RINGKASAN NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO). Pasar modal merupakan suatu wadah yang menjembatani hubungan pemilik dana dan pengguna dana. Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak kegiatan perekonomian yang sehat. Para pemodal menggunakan pasar modal untuk keperluan investasi portofolionya sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan penghasilan. Pasar modal merupakan alternatif untuk menghimpun dana dan investor memiliki banyak pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko yang akan dihadapi. Salah satu pilihan investasi di pasar modal yaitu saham perbankan. Hampir semua bank telah tercatat di bursa efek seperti Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, Bank Pan Indonesia (Panin), Bank Permata dan lain-lain. Bank-bank ini termasuk ke dalam 12 bank teratas di Indonesia dan juga termasuk saham yang aktif di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Setiap aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor tidak pernah terlepas dari risiko investasi saham begitu juga pada saham perbankan. Risiko investasi pada saham perbankan diakibatkan oleh fluktuasi dari harga saham perbankan. Sehingga investor tidak dapat memastikan tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat risiko saham yang akan ditanggung oleh investor pada saham perbankan (tujuh bank). Pada penelitian ini untuk menentukan besar risiko pada saham perbankan dapat dilakukan dengan menggunakan Konsep Model Indeks Tunggal atau Model Pasar. Model ini diolah dengan cara regresi sederhana yang merupakan hubungan antara return pasar dan return saham individu (perbankan). Dan beta yang merupakan koefisien dari return pasar sebagai indikator dari risiko investasi saham. Jika nilai beta lebih besar1 menandakan risiko investasi cukup besar, jika beta lebih kecil1 menandakan risiko investasi saham kecil. Data yang digunakan adalah indeks harga saham bulanan dari Bank BII, Bank BNI, Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, Bank Panin, Bank Permata, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulanan. Periode waktu yang digunakan yaitu dari tahun 1998 hingga tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Bank BII, Bank Lippo dan Bank Panin mempunyai indeks beta lebih besar dari satu dan ini berarti risiko saham pada bank ini cukup besar. Maka investor yang sesuai untuk melakukan investasi adalah investor risk seeker. Sedangkan nilai beta yang diperoleh pada Bank BNI, Bank Niaga dan Bank Permata menunjukkan angka di bawah satu, maka risiko investasi saham pada bank ini kecil. Investor yang akan melakukan investasi pada saham ini adalah investor risk averse. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka saran yang dapat diberikan yaitu untuk investor yang akan melakukan investasi pada saham perbankan (Bank BII, Bank Lippo dan Bank panin) perlu mempertimbangkan kemungkinan terburuk (kerugian) yang akan terjadi di masa datang. Kemudian ketersediaan informasi yang lebih lengkap mengenai kinerja perusahaan yang terdaftar di bursa efek dan kondisi sosial-politik-ekonomi Indonesia merupakan hal penting bagi investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Untuk penelitian selanjutnya yaitu rentang waktu penelitian diperpanjang dan dapat menambahkan saham perbankan yang lain, atau menambahkan faktor-faktor penyebab risiko investasi saham. ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA SAHAM PERBANKAN (STUDI KASUS PADA TUJUH BANK DI INDONESIA) Oleh NILA SARI H14102029 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nila Sari Nomor Registrasi Pokok : H14102029 Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Risiko Saham pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS NIP. 132 104 952 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan: PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2006 Nila Sari H14102029 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Nila Sari lahir pada tanggal 21 Desember 1983 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara, dari pasangan Darlis Husin dan Zamarni. Jenjang pendidikan penulis lalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 36 Limo Balai, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN I IV Angkat Candung dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN I IV Angkat Candung dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis meninggalkan kota kelahiran untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan dengan harapan dapat memperoleh ilmu, mengembangkan pola pikiran serta menambah wawasan yang berguna bagi masa depan penulis. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM, Forum Mahasiswa Islam (FORMASI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FEM. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah ”Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dosen, keluarga dan teman-teman. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Nunung Nuryartono yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Sri Hartoyo yang telah menguji karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fifi D. Thamrin, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Penulis juga sangat terbantu oleh dukungan teman-teman yang selalu memberikan semangat dan menghibur penulis dikala sedih. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua serta saudarasaudara penulis. Doa dan dorongan mereka sangat besar dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, September 2006 Nila Sari H14102029 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 6 2.1. Pengertian Pasar Modal ...................................................................... 6 2.1.1. Karakteristik Saham di Pasar Modal ......................................... 9 2.1.2. Jenis-Jenis Indeks di BEJ ……………………………………… 11 2.2. Investasi dan Pemodal ....................................................................... 13 2.3. Risiko Investasi Saham ...................................................................... 15 2.4. Perbankan di Pasar Modal ................................................................... 22 2.5. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 23 2.6. Hipotesis ............................................................................................. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 26 3.1. Metode Umum Penelitian ................................................................. 26 3.1.1. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 26 3.1.2. Metode Analisis Data 26 .............................................................. 2 3.1.3. Koefisien Determinasi (R ) ...................................................... 28 3.1.4. Uji t (Uji Parsial) ....................................................................... 28 3.1.5. Uji F (Uji Serempak) ................................................................ 29 3.1.6. Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 29 3.1.7. Uji Autokorelasi ....................................................................... 30 3.2. Metode Penelitian .............................................................................. 31 3.2.1. Menentukan Risiko Saham ...................................................... 31 3.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 32 IV. GAMBARAN UMUM .............................................................................. 33 4.1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia .......................................... 33 4.1.1. Pasca Perang Dunia II .............................................................. 33 4.1.2. Era Pra Deregulasi (1977-1987) ............................................... 34 4.1.3. Era Deregulasi (1987-1990) ..................................................... 35 4.2. Perkembangan Saham Perbankan ................................................... 37 4.2.1. Bank Niaga .............................................................................. 38 4.2.2. Bank BII ................................................................................. 39 ............................................................................. 40 .......................................................................... 41 4.2.5. Bank Lippo ............................................................................... 42 4.2.6. Bank BNI .................................................................................. 43 4.2.7. Bank Danamon ......................................................................... 44 4.2.3. Bank Panin 4.2.4. Bank Permata V. ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA SAHAM PERBANKAN 5.1. Hasil Estimasi Model ....... 47 ....................................................................... 47 5.2. Uji Heteroskedastisitas dan Autokorelasi ........................................ 48 ...................................................................... 49 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 51 6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 51 6.2. Saran .................................................................................................. 51 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53 LAMPIRAN ................................................................................................... 54 5.3. Analisis Risiko (beta) DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Indikator Kinerja 12 Bank Teratas di Indonesia .................................... 3 4.1. Perdagangan Saham 1999 sampai 2003 ................................................. 37 4.2. Perkembangan Saham Bank Niaga ....................................................... 38 4.3. Tahap-tahap Bank Panin Masuk ke Bursa ............................................. 40 5.1. Hasil Analisis Regresi dari Tujuh Bank .................................................. 47 5.2. Indeks Beta 49 ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Harga Saham Bank ................................................................................. 