Bab II

advertisement
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Akuntansi dan Bank Syariah
1. Pengertian Akuntansi Syariah
Akuntansi syariah adalah teori yang menjalankan bagaimana
mangalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran
bagaimana akuntansi itu ada. Menurut Thosikabu Hayashi (Merza
Gamal:2007).
dalam akuntansi islam ada “meta rule” yang berasal dari luar
konsp akuntansi yang dipatuhi, yaitu hukum syariah yang berasal
dari Tuhanyang bukan ciptaan manusia, dan akuntansi islam
sesuai dengan kecendrungan manusia yaitu “hanif” yang
menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung
jawab social, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana
setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakannya
dihadapan Tuhan yang memiliki akuntans sendiri (Rakib dan
Atid) yang mencatat tidakan manusia bukan saja pada bidan
ekonomi, tetapi juga masalah social dan pelaksanaan syariah
lainnya.
2. Pengertian Bank Syariah
“Lembaga
keuangan
yang
usaha
pokoknya
memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembiayaan serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
Islam” menurut Muhammad (2002:1)
5
6
6
Menurut IAI dalam PSAK (2007:59.1) mengemukakan pengertian
bank syariah sebagai berikut:
Bank syariah adalah bank yang berasaskan kemitraan, keadilan,
transparasi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha
perbankan berdasarkan prinsip syariah.
“Bank islam yaitu bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran” sesuai dengan Undang-undang No.
10 tahun 1998
Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip
ekonomi islam dengan karakteristik, yakni:
a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
b. Tidak mengenal konsep waktu dari uang
c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
e. Tidak memperkenankan menggunakan dua harga dalam satu barang
f. Tidak memeperkenankan dua taransaksi dalam satu akad
Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank
syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh
pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan
pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Bank syariah
7
dapat menjalankan kegiatan usaha dalam memperoleh imbalan atas jasa
perbankan lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Dalam penghimpunan dana, bank syariah menggunakan prinsip
wadiah, mudharabah, dan prinsip lain yang sesuai dengan syariah.
Sedangkan dalam penyalur dana, bank syariah menggunakan:
a. Prinsip musyarakah
dan atau mudharabah untuk investasi atau
pembiayaan
b. Prinsip murabahah,salam, atau istishna untuk jual beli
c. Prinsip ijarah dan atau ijarah muntahiyah bittanlik untuk sewa
menyewa
d. Prinsip-prinsip lain yang sesuai dengan syariah
B. Pengertian Bagi Hasil
Dalam bank syariah, konsep bagi hasil (IBI, 2003:265) adalah
sebagai berikut: (Wiyono, Slamet, 2005:59)
1. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan
bank yang bertindak sebagai pengelola dana.
2. Pengelola/bank syariah mengelola dana tersebut di atas dalam sistem
pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut ke
dalam proyek/usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi
aspek syariah.
8
3. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja
sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan
tersebut.
Dalam praktiknya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat
didasarkan pada dua cara yaitu sebagai berikut : (Wiyono, Slamet, 2005:56)
a. Profit sharing (bagi laba)
Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari
pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi beban usaha untuk
mendapatkan pendapatan usaha tersebut.
b. Revenue sharing (bagi pendapatan)
Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue
(pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum
dikurangi beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut.
1. Rumus Perhitungan Bagi Hasil
Dalam menghitung bagi hasil dari setiap transaksi perbankan syariah,
kita harus menghitung dana yang diterima dari pihak ketiga, sehingga
pendistribusian hasil dari transaksi tersebut terlihat jelas sesuai dengan prinsip
syariah dan tidak mengandung unsur riba. Oleh karena itu, perlu dibuat tabel
perhitungan distribusi pendapatan sebagai berikut :
9
Tabel 2.1
Perhitungan Distribusi Pendapatan
Dana pihak ke - 3
NASABAH
Saldo Rata-
Distribusi
rata harian
Bagi hasil
Nisbah
Bonus/Bagi hasil
Return
A
B
C
D
%
Jenis Simpanan
(BxC)
Giro Wadiah
A1
B1
Bonus
D1
Tab. Mudharabah
A2
B2
C2%
D2
1 bulan
A3
B3
C3%
D3
3 bulan
A4
B4
C4%
D4
6 bulan
A5
B5
C5%
D5
12 bulan
A6
B6
C6%
D6
(D/A x365/hari
x 100)
Deposito
Mudharabah
Rumus perhitungan SRRH :
TD
SRRH =
JH
Dimana :
SRRH = Saldo Rata – rata Harian
TD = Total Dana dalam periode berjalan
JH = Jumlah Hari dalm periode berjalan
Setelah SRRH dihitung maka selanjutnya menghitung Distribusi
Pendapatan dengan rumus sebagai berikut :
10
SR
DP =
X TP
TR
Dimana :
DP = Distribusi Pendapatan
SR = Saldo rata – rata tertimbang per klasifikasi dana
TR = Total rata – rata tertimbang per klasifikasi dana
TP = Total pendapatan yang diterima periode berjalan oleh bank
syariah
2.
