
4.1 maka nilai probabilitasnya dibagi dengan dua, sehingga nilai probabilitas dari
Bank Niaga menjadi 0,0775 dan nilai probabilitas Bank Permata menjadi 0,0622.
Koefisien determinasi (R2) dari semua bank memiliki nilai yang rendah yaitu
kurang dari 50 persen, artinya variabel independen tidak terlalu mampu
48
menerangkan keragaman dari variabel dependennya. Beta sekuritas individual
cenderung mempunyai koefisien determinasi yang lebih rendah dari beta
portofolio, karena beta mungkin berubah dari waktu ke waktu dan penaksiran
selalu mengandung unsur kesalahan acak/random error (Husnan, 1998).
Walaupun nilai R2 rendah tapi variabel independen (RIHSG) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini didukung oleh uji F, dimana nilai
probabilitas F-statistik < a (10 persen), artinya semua koefisien regresi berbeda
dengan nol atau model diterima.
5.2.
Uji Heteroskedastisitas dan Autokorelasi
Hasil regresi yang dilakukan pada semua bank bebas dari autokorelasi. Di
mana, nilai dari obs* R-square lebih besar dari alpha (a) 10 persen maka terima
Ho yaitu tidak terdapat autokorelasi. Jika terdapat autokorelasi maka hasil statistik
tidak dapat dipercaya. Cara mengatasi masalah autokorelasi yaitu dengan
menambahkan variabel AR (Auto Regressive). Penambahan variabel AR mampu
meningkatkan nilai DW (Durbin-Watson stat). Sedangkan heteroskedastisitas
terdapat pada hasil regresi Bank Danamon yang ditunjukkan dengan nilai dari
obs* R-square lebih kecil dari alpha (10 persen). Hasil regresi yang mengandung
heteroskedastisitas tidak akan digunakan untuk pembahasan selanjutnya, karena
akan mengakibatkan hasil yang tidak efisien.
49
5.3.
Analisis Risiko (Beta)
Indeks beta sebagai indikator penentu risiko saham diperoleh dari
koefisien RIHSG dari semua bank. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam Tabel
5.2 berikut ini.
Tabel 5.2. Indeks Beta
Bank
Bank BII
Bank BNI
Bank Lippo
Bank Niaga
Bank Panin
Bank Permata
Beta
1.199684
0.973585
1.533840
0.719207
1.761914
0.941498
Sumber: lampiran 1-7
Indeks beta yang dimiliki oleh Bank BII, Bank Lippo, dan Bank Panin
menunjukkan angka di atas satu (b>1), berarti saham Bank BII, Bank Lippo, dan
Bank Panin bersifat fluktuatif dan risiko investasi saham yang dimiliki bank ini
cukup besar. Besarnya risiko yang dimiliki oleh Bank BII, Bank Lippo, dan Bank
Panin disebabkan oleh bank tersebut peka terhadap kondisi perekonomian selama
delapan tahun terakhir. Kondisi perekonomian yang terjadi seperti nilai tukar yang
berfluktuatif, kebijakan pemerintah terhadap suku bunga, kenaikan Bahan Bakar
Minyak (BBM) dan berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia. Investor
yang bersedia melakukan investasi pada saham yang memiliki risiko besar yaitu
investor yang mempunyai sikap risk seeker. Semakin besar risiko yang
ditanggung oleh investor maka semakin besar pula investor menghendaki tingkat
pengembalian. Cara baca dari indeks beta ini yaitu indeks beta pada Bank BII
sebesar 1,19 artinya kenaikan 10 persen IHSG akan mengakibatkan kenaikan dari
50
indeks saham BII sebesar 11,9 persen. Hal ini berlaku juga untuk bank yang
memiliki indeks beta lebih dari satu karena kenaikan yang terjadi akan lebih dari
10 persen.
Sedangkan indeks beta yang kurang dari satu (b<1) dimiliki oleh Bank
BNI, Bank Niaga, dan Bank Permata. Jika indeks beta kurang dari satu, maka
saham yang dimiliki bersifat defensif atau tidak berfluktuatif sehingga risiko
saham yang dimiliki kecil. Bank yang memiliki risiko saham kecil berarti bank
tersebut tidak terlalu terpengaruh terhadap kondisi perekonomian yang terjadi di
Indonesia. Sikap investor risk averse yang akan bersedia melakukan investasi
pada saham berisiko kecil. Karena investor ini tidak mampu menanggung jika
terjadi kerugian yang besar. Indeks beta BNI sebesar 0,97 artinya kenaikan 10
persen dari IHSG akan menyebabkan kenaikan indeks saham BNI kurang dari 10
persen yaitu sebesar 9,7 persen dan berlaku juga untuk Bank Niaga dan Bank
Permata.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis risiko
investasi dari tujuh bank selama periode delapan tahun, maka dapat disimpulkan
bahwa risiko investasi saham yang cukup besar yang ditandai dengan indeks beta
lebih besar dari satu dimiliki oleh Bank BII, Bank Lippo, dan Bank Panin.