4 2.1. Penggambaran Beta .................................................................................. 18 2.2. Menunjukkan hubungan return saham dan return pasar ............................ 19 3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 24 4.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan .......................................................... 36 4.2. Harga Saham Bank Danamon ................................................................. 45 4.3. Harga Saham Bank .................................................................................. 45 4.4. Indeks Saham Bank ................................................................................. 46 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Olahan Bank BII ............................................................................... 54 2. Hasil Olahan Bank BNI .............................................................................. 54 3. Hasil Olahan Bank Danamon ...................................................................... 55 4. Hasil Olahan Bank Lippo ………………………………………................ 55 5. Hasil Olahan Bank Niaga ………………………………………............... 56 6. Hasil Olahan Bank Panin ………………………………………................. 57 7. Hasil Olahan Bank Permata ……………………………………................ 57 8. Data Harga Saham ........................................................................................ 58 DAFTAR ISTILAH 1. Saham : Surat tanda kepemilikan suatu kekayaan. 2. Obligasi : Surat tanda hutang. 3. Waran : Opsi untuk membeli saham. 4. Right : Tanda bukti untuk pemegang saham lama. 5. Obligasi Konvertibel : Obligasi yang dapat ditukarkan menjadi saham. 6. Opsi : Surat berharga untuk membeli/menjual saham. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal pada dasarnya merupakan suatu wadah yang menjembatani hubungan antara pemilik dana (dalam hal ini disebut pemodal/investor), dan pengguna dana (dalam hal ini disebut emiten/perusahaan masuk bursa). Para pemodal menggunakan instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolionya sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan penghasilan. Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak kegiatan perekonomian yang sehat. Ada beberapa daya tarik pasar modal. Pertama, pasar modal akan menjadi alternatif penghimpunan dana, selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas berupa surat tanda utang (obligasi) atau surat tanda kepemilikan (saham), opsi, waran, dan right. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko yang akan dihadapi. Seandainya tidak ada pasar modal, para lenders mungkin hanya dapat menginvestasikan dananya dalam sistem perbankan (selain alternatif investasi pada real assets). Investasi pada sekuritas mempunyai daya tarik lain, yaitu pada likuiditasnya. Sehubungan dengan itu, melalui mekanisme yang ada di pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien (Husnan, 1998). Perbankan dan pasar modal merupakan dua unsur yang memegang peranan sangat penting dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara. 2 Kedua unsur ini memiliki karakteristik yang sama yaitu rentan terhadap perubahan yang terjadi seperti bidang sosial, politik, dan keamanan baik yang terjadi di dalam maupun di luar negeri (Suta, 2000). Bank, khususnya bank umum sebagai badan usaha yang tugas pokoknya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dapat bertindak sebagai pelaku pasar modal. Perbankan yang terlibat dalam pasar modal harus melakukan penawaran umum/go public, yaitu dengan menjual sahamnya ke masyarakat umum. Investor yang tertarik menanamkan modalnya di sektor perbankan dengan membeli saham perbankan tidak terlepas dari risiko investasi saham. Dalam membuat keputusan investasi, sebenarnya investor tidak mengetahui tingkat keuntungan instrumen investasinya secara pasti. Ketidakpastian tingkat keuntungan yang diperoleh investor berkaitan dengan adanya risiko dalam setiap aktivitas investasi. Risiko investasi harus diperhitungkan secara tepat ketika individu memilih instrumen investasi untuk menghindari kerugian. Dalam kondisi normal, risiko investasi dapat diprediksi melalui kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan juga tercermin dalam harga sahamnya (Sulistyastuti, 2002). Hampir semua bank yang ada di Indonesia telah mencatatkan sahamnya di BEJ, seperti Bank BNI, Bank Danamon, Bank BII, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank Lippo, Bank Mandiri, dan Bank BCA. Kesemua bank ini termasuk saham yang aktif di BEJ dan juga termasuk ke dalam 12 bank teratas pada tahun 2005 (BEJ, 2005). Saham yang aktif di bursa menunjukkan minat investor yang tertarik terhadap saham perusahaan tersebut, karena investor 3 mengharapkan tingkat keuntungan yang lebih besar, sehingga sering terjadi transaksi perdagangan saham. Tidak semua bank yang dibahas dalam penelitian ini, hanya terbatas pada bank yang telah tercatat di BEJ sejak tahun 1998. Bank tersebut adalah Bank BNI, Bank Danamon, Bank BII, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, dan Bank Lippo. Tabel 1.1. Indikator Kinerja 12 Bank Teratas Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Banks Bank Mandiri BCA BNI BRI Danamon BII Niaga Permata Bank Panin Bank Citibank BTN Lippobank Asset 257 149 139 113 65 43 34 31 30 27 27 27 Profit (PBT) 0.9 2 1 3 2 0.5 0.4 0.3 0.5 0.7 0.3 0.3 Deposits 183 128 105 89 43 31 27 24 19 22 17 23 Loan 104 44 61 69 33 19 26 19 13 14 14 7 CAR 23.25% 25.79% 15.98% 15.64% 23.48% 19.79% 10.33% 11.70% 33.71% 14.45% 17.30% 22.63% Keterangan: Juni 2005 (triliyun rupiah). Sumber: BEJ, 2005. 1.2. Perumusan Masalah Konsekuensi logis yang dihadapi ketika memutuskan untuk melakukan investasi adalah unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukannya. Pada dasarnya, ada dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan, yaitu hasil (return) dan risiko (risk) (Sulistyastuti, 2002). Dengan demikian, analisis mengenai risiko dan hasil menjadi sangat kritis karena setiap investor tidak hanya berkepentingan terhadap besarnya tingkat keuntungan yang akan diterima dari suatu investasi, tetapi juga besarnya tingkat penyimpangan 4 keuntungan tersebut dari yang diharapkan. Ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diterima investor dapat diakibatkan oleh fluktuasi harga saham. Untuk mengambil keputusan investasi, investor harus benar-benar melakukan evaluasi terhadap jenis saham yang akan dibeli. Informasi yang disampaikan oleh emiten lazimnya masih berupa informasi yang perlu dianalisis dan diinterpretasikan sebelum menjadi dasar pengambilan keputusan investasi (Husnan, 1998). Pasar modal yang fair, teratur, dan efisien memberikan perlindungan kepada investor terhadap praktik bisnis yang tidak sehat, tidak jujur, atau bentukbentuk manipulasi lainnya. Investor perlu mengamati fluktuasi harga saham berdasarkan laporan keuangan emiten, penawaran dan permintaan pasar, tingkat suku bunga, dan faktor-faktor lain (Husnan, 1998). Selain itu, investor berhak mengetahui bahwa harga di bursa benar-benar merupakan harga hasil proses permintaan dan penawaran yang fair. Jika merupakan harga yang dimanipulasi, harga tersebut bukanlah parameter investasi yang tepat. 6000 danamon rupiah 5000 bii 4000 permata 3000 bni 2000 panin niaga 1000 lippo Jan-06 Jan-05 Jan-04 Jan-03 Jan-02 Jan-01 Jan-00 Jan-99 Jan-98 0 periode Gambar 1.1. Harga Saham Bank Sumber: BEJ. 5 Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa harga saham dari ketujuh bank tersebut cukup berfluktuatif, terutama pada harga saham Bank Danamon yang meningkat sangat besar dari harga Rp 500-an pada tahun 2003 hingga mencapai Rp 5000-an pada tahun 2005. Sedangkan pada bank lain, fluktuasi harga saham berkisar di bawah Rp 2000,-. Fluktuasi harga saham pada saham perbankan ini akan menentukan tingkat risiko yang akan ditanggung oleh investor yang melakukan investasi pada saham ini. Oleh karena itu, permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah: Berapakah tingkat risiko investasi saham yang akan ditanggung oleh investor dari masing-masing bank?. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko investasi saham perbankan yang akan ditanggung oleh investor dari masing-masing bank. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat bagi para investor, emiten, pemerintah dan masyarakat. Bagi para investor, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan analisis keputusan investasi di pasar modal. Bagi para emiten, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bila akan memasuki pasar modal. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai karakteristik tingkat risiko saham. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Modal Menurut kamus lengkap ekonomi (Collins,1994) stock exchange atau stock market (bursa efek/pasar efek) adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek (stock) atau saham (shares) perusahaan serta obligasi pemerintah. Secara formal pasar modal dapat didefenisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 1998). Instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal diantaranya saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call). Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Lembaga yang menyelenggarakan perdagangan efek adalah Bursa Efek. Aktivitas jual beli saham di bursa dilakukan dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang menjadi anggota bursa tersebut, dengan demikian para pemodal tidak dapat melakukan jual beli antar mereka sendiri secara langsung, tetapi harus melalui anggota bursa di bursa efek. 7 Bursa efek melakukan dua fungsi utama menurut kamus lengkap ekonomi (Collins, 1994) yaitu: 1. Sebuah pasar primer/penerbitan baru dimana modal untuk investasi dan tujuan-tujuan lain dapat ditingkatkan melalui penerbitan efek-efek baru, saham dan obligasi. 