2 (OO) akan mengubah semua pigmen hitam menjadi oranye (Wright & Walters 1980). Gen W (lokus w~W) yang bersifat dominan menghasilkan warna putih pada rambut kucing dengan tiga variasi warna iris mata, yaitu biru, bukan biru, dan odd eyed. Gen W menutupi ekspresi dari semua gen warna, atau disebut epistasis (Wright & Walters 1980). Mutasi dan imigrasi merupakan penyebab variasi dan perubahan frekuensi alel pada suatu populasi (Griffiths et al. 1999). Kemunculan siamese (cs) yang merupakan alel mutan di Indonesia dimungkinkan karena aliran gen dari kucing nonlokal (kucing untuk kontes) di daerah tertentu (Nozawa et al. 1983). Nozawa et al. (1983) menemukan alel C dan cs pada lokus C~cb~cs~ca~c di Bogor dengan nilai heterozigositas (h) sebesar 0.151. Hasil penelitian Noor (2007) di Bogor melaporkan terjadinya peningkatan nilai heterozigositas (h) yang disebabkan penemuan alel baru yaitu cb untuk warna burmese pada lokus C~cb~cs~ca~c. Nilai heterozigositas untuk lokus C~cb~cs~ca~c di Bogor meningkat dari 0.151 pada tahun 1983, menjadi 0.164 pada tahun 2007. Penelitian ini bertujuan mengestimasi keragaman kucing (Felis domesticus) di tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri berdasarkan karakter morfologi seperti warna, pola warna, panjang rambut, dan panjang ekor. Tiga Kecamatan di Kabupaten Wonogiri memiliki topografi bervariasi yang didominasi dengan topografi daerah yang tidak rata, selain itu Kabupaten Wonogiri merupakan jalur lintas daerah. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri, karena ingin diamati pengaruhnya terhadap keragaman kucing. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 22 Januari sampai dengan tanggal 26 April 2012. Pengambilan gambar kucing dilakukan di tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri yaitu kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, dan Selogiri. Luas total wilayah ketiga kecamatan tersebut ialah 22638.90 Ha, dengan jumlah penduduk 229196 jiwa. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan untuk analisis morfogenetik adalah gambar kucing (Felis domesticus) yang diambil dengan menggunakan kamera digital BenQ tipe DC E1250, sedangkan untuk analisis data mengggunakan komputer. Tabel 1 Gen-gen utama kucing domestik (Wright & Walters 1980) Simbol A B C D i Nama Agouti Black Tipe Liar Karakter Pola agouti Hitam Full-colour L o Dense Normal pigmentation Normal hair Normal colour s T Normal colour Mackerel w Normal colour m Normal tail Pigmentasi penuh Pigmentasi pekat Pigmentasi normal Rambut pendek Pigmentasi normal selain orange Tanpa daerah putih Pola tabby garis Ekspresi penuh dari gen lain Ekor panjang Simbol a b bl cb cs ca c d I l O S Ta tb W M *gen mutan yang bersifat dominan terhadap tipe liar. Mutan Karakter Tidak berpola Cokelat muda Cinnamon atau cokelat terang Burmese Cokelat sepia gelap Siamese Cokelat sepia terang; pola point; iris biru Blue-eyes Putih; iris biru Albino Putih Dilute Pigmentasi pudar Inhibitor* Menutupi pigmen lain; warna perak Long hair Rambut panjang Orange Oranye atau kuning (terpaut seks) Piebald* Dengan daerah putih Abyssinian Pola tabby Abyssinian Pola tabby klasik Blotched Dominant white* Warna putih yang menutupi warna lain; iris biru Manx* Ekor