Investor yang bersedia melakukan investasi pada saham bank ini adalah investor
yang memiliki sikap risk seeker.
Saham yang memiliki risiko kecil dimiliki oleh saham Bank BNI, Bank
Niaga, dan Bank Permata dengan indeks beta lebih kecil dari satu. Sikap investor
yang sesuai untuk melakukan investasi pada risiko kecil adalah risk averse.
6.2.
Saran
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko investasi pada saham
perbankan (Bank BII, Bank Lippo, dan Bank Panin) cukup besar. Untuk
itu investor yang akan melakukan investasi pada bank ini perlu
memperhatikan kemungkinan terburuk (kerugian) yang akan terjadi di
masa datang.
2. Ketersediaan informasi yang lebih lengkap mengenai kinerja perusahaanperusahaan yang terdaftar di bursa efek (seperti, perkembangan saham,
laporan
keuangan)
dan
kondisi
sosial-politik-ekonomi
Indonesia
52
merupakan hal penting bagi investor, terutama sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya jangka waktu penelitian
diperpanjang dan sampel yang digunakan diperbanyak dan dapat
menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko saham.
DAFTAR PUSTAKA
Bringham dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi ke-8. Dodo Suharto
dan Herman Wibowo [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2004. Indikator Ekonomi. Jakarta.
Bursa Efek Jakarta. 2000. Laporan Keuangan Tahunan. Jakarta.
----------------------. 2003. Laporan Keuangan Tahunan. Jakarta.
----------------------. 2004. Laporan Keuangan Tahunan Bank Niaga. Jakarta.
----------------------. 2005. Peraturan Keanggotaan Bursa No.III – J/22/05/99/2:26
pm. Tentang Lelang Saham. Jakarta.
Campbell, J. Y, Andrew W.Lo, dan A. C. MacKinlay. 1997. The Econometrics of
Financial Markets. Princeton University Press, United Kingdom.
Collins. 1994. Kamus Lengkap Ekonomi. Edisi ke-2. Tumpal Rumapea dan
Posman Haloho [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.
Darmadja, T dan H. M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Salemba
Empat, Jakarta.
Gujarati, D. 1995. Basic Econometric. 3th edition. Mc Graw Hill. Singapore.
Husnan, S. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Unit
Penerbitan AMP YKPN, Yogyakarta.
Laboratorium Komputasi. 2005. Basic Econometrics. Departemen Ilmu Ekonomi,
FEUI.
Sulistyastuti, D. R. 2002. Saham & Obligasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta.
Suta, I. P. G. A. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAD SATRIA
BHAKTI, Jakarta.
Widjaya, E. 2004. ”Analisis Inflasi terhadap Tingkat Risiko Saham”. Majalah
Ilmiah Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Januari-Juni 2004.