2. Sebuah pasar sekunder untuk melakukan perdagangan di masa depan yang mempermudah pengalihan surat-surat berharga dari penjual ke pembeli. Perusahaan harus melakukan penawaran umum sebelum dicatat di bursa efek. Penawaran umum atau go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Setiap manajemen perusahaan atau perbankan memiliki pertimbangan masing-masing hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan penawaran umum di pasar modal. Manajemen perusahaan umumnya mempertimbangkan beberapa tujuan berikut untuk memilih alternatif pembiayaan melalui pasar modal (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Tujuan non finansial a. Meningkatkan profesionalisme. b. Mengurangi pemilikan internal (untuk saham). c. Pemasaran perusahaan. d. Adanya akses (privilege) perusahaan. e. Meningkatkan kepercayaan berbagai pihak pada perusahaan. 8 f. Kondisi khusus sesuai kebutuhan perusahaan. Tujuan finansial a. Meningkatkan modal perusahaan (untuk emiten saham). b. Meningkatkan dana substansial perusahaan. c. Meningkatkan kesempatan untuk mengembangkan perusahaan. d. Memperbaiki stuktur keuangan perusahaan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), manfaat dari penawaran umum saham/go public adalah: a. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. b. Biaya go public relatif murah. c. Proses relatif mudah. d. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan. e. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen. f. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme. g. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial. h. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media promosi) secara gratis. i. Memberikan kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham. 9 2.1.1. Karakteristik Saham di Pasar Modal Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. Umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa/common stock. Beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001) yaitu: a. Kemampuan dalam hak tagih atau klaim 1. Saham Biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling terakhir terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 2. Saham Preferen (preferred stocks), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. b. Cara peralihan saham 1. Saham Atas Unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2. Saham Atas Nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 10 c. Kinerja perdagangan saham 1. Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Income Stock, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. 3. Growth Stock (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. 4. Speculative Stock, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Counter Cyclical Stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten 11 seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat (consumer goods). Saham bursa efek yang dijual secara lelang oleh bursa efek terdiri dari tiga kategori (BEJ, 2005): 1. Kategori A adalah saham bursa efek yang belum dikeluarkan atau telah dibeli kembali oleh bursa efek. 2. Kategori B adalah saham bursa efek yang dimiliki pihak yang bukan anggota bursa efek dalam jangka waktu tidak lebih dari 90 hari dan ditawarkan untuk dijual atas permintaan pihak dimaksud melalui lelang. 3. Kategori C adalah saham bursa efek yang dimiliki oleh pihak yang bukan anggota bursa efek lebih dari 90 hari sejak pihak tersebut tidak lagi menjadi anggota bursa efek. 2.1.2. Jenis-Jenis Indeks di BEJ Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Lima jenis indeks yang terdapat di Bursa Efek Jakarta (Darmadji dan Fakhruddin, 2001) yaitu: 1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. a. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG, yaitu: Harga Pasar x 100 Harga Dasar 12 b. BEJ memberi angka dasar Indeks Harga Saham Individual (IHSI) 100 ketika saham diluncurkan pada pasar perdana dan berubah sesuai dengan perubahan pasar. 2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor, yaitu: a. Sektor-sektor primer - Pertanian - Pertambangan b. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur) - Industri Dasar dan Kimia - Aneka Industri - Industri Barang Konsumsi c. Sektor-sektor tersier (jasa) - Properti dan Real Estate - Transportasi dan Infrastuktur - Keuangan - Perdagangan, Jasa dan Investasi 3. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah. 13 4. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ bekerja sama dengan Danareksa Invesment Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariat investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan syariat islam. 5. Indeks Harga Saham Gabungan, menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Tanggal 10 Agustus 1982 ditetapkan sebagai hari dasar (nilai indeks = 100). IHSG = Nilai Pasar = jumlah saham tercatat x harga terakhir Nilai Dasar = jumlah saham tercatat x harga perdana 2.2. Investasi dan Pemodal Proses penting yang harus dilakukan oleh pemodal dalam hubungannya dengan investasi sekuritas: yaitu a) sekuritas apa yang akan dipilih, b) seberapa banyak investasi tersebut dan c) kapan investasi tersebut akan dilakukan. Sebelum melakukan investasi, investor perlu memperhatikan beberapa langkah dalam proses investasi. Terdapat lima langkah dalam membuat keputusan yang menjadi dasar proses investasi (Husnan, 1998), yaitu: 1. Menentukan kebijakan investasi. Pada tahapan ini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Ia harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi. Dengan demikian, tujuan investasi harus dinyatakan, baik 14 dalam keuntungan maupun risiko. Langkah dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi kategori potensial dari aset finansial untuk portofolio. 2. Analisis sekuritas. Analisis meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang termasuk kategori luas dalam aset finansial yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut ialah untuk menaksir risiko setiap sekuritas. 3. Pembentukan portofolio. Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain oleh; preferensi risiko, pola kebutuhan kas dan status pajak. 4. Melakukan revisi portofolio. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal. Oleh karena itu investor membentuk portofolio baru dengan mengganti beberapa sekuritas dengan sekuritas-sekuritas lain yang sesuai dengan harapan mereka. 5. Evaluasi kinerja portofolio. Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Portofolio tidak selalu memberikan keuntungan yang lebih tinggi 15 walau lebih baik dari portofolio lainnya. Faktor risiko perlu dimasukkan, karena itu diperlukan standar pengukurannya. Investor atau pemodal adalah individu atau organisasi yang melakukan tindakan investasi. Pemodal dapat menanamkan modalnya secara langsung atau mengikutsertakan modalnya pada individu atau organisasi lain untuk dikelola. 2.3. Risiko Investasi Saham Memulai suatu kegiatan investasi, disamping mempertimbangkan hasil yang diperoleh, investor harus mempertimbangkan pula besarnya risiko investasi yang akan ditanggung. Risiko investasi harus dipertimbangkan secara tepat karena investor memilih instrumen investasi untuk menghindari kerugian. Dalam kondisi normal, risiko investasi dapat diprediksi melalui kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga sahamnya. Jika aktivitas perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang prospektif maka harga sahamnya akan mengalami kenaikan. Setiap hari indeks harga saham berfluktuasi naik-turun, fluktuasi inilah yang merupakan risiko investasi saham karena menjadikan ketidakpastian tingkat keuntungan (Sulistyastuti, 2002). Risiko investasi saham dapat diartikan sebagai variabilitas dari hasil investasi saham atau suatu penyimpangan dengan hasil investasi saham yang sesungguhnya lebih kecil daripada hasil investasi saham yang semula diharapkan, seperti yang dikemukakan oleh Hampton (1989):”Risk may be defined as the likelihood that the actual return from an investment will be less than forecaste return” (Widjaya, 2004). Risiko juga dapat diartikan sebaga peluang bahwa 16 beberapa kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi (Bringham dan Houston, 2001). Jones (1994) mengatakan bahwa sumber risiko investasi dalam saham meliputi risiko tingkat suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko keuangan, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara (Widjaya, 2004). Konsep Model Indeks Tunggal menjelaskan bahwa variance tingkat keuntungan (rate of return) terdiri dari risiko unik dan risiko yang berhubungan dengan pasar (Sulistyastuti, 2002). Sesuai penjelasan model tersebut, tingkat keuntungan indeks saham individual dipengaruhi oleh tingkat keuntungan indeks pasar. Indeks pasar dipresentasikan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Untuk menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan investor harus menghitung potensi risiko. Risiko di sini berupa fluktuasi volatilitas tingkat keuntungan indeks saham individual dipengaruhi perubahan IHSG. Sebagaimana dijelaskan dalam Model Indeks Tunggal bahwa risiko investasi saham terdiri dari risiko tidak sistematis dan risiko sistematik (Sulistyastuti, 2002). Risiko tidak sistematis yang juga risiko unik adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari industri tertentu. Risiko unik disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum, pemogokan, program pemasaran yang sukses, kalah atau menang kontrak (Bringham dan Houston, 2001). Sedangkan risiko sistematik terkait dengan kondisi pasar maka disebut juga risiko pasar. Disebut risiko pasar karena fluktuasi saham disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Faktor- 17 faktor tersebut misalnya kondisi perekonomian, faktor ini menyebabkan ada kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama (Husnan, 1998). Risiko pasar juga dapat disebabkan oleh perang, inflasi, resesi, nilai tukar, dan suku bunga yang tinggi (Bringham dan Houston, 2001). Risiko sistematik dihitung dengan beta, yang mengukur risiko pasar yang relevan untuk menentukan tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return). Secara sederhana indeks beta dapat diperoleh dengan membandingkan fluktuasi indeks saham individual terhadap fluktuasi IHSG. Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal atau model pasar. Model ini mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linear sederhana, yang bisa dipecahkan dengan rumus regresi (Husnan, 1998). Ri = αi + βiRm + ei Adapun Rmt = IHSGt – IHSGt-1 IHSGt-1 Keterangan: Ri : tingkat keuntungan suatu saham, Rm : tingkat keuntungan indeks pasar, βi : merupakan beta sekuritas ke-i yang diperoleh dari teknik regresi, αi : intercept, (2.1) 18 ei : residual, IHSGt : IHSG pada waktu t, IHSGt-1: IHSG pada waktu t-1. Hasil perhitungan tersebut apabila di-plot-kan dalam suatu gambar akan seperti gambar di bawah ini. Rit β α Rmt Gambar 2.1. Penggambaran Beta Sumber: Husnan, 1998. Suatu saham yang memiliki indeks beta = 0 berarti saham tersebut bebas risiko, indeks beta yang normal sebesar 1, jika saham-saham yang memiliki indeks beta kurang dari 1 termasuk kategori saham defensive yaitu jika terjadi perubahan (baik naik ataupun turun) tingkat keuntungan portofolio pasar sebesar 10 persen, maka tingkat keuntungan saham tersebut berubah dengan arah yang sama sebesar kurang dari 10 persen. Saham dengan indeks beta lebih dari 1 disebut saham agresive yaitu kebalikan dari saham defensive (Husnan, 1998). Sedangkan saham-saham yang kategori spekulatif memiliki indeks beta lebih dari 2. Saham-saham yang spekulatif memiliki risiko yang tinggi dan sangat fluktuatif (Sulistyastuti, 2002). 19 Return suatu saham β>1 β=1 β<1 Return pasar Gambar 2.2. Menunjukkan hubungan antara return saham dan return pasar. Sumber: Husnan, 1998. Mengukur risiko saham tidak hanya berdasarkan nilai beta, tapi juga bisa dengan deviasi standar yang disimbolkan dengan σ dan disebut dengan sigma (Bringham dan Houston, 2001). Semakin kecil deviasi standar, semakin ketat distribusi probabilitas, dan sesuai dengan itu semakin rendah risiko saham. Deviasi standar = σ = ∧ n ∑ (k i =1 i − k ) 2 Pi (2.2) Keterangan: σ : sigma (risiko), ki : saham, ∧ k : return saham (tingkat pengembalian), Pi : probabilitas. Bagi investor yang menginvestasikan dananya dalam suatu jenis aset, sudah tentu menginginkan return dengan risiko yang seminimal mungkin. Oleh karenanya, variabel risiko merupakan salah satu variabel yang diperkirakan sangat 20 mempengaruhi dalam aktivitas perdagangan saham di pasar bursa dan dapat meningkatkan nilai dari volume saham yang diperdagangkan. Untuk mendapatkan parameter lain sebagai pengukur risiko bagi portofolio yang tidak efisien ataupun saham-saham individual dapat dirumuskan dalam persamaan CAPM (Capital Asset Pricing Model) sebagai berikut (Campbell, 1997): Ε[ Ri ] = R f + β im (Ε[ Rm ] − R f ) β im = Cov[ Ri , Rm ] Var[ Rm ] Ε( Ri ) = (1 − β ) R f + βΕ( Rm ) (2.3) (2.4) (2.5) Keterangan: E[Ri] : tingkat keuntungan saham i, Rf : tingkat keuntungan saham bebas risiko, Rm : tingkat keuntungan pasar, E[Rm]-Rf : premi risiko, bim : beta. Hasil beta dari persamaan ini adalah kemiringan garis yang menunjukkan hubungan antara E[Ri]-Rf dan E[Rm]-Rf . Presentasi gambar beta sama dengan yang ditunjukkan dalam model indeks tunggal Gambar 2.2. 21 Beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya (Darmadji dan fakhruddin, 2001): 1. Tidak mendapat dividen. Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, pemodal tidak selalu mendapatkan capital gain (keuntungan atas saham yang dijual). Adakalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli. Menurut Husnan (1998), sikap pemodal terhadap risiko dapat dikelompokkan menjadi tiga: 1. Risk averse adalah sikap investor yang tidak menyukai risiko. Investor akan berinvestasi pada saham yang tidak berisiko atau memiliki risiko yang kecil. 2. Risk neutral adalah sikap investor yang netral terhadap risiko. 3. Risk seeker adalah sikap investor yang menyukai risiko. Investor akan berinvestasi pada saham yang memiliki risiko yang besar. Pengelolaan risiko pasar pada bank umumnya menerapkan metode Value at Risk (VaR) untuk mengurangi potensi kerugian (BEJ, 2003). Pengelolaan risiko fluktuasi suku bunga menggunakan Interest Mismatch sehingga bank dapat memperkirakan jumlah maksimum risiko yang sensitif terhadap perubahan suku bunga. Kemudian cara lain yang ditempuh bank dalam pengelolaan risiko pasar 22 adalah memperbaiki kebijakan perusahaan dan memastikan semua posisi (harga saham) berada dalam batasan selera dan toleransi risiko yang ditetapkan. 2.4. Perbankan di Pasar Modal Beberapa aktivitas perbankan yang terbuka di pasar modal dapat dijelaskan sebagai berikut (Suta, 2000): 1. Bank sebagai emiten. Bank sebagai emiten mempunyai kewajiban untuk mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya termasuk keuangan, manajemen, harta kekayaan, serta aspek hukumnya kepada masyarakat (full disclosure). Informasi ini harus dijamin kebenarannya sehingga masyarakat pemodal dapat memahami keadaan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli efek yang ditawarkan. 2. Bank sebagai wali amanat. Dalam hal emiten menawarkan obligasi, emiten yang bersangkutan wajib menunjuk wali amanat. Wali amanat merupakan pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sekuritas kredit. 3. Bank sebagai agen pembayaran. Peran lain dalam kaitannya dengan fungsi wali amanat, bank juga bertindak sebagai agen pembayaran. Dalam hal demikian, bank tersebut atas nama emiten akan melakukan pembayaran atas bunga dan pokok obligasi kepada pemegang obligasi. Bank bersangkutan beserta kantor-kantor cabang atau cabang pembantu yang ditunjuk sebagai agen pembayaran akan menerima 23 penempatan dana dan kuasa dari emiten serta memperoleh imbalan jasa (fee), yang dituangkan dalam perjanjian agen pembayaran. 4. Bank sebagai penanggung. Dalam hal emiten menawarkan obligasi maka emiten yang bersangkutan dapat menunjuk guarantor (penanggung). Penanggung merupakan pihak yang dipercaya untuk menanggung kewajiban emiten kepada para pemegang obligasi atau sekuritas kredit, apabila emiten yang bersangkutan tidak dapat melakukan kewajibannya dalam melakukan pembayaran pokok dan bunga. 5. Bank sebagai kustodian. Kustodian sebagai salah satu pelaku pasar modal berfungsi memberikan jasa penitipan efek dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek-efek serta jasa lainnya, seperti: menerima bunga, dividen, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemilik efek yang termasuk dalam penitipan kolektif, efek, dana atau harta lain milik nasabah yang disimpan pada kustodian, wajib diadministrasikan secara terpisah dari harta milik kustodian tersebut. 2.5. Kerangka Pemikiran Individu yang memiliki modal dapat melakukan investasi di pasar modal, seperti di Bursa Efek Jakarta. Dalam membuat keputusan investasi, sebenarnya investor tidak mengetahui tingkat keuntungan dari investasinya secara pasti, investor bisa rugi atau untung. Ketidakpastian tingkat keuntungan yang diperoleh investor berkaitan dengan adanya risiko dalam setiap investasi saham yang dapat diakibatkan oleh fluktuasi harga saham. Risiko diukur dengan beta, beta inilah 24 yang digunakan sebagai ukuran risiko pasar yang relevan untuk menentukan tingkat keuntungan yang diharapkan. Secara sederhana indeks beta dapat diperoleh dengan membandingkan fluktuasi indeks saham individual (saham bank) terhadap fluktuasi IHSG, atau teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan hasil sekuritas individu sebagai variabel dependen dan hasil pasar sebagai variabel independen (Sulistyastuti, 2002). Indeks beta dapat membantu investor dalam menentukan pilihan investasi yang akan dilakukan dan dapat disesuaikan dengan kriteria dari investor. Pasar Modal Investor Harga Saham Risk Return Risiko Investasi Saham Sikap investor - Risk averse - Risk neutral - Risk seeker Beta Pilihan Investasi Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran - Return Pasar (IHSG) - Return individu 25 2.6. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Beta (koefisien return pasar) dapat memiliki hubungan positif dan negatif dengan return saham individu. 2. Beta merupakan indikator dari risiko saham. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Umum Penelitian 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ), situs-situs internet dan referensi perpustakaan. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu IHSG bulanan dan indeks saham individual bulanan dari tujuh bank yaitu Bank BNI, Bank Danamon, Bank BII, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, dan Bank Lippo. 3.1.2. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan yaitu teknik regresi sederhana atau lebih dikenal dengan OLS (Ordinary Least Squares) yang merupakan analisis persamaan garis regresi yang hanya melibatkan dua variabel dalam analisa. Periode data yang digunakan dimulai dari tahun 1998-2005. Alat analisis menggunakan program Eviews 4.1. Bentuk umum dari regresi sederhana adalah: Y = α + βΧ + u Dimana: Y : variabel terikat, X : variabel bebas, α : intercept, β : slope, (3.1) 27 u : error atau galat. Dalam melakukan estimasi persamaan linear dengan menggunakan metode OLS maka asumsi-asumsi dari OLS harus dipenuhi, jika asumsi tidak terpenuhi maka tidak menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati, 1995). Asumsi BLUE yaitu: 1. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol. 2. Variansnya tetap (homoskedasticity). 3. Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan error term. 4. Tidak ada korelasi serial antara error (no-autocorrelation). 5. Pada regresi linear berganda tidak terjadi hubungan antar variabel bebas (multicolinearity). Untuk merangkum teknik analisa persamaan garis regresi, maka masalah yang akan dibahas mencangkup tiga faktor utama (Gujarati, 1995), yaitu: 1. Perhitungan persamaan garis regresi atau estimasi persamaan garis regresi yang ditujukan untuk melakukan estimasi terhadap variabel terikat (Y) dari nilai-nilai variabel bebas (X) yang ada. 2. Perhitungan yang ditujukan untuk mengukur kemungkinan terjadinya kesalahan dalam melakukan estimasi persamaan regresi maupun peramalannya. 3. Perhitungan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan diantara variabelvariabel tersebut. 