Cara Perhitungan Nisbah Bagi Hasil
Nisbah merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan diterima
oleh tiap – tiap pihak yang melakukan akad kerja sama usaha, yaitu
pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) yang
tertuang dalam akad/perjanjian dan telah ditandatangani pada awal
sebelum dilaksanakan kerja sama usaha (Wiyono, Slamet, 2005:62).
Contoh 1 :
Dari contoh tersebut diatas apabila dalam akad diperjanjikan bahwa
nisbah simpanan mudharabah adalah 40:60 maka bagi hasil yang
didistribusikan kepada penabung/investor/nasabah adalah 60% dari
distribusi
pendapatan
untuk
klasifikasi
simpanan
mudharabah,
sedangkan untuk bagian bank/pengelola dana adalah sebesar 40%.
Sehingga akan diperoleh bagi hasil untuk masing – masing pihak adalah:
11
Untuk penabung/investor/nasabah :
60% X Rp. 20.000.000 = Rp. 12.000.000
Untuk bank/pengelola dana :
40% X Rp. 20.000.000 = Rp. 8.000.000
C. Pengertian dan Karakteristik Mudharabah Menurut Bank Syariah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara bank sebagai
pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian
hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka.
Mudharabah terdiri dari tiga jenis, yaitu mudharabah muthlaqoh
(investasi tidak terikat), mudharabah muqayyadah (investasi terikat) dan
Mudharabah musytarakah. Adapun karakteristik Mudharabah menurut
PSAK No. 105 adalah:
a. Bank sebagai mudharib (pengelola dana) dibahas dalam pos investasi
tidak terikat.
b. Bank sebagai agen investasi (chanelling) dalam mudharabah
muqayyadah dibahas dalam laporan perubahan investasi di off
balance sheet, sedangkan bank sebagai pihak yang ikut menanggung
resiko (axecuting) dalam mudharabah muqayyadah dibahas dalam
pos kewajiban investasi terikat.
12
c. Pembiayaan mudharabah dapat diberikan dalam bentuk kas dan atau
non kas yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus.
d. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan besramaan
dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad
mudharabah.
e. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode, yaitu bagi laba (profit sharing) maupun bagi pendapatan
(revenue sharing).
f. Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan
adanya jaminan, namun agar tidak terjadi moral hazard berupaya
penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya
dapat
dicairkan
apabila
pengelola
dana
tebukti
melakukan
pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam
akad.
g. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh
bank secara berkala sesuai dengan kesepakatan.
13
D. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah)
1. Pengertian akad Mudharabah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003
(2003:3) pengertian mudharabah yaitu:
Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya.
Sedangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 105 Paragraf 4, memberikan pengertian dari mudharabah
yaitu :
Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak sebagai pengelola, dan keuntungan dibagi
antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana.
Menurut Heri Sudarsono dan Hendi Yogi P (2004:92) pengertian
mudharabah ialah: ”Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola modal tersebut.”
Keuntungan dibagi diantara pihak pemilik dan pihak pengelola
sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian finansial hanya ditanggunag oleh
pemilik modal sepanjang kerugian tersebut tidak disebabkan oleh
kesalahan atau kelalaian pengelola, dalam hal ini harus dilakukan
investigasi terhadap sebab-sebab kerugian. Apabila kerugian diakibatkan
14
karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus
bertangguang jawab atas kerugian tersebut.
2. Rukun dan Syarat Mudharabah
Ada beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan mudharabah
yaitu menurut Zulfi Chairi (2000:12)
a. Adanya shahibul maal (pemilik dana)
b. Adanya mudharib (pengelola dana)
c. Adanya amal usaha (usaha atau pekerjaan)
d. Adanya hasil (bagi hasil atau keuntungan)
e. Adanya ijab qabul (perjanjian atau akad)
Syarat objek mudharabah adalah :
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang)
b. Modal harus tunai
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
d. Nisbah keuntungan
Nisbah adalah rukun yang khas dalam rukun mudharabah, yang
didtak ada dalam akad jaul beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang
berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah.