54
Lampiran 1. Hasil Olahan Bank BII
Dependent Variable: RBII
Method: Least Squares
Date: 08/26/06 Time: 22:54
Sample: 1998:01 2005:11
Included observations: 95
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RIHSG
-0.052854
1.199684
0.020795
0.228739
-2.541726
5.244773
0.0127
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.228265
0.219966
0.201645
3.781433
18.33010
2.281581
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-0.041838
0.228313
-0.343792
-0.290026
27.50764
0.000001
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.502213
3.036245
Probability
Probability
0.228105
0.219123
Probability
Probability
0.712991
0.706074
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.339533
0.696071
Lampiran 2. Hasil Olahan Bank BNI
Dependent Variable: RBNI
Method: Least Squares
Date: 08/26/06 Time: 22:58
Sample(adjusted): 1998:02 2005:11
Included observations: 94 after adjusting endpoints
Convergence achieved after 5 iterations
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RIHSG
AR(1)
-0.027055
0.973585
-0.079108
0.018457
0.214486
0.097815
-1.465872
4.539148
-0.808750
0.1461
0.0000
0.4208
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.185991
0.168101
0.191896
3.350978
23.31977
2.092947
Inverted AR Roots
-.08
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.905222
3.859283
Probability
Probability
0.154809
0.145200
-0.017358
0.210392
-0.432336
-0.351167
10.39619
0.000086
55
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.249000
0.511617
Probability
Probability
0.780110
0.774290
Lampiaran 3. Hasil Olahan Bank Danamon
Dependent Variable: RDANAMON
Method: Least Squares
Date: 08/26/06 Time: 23:20
Sample: 1998:01 2005:11
Included observations: 95
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RIHSG
-0.039789
0.887289
0.022232
0.244549
-1.789733
3.628265
0.0768
0.0005
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.123999
0.114580
0.215582
4.322237
11.98077
1.796692
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-0.031642
0.229107
-0.210122
-0.156356
13.16430
0.000466
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.611621
3.249813
Probability
Probability
0.205207
0.196930
Probability
Probability
0.000000
0.000000
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
27.29080
35.37451
Lampiran 4. Hasil Olahan Bank Lippo
Dependent Variable: RLIPPO
Method: Least Squares
Date: 08/26/06 Time: 23:34
Sample(adjusted): 1998:05 2005:11
Included observations: 91 after adjusting endpoints
Convergence achieved after 6 iterations
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RIHSG
AR(1)
AR(2)
AR(3)
AR(4)
-0.035606
1.533840
-0.370806
-0.585157
-0.195878
-0.241108
0.036691
0.769570
0.105182
0.110466
0.110572
0.105094
-0.970446
1.993114
-3.525387
-5.297176
-1.771493
-2.294217
0.3346
0.0495
0.0007
0.0000
0.0801
0.0242
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Inverted AR Roots
0.298714
0.257462
0.820496
57.22317
-108.0159
2.046281
.24 -.67i
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
.24+.67i
-.42 -.55i
-0.021997
0.952176
2.505845
2.671396
7.241172
0.000011
-.42+.55i
56
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.326547
2.818714
Probability
Probability
0.270959
0.244300
Probability
Probability
0.593153
0.584549
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.525415
1.073831
Lampiran 5. Hasil Olahan Bank Niaga
Dependent Variable: RNIAGA
Method: Least Squares
Date: 08/26/06 Time: 22:47
Sample: 1998:01 2005:11
Included observations: 95
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RIHSG
-0.033054
0.719207
0.045612
0.501730
-0.724673
1.433454
0.4705
0.1551
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.021617
0.011097
0.442300
18.19349
-56.29055
2.042957
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.049497
0.103232
Probability
Probability
0.951734
0.949693
Probability
Probability
0.926075
0.923820
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.076864
0.158476
-0.026450
0.444774
1.227170
1.280935
2.054789
0.155082
57
Lampiran 6. Hasil Olahan Bank Panin
Dependent Variable: RPANIN
Method: Least Squares
Date: 08/26/06 Time: 23:27
Sample: 1998:01 2005:11
Included observations: 95
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RIHSG
-0.000977
1.761914
0.017560
0.193154
-0.055654
9.121801
0.9557
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.472212
0.466537
0.170275
2.696400
34.39392
2.299903
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.015202
