SISTEM IMUN SPESIFIK

advertisement
KIMIAWI
SISTEM KEKEBALAN
(IMUNOKIMIA)
Oleh :
Yudi Purnomo, M.Kes, Apt.
SISTEM IMUN


Sistem imun : semua mekanisme yg
digunakan tubuh untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan
terhadap bahaya yg dapat ditimbulkan
berbagai bahan dlm lingkungan hidup.
Imunitas : adalah merupakan jawaban
reaksi tubuh terhadap bahan asing secara
molekuler maupun seluler.
SISTEM IMUN


SISTEM
PERTAHANAN
NEGARA
SISTEM
PERTAHANAN
TUBUH
MUSUH / LAWAN ;
DARI LUAR
DARI DALAM ;
- SUBVERSI
- SEPARATISME
MUSUH / LAWAN ;
DARI LUAR :
- MIKROORGANISME
- CHEMICAL AGENT
DARI DALAM ;
- MUTASI SEL
- SEL KANKER


SISTEM IMUN
SISTEM
PERTAHANAN
NEGARA
SISTEM
PERTAHANAN
TUBUH
SISTEM KOMUNIKASI
 RADIO
 TELEPON
 SATELIT
SISTEM KOMUNIKASI
 SITOKIN
 KEMOKIN
 RESEPTOR
SISTEM IMUN






SISTEM
PERTAHANAN
NEGARA
SISKAMLING
HANSIP
POLRI
ANGKATAN DARAT
ANGKATAN LAUT
ANGKATAN UDARA


SISTEM
PERTAHANAN
TUBUH
IMUNITAS BAWAAN
= INNATE
= NON SPESIFIK
IMUNITAS DIDAPAT
= ADAPTIVE
= SPESIFIK
SISTEM IMUN
INNATE / NON ADAPTIF
(TIDAK SPESIFIK)
Sejak lahir
 Barisan pertahanan :
- Fisik / Mekanik
- Biokimiawi
- Humoral
- Selular
 Menghancurkan zat asing

AQURIED / ADAPTIVE
(SPESIFIK)
Berkembang sepanjang
hidup.
 Mengenal zat asing &
beradaptasi secara
individual terhadap tiap
jenis patogen.

SISTEM IMUN
PERTAHANAN FISIK / MEKANIK / BIOKIMIAWI
Kulit, Mukosa, Silia, Batuk, Bersin, Asam Lambung
IMUNITAS BAWAAN / NON SPESIFIK
Monosit, Makrofag, Basofil, Eosinofil, NK sel,
Sitokin, Kemokin, Protein Fase Akut, Komplemen
IMUNITAS ADAPTIF / SPESIFIK
Sel B dan Sel T, Antibodi
SISTEM IMUN
SISTEM IMUN
Innate / non adaptive
Acquiried / adaptive
Defence
Homeostasis
Immune survaillance
Specificity
Diversity
Immunological memory
Discriminative
SISTEM IMUN
ACTORS IN THE IMMUNE RESPONSE
Innate immunity
Molecules
IFN
Lysozyme
Complement
C-RP
Prostaglandins
Kinins
Leukotrienes
Cytokines
Adaptive immunity
Cells
Macrophages
Microglia,Dendritic cella
Langerhans cells,Kuffer cells
Alveolar M , Neutrophils,
Eosinophils, Basophils
Mast cells, Platelets
NK cells, Endothelial cells
Kidney mesangial cells
Reticular cells
Molecules
Cells
Ig
T cells
B cells
SISTEM IMUN NON SPESIFIK
(Innate Immunity System)