15
3. Jenis-Jenis Mudharabah
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 105 Paragraf 4 secara umum, mudharabah terbagi menjadi tiga jenis:
a. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikab kebebasan kepada pengelola dana dan pengolaan
investasinya.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai
tempat, cara dan atau obyek investasi.
c. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama
investasi.
Pengambilan pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersama
dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirnya mudharabah. Pada
prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tudak ada jaminan, namun
agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat
meminta jaminan dari pengelola dana pihak ketiga. Jaminan ini tidak
dapat dicairkan pengelola dana terbikti melakukan pelaanggaran terhadap
hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
16
4. Karakteristik Mudharabah
Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada
jaminan, namun agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan
maka pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak
ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam akad.
Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara
bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat
mudharabah diakhiri.
Jika
dari
pengelolaan
dana
mudharabah
menghasilkan
keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan
pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil
usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan dana
mudharabah menimbulkan kerugian, maka kerugian finansial menjadi
tanggung jawab pemilik dana.
5. Dasar hukum mudharabah
a. PSAK No. 101 Penyajan Laporan Keuangan Syariah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial statement) untuk
entitas syariah yang selanjutnya disebut ”laporan keuangan”, agar
17
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan entitas syariah periode
sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lainnya.
b. PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur Pernyataan ini bertujuan untuk
mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
mudharabah.
diterapkan
untuk
entitas
yang
melakukan
transaksi
mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola
dana (mudharib).
6. Teknik mudharabah Dalam Perbankan
Teknik mudharabah dalam perbankan sebagai berikut:
a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola
modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal
diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati
bersama
b. Hasil pengelolaan dana modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan dua cara:
1) Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)
Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue
(pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha belum
dikurangi beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha
tersebut
18
2) Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)
Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari
pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dana dikurangi beban
usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut.
c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung
seluruh
kerugian
kecuali
akibat
kelalaian
dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan dana.
d. Bank berhak melakukan pengawasan namun tidak berhak mencampuri
urusan pekerjaan/usaha nasabah.
e. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau
membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat
dikenakan sanksi administrasi.
7. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah
Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode
pelaporan:
a. Apabila pembiayaan mudharabah diakui terjadinya hak bagi hasil
sesuai nisbah yang disepakati.
b. Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan
mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
19
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 105
paragraf 22, yaitu:
Pengakuan penghasilan mudharabah dalam praktik dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha
dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari
proyeksi hasil usaha.
Berdasarkan Pernyataa Standar Akuntansi Keuangan No. 105
paragraf 11, yaitu:
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan
prinsip bagi hasil atau bagi laba. Dalam prinsip bagi hasil usaha
berdasarkan bagi hasil, dasar pembagian hasil adalah laba bruto (gross
profit ) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan dalam prinsip
bagi laba, dasar pembagian adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi
beban yang berkaitan pengelolaan modal mudharabah.
Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian
mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurangan
pembiayaan mudharabah. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian
atau kesalahan pengelolaan dana dibebankan pada pengelola dana. Bagian
laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat
mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masa berakhir diakui sebagai
piutang jatuh tempo kepada pengelola dana.
20
8. Pengukuran Investasi Mudharabah
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemillik dana diakui
sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyertaan
aset non kas kepada pengelola dana.
Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Investasi mudharabah dalam, bentuk non kas diukur sebesar jumlah
yang dibayarkan.
b. Investasi mudharabah dalam bentuk non kas diukur sebesar nilai
wajar aset non kas pada saat penyerahan :
1) Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi
sesuai jangka waktu akad mudharabah.
2) Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian.
c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai,
disebabkan investasi mudharabah rusak, hilang atau faktor lain yang
bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan
nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
d. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha
tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian
tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.
21
e. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk aset non
kas dan aset non kas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat
atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha
mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi
jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi
hasil.
f. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo
dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah
diakui sebagai piutang.
9. Penghasilan usaha
a. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan,
penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil
sesuai nisbah yang disepakati.
b. Kerugian yang terjadi dalam satu periode sebelum akad mudharabah
berakhir diakui sebagai kerugian dan bentuk penyisihan kerugian
investasi.
c. Pada saat akad mudharabah selisih antara:
1) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian
investasi, dan
2) Pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan
atau kerugian .
22
d. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan
usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan
dari proyeksi hasil usaha.
e. Kerugian akibat kelalaian kesalahan pengelola dana dibebankan pada
pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.
f. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui
sebagai piutang.
Download