0.233130
-0.681977
-0.628211
83.20726
0.000000
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
2.058270
4.111496
Probability
Probability
0.133578
0.127997
Probability
Probability
0.540501
0.532011
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.619392
1.262183
Lampiran 7. Hasil Olahan Bank Permata
Dependent Variable: RPERMATA
Method: Least Squares
Date: 08/26/06 Time: 23:24
Sample: 1998:01 2005:11
Included observations: 95
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RIHSG
-0.026828
0.941498
0.055188
0.607061
-0.486126
1.550911
0.6280
0.1243
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.025212
0.014730
0.535154
26.63428
-74.39447
2.044971
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.054332
0.113306
Probability
Probability
0.947148
0.944922
Probability
Probability
0.787412
0.781799
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.239625
0.492314
-0.018183
0.539140
1.608305
1.662070
2.405326
0.124319
58
Lampiran 8. Data Harga Saham Bank
Periode
Danamon
BII
Permata
BNI
Panin
Niaga
Lippo
Jan-98
400
500
450
525
450
500
675
Feb-98
400
600
775
250
600
575
775
Mar-98
400
700
875
250
675
550
925
Apr-98
200
550
800
325
625
425
825
May-98
125
400
700
525
350
350
927
Jun-98
100
300
850
325
350
200
750
Jul-98
100
375
1025
375
400
300
900
Aug-98
100
200
525
250
225
225
825
Sep-98
100
150
375
200
200
200
750
Oct-98
100
150
375
200
225
175
600
Nov-98
100
275
475
350
550
300
700
Des-98
100
225
375
300
400
300
400
Jan-99
100
275
375
275
575
225
625
Feb-99
100
250
375
250
500
225
650
Mar-99
125
150
375
250
450
225
475
Apr-99
175
150
572
325
800
300
400
May-99
350
250
1200
525
1200
375
425
Jun-99
375
200
1650
375
2000
475
375
Jul-99
325
200
1000
300
1675
150
275
Aug-99
175
150
1000
225
1400
125
150
Sep-99
200
125
1000
225
1400
125
175
Oct-99
200
150
1000
350
800
175
225
Nov-99
200
150
1000
275
625
150
175
Dec-99
225
150
450
300
675
175
250
Jan-00
175
125
600
275
475
125
200
Feb-00
150
100
550
250
475
125
200
Mar-00
150
100
475
225
400
125
150
Apr-00
125
75
375
200
375
125
150
May-00
100
100
325
175
350
100
125
Jun-00
125
100
300
200
375
100
125
Jul-00
115
75
300
160
350
90
90
Aug-00
105
75
190
170
290
95
90
Sep-00
85
70
100
145
215
85
75
Oct-00
75
50
70
90
245
65
65
Nov-00
75
45
75
100
250
70
65
Dec-00
60
40
75
95
170
70
55
Jan-01
55
35
70
80
150
65
55
Feb-01
35
25
55
80
145
60
50
Mar-01
35
25
50
80
100
65
40
Apr-01
30
25
45
70
165
60
40
May-01
35
30
50
75
225
60
40
Jun-01
40
25
50
75
240
60
45
Jul-01
675
25
60
140
240
80
55
Aug-01
675
25
55
130
235
75
45
Sep-01
675
30
50
90
215
65
40
59
Lampiran 8. Lanjutan
Periode
Danamon
BII
Permata
BNI
Panin
Niaga
Lippo
Oct-01
675
20
40
100
185
50
35
35
Nov-01
675
25
40
100
190
60
Dec-01
675
25
40
90
185
60
30
Jan-02
275
20
40
105
255
55
45
Feb-02
365
25
45
110
265
105
60
Mar-02
525
25
85
175
460
135
70
Apr-02
500
30
75
185
525
105
70
May-02
460
15
55
160
575
75
70
Jun-02
415
120
55
155
575
60
65
Jul-02
355
100
45
115
475
35
50
Aug-02
355
75
50
120
480
35
55
Sep-02
330
45
30
110
175
30
50
Oct-02
345
40
25
100
170
35
45
Nov-02
370
50
25
100
170
35
35
Dec-02
350
50
25
110
180
35
260
Jan-03
800
45
20
95
170
35
215
Feb-03
1025
55
15
100
170
30
370
Mar-03
1350
55
20
95
165
25
450
Apr-03
1400
80
20
100
235
35
450
May-03
1275
110
40
135
250
40
525
Jun-03
1575
95
40
195
310
40
495
Jul-03
1425
90
35
160
295
40
480
Aug-03
1475
95
35
145
280
29
525
Sep-03
1750
115
30
140
315
30
500
Oct-03
1825
100
35
110
280
35
465
Nov-03
1775
100
35
105
270
30
500
Dec-03
2025
110
30
1300
285
35
450
Jan-04
2275
110
40
1275
345
35
550
Feb-04
2775
110
45
1250
350
30
675
Mar-04
2775
105
35
1150
345
30
575
Apr-04
3275
145
40
1300
360
40
625
May-04
2975
135
40
1300
290
325
550
Jun-04
2825
145
1000
1075
260
300
495
Jul-04
3200
155
925
1075
275
310
525
Aug-04
3350
160
975
1125
265
300
500
Sep-04
3725
160
975
1300
310
330
550
Oct-04
3575
160
1000
1350
355
350
575
Nov-04
4400
180
1225
1625
410
350
650
Dec-04
4375
185
750
1675
420
460
700
Jan-05
4175
200
760
1640
430
475
840
Feb-05
4775
200
760
1680
520
500
940
Mar-05
4750
200
770
1720
505
495
790
Apr-05
4650
180
750
1580
465
475
930
May-05
4825
185
760
1680
450
450
990
Jun-05
5050
175
730
1690
470
435
1180
60
Lampiran 8. Lanjutan
Jul-05
5600
185
720
1640
600
505
1520
Aug-05
4500
160
600
1380
415
470
1520
Sep-05
4025
160
590
1560
485
385
1540
Oct-05
3925
145
540
1330
375
360
1560
Nov-05
3900
140
500
1190
375
365
1590
Dec-05
4750
155
720
1280
420
405
1480
Download