28 3.1.3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran ikhtisar yang mengatakan seberapa baik garis regresi sampel mencocokkan data, atau untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel terikatnya (Gujarati, 1995). Dua sifat R2 yaitu: 1. R2 merupakan besaran non negatif. 2. Batasannya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R2 bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. r2 = bΣxy Σy2 (3.2) 3.1.4. Uji t (Uji Parsial) Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh pada variabel terikatnya (Gujarati, 1995). Uji dua arah Ho : b1 = b2 = ....= bi = 0 H1 : Minimal ada salah satu bi ≠ 0 thitung = b – b1 Sb se Sb = Se = ∑y ∑x 2 i 2 (3.3) (3.4) i − b∑ x i y i n−2 (3.5) 29 Tolak Ho bila |thitung | > tα/2 artinya variabel signifikan berpengaruh nyata pada taraf a. Uji satu arah Ho : b1 = b2 =...= bi = 0 H1 : b1 > 0 atau bi < 0 Tolak Ho Bila |thitung | > ta artinya variabel signifikan berpengaruh nyata positif atau negatif pada taraf nyata a. 3.1.5. Uji F (Uji Serempak) Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas secara serentak berpengaruh pada variabel terikatnya (Gujarati, 1995). Ho : b1 = b2 = ...= bi = 0 H1 : bi ≠ 0 Fhitung = R2 / k (1 − R 2 ) /(n − k − 1) (3.6) Tolak Ho jika Fhitung > Fa(k,n-k-1) Dimana, k adalah banyaknya variabel bebas. 3.1.6. Uji Heteroskedastisitas Asumsi regresi linear klasik menganggap bahwa varian error bersifat konstan atau homoskedastisitas. Tetapi pada kenyataannya, varians error tidak konstan untuk setiap observasi var (εi) = E(εi2) = σi2. var (ui | Xi) = E[ui – E(ui)]2 (3.7) 30 = E(ui2) karena E(ui|Xi) = 0 = σi2 Persamaan ini menyatakan bahwa varians ui untuk tiap Xi adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan σ2. Secara teknis persamaan ini menyatakan asumsi homoskedastisitas, yaitu populasi Y yang berhubungan dengan nilai X mempunyai varians yang sama. Jika terdapat heteroskedastisitas adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias. Adanya masalah heteroskedastisitas akan mengakibatkan hasil uji t dan F menjadi tidak berguna (Gujarati, 1995). Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan uji White Heteroscedasticity Test. Ho menyatakan tidak ada heteroskedastisitas, sedangkan H1 ada heteroskedastisitas. Jika probabilitas dari obs*R-squared lebih kecil dari alpha (a) maka kita tolak Ho (FEUI, 2005). 3.1.7. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara kesalahan (error term) tahun t dengan kesalahan tahun t-1. Asumsi klasik tentang regresi linear mensyaratkan tidak ada autokorelasi, yaitu bahwa E(εiεj) = 0 i ≠ j tetapi pada autokorelasi E(εiεj) ≠ 0 i ≠ j cov (ui,ui) = E[ui – E(ui)][uj – E(uj)] (3.8) = E(uiuj) =0 Adanya masalah autokorelasi ini akan menghasilkan hasil estimasi koefisien yang konsisten dan tidak bias tetapi dengan varian yang besar, atau dengan perkataan 31 lain hasil penafsiran tidak efisien. Varian estimasi parameter yang tidak efisien ini menyebabkan nilai t hitung cenderung kecil dan hasil pengujian cenderung menerima hipotesis nol (Gujarati, 1995). Untuk mendeteksi adanya serial korelasi indikator yang digunakan adalah DW jika DW > 2 atau DW < 2 maka ada indikasi serial korelasi. Selain itu dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan pengujian Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Jika Ho menyatakan tidak terdapat serial correlations dan H1 ada serial correlations, dan seandainya nilai dari probabilitas dari obs*Rsquare lebih besar dari alpha (a) maka terima Ho (FEUI, 2005). 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Menentukan Risiko Saham Menghitung beta saham, dilakukan regresi antara return pasar (IHSG) dan return saham individual dari setiap saham bank (Husnan, 1998). Saham individual merupakan saham bulanan dari setiap bank tersebut. Ri = αi + βi Rm + ei Keterangan: Ri = return saham individu, Rm = return pasar, ei = residual, αi = intercept, βi = koefisien regresi = beta. (3.9) 32 Nilai beta yang diperoleh dari hasil regresi setiap bank merupakan indikasi tingkat risiko saham masing-masing bank tersebut. Return saham individu diperoleh dari: Ri = Ln(Pit +1/Pit) Pit (3.10) : indeks saham harian i pada waktu t, Pit+1 : indeks saham harian i pada waktu t+1. 3.3. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian adalah hasil estimasi yang diperoleh dari ke tujuh bank terdapat variabel yang mengandung hetereoskedastisitas, sehingga tidak dapat dijelaskan. Kemudian koefisien determinasi yang diperoleh dari hasil olahan masing-masing bank memiliki nilai yang kecil yaitu kurang dari 50 persen, sehingga variabel independen kurang mampu menjelaskan variabel dependennya. IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia tidak terlepas dari proses kolonialisasi Indonesia oleh Belanda. Hal penting yang melatarbelakangi keberadaan pasar modal di Indonesia adalah kebutuhan yang sangat mendesak dari pemerintah Belanda untuk memperdagangkan efek-efeknya di Indonesia. Kemudian pada tanggal 14 Desember 1912 Amsterdamse Effectenbureurs memilih Batavia sebagai cabangnya. Tuntutan pasar yang begitu besar terhadap perdagangan efek, membuat pemerintah Belanda mendirikan bursa efek baru di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 yang beranggotakan enam perusahaan makelar, yaitu Fan Dunlop & Kolf, Fa Gijeselman & Streup, Fa a Van Velsen, Fa Beaukkerk & Co, PO Loonen dan N koseten. Kemudian pada tanggal 1 Agustus 1925 dibuka kantor perdagangan efek di Semarang. Pada saat itu, fungsi kantor bursa hanya sebagai pencatat kurs. 4.1.1. Pasca Perang Dunia II Pada Perang Dunia II Jerman berhasil menduduki Belanda dan merebut saham-saham orang Belanda sehingga pada tanggal 10 Mei 1940 bursa efek Batavia harus ditutup. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah memerlukan sumber pembiayaan bagi pembangunan. Untuk itu, maka pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat No. 13, tentang Bursa dan kemudian ditetapkan sebagai UU Bursa No. 15 tahun 1952. Berdasarkan hal itu, 34 pada 3 Juni 1952, Menteri keuangan Soemitro Djojohadikusumo meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta yang berkantor di gedung De Javashe Bank (Bank Indonesia). 4.1.2. Era Pra Deregulasi (1977-1987) Pada masa ini pasar modal Indonesia tidak berkembang, karena perusahaan masih diwarnai dengan budaya perusahaan keluarga yang sangat tertutup. Masalah lain juga disebabkan oleh lembaga pasar modal itu sendiri. Banyak aturan pasar modal yang dianggap oleh pemilik perusahaan tidak terlalu menguntungkan perusahaan yang go public. Ada lima persyaratan yang menghambat minat para pemilik perusahaan masuk ke pasar modal (Suta, 2000) yaitu: 1. Adanya persyaratan laba minimum sebesar 10 persen dari modal sendiri bagi perusahaan yang ingin go public. 2. Tertutupnya kesempatan bagi investor asing untuk ikut berpartisipasi dalam pemilikan saham. 3. Adanya batas maksimum fluktuasi harga sebesar 4 persen dari harga awal dalam setiap hari perdagangan di bursa. Batasan ini membuat pasar kurang menarik bagi investor. Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak berlangsung berdasarkan mekanisme pasar yang sebenarnya. 4. Tidak adanya perlakuan yang sama terutama dalam hal pajak terhadap penghasilan yang berasal dari bunga deposito dengan dividen. Akibatnya 35 investor masih lebih suka menanamkan uangnya di deposito daripada investasi melalui pembelian saham di bursa. 5. Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan seluruh saham yang ditempatkan dan di sektor penuh di bursa. 4.1.3. Era Deregulasi (1987-1990) Dalam rangka mendorong tumbuhnya investasi dalam negeri, pemerintah dituntut untuk memberikan insentif tersendiri. Menyadari hal tersebut maka pemerintah merubah berbagai aturan yang dianggap menghambat minat perusahaan untuk masuk bursa. Karena itu pemerintah meluncurkan tiga perangkat paket penting kebijakan pasar modal (Suta, 2000) yaitu: 1. Paket Desember 1987 (Pakdes). Isinya mengenai penghapusan persyaratan laba minimum 10 persen dari modal sendiri. Diperkenalkannya instrumen baru pasar modal yaitu saham atas unjuk (saham yang tidak tertulis nama pemiliknya). Dibukanya bursa paralel sebagai arena perdagangan efek bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Dihapuskannya ketentuan batas maksimum fluktuasi harga 4 persen. 2. Paket Oktober 1988 (Pakto). Pemerintah melakukan terobosan-terobosan yang sangat signifikan, berupa pengenaan pajak penghasilan atas bunga deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan. 3. Paket Desember 1988. Pemerintah memberi kesempatan kepada swasta untuk mendirikan dan menyelenggarakan bursa di luar Jakarta. 36 4. Dibukanya izin bagi investor asing untuk membeli saham di bursa Indonesia. Kebijakan ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal. 5. Kebijakan ini disusul dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK/013/1990. Kemudian dirubah lagi dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991 tentang tugas Bapepam yang awalnya juga penyelenggara bursa, sekarang menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Lahirnya berbagai deregulasi kebijakan, mulai dari Undang-undang sampai Keputusan Bapepam mengakibatkan pasar modal Indonesia berkembang pesat. Cerminan itu bisa terlihat dari bertambahnya jumlah perusahaan yang go public di pasar modal Indonesia, termasuk terjadinya peningkatan volume perdagangan di BEJ. 400 350 jumlah 300 250 BEJ 200 BES 150 100 50 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 0 periode Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan/Emiten Sumber data : Indikator Ekonomi (BPS), 2004. 37 Tabel 4.1. Perdagangan Saham 1999 Sampai 2003 Keterangan Volume(miliar saham) Nilai (Rp triliun) Jumlah transaksi (ribuan kali) Jumlah saham tercata (miliar saham) 1999 178,5 147,9 4549,3 846,1 2000 2001 2002 134,5 148,5 171,2 122,8 97,5 120,3 4592,8 3621,6 3092,2 1186,3 885,2 939,5 2003 234,0 125,4 2953,2 829,4 Sumber: Laporan Tahunan BEJ, 2003. Perkembangan ini menunjukkan bahwa pasar modal tetap dinilai sebagai institusi yang tepat bagi perusahaan yang ingin tumbuh berdasarkan visi jangka panjang. 4.2. Perkembangan Saham Perbankan Perkembangan pasar modal ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang ikut bergabung di bursa efek melalui penawaran saham/go public, salah satu perusahaan yang ikut menawarkan sahamnya di bursa efek adalah perusahaan perbankan. Hampir semua bank yang ada di Indonesia telah menawarkan sahamnya di bursa efek seperti Bank Niaga, Bank Lippo, Bank Danamon, Bank BNI, Bank BII, Bank Permata, Bank Pan Indonesia, Bank BCA, Bank BRI, Bank Mandiri dan masih banyak lagi. Perusahaan melakukan penawaran umum dengan tujuan mendapatkan dana segar dari masyarakat luas (Darmadji dan fakhruddin, 2001). 38 4.2.1. Bank Niaga Bank Niaga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1989, serta berhasil mempertahankan posisi sebagai bank dengan layanan terbaik pada tahun 2001 dan 2002. Tabel 4.2. Perkembangan Saham Bank Niaga Keterangan Jumlah pemegang saham Jumlah saham yang beredar # nominal Rp 500/Rp 5000 per saham # nominal Rp 5/Rp 50 per saham Dividen tunai per saham (Rp) Nilai buku saham (Rp) Laba bersih per saham (Rp) 2000 7.126 2001 5.694 2002 7.750 2003 10,191 2004 10.796 718.539.351 718.539.351 718.539.351 718.539.351 71.853.936* 77.527.527. 833 77.527.527. 833 77.527.527. 833 77.527.527. 833 7.786.493.7 84* - - - - 7,50** 14,00 15,55 18,87 25,24 302 1,38 2,60 1,80 5,97 84,35 Sumber: Laporan Tahunan Bank Niaga, 2004 Keterangan: * : Terjadi penggabungan jumlah saham dengan cara meningkatkan nilai nominal (reverse stock) sebesar 10 kali, yaitu Saham Kelas A semula Rp. 500,- menjadi Rp. 5.000,- dan Saham Kelas B semula Rp. 5,- menjadi Rp. 50,-. ** : Dibagikan sebagai dividen akhir tahun buku 2003 kepada para pemegang saham. Perkembangan saham 1. Pada bulan Agustus 1999 dalam rangka rekapitalisasi diadakan penawaran saham baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) III. Setiap saham lama yang dimiliki dengan nilai nominal Rp 5,- (kelas B). Dengan demikian, pada tahun 1999 ini terjadi penambahan saham sejumlah 1.513.582.378 saham kelas B (right yang diambil alih oleh masyarakat). Namun setoran saham tersebut dicatat sebagai uang muka modal. 39 2. Pada bulan Mei 2000, sisa saham yang tidak diambil alih oleh masyarakat pada right issue III tahun 1999 yaitu sejumlah 69.621.813.371 saham kelas B, diambil alih oleh pemerintah selaku pembeli siaga. Selain itu terdapat penambahan saham oleh pemerintah sebesar 6.392.132.084 saham kelas B tanpa hak memesan efek terlebih dahulu yang diputuskan dalam rapat Umum Pemegang Saham tanggal 29 Juni 2000 dalam rangka mencapai Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 4 persen pada tahun yang bersangkutan. 3. Pada bulan April 2001 sebanyak 77.463.606.512 saham diikutsertakan dalam penerapan sistem perdagangan saham tanpa warkat (scripless trading) sebagai perdagangan saham di BEJ atau BES dilakukan tanpa warkat. 4. Pada tahun 2002 dan 2003 perseroan tidak mengadakan penambahan saham. 5. Pada tahun 2004, sebelum Perseroan melaksanakan pengurangan jumlah saham dengan meningkatkan nominal nilai saham (Reverse stock) sebanyak 10 kali, maka agar jumlah saham yang telah dikeluarkan Perseroan habis dibagi 10, (tidak menghasilkan pecahan) maka diperlukan pengeluaran saham baru sebanyak 16 saham yaitu 9 saham Kelas A dan 7 saham Kelas B. Mengingat saham Kelas A telah nihil, maka terlebih dahulu diperlukan peningkatan modal dasar dari Rp 1,4 trilyun menjadi Rp 2,9 trilyun. 4.2.2. Bank BII Bank Internasional Indonesia didirikan pada tahun 1959, 25 September 1989 mulai menawarkan sahamnya sejumlah 12.000.000 sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Pada bulan Oktober 1989 perusahaan menjual 40 sahamnya sejumlah 12.000.000 saham seri A yang harga nilai nominalnya Rp 1000,-/saham. Februari 1994 perusahaan umum terbatas I menerbitkan sejumlah 52.717.184 saham seri A yang nilai nominalnya Rp 1000,-/saham. Februari 1997 penawaran umum terbatas III menerbitkan 62.101.383.408 saham baru (seri B dengan nilai nominal Rp 125,-/saham) dan 7.762.672.926 waran seri II. Penawaran umum terbatas IV pada tanggal 20 Mei 2002 dalam rangka penerbitan hak memesan saham terlebih dahulu kepada para pemegang saham sebanyak 38.973.254.169 saham dengan nominal Rp 125,-/saham. 31 Desember 2002 seluruh saham perusahaan atau 9.186.552.894 saham telah dicatatkan pada BEJ dan pada 30 Desember 2005 sejumlah 47.388.022.768 saham telah dicatatkan pada BEJ. 4.2.3. Bank Panin Bank Panin didirikan pada tahun 1971, pada tanggal 28 Oktober 1982, perusahaan memperolah pernyataan efektif dari ketua Bapepam untuk melakukan penawaran umum atas 1.637.500 saham perusahaan kepada masyarakat. Tabel 4.3. Tahap-tahap Bank Panin Masuk ke Bursa Tahun Keterangan 1982 1983 1989 1990 1995 1997 1998 1999 Penawaran umum perdana Penawaran umum kedua Penawaran umum terbatas I Penawaran umum terbatas II Penawaran umum terbatas III Penawaran umum terbatas IV Penawaran umum terbatas V Penawaran umum terbatas VI Sumber: BEJ, 2000. Jumlah saham 1.637.500 3.162.500 3.200.000 3.830.931 60.180.462 300.902.312 702.105.395 1.225.406.221 Nilai nominal saham (RP) 1000 1000 1000 1000 1000 500 500 250 Harga penawaran /saham (RP) 3475 3550 4500 13000 1900 1200 500 1100 41 Pada tanggal 30 Juni 2005 sejumlah 15.890.433.573 saham perusahaan telah dicatatkan pada BEJ dan BES. 4.2.4. Bank Permata Bank Permata (awal Bank Bali) didirikan pada tanggal 17 Desember 1954 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Januari 1955. Pada tanggal 15 Januari 1990, 3.999.000 saham bank dengan jumlah nilai nominal Rp 3999,telah ditawarkan melalui penawaran umum perdana kepada masyarakat dan telah dicatatkan pada BEJ dan BES, dalam Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham pada tanggal 5 Juli 1990. Bank telah menempatkan saham baru dengan cara penawaran umum terbatas (right issue) I sejumlah 15.508.000 saham dengan nilai nominal Rp 1000,-/saham yang ditawarkan kepada para pemegang saham lama dimana setiap pemegang saham yang memiliki tiga saham lama berhak membeli satu saham baru dengan Rp 8000,-/saham. Pada tanggal 5 November 1990 Bank Bali juga telah mencatatkan tambahan saham pendiri sejumlah 42.525.000 saham pada BEJ dan BES. Dalam Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham pada tanggal 27 Juni 1995 para pemegang saham telah menyetujui untuk melakukan penawaran umum terbatas dengan hak memesan saham efek terlebih dahulu (right issue) II sejumlah 65.133.600 saham dengan nominal Rp 1000,-/saham. Pada tanggal 18 Juni 1997, pemegang saham telah menyetujui perubahan nilai nominal saham bank dari Rp 1000,-/saham menjadi Rp 500,-/saham. Dalam rapat umum selanjutnya tanggal 27 Juni 1998 bank telah menerbitkan saham bonus sejumlah 166.738.173 saham 42 dengan nilai nominal Rp 500,-/saham. Saham bonus merupakan saham baru yang dikeluarkan oleh emiten untuk pemegang saham lama sebagai bonus. Pada tanggal 28 Agustus 2000 para pemegang saham telah setuju untuk melakukan penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) III sejumlah 66.528.577.467 saham baru kelas B yang mempunyai hak sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham kelas A dengan nilai nominal Rp 5,-/saham. Total saham yang tercatat di BEJ sampai tanggal 30 September 2005 sejumlah 26.880.234 saham kelas A dan 7.716.245.690 saham kelas B. 4.2.5. Bank Lippo Lippo merupakan salah satu bank swasta nasional I di Indonesia, berawal didirikannya NV Bank Perniagaan pada tahun 1948. pada tahun 1989 dilakukan perubahan nama menjadi Bank Lippo dan di tahun yang sama dilakukan merger dengan PT Bank Umum Asia dengan tetap mempertahankan nama Bank Lippo. Tahun 1989 saham-saham Bank Lippo mulai diperdagangan di BEJ dan BES. Pada bulan 1989 dengan persetujuan Bapepam, Bank menawarkan kepada masyarakat sebanyak 6.800.000 saham. Saham-saham ini dicatatkan di BEJ pada tanggal 10 November 1989. Selanjutnya, saham yang tercatat telah beberapa kali ditingkatkan, pencatatan terakhir di BEJ pada tanggal 14 Juli 1999 sejumlah 11.326.436.900 saham kelas B dengan harga nominal Rp 10 yang berasal dari penawaran umum terbatas IV. 43 Persetujuan penerbitan saham baru melalui penawaran umum terbatas III dan IV masing-masing sampai jumlah maksimum 17.139.600.000 dan 21.160.750.385 saham kelas B. Dalam penawaran umum terbatas III setiap pemegang satu lembar saham kelas A yang terdapat dalam daftar resmi pemegang saham pada tanggal 22 Desember 1998, mempunyai hak untuk memesan 20 lembar saham kelas B dengan harga Rp 275,-/saham. Sedangkan dalam penawaran umum IV setiap pemegang 10 lembar saham kelas A dan B yang terdapat dalam daftar resmi pemegang saham pada tanggal 29 Juni 1999 mempunyai hak untuk memesan 36 lembar saham kelas B dengan harga Rp 259.784,-/saham. Sehubungan dengan penawaran umum dalam rangka memesan efek terlebih dahulu III dan IV, bank antara lain menerbitkan waran. Setiap hak memesan berhak atas satu waran, yang pada akhirnya berhak atas 15.549 saham kelas C dengan harga pemesanan pemerintah untuk saham kelas C ditambah dengan biaya yang berhubungan dengan obligasi pemerintah RI. Saham yang diterbitkan pada saat pelaksanaan waran berasal dari konversi saham kelas C menjadi saham kelas B dan dengan demikian jumlah saham kelas A, kelas B dan kelas C yang beredar tidak akan berubah pada saat waran. 4.2.6. Bank BNI BNI didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank BUMN dan pada tanggal 29 April 1992 dirubah menjadi Persero. BNI mulai menawarkan sahamnya ke BEJ pada tanggal 28 Oktober 1996 sebesar 1.085.032.000 saham 44 seri B dengan nilai nominal Rp 500,-/saham dan harga penawaran sebesar Rp 850,-/saham kepada masyarakat. Saham yang ditawarkan tersebut mulai diperdagangkan di BEJ dan BES pada tanggal 25 November 1996. BNI melakukan Penawaran Umum Terbatas I kepada para pemegang saham dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) sebanyak 151.904.480.000 saham seri C dengan nilai nominal Rp 25,-/saham, setiap pemegang saham lama berhak membeli 35 lembar saham baru dengan harga Rp 347,58/saham. 