Pertahanan tubuh yg tdk spesifik & mrp
bagian dari sistem immun yg berfungsi sbg
barier terdepan pada awal terjadinya infeksi
penyakit  Natural / native immunity
Sistem imun non spesifik meliputi :
1. Pertahanan Fisik / Mekanik
2. Pertahanan Biokimiawi
3. Pertahanan Humoral
4. Pertahanan Seluler
1. PERTAHANAN
FISIK / MEKANIK
1.
2.
3.
4.
Kulit, Selaput lendir, Silia, Batuk & Bersin
Kulit rusak akibat luka bakar
Selaput lendir rusak krn asap rokok
Tekanan oksigen ↑ paru bagian atas
2. PERTAHANAN
BIOKIMIAWI
1.
2.
3.
pH asam keringat, sekresi sebaseus serta
asam lemak yg dilepas kulit  b’sifat asam
 denaturasi protein membran bakteri 
# infeksi.
Lisozim di keringat, ludah, air mata, ASI
 perlindungan thd bakteri gram (+) ve 
m’rusak peptidoglikan dinding sel bakteri
Enzim Lakto oksidase di ASI & Saliva 
m’rusak dinding sel mikroba  kebocoran
sitoplasma.
2. PERTAHANAN
BIOKIMIAWI
4. Antibodi & Komplemen di Saliva
berfungsi sbg opsonisasi bakteri.
5. Asam Neuraminik di ASI bersifat sbg
antibakterial terhadap E. Coli & Stafilokokus
5. Asam Klorida di Lambung  m’ciptakan
suasana asam yg dpt m’cegah infeksi.
6. Enzim Proteolitik, Antibodi & Empedu
di usus halus  menciptakan suasana yg
dpt m’cegah infeksi.
2. PERTAHANAN
BIOKIMIAWI
7. pH asam di Vagina  m’cegah infeksi M.O
8. Spermin di Sperma  m’cegah infeksi M.O
9. Laktoferin & Transferin di serum 
m’ikat Fe (besi) yg mrp metabolit esensial
utk pertumbuhan M.O spt Pseudomonas.
3. PERTAHANAN
HUMORAL
1.
2.
3.
4.
Komplemen (C)
Interferon (IFN)
C-Reaktif Protein (CRP)
Kolektin
KOMPLEMEN (C)




Tdd sejumlah protein yg jika diaktifkan akan
memberi proteksi thd infeksi & berperan dlm
respon Inflamasi.
Diproduksi o/ Monosit & hepatosit
Di serum normal C bersama Antibodi mampu
membunuh bakteri gram (-) ve
C diaktifkan langsung oleh :
- M.O/produknya (jalur alternatif imun inate)
- Antibodi (jalur klasik imunitas adaptif)
KOMPLEMEN (C)




Lisis sel bakteri dan virus
Opsonisasi dg meningkatkan fagositosis Ag
Mengikat reseptor komplemen sel immun
 meningkatkan fungsi sel immun
Immun clereance
INTERFERON (IFN)




Mrp sitokin glikoprotein
Diproduksi o/ Makrofage yg teraktivasi,
Natural Killer Sel (NK sel) & sel tubuh yg
m’kandung nukleus.
Respon thd infeksi virus.
Mpy efek anti virus & dpt m’induksi sel di
sekitar sel yg terinfeksi virus  sel resisten
thd virus.
INTERFERON (IFN)
Fungsi membantu respon immun dg :
 Menghambat replikasi virus pada host
 Aktivasi NK sel dan Makrofage
 Meningkatkan presentasi Ag thd Limfosit
 Meningkatkan resistensi sel host yg
terinfeksi virus
C-REACTIVE PROTEIN
(CRP)



Mrp protein fase akut
Dg bantuan Ca mampu mengikat
fosforikolin yg mrp penyusun dinding M.O
Peningkatan sintesa CRP pada kondisi
Infeksi  Viskositas plasma ↑  Laju
Endap darah (LED) ↑.
KOLEKTIN

Mrp protein yg berfungsi sbg opsonin yg
mampu mengikat karbohidrat pada
permukaan M.O
4. PERTAHANAN
SELULAR




Fagosit
Makrofage
Natural Killer Sel (NK)
Sel Mast
SEL FAGOSIT
Termasuk sistim kekebalan non-spesifik
Terdiri dari :
1. Makrofag
2. Monosit = prekursor makrofag
3. Granulosit

Fungsi :
a. Mencerna bakteri/partikel  fagositosis
b. Produksi sitokin → a.l. aktivasi sel limfosit
c. Presentasi antigen
SEL FAGOSIT
Sel fagosit terdiri atas dua kelompok, yaitu :
1. Granulosit ( PMN ) : 70% ε lekosit



Netrofil
Eosinofil
Basofil
: 68% lekosit.
: 1% lekosit
: 1% lekosit
2. Agranulosit (Sel mononuklear): 30% ε lekosit
- Limfosit
- Monosit / makrofag
: 25% lekosit
: 5% lekosit
FAGOSITOSIS
FAGOSITOSIS
ZAT IMUNOAKTIF
Bekerja secara :
- Independen
- Mendukung kerja sel-sel imun
Terdiri dari :
1. Sistem komplemen
2. Antibodi
3. Sitokin
SITOKIN



Sitokin (sito= sel ; kinos= pergerakan)
adalah suatu molekul signaling yg
digunakan komunikasi sel.
Sitokin adalah peptida, protein atau
glikoprotein yg diproduksi sbg respon thd
mikroba /Ag lain yg memperantarai &
mengatur sistem immun.
Sitokin memperantarai reaksi inflamasi dan
berperan sebagai stimulator hematopoiesis
SITOKIN




Sitokin disekresikan oleh sel immun yg
terpapar patogen.
Semua sel berinti khususnya sel endo/epitel
dan makrofage potensial memproduksi IL-1,
IL-6, and TNF-α
Kadar Sitokin (IL-6) meningkat 1000 x pada
kondisi infeksi dan trauma
Sitokin berperan dalam pertahanan spesifik
maupun non spesifik.
SITOKIN

Aksi Sitokin adalah
- autocrine :
bekerja pd sel yg memproduksi dirinya
- paracrine,
bekerja pd sel tetangga
- endocrine.
difusi ke bagian tubuh melalui aliran plasma
SITOKIN



Sitokin yg berikatan dg Ab memiliki efek
immun lebih kuat daripada sitokin sendiri.
Hal ini berperan untuk penurunan dosis
terapi.
Stimulasi berlebihan terhadap sitokin
merupakan pemicu syndrome yg
berbahaya  cytokine storm
SITOKIN


Sitokin diklasifikasikan berdasarkan
fungsinya, sel yg mensekresi /target aksinya
Klasifikasi dari Sitokin :
-Lymphokine (cytokines made by lymphocytes),
-Monokine (cytokines made by monocytes),
-Chemokine (cytokines w/ chemotactic activities)
-Interleukin (cytokines made by one leukocyte &
acting on other leukocytes).
SITOKIN


Sitokin dibuat oleh beberapa sel immun dan
yg paling dominan adalah sel T helper (Th)
dan Makrofage.
Kelompok Sitokin yg memiliki struktur 3
dimensi dg 4 bundles of α-helices dibagi
menjadi 3 sub kelompok :
- the IL-2 subfamily
- the interferon (IFN) subfamily
- the IL-10 subfamily
SITOKIN


Kelompok IL-1 family, anggotanya adalah
IL-1 and IL-18
Kelompok IL-17 family, memiliki karakter
yang lengkap  kelompok sitokine ini
mempunyai efek khusus meningkatkan
proliferasi sel T yg menyebabkan efek
sitotoksik,
SITOKIN


Peningkatan respon sitokin type 1 (IFN-γ,
TGF-β, etc.), dan type 2 (IL-4, IL-10, IL-13,
etc.), untuk membantu respon terhadap
Ab.
Gangguan regulasi sitokin diatas berperan
dalam patogenesis autoimmun disease
SITOKIN


Pada sistem imun non spesifik sitokine
memperantarai rx inflamasi terhadap
Mikroba dan stimulasi sistem imun spesifik.
Pada sistem imun spesifik sitokine
m’stimulasi proliferasi dan diferensiasi
Limfosit yg distimulasi Ag dan aktivasi
efektor sel.
SITOKIN





Interleukin 1 (IL-1), which activates T cells;
IL-2, which stimulates proliferation of antigenactivated T and B cells;
IL-4, IL-5, and IL-6, which stimulate proliferation
and differentiation of B cells;
Interferon gamma (IFN-Ÿ), which activates
macrophages;
and IL-3, IL-7 and Granulocyte Monocyte ColonyStimulating Factor (GM-CSF), which stimulate
hematopoiesis.
SITOKIN
Peran
Innate
Adaptive
Jenis
TNF, IL-1, IL-2, IL-12, IFN
IL-2, IL-4, IL-5, IFN
Sumber Sel
NK, Makrofage
Limfosit T
Fgs Fisiologi
Mediator imun non
spesifik, RX Inflamasi
Regulasi Limfosit &
aktivator sel efektor
Stimulus
LPS (endotoxin), Virus,
Bakteri Peptidoglikan
Protein Ag
Efek
Lokal & Sistemik
Lokal
Peran Peny.
Sistemic dissease
Local Tissue Injuri
SIFAT SITOKINE
1.
Pleiotropism
Satu sitokin memiliki beberapa efek pada
sel yang berbeda.
Contoh peran IL-4 pada :
- Sel B  Produksi Ig E
- CD4 Sel T  Diferensiasi TH2
- Makrofage  Inhibisi
SIFAT SITOKINE
2. Rebundancy
Beberapa jenis sitokin mempunyai efek
yang sama (overlapping).
Contoh : IL-2, IL-4, IL-5 memiliki efek yg
sama pada sel Limfosit B  utk keperluan
Proliferasi.
SIFAT SITOKINE
3. Sinergy
2 atau lebih jenis sitokine secara sinergis
memiliki efek yg lebih besar dr pada
penjumlahan efek yg dimiliki keduanya.
Contoh :
a = 1, b = 2
Sinergi : a + b > 3
IFN dan TNF  meningkatkan expresi MHC
kelas I pada sejumlah sel.
SIFAT SITOKINE
4. Antagonisme
Satu sitokine mempunyai efek berlawanan
dengan sitokine yg lain.
Contoh :
IFN  Meningkatkan Aktivasi Makrofage
IL-4  Menghambat aktivasi Makrofage
KEMOKIN




Kemokin adalah singkatan dari Kemotaktik
sitokin.
Kelompok homolog sitokine yg berperan
stimulasi pergerakan leukosit dan mengatur
perpindahan leukosit dari darah ke jaringan.
Semua kemokin adalah polipeptide dg masa
8-12 KD.
Jenis kemokin yg telah teridentifikasi 50
item.
FUNGSI BIOLOGI
KEMOKIN

Kemokin bukan hanya memiliki peran sbg
Kemoatraktan Leukosit (seny. Kimia penarik
leukosit ke tempat terinfeksi) tapi memiliki
sejumlah fungsi a.l. :
1. Rekruit sel yg berperan dlm imunitas ke
tempat yg terinfeksi.
2. Mengatur lalu lintas Limfosit dan Leukosit
lain melalui jaringan perifer Limphoid.
3. Berhubungan dengan perkembangan
berbagai organ.
SISTEM IMUN SPESIFIK
(Adaptive Immunity System)



Sistem pertahanan tubuh lapis kedua bila
innate immunity tdk mampu mengeliminasi
agen penyakit.
Fagosit tdk mengenali agen infeksi krn
hanya sedikit reseptor yg cocok utk agen tsb
atau agen tsb tdk bertindak sbg faktor
antigen terlarut (soluble antigen) aktif.
Sistem ini melibatkan kerjasama antara
Antibodi, Komplemen, Fagosit, Sel T,
Makrofage.
LIMFOSIT T
Sistem imun selular spesifik
Efek :
Sel inducer → aktivasi sitotoksik
Sel sitotoksik → menghancurkan antigen
Tugas khusus sebagai :
a.T helper 1 : mengaktifkan makrofag
b.T helper 2 : membantu sel B hasilkan antibodi
c. T killer
: sel pembunuh
d.T-supressor/T-regulator : mengontrol kerja agar
tak berlebihan
LIMFOSIT B
Sistem imun humoral spesifik
Berkembang jadi :
- Sel plasma yg memproduksi antibodi
Ig G, Ig M, Ig A, Ig D, Ig E
- Sel-sel B-memori :
Menyimpan informasi ttg Antigen
segera mengenali pd kontak ulang
ANTIBODI
ANTIBODI ( Imunoglobulin = Ig):
 Bahan yg dibentuk sbg akibat rangsangan
imunogen dan bereaksi secara spesifik dg
imunogen yg menginduksinya .
 Dapat
bereaksi dgn Ag yg struktural
mendekati Ag penginduksi Ab spesifik, shg
menyebabkan  Reaktifitas Silang
(Cross reaction).
TEORI SINTESA ANTIBODI
1.
Ehrlich’s Side-chain Theory :
Substansi dihasilkan setelah terpapar benda
asing.
2. Instructive Theory ( Landsteiner ) :
Spesifisitas Ab terbentuk setelah bergabung dgn
Ag , jadi antigen sbg template.
3.
Selective Theory ( Jerne ) :
Ab yg keluar sudah spesifik.
4. Clonal Selection Theory ( Burnet ) :
5. Germ line & Somatic mutation
ANTIBODI

Fungsi :
1. Mengikat molekul antigen
2. Membangun fenomena biologi sekunder
- Opsonisasi
- Aktifasi Komplemen
- Efek Sitotoksik
ANTIBODI
-semua Ig mengandung
sedikitnya 2 rantai
berat & 2 rantai ringan
-rantai ringan : 23kDa
-rantai berat : 53-75kDa
-bentuknya seperti huruf
Y dengan pengikatan
antigen terletak pada
kedua ujung
ANTIBODI
-separuh rantai ringan menuju
terminal karboksil ,disebut
regio konstan ( CL)
-3/4 rantai berat menuju
terminal karboksil disebut
regio konstan (HL)
-bagian ujung terminal amino
merupakan regio variabel
( ½ rantai ringan=VL,
¼ rantai berat = VH)
-semua rantai ringan bertipe :
kappa atau lambda
ANTIBODI
-
-
-
Tipe rantai berat (λ, μ, β, ε,
α) menentukan jenis
imunoglobulin
Rantai ringan-berat dan
antar rantai berat dihub oleh
ik disulfida
Pada regio variabel
ditemukan regio yang
hipervariabel  menentukan
spesifitas antibodi (CDR
=regio penentu
komplementaritas)
STRUKTUR & FUNGSI
ANTIBODI (Ig)
ANTIBODI
-
-
-
Yang berikatan dengan
epitop adalah CDR
Ikatan Ab – Ag : non
kovalen
( ik.van der waals, ik
hidrogen, hidrofobik, gaya
elektostatik)
Fragmen konstan ( Fc)
menentukan fungsi efektor
yang spesifik terhadap
setiap tipe Ig
PENGGOLONGAN
IMUNOGLOBULIN
1.
2.
3.
4.
5.
Imunoglobulin G (Ig G)
Imunoglobulin D (Ig D)
Imunoglobulin M (Ig M)
Imunoglobulin E (Ig E)
Imunoglobulin A (Ig A)
Imunoglobulin G (Ig G)
Fungsi utama :
 Ab utama pada respon sekunder
 melakukan opsonisasi bakteri sehingga
mudah di fagosistosis
 mengikat komplemen
 menetralkan toksin bakteri dan virus
 melintasi plasenta
Imunoglobulin G (Ig G)
75 % Ig
 CSF, Urin, Darah, Cairan SSP, Peritoneal
 Menembus plasenta imunitas bayi 6-9
bulan
 Meningkat pd Infeksi kronis & autoimun
 Mengaktifkan C via jalur klasik

Imunoglobulin G (Ig G)
Imunoglobulin M (Ig M)
Fungsi :
 Mencegah gerakan M patogen
 Memudahkan fagositosis
 Aglutinator
 Mengaktifkan C via jalur klasik
 Respon primer terhadap suatu antigen
 Fiksasi komplemen
 Reseptor antigen pada permukaan sel B
Imunoglobulin M (Ig M)
Imunoglobulin D (Ig D)
•
•
•
•
Marker diferensiasi sel B yg sudah
matang
Kadar meningkat pada infeksi dini
(akut)
Fungsi utama belum jelas
Ditemukan pada banyak permukaan sel
B
Imunoglobulin D (Ig D)
Imunoglobulin A (Ig A)

Terdapat dengan 2 struktur,
1. IgA serum ( monomer atau dimer )
2. Ig A sekretori ( dimer )
 keduanya mempunyai rantai J (J Chain)
FUNGSI UTAMA :
-Ig A sekretori menghalangi pengikatan
bakteri dan virus pada membran mukosa
-tidak mengikat komplemen
Imunoglobulin A (Ig A)




Kadar dalam serum sedikit, meningkat pada
infeksi kronik saluran napas & GIT.
Menetralisir & mencegah kontak toxin, virus
Terdapat di cairan sekresi RT, GIT, UGT, air
mata, keringat, saliva, ASI
eq :TB, Sirosis alkoholik, Coeliac D’, Kolitis
Ulseratif, Crone D’
Mengaktifkan C via jalur alternatif
Imunoglobulin A (Ig A)
Imunoglobulin A (Ig A)
Imunoglobulin E (Ig E)
Fungsi Utama :
 melepaskan mediator dari sel mast dan
basofil setelah seseorang terkena
allergen
 pertahanan utama thd infeksi cacing
( dengan melepas enzim dari eosinofil )
 tidak memfiksasi komplemen
Imunoglobulin E (Ig E)



Mudah diikat sel mast, basofil,
eosinofil
Kadar meningkat pada :
 Alergi, infeksi cacing,
Schistosomiasis, trikinosis
Imunitas parasit
Imunoglobulin E (Ig E)
SIFAT IMUNOGLOBULIN
OVER & UNDERPRODUCTION
OF IMMUNOGLOBULINS


Gangguan Ig, termasuk diantaranya
peningkatan produksi Ig tertentu misalnya
pada kasus multiple myeloma (suatu
kondisi neoplastik),
Melalui elektroforesis pada serum atau
urin, akan menghasilkan peningkatan Ig
tertentu atau satu partikel rantai ringan (
disebut bence jones protein)
OVER & UNDERPRODUCTION
OF IMMUNOGLOBULINS


Penurunan produksi salah satu Ig, atau
penurunan semua jenis Ig berhubungan
erat dengan suatu penyakit.
Misalnya pada gangguan genetik /
abnormalitas  misalnya a-gamma
globulinemia (produksi Ig G yg tidak ada )
ANTIGEN



Antigen : substansi yang dapat mengikat
antibodi spesifik.
Tdk semua Ag menghasilkan respon
imunogenik
Tetapi semua imunogen adalah Ag
(Immunobiology, Janeway and Travers,
1994).
ANTIGEN




Ag umumnya suatu proteins/polysaccharides.
Antigen meliputi bagian (coats, capsules, dinding
sel, flagella, fimbrae, dan toxins) dari bacteria,
viruses, dan atau M.O lain.
Lipids dan asam nukleat bersifat antigenik ketika
berikatan dg protein dan polisakarida.
Non mikroba exogen Ag meliputi polen, putih telur,
protein dari transplantasi jaringan / organ atau
permukaan sel darah ditransfusi.
ANTIGEN


Tolerogen : substansi yg tidak
mencetuskan respon immun krn bentuk
molekul, bila bentuk molekul berubah maka
Tolerogen  Imunogen.
Allergen : substansi yg dpt menyebabkan
reaksi alergi. Reaksi timbul setelah expose
dg Alergen melalui ingestion, inhalation,
injection, atau kontak dg kulit
Exogenous antigens





Exogen Ag masuk ke dalam tubuh melalui
inhalation, ingestion, atau injection.
Via endocytosis / phagocytosis,  Ag diikat APC
(antigen-presenting cells) dan diproses menjadi
fragmen.
APCs kmd mempresentasi fragmen pada sel T
helper (CD4+) melalui MHC II
Sel T spesifik terhadap ikatan peptida-MHC
komplek  m’aktivasi & memproduksi Sitokin.
Sitokin ; substansi yg dpt mengaktivasi cytotoxic T
lymphocytes (CTL), sekresi Ab oleh sel B,
Makrofage dan partikel lain.
Endogenous antigens




Endogen Ag dibentuk dalam sel sbg hasil
metabolisme sel normal atau karena infeksi virus /
bakteri intra sel.
Ag diikat APC  Fragmet kmd dipresentasikan APC
pada sel T helper (CD 8 +) melalui MHC I.
Bila cytotoxic CD8+ T cells mengenali akan terjadi
aktivasi dan sel T akan mensekresi toksin yang
menyebabkan lisis atau apoptosis sel yg terinfeksi.
Endogenous antigens meliputi xenogenic
(heterologous), autologous and idiotypic or
allogenic (homologous) antigens
Autoantigens


Autoantigen pada umumnya adalah normal
protein atau komplex protein (DNA or RNA)
yg dikenali sistem imun px yg menderita
penyakit autoimun spesifik.
Ag tsb seharusnya pada kondisi normal
bukan menjadi target immun sistem tapi
karena faktor genetik dan lingkungan,
dianggap Ag shg dimusnahkan sistem
immun.
NATIVITY OF ANTIGEN


Native antigen adalah Ag yg masih belum
diproses oleh APC menjadi partikel lebih
kecil (fragment).
T cells tdk dpt mengikat native antigens,
tetapi memerlukan pemrosesan oleh APC
agar sel B dapat teraktivasi oleh Native Ag
yg lain.
ANTIGEN



IMUNOGEN :
 Molekul yg dapat menginduksi timbul-nya
respon imun pd host ybs.
 BM >>, epitope >>
ANTIGEN
:
 BM < 5.000 dalton, single epitope.
EPITOPE
:
bagian Ag yg dpt menginduksi pembentukan Ab
& dpt diikat secara spesifik oleh bagian Ab atau
reseptor pd limfosit.
SIFAT KIMIAWI ANTIGEN
A. KARBOHIDRAT (Polisakarida)
 Umumnya imunogenik.
 Glikoprotein pada permukaan membran sel.
 Gol. Darah ABO.
B. LIPID
 Biasanya tidak imunogenik, menjadi
imunogenik bila diikat carrier protein.
 Bersifat sbg hapten (sphingolipid)
SIFAT KIMIAWI ANTIGEN
C. PROTEIN

Kebanyakan imunogenik multideterminan
& univalen.
D. ASAM NUKLEAT
Tidak imunogenik, menjadi imunogenik
bila diikat carrier protein.
 Respon imun thd DNA terjadi pd
penderita SLE.

STRUKTUR & KIMIAWI
DINDING SEL BAKTERI
Gram Positip
Gram Negatip
KIMIAWI MEMBRAN SEL
REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI
A. NATURE OF ANTIGEN-ANTIBODY
REACTIONS :
 Lock and Key Concept
 Non-covalent Bonds : hydrogen bonds,
electrostatic bonds, Coulombic, Van der Waals
forces and hydrophobic bonds
 Reversible ( disosiasi )
B. AFFINITY AND AVIDITY
 Afinitas Ab : Kekuatan ikatan satu Ab & Epitop
 Aviditas : Kekuatan ikt Ab dg Epitop k’seluruhan
REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI
REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI
C. SPECIFICITY AND CROSS REACTIVITY
 Specificity.

Perbedaan Ab, dipengaruhi :
a. Struktur primer.
b. Bentuk isomer.
c. Struktur sekunder & tersier
Cross reactivity
REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI
UJI LABORATORIUM REAKSI
ANTIGEN - ANTIBODI


Rx. Ag/Ab  Use to Diagnostik
Factors affecting measurement of
Ag/Ab reactions :
 Affinity
 Avidity
 Ag : Ab ratio
 Physical form of the antigen
UJI LABORATORIUM
REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI
Agglutination Tests :
 Agglutination / Hemagglutination
 Passive hemagglutination
 Coombs Test (Antiglobulin Test)
 Hemagglutination Inhibition
Precipitation tests :
 Radial Immunodiffusion ( Mancini )
 Immunoelectrophoresis
 Countercurrent electrophoresis
UJI LABORