13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat, Rempah dan Aromatik (Balittro), Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Areal penelitian bertopografi datar dengan ketinggian 550 m dpl dan curah hujan ratarata 3 900–4 500 mm/tahun. Penelitian dilaksanakan mulai Januari sampai September 2010. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah benih tanaman purwoceng generasi M3 yang diperoleh dari Kebun Percobaan Balittro Gunung Putri. Selain itu bahan lain yang dibutuhkan yaitu pupuk kandang dan pasir sebagai campuran media tanam serta polybag. Peralatan yang digunakan meliputi paranet 45 dan 50 %, peralatan olah tanah, peralatan tanam, dan peralatan ukur (meteran dan timbangan). Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengamati populasi tanaman dengan empat tingkat irradiasi pada benih yaitu 10, 20, 30, dan 40 Gy. Semua individu tanaman diamati karakteristik pertumbuhan, morfologi dan potensi produksinya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji–t pada taraf 5% mengikuti cara Walpole (1995). Persamaan yang digunakan pada pengujian adalah: thitung = (x sp 1 − x2 ) dengan 1 1 + n1 n 2 Sp = (n1 − 1)s12 + (n 2 − 1)s 22 Keterangan x 1 x 2 : Nilai tengah contoh 1 dan 2 s12, s22 : Ragam contoh 1 dan 2 n1, n2 : Banyaknya tanaman contoh 1 dan 2 Sp : Simpangan baku gabungan n1 + n 2 − 2 14 Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thitung ≤ ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran-t pada selang kepercayaan 5 % dan db (n1-n2)-2 (Walpole, 1995). Pelaksanaan Penelitian Benih purwoceng yang diperoleh dari Gunung Putri merupakan benih M3 dari tanaman generasi M2. Benih dikecambahkan dengan menaburkannya pada polybag besar berisi media campuran tanah-kompos-pasir dengan perbandingan volume yang sama di bawah naungan paranet 50%. Benih dari tiap dosis irradiasi dikecambahkan dalam polybag terpisah. Benih yang berkecambah dan tumbuh membentuk 3–4 daun (daun tunggal membulat dengan pinggiran bergerigi) kemudian dipindahkan ke polybag kecil. Setelah bibit berumur kurang lebih satu bulan di persemaian dalam polybag kecil, maka tanaman siap dipindahkan ke bedengan. Persiapan lahan dilakukan dengan membuat bedengan di bawah naungan paranet 45 % setinggi 1 m dengan tinggi bedengan 25–30 cm, dan lebar bedengan masing-masing 1 m. Setelah itu dibuat lubang tanam dengan jarak 30 cm x 30 cm, dan pada setiap lubang tanam ditambahkan kompos 0.25–0.5 kg. Populasi tanaman per bedeng berbeda-beda disesuaikan dengan jumlah bibit yang tersedia (22–42 tanaman). Jumlah seluruh tanaman adalah 102 tanaman. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu bersamaan dengan pengamatan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Pemupukan dilakukan 1 bulan setelah tanaman dipindahkan ke bedeng (BST). Dosis pupuk yang diberikan adalah 4.5 g Urea /tanaman, 4 g SP-18 /tanaman dan 1 g KCl /tanaman. Pupuk urea diberikan tiga kali yaitu 1, 3 dan 5 BST. Pengendalian terhadap hama dan penyakit dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan. Pengendalian hama Aphid sp. dilakukan secara manual dengan tangan. Penyakit busuk akar dikendalikan dengan segera mencabut tanaman yang terserang agar tidak menular. 15 Pemanenan purwoceng dilakukan pada umur 6 bulan setelah pindah tanam. Cara pemanenan dilakukan dengan menggali dan mengangkat seluruh bagian tanaman menggunakan kored. Akar dijaga agar tidak putus sehingga dapat terangkat semua bagian tanaman. Setelah dipanen, tanaman dipisahkan antara bagian akar, batang dan daun. Hasil panen kemudian dikeringanginkan (1–2 hari) dan dioven pada suhu 400C selama 2 hari. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada seluruh populasi tanaman pada petak penelitian. Tanaman yang diamati adalah tanaman yang telah dipindahkan ke bedengan. Pengamatan dimulai saat tanaman berumur 4 minggu setelah dipindahkan ke bedeng (MSP), dan selanjutnya diamati setiap 4 minggu. Peubah yang diamati pada penelitian ini dibedakan menjadi karakter kualitatif dan kuantitatif. Karakter kualitatif meliputi warna daun, warna tangkai daun dan tipe kanopi sedangkan karakter kuantitatif yang diamati yaitu jumlah daun, panjang tangkai, panjang daun, diameter kanopi, bobot tanaman, dan kadar metabolit sekunder. Berikut diuraikan cara pengamatan peubah: A. Karakter Kualitatif 1. Warna daun Pengamatan warna daun dilakukan pada daun muda dan daun tua, pada permukaan atas dan bawah daun. Warna daun yang biasa ditemukan pada tanaman purwoceng adalah hijau dan merah. 2. Warna tangkai daun Pengamatan dilakukan pada pangkal tangkai daun dan kecenderungan warna pada tangkai secara keseluruhan tiap tanaman. Warna tangkai yang ditemukan sama seperti warna daun yaitu hijau dan merah. 3. Tipe kanopi Tipe kanopi purwoceng ditentukan dengan melihat kecenderungan bentuk tangkai-tangkai daun dalam satu tanaman yang dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu: tegak, semi tegak dan rebah (Gambar 2). 16 Gambar 2. Sketsa Keragaman Tipe Kanopi Tanaman Purwoceng: Tegak (kiri), Semi tegak (tengah), Rebah (kanan). B. Karakter Kuantitatif 1. Jumlah Daun Data jumlah daun diperoleh dengan menghitung seluruh daun majemuk yang segar dan anak daunnya telah terbuka penuh. 2. Panjang tangkai daun Panjang tangkai yang diukur adalah tangkai pada daun majemuk terpanjang, yaitu mengukur panjang dari pangkal tangkai daun yang tepat di atas permukaan tanah sampai tempat munculnya anak daun terbawah. 3. Panjang daun Data panjang daun diperoleh diperoleh dengan mengukur daun majemuk yang terpanjang, yaitu mengukur panjang dari pangkal tangkai daun yang tepat di atas tanah sampai ujung daun. 4. Diameter kanopi Data diameter kanopi purwoceng diperoleh dengan mengukur jarak dua ujung daun terluar yang letaknya berhadapan, misalnya menggunakan penentu arah mata angin: Barat-Timur atau Utara-Selatan. 5. Bobot tanaman Data bobot diperoleh setelah tanaman dipanen (umur 6 bulan), yaitu bobot segar dan bobot setelah dikeringkan. Bobot tanaman yang dipanen menunjukkan potensi produksi tanaman purwoceng. 6. Metabolit Sekunder Metabolit sekunder yang dianalisis adalah sitosterol, stigmasterol, stigmasterol, bergapten, dan saponin. Analisis kandungan metabolit sekunder tanaman purwoceng diambil dari setiap perlakuan irradiasi.