pendek atau tidak ada; bersifat letal jika homozigot Nama Non-agouti Brown Light brown 3 Metode Pengambilan gambar kucing dengan cara road sampling yaitu berjalan pada setiap lokasi yang telah ditentukan (Ratti & Garton 1996). Waktu pengambilan gambar dilakukan antara pukul 07.30-11.00 dan pukul 15.0017.30 WIB. Pengambilan gambar hanya dilakukan sekali pada setiap ruas jalan untuk menghindari pengulangan. Gambar yang telah diperoleh dicatat berdasarkan karakter morfologi meliputi warna, pola warna, panjang rambut, dan panjang ekor. Sebelas lokus diamati berdasarkan karakter morfologi yaitu: A~a, B~b~bl, C~cb~cs~ca~c, D~d, i~I, L~l, o~O, m~M, s~S, Ta~T~tb, w~W. Data dikonversi ke dalam notasi alel yang mengacu pada Wright dan Walters (1980) (Tabel 1 & Lampiran 1). Perhitungan frekuensi alel dilakukan menggunakan metode square root dan maximum likelihood mengikuti Nozawa et al. (2004c). Frekuensi alel untuk gen autosom dihitung dengan metode square root (lokus A~a, B~b~bl, C~cb~cs~ca~c, D~d, i~I, L~l, s~S, Ta~T~tb, w~W). Jumlah individu yang menunjukkan karakter dominan adalah D, sedangkan karakter resesif adalah R, sehingga diperoleh: Jumlah individu total (n) = D + R Frekuensi alel resesif (qx): √ Frekuensi alel dominan (px): 1-qx Standar eror (SE) untuk perhitungan frekuensi alel ditentukan dengan cara: √ ⁄ Lokus o~O yang terpaut kromosom X, akan menunjukkan tiga macam fenotipe yaitu oranye (a1), tortoiseshell (a2), dan bukan oranye (a3) dengan jumlah a1+a2+a3=n. Frekuensi alel dapat ditentukan dengan metode maximum likelihood dengan asumsi perbandingan jantan-betina adalah 1:1, yaitu dengan cara: Perhitungan standar eror (SE) ditentukan dengan cara: SE= √ ( )( - ) - ⁄ Ekspresi karakter ekor pendek diduga bersifat poligen, frekuensi alel ekor pendek (qM) dan ekor normal (q m) dalam suatu populasi dihitung dengan cara: qM= ⁄ qm= 1-qM (D= jumlah individu dengan ekor pendek). Standar eror (SE) ditentukan dengan cara: )⁄ SE= √( Nilai heterozigositas (h) dan nilai heterozigositas rataan (Ĥ) yang diperlukan untuk mengetahui keragaman suatu alel dalam suatu populasi dihitung dengan cara: hi=2n(1-Σxi2)/2n-1 Ĥ Σhi/nh (hi=nilai heterozigositas lokus i, xi=frekuensi alel dari lokus i, nh=jumlah lokus yang diperoleh). Standar eror (SE) untuk kedua nilai tersebut dapat ditentukan berdasarkan Nei (1987) dengan cara: SEhi= { [ ( - ) ∑ xi -[∑ xi ] ( - ) ∑ xi -(∑ xi ) ] } Diferensiasi genetik (FST) antara populasi dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Arlequin versi 3.5. HASIL Jumlah sampel kucing yang diperoleh dari tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri sebanyak 474 ekor dengan umur lebih dari empat bulan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menjadi frekuensi alel (q) dan heterozigositas (h) (Tabel 2), dan heterozigositas rataan (Ĥ) (Tabel 3). 4 Tabel 2 Frekuensi alel dan heterozigositas setiap lokus pada populasi kucing di tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri Lokus Alel Frekuensi alel (q) Heterozigositas (h) A~a n=345 A a 0.569±0.024 0.431±0.024 0.491±0.005 B~b n=344 B b 0.821±0.027 0.179±0.027 0.294±0.019 C~cs n=473 C cs 0.908±0.023 0.092±0.023 0.167±0.015 D~d n=473 D d 0.870±0.023 0.130±0.023 0.227±0.016 i~I n=473 i I 0.989±0.003 0.011±0.003 0.021±0.007 L~l n=474 L l 0.862±0.023 0.138±0.023 0.238±0.016 o~O n=473 o O 0.624±0.019 0.376±0.019 0.470±0.008 s~S n=474 s S 0.524±0.020 0.476±0.020 0.499±0.002 Ta~T~tb n=427 Ta T tb 0.072±0.009 0.820±0.046 0.108±0.024 0.311±0.019 w~W n=474 w W 0.999±0.001 0.001±0.001 0.002±0.002 m~M* n=474 + 0.498±0.023 0.502±0.023 0.501±0.001 *(-) ekor panjang; (+) ekor pendek. Frekuensi Alel (q) dan Heterozigositas (h) Lokus A~a Secara keseluruhan tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri memiliki frekuensi alel yang relatif sama untuk lokus ini. Alel A yang mengekspresikan pola agouti memiliki frekuensi sebesar 0.569, sedangkan alel a sebesar 0.431 (Tabel 2). Nilai heterozigositas untuk lokus A~a cukup tinggi yaitu 0.491 (Tabel 2). (a) (b) Gambar 1 Kucing dengan ekspresi lokus A~a. (a) Brown mackerel tabby (A-B-C-D-iiT-). (b) Solid Black (aaB-C-D-ii). Lokus B~b~bl Frekuensi alel B yang mengekspresikan warna hitam di tiga kecamatan di Kabupaten wonogiri sangat tinggi yaitu 0.821, dibandingkan dengan frekuensi alel b (Tabel 2). Alel b hanya ditemukan di kecamatan Wonogiri dan Selogiri, dengan frekuensi sebesar 0.169 dan 0.197 (Lampiran 4). Nilai heterozigositas (h) untuk lokus ini yaitu 0.294. Gambar 2 Chocolate mackerel tabby and white (AbbC-D-iiS-). Lokus C~cb~cs~ca~c Alel C yang mengekspresikan pigmentasi penuh memiliki frekuensi alel yang sangat tinggi yaitu 0.908. Alel cs yang mengekspresikan warna siamese, merupakan satu-satunya alel mutan yang ditemukan pada lokus ini. Alel cs tersebut memiliki frekuensi yang sangat rendah dibandingkan alel C yaitu 0.092. Heterozigositas untuk lokus ini sebesar 0.167 (Tabel 2). Gambar 3 Seal point (aaB-cscsD-). Lokus D~d Secara keseluruhan frekuensi alel D sebesar 0.870. Alel d yang mengekspresikan warna pudar memiliki frekuensi yang rendah yaitu 0.130. Nilai heterozigositas untuk lokus ini yaitu 0.227 (Tabel 2). 5 (a) (b) Gambar 4 Lilac tabby point (A-bbcscsddll). Lokus i~I Alel I yang mengekspresikan warna perak sangat jarang ditemukan di tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri, bahkan di kecamatan Ngadirojo sama sekali tidak ditemukan alel I (Lampiran 4). Frekuensi alel I secara keseluruhan yaitu 0.011. Alel i yang mengekspresikan warna selain perak (pigmentasi normal) sangat banyak ditemukan dengan frekuensi sebesar 0.989 dengan nilai heterozigositas sebesar 0.021 (Tabel 2). (c) Gambar 7 Kucing dengan ekspresi lokus o~O. (a) Red mackerel tabby (C-D-iiOT-). (b) Tortoiseshell (A-B-C-D-iiOoss). (c) Brown abyssinian tabby (A-B-CD-iiooTa). Lokus s~S Alel S yang mengekspresikan spot putih (white spoting) memiliki frekuensi sebesar 0.476. Alel s memiliki freuensi sebesar 0.524. Nilai heterozigositas untuk lokus ini cukup tinggi yaitu 0.499 (Tabel 2). Gambar 5 Silver mackerel tabby (A-B-C-D-I-). Lokus L~l Alel L yang mengekspresikan rambut pendek memiliki frekuensi sebesar 0.862. Alel l yang mengekspresikan rambut panjang jarang ditemukan di ketiga kecamatan. Frekuensi alel l secara keseluruhan sebesar 0.138. Nilai heterozigositas lokus ini yaitu 0.238 (Tabel 2). Gambar 6 Solid black (aaB-C-D-ll). Lokus o~O Alel O yang mengekspresikan warna oranye di kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, dan Selogiri relatif sama, yaitu berturut-turut 0.385, 0.358, dan 0.375 (Lampiran 4). Secara keseluruhan, ketiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri memiliki frekuensi alel O lebih rendah yaitu 0.376 dibandingkan frekuensi alel o. Nilai heterozigositas untuk lokus ini yaitu 0.470 (Tabel 2). Gambar 8 Black and white (aaB-C-D-iiS-). Lokus Ta~T~tb Alel Ta, T, dan tb mengekspresikan pola tabby abyssinian, tabby mackerel, dan tabby blotched. Kecamatan Ngadirojo memiliki frekuensi tertinggi yaitu 0.946 untuk alel T. Sedangkan kecamatan Selogiri memiliki frekuensi alel tertinggi yaitu 0.091 untuk alel Ta (Lampiran 4). Alel tb sangat jarang ditemukan, bahkan di kecamatan Ngadirojo alel tersebut sama sekali tidak ditemukan. Secara keseluruhan alel Ta, alel T, dan alel tb memiliki frekuensi berturut-turut yaitu 0.072, 0.820, dan 0.108, dengan nilai heterozigositas 0.311 (Tabel 2). 6 (a) (b) (c) Gambar 9 Kucing dengan ekspresi lokus Ta~T~tb. (a) Red abyssinian tabby and white (CD-iiOS-Ta-). (b) Brown mackerel tabby and white (A-B-C-D-iiS-T-). (c) Calico Classic Tabby (A-B-C-DiiOoS-tbtb). Lokus w~W Alel W mengekspresikan warna putih pada rambut kucing. Alel ini hanya ditemukan di kecamatan Selogiri, dengan frekuensi yang sangat rendah yaitu 0.001 (Tabel 2). Frekuensi alel w di ketiga kecamatan sangat tinggi yaitu 0.999. Nilai heterozigositas untuk lokus ini sangat rendah yaitu 0.002 (Tabel 2). Heterozigosit s R t Ĥ Nilai heterozigositas rataan (Ĥ) digunakan untuk melihat keragaman kucing di tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Nilai Ĥ secara keseluruhan di tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri untuk 11 lokus yaitu 0.261. Sedangkan nilai Ĥ untuk 9 lokus sebagai pembanding terhadap populasi di Indonesia dan Asia yaitu 0.268 dan 0.295 (Tabel 3). Tabel 3 Nilai heterozigositas rataan (Ĥ) di tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri Kecamatan Ĥ Ĥ* Ĥ** Wonogiri 0.270 0.275 0.293 Ngadirojo 0.235 0.249 0.288 Selogiri 0.279 0.280 0.304 Rata-rata 0.261 0.268 0.295 * tanpa lokus B~b dan L~l sebagai pembanding terhadap populasi di Indonesia berdasarkan Nozawa et al. (1983) ** tanpa lokus B~b dan i~I sebagai pembanding terhadap populasi di Asia berdasarkan Kawamoto et al. (2002). Diferensiasi genetik (FST) Hasil perhitungan diferensiasi genetik antara populasi (Wonogiri, Ngadirojo, Selogiri) (FST) setiap lokus ditunjukkan pada Tabel 4. Gambar 10 Solid white (W-L-mm). Lokus m~M Alel M mengekspresikan karakter ekor pendek sedangkan alel m mengekspresikan karakter ekor panjang. Frekuensi alel M secara keseluruhan yaitu 0.502, sedangkan alel m memiliki frekuensi sebesar 0.498. Nilai heterozigositas untuk lokus ini yaitu 0.501 (Tabel 2). Tabel 4 Diferensiasi genetik (FST) antara populasi (Wonogiri, Ngadirojo, Selogiri) Lokus FST A~a B~b C~cs D~d i~I L~l o~O 0.008 0.030 0.012 -0.004 0.014 0.002 -0.007 s~S a (a) (b) Gambar 11 Kucing dengan ekspresi lokus m~M. (a) Brown abyssinian tabby and white (A-B-C-D-iiS-Mm). (b) Tortoiseshell and white (calico) (A-B-C-D-iiOoSmm). T ~T~t w~W m~M -0.005 b 0.023 -0.005 0.035 Nilai FST untuk lokus A~a dan L~l relatif rendah yaitu sebesar 0.008 dan 0.002. Lokus B~b, C~cs, i~I, Ta~T~tb, dan m~M memiliki