4.2.7. Bank Danamon Bank Danamon didirikan pada tanggal 16 Juli 1956. Kemudian bank melakukan panawaran umum perdana atas 12.000.000 saham (nilai penuh) dengan nilai nominal Rp 1000,-/saham dan seluruh saham ini telah dicatakan di BEJ pada tanggal 8 Desember 1989. Saham yanng berasal dari penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) I pada tahun 1993 dengan jumlah saham 224.000.000 saham seri A. Kemudian pada tahun 1996 melakukan right issue II dengan jumlah saham 560.000.000 saham seri A. Pada tahun 1999 melakukan right issue III dengan jumlah saham 215.040.000.000 saham seri B. Total saham yang tercatat di BEJ sampai pada tanggal 30 Desember 2005 sejumlah 22.400.000 saham seri A dan 4.898.494.000 saham seri B. Secara keseluruhan dari harga saham ke tujuh bank tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3. 45 6000 rupiah 5000 4000 3000 2000 1000 Ja n0 5 Ja n0 4 Ja n0 3 Ja n0 2 Ja n0 1 Ja n0 0 0 pe riode Gambar 4.2. Harga Saham Bank Danamon Sumber: BEJ. 2500 bii 2000 rupiah permata 1500 bni 1000 panin niaga 500 lippo Jan-06 Jan-05 Jan-04 Jan-03 Jan-02 Jan-01 Jan-00 Jan-99 Jan-98 0 periode Gambar 4.3. Harga Saham Bank Sumber: BEJ. Dari gambar dapat dilihat bahwa Bank Danamon memiliki harga saham tertinggi dengan harga paling tinggi sebesar Rp 5.600,- dibandingkan dengan bank lain yang berkisar di bawah Rp 2000,-. Hal ini menandakan bahwa Bank Danamon sedang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Perusahaan yang memiliki harga saham yang mahal mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami pertumbuhan yang tinggi dan akan memberikan dividen yang 46 rendah (Sulistyastuti, 2002). Hal ini dikarenakan bagian dari laba operasi akan diinvestasikan kembali. Sebaliknya perusahaan yang pertumbuhannya rendah dapat memberikan dividen yang tinggi karena harga sahamnya juga lebih murah. Metode pengukuran kinerja saham dengan cara membandingkan antara dividen perlembar saham dengan harga pasarnya dan ditujukan untuk mengetahui besarnya dividen. Fluktuasi harga saham dapat dipengaruhi oleh kondisi perusahaan (hutang, penjualan, dividen), kondisi ekonomi (nilai tukar, suku bunga) dan perubahan harga saham di waktu yang lalu (Husnan, 1998). 300 1000 900 250 200 150 100 50 800 700 niaga 600 500 400 danamon 300 200 permata lippo bni bii panin 100 0 2000 apr jul okt jan apr jul okt jan apr jul okt jan apr jul okt jan apr jul okt des jan apr jul okt des 0 2001 2002 2003 2004 2005 Gambar 4.4. Indeks Saham Bank Sumber: BEJ. Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukan bahwa indeks saham Bank Panin mengalami kenaikan dari tahun 2000 sampai 2005 dan berada pada urutan teratas. Bank Permata menunjukan lonjakan kenaikan yang sangat drastis pada pertengahan 2004 dan 2005, dan diikuti juga oleh Bank Niaga. Hampir seluruh bank mengalami kenaikan pada tahun 2004 ke 2005 hal ini mungkin diakibatkan karena diselenggarakannya pemilu, sehingga ada respon positif dari investor bahwa dengan pemerintahan yang baru perekonomian Indonesia akan membaik. V. ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA SAHAM PERBANKAN 5.1. Hasil Estimasi Model Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik regresi sederhana setiap bank, maka hasil yang diperoleh dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Analisis Regresi dari Tujuh Bank Variabel terikat RBII RBNI RDANAMON* RLIPPO RNIAGA RPANIN RPERMATA Variabel bebas RIHSG RIHSG RIHSG RIHSG RIHSG RIHSG RIHSG Keofisien/ beta 1,199684 0,973585 0,887289 1,533840 0,719207 1,761914 0,941498 Prob 0,0000 0,0000 0,0005 0,0495 0,1551 0,0000 0,1243 R2 0,228265 0,185991 0,123999 0,298714 0,021617 0,472212 0,025212 Prob (Fstatistik) 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,15508 0,0000 0,12432 Sumber : lampiran 1-7. Keterangan: * (terdapat heteroskedastisitas). Dari Tabel 5.1, hasil regresi yang dilakukan pada semua bank hanya Bank Danamon yang tidak memenuhi asumsi OLS yaitu terdapat heteroskedastisitas, sedangkan hasil regresi pada bank lain signifikan dan memenuhi asumsi OLS yang dapat dilihat dari nilai probabilitasnya kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen. Nilai probabilitas pada Bank Niaga dan Bank Permata yang lebih besar dari 10 persen dapat diterima karena jika menggunakan alat analisis Eviews 4.1 maka nilai probabilitasnya dibagi dengan dua, sehingga nilai probabilitas dari Bank Niaga menjadi 0,0775 dan nilai probabilitas Bank Permata menjadi 0,0622. Koefisien determinasi (R2) dari semua bank memiliki nilai yang rendah yaitu kurang dari 50 persen, artinya variabel independen tidak terlalu mampu 48 menerangkan keragaman dari variabel dependennya. Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi yang lebih rendah dari beta portofolio, karena beta mungkin berubah dari waktu ke waktu dan penaksiran selalu mengandung unsur kesalahan acak/random error (Husnan, 1998). Walaupun nilai R2 rendah tapi variabel independen (RIHSG) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini didukung oleh uji F, dimana nilai probabilitas F-statistik < a (10 persen), artinya semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau model diterima. 5.2. Uji Heteroskedastisitas dan Autokorelasi Hasil regresi yang dilakukan pada semua bank bebas dari autokorelasi. Di mana, nilai dari obs* R-square lebih besar dari alpha (a) 10 persen maka terima Ho yaitu tidak terdapat autokorelasi. Jika terdapat autokorelasi maka hasil statistik tidak dapat dipercaya. Cara mengatasi masalah autokorelasi yaitu dengan menambahkan variabel AR (Auto Regressive). Penambahan variabel AR mampu meningkatkan nilai DW (Durbin-Watson stat). Sedangkan heteroskedastisitas terdapat pada hasil regresi Bank Danamon yang ditunjukkan dengan nilai dari obs* R-square lebih kecil dari alpha (10 persen). Hasil regresi yang mengandung heteroskedastisitas tidak akan digunakan untuk pembahasan selanjutnya, karena akan mengakibatkan hasil yang tidak efisien. 49 5.3. Analisis Risiko (Beta) Indeks beta sebagai indikator penentu risiko saham diperoleh dari koefisien RIHSG dari semua bank. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam Tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2. Indeks Beta Bank Bank BII Bank BNI Bank Lippo Bank Niaga Bank Panin Bank Permata Beta 1.199684 0.973585 1.533840 0.719207 1.761914 0.941498 Sumber: lampiran 1-7 Indeks beta yang dimiliki oleh Bank BII, Bank Lippo, dan Bank Panin menunjukkan angka di atas satu (b>1), berarti saham Bank BII, Bank Lippo, dan Bank Panin bersifat fluktuatif dan risiko investasi saham yang dimiliki bank ini cukup besar. Besarnya risiko yang dimiliki oleh Bank BII, Bank Lippo, dan Bank Panin disebabkan oleh bank tersebut peka terhadap kondisi perekonomian selama delapan tahun terakhir. Kondisi perekonomian yang terjadi seperti nilai tukar yang berfluktuatif, kebijakan pemerintah terhadap suku bunga, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia. Investor yang bersedia melakukan investasi pada saham yang memiliki risiko besar yaitu investor yang mempunyai sikap risk seeker. Semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor maka semakin besar pula investor menghendaki tingkat pengembalian. Cara baca dari indeks beta ini yaitu indeks beta pada Bank BII sebesar 1,19 artinya kenaikan 10 persen IHSG akan mengakibatkan kenaikan dari 50 indeks saham BII sebesar 11,9 persen. Hal ini berlaku juga untuk bank yang memiliki indeks beta lebih dari satu karena kenaikan yang terjadi akan lebih dari 10 persen. Sedangkan indeks beta yang kurang dari satu (b<1) dimiliki oleh Bank BNI, Bank Niaga, dan Bank Permata. Jika indeks beta kurang dari satu, maka saham yang dimiliki bersifat defensif atau tidak berfluktuatif sehingga risiko saham yang dimiliki kecil. Bank yang memiliki risiko saham kecil berarti bank tersebut tidak terlalu terpengaruh terhadap kondisi perekonomian yang terjadi di Indonesia. Sikap investor risk averse yang akan bersedia melakukan investasi pada saham berisiko kecil. Karena investor ini tidak mampu menanggung jika terjadi kerugian yang besar. Indeks beta BNI sebesar 0,97 artinya kenaikan 10 persen dari IHSG akan menyebabkan kenaikan indeks saham BNI kurang dari 10 persen yaitu sebesar 9,7 persen dan berlaku juga untuk Bank Niaga dan Bank Permata. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis risiko investasi dari tujuh bank selama periode delapan tahun, maka dapat disimpulkan bahwa risiko investasi saham yang cukup besar yang ditandai dengan indeks beta lebih besar dari satu dimiliki oleh Bank BII, Bank Lippo, dan Bank Panin. Investor yang bersedia melakukan investasi pada saham bank ini adalah investor yang memiliki sikap risk seeker. Saham yang memiliki risiko kecil dimiliki oleh saham Bank BNI, Bank Niaga, dan Bank Permata dengan indeks beta lebih kecil dari satu. Sikap investor yang sesuai untuk melakukan investasi pada risiko kecil adalah risk averse. 6.2. Saran Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko investasi pada saham perbankan (Bank BII, Bank Lippo, dan Bank Panin) cukup besar. Untuk itu investor yang akan melakukan investasi pada bank ini perlu memperhatikan kemungkinan terburuk (kerugian) yang akan terjadi di masa datang. 2. Ketersediaan informasi yang lebih lengkap mengenai kinerja perusahaanperusahaan yang terdaftar di bursa efek (seperti, perkembangan saham, laporan keuangan) dan kondisi sosial-politik-ekonomi Indonesia 52 merupakan hal penting bagi investor, terutama sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. 3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya jangka waktu penelitian diperpanjang dan sampel yang digunakan diperbanyak dan dapat menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko saham. DAFTAR PUSTAKA Bringham dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi ke-8. Dodo Suharto dan Herman Wibowo [penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2004. Indikator Ekonomi. Jakarta. Bursa Efek Jakarta. 2000. Laporan Keuangan Tahunan. Jakarta. ----------------------. 2003. Laporan Keuangan Tahunan. Jakarta. ----------------------. 2004. Laporan Keuangan Tahunan Bank Niaga. Jakarta. ----------------------. 2005. Peraturan Keanggotaan Bursa No.III – J/22/05/99/2:26 pm. Tentang Lelang Saham. Jakarta. Campbell, J. Y, Andrew W.Lo, dan A. C. MacKinlay. 1997. The Econometrics of Financial Markets. Princeton University Press, United Kingdom. Collins. 1994. Kamus Lengkap Ekonomi. Edisi ke-2. Tumpal Rumapea dan Posman Haloho [penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Darmadja, T dan H. M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta. Gujarati, D. 1995. Basic Econometric. 3th edition. Mc Graw Hill. Singapore. Husnan, S. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Unit Penerbitan AMP YKPN, Yogyakarta. Laboratorium Komputasi. 2005. Basic Econometrics. Departemen Ilmu Ekonomi, FEUI. Sulistyastuti, D. R. 2002. Saham & Obligasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Suta, I. P. G. A. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAD SATRIA BHAKTI, Jakarta. Widjaya, E. 2004. ”Analisis Inflasi terhadap Tingkat Risiko Saham”. Majalah Ilmiah Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Januari-Juni 2004. 54 Lampiran 1. Hasil Olahan Bank BII Dependent Variable: RBII Method: Least Squares Date: 08/26/06 Time: 22:54 Sample: 1998:01 2005:11 Included observations: 95 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C RIHSG -0.052854 1.199684 0.020795 0.228739 -2.541726 5.244773 0.0127 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.228265 0.219966 0.201645 3.781433 18.33010 2.281581 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -0.041838 0.228313 -0.343792 -0.290026 27.50764 0.000001 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 1.502213 3.036245 Probability Probability 0.228105 0.219123 Probability Probability 0.712991 0.706074 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.339533 0.696071 Lampiran 2. Hasil Olahan Bank BNI Dependent Variable: RBNI Method: Least Squares Date: 08/26/06 Time: 22:58 Sample(adjusted): 1998:02 2005:11 Included observations: 94 after adjusting endpoints Convergence achieved after 5 iterations Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C RIHSG AR(1) -0.027055 0.973585 -0.079108 0.018457 0.214486 0.097815 -1.465872 4.539148 -0.808750 0.1461 0.0000 0.4208 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.185991 0.168101 0.191896 3.350978 23.31977 2.092947 Inverted AR Roots -.08 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 1.905222 3.859283 Probability Probability 0.154809 0.145200 -0.017358 0.210392 -0.432336 -0.351167 10.39619 0.000086 55 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.249000 0.511617 Probability Probability 0.780110 0.774290 Lampiaran 3. Hasil Olahan Bank Danamon Dependent Variable: RDANAMON Method: Least Squares Date: 08/26/06 Time: 23:20 Sample: 1998:01 2005:11 Included observations: 95 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C RIHSG -0.039789 0.887289 0.022232 0.244549 -1.789733 3.628265 0.0768 0.0005 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.123999 0.114580 0.215582 4.322237 11.98077 1.796692 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -0.031642 0.229107 -0.210122 -0.156356 13.16430 0.000466 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 1.611621 3.249813 Probability Probability 0.205207 0.196930 Probability Probability 0.000000 0.000000 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 27.29080 35.37451 Lampiran 4. Hasil Olahan Bank Lippo Dependent Variable: RLIPPO Method: Least Squares Date: 08/26/06 Time: 23:34 Sample(adjusted): 1998:05 2005:11 Included observations: 91 after adjusting endpoints Convergence achieved after 6 iterations Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C RIHSG AR(1) AR(2) AR(3) AR(4) -0.035606 1.533840 -0.370806 -0.585157 -0.195878 -0.241108 0.036691 0.769570 0.105182 0.110466 0.110572 0.105094 -0.970446 1.993114 -3.525387 -5.297176 -1.771493 -2.294217 0.3346 0.0495 0.0007 0.0000 0.0801 0.0242 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Inverted AR Roots 0.298714 0.257462 0.820496 57.22317 -108.0159 2.046281 .24 -.67i Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) .24+.67i -.42 -.55i -0.021997 0.952176 2.505845 2.671396 7.241172 0.000011 -.42+.55i 56 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 1.326547 2.818714 Probability Probability 0.270959 0.244300 Probability Probability 0.593153 0.584549 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.525415 1.073831 Lampiran 5. Hasil Olahan Bank Niaga Dependent Variable: RNIAGA Method: Least Squares Date: 08/26/06 Time: 22:47 Sample: 1998:01 2005:11 Included observations: 95 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C RIHSG -0.033054 0.719207 0.045612 0.501730 -0.724673 1.433454 0.4705 0.1551 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.021617 0.011097 0.442300 18.19349 -56.29055 2.042957 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.049497 0.103232 Probability Probability 0.951734 0.949693 Probability Probability 0.926075 0.923820 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.076864 0.158476 -0.026450 0.444774 1.227170 1.280935 2.054789 0.155082 57 Lampiran 6. Hasil Olahan Bank Panin Dependent Variable: RPANIN Method: Least Squares Date: 08/26/06 Time: 23:27 Sample: 1998:01 2005:11 Included observations: 95 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C RIHSG -0.000977 1.761914 0.017560 0.193154 -0.055654 9.121801 0.9557 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.472212 0.466537 0.170275 2.696400 34.39392 2.299903 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.015202 0.233130 -0.681977 -0.628211 83.20726 0.000000 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 2.058270 4.111496 Probability Probability 0.133578 0.127997 Probability Probability 0.540501 0.532011 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.619392 1.262183 Lampiran 7. Hasil Olahan Bank Permata Dependent Variable: RPERMATA Method: Least Squares Date: 08/26/06 Time: 23:24 Sample: 1998:01 2005:11 Included observations: 95 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C RIHSG -0.026828 0.941498 0.055188 0.607061 -0.486126 1.550911 0.6280 0.1243 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.025212 0.014730 0.535154 26.63428 -74.39447 2.044971 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.054332 0.113306 Probability Probability 0.947148 0.944922 Probability Probability 0.787412 0.781799 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.239625 0.492314 -0.018183 0.539140 1.608305 1.662070 2.405326 0.124319 58 Lampiran 8. Data Harga Saham Bank Periode Danamon BII Permata BNI Panin Niaga Lippo Jan-98 400 500 450 525 450 500 675 Feb-98 400 600 775 250 600 575 775 Mar-98 400 700 875 250 675 550 925 Apr-98 200 550 800 325 625 425 825 May-98 125 400 700 525 350 350 927 Jun-98 100 300 850 325 350 200 750 Jul-98 100 375 1025 375 400 300 900 Aug-98 100 200 525 250 225 225 825 Sep-98 100 150 375 200 200 200 750 Oct-98 100 150 375 200 225 175 600 Nov-98 100 275 475 350 550 300 700 Des-98 100 225 375 300 400 300 400 Jan-99 100 275 375 275 575 225 625 Feb-99 100 250 375 250 500 225 650 Mar-99 125 150 375 250 450 225 475 Apr-99 175 150 572 325 800 300 400 May-99 350 250 1200 525 1200 375 425 Jun-99 375 200 1650 375 2000 475 375 Jul-99 325 200 1000 300 1675 150 275 Aug-99 175 150 1000 225 1400 125 150 Sep-99 200 125 1000 225 1400 125 175 Oct-99 200 150 1000 350 800 175 225 Nov-99 200 150 1000 275 625 150 175 Dec-99 225 150 450 300 675 175 250 Jan-00 175 125 600 275 475 125 200 Feb-00 150 100 550 250 475 125 200 Mar-00 150 100 475 225 400 125 150 Apr-00 125 75 375 200 375 125 150 May-00 100 100 325 175 350 100 125 Jun-00 125 100 300 200 375 100 125 Jul-00 115 75 300 160 350 90 90 Aug-00 105 75 190 170 290 95 90 Sep-00 85 70 100 145 215 85 75 Oct-00 75 50 70 90 245 65 65 Nov-00 75 45 75 100 250 70 65 Dec-00 60 40 75 95 170 70 55 Jan-01 55 35 70 80 150 65 55 Feb-01 35 25 55 80 145 60 50 Mar-01 35 25 50 80 100 65 40 Apr-01 30 25 45 70 165 60 40 May-01 35 30 50 75 225 60 40 Jun-01 40 25 50 75 240 60 45 Jul-01 675 25 60 140 240 80 55 Aug-01 675 25 55 130 235 75 45 Sep-01 675 30 50 90 215 65 40 59 Lampiran 8. Lanjutan Periode Danamon BII Permata BNI Panin Niaga Lippo Oct-01 675 20 40 100 185 50 35 35 Nov-01 675 25 40 100 190 60 Dec-01 675 25 40 90 185 60 30 Jan-02 275 20 40 105 255 55 45 Feb-02 365 25 45 110 265 105 60 Mar-02 525 25 85 175 460 135 70 Apr-02 500 30 75 185 525 105 70 May-02 460 15 55 160 575 75 70 Jun-02 415 120 55 155 575 60 65 Jul-02 355 100 45 115 475 35 50 Aug-02 355 75 50 120 480 35 55 Sep-02 330 45 30 110 175 30 50 Oct-02 345 40 25 100 170 35 45 Nov-02 370 50 25 100 170 35 35 Dec-02 350 50 25 110 180 35 260 Jan-03 800 45 20 95 170 35 215 Feb-03 1025 55 15 100 170 30 370 Mar-03 1350 55 20 95 165 25 450 Apr-03 1400 80 20 100 235 35 450 May-03 1275 110 40 135 250 40 525 Jun-03 1575 95 40 195 310 40 495 Jul-03 1425 90 35 160 295 40 480 Aug-03 1475 95 35 145 280 29 525 Sep-03 1750 115 30 140 315 30 500 Oct-03 1825 100 35 110 280 35 465 Nov-03 1775 100 35 105 270 30 500 Dec-03 2025 110 30 1300 285 35 450 Jan-04 2275 110 40 1275 345 35 550 Feb-04 2775 110 45 1250 350 30 675 Mar-04 2775 105 35 1150 345 30 575 Apr-04 3275 145 40 1300 360 40 625 May-04 2975 135 40 1300 290 325 550 Jun-04 2825 145 1000 1075 260 300 495 Jul-04 3200 155 925 1075 275 310 525 Aug-04 3350 160 975 1125 265 300 500 Sep-04 3725 160 975 1300 310 330 550 Oct-04 3575 160 1000 1350 355 350 575 Nov-04 4400 180 1225 1625 410 350 650 Dec-04 4375 185 750 1675 420 460 700 Jan-05 4175 200 760 1640 430 475 840 Feb-05 4775 200 760 1680 520 500 940 Mar-05 4750 200 770 1720 505 495 790 Apr-05 4650 180 750 1580 465 475 930 May-05 4825 185 760 1680 450 450 990 Jun-05 5050 175 730 1690 470 435 1180 60 Lampiran 8. Lanjutan Jul-05 5600 185 720 1640 600 505 1520 Aug-05 4500 160 600 1380 415 470 1520 Sep-05 4025 160 590 1560 485 385 1540 Oct-05 3925 145 540 1330 375 360 1560 Nov-05 3900 140 500 1190 375 365 1590 Dec-05 4750 155 720 1280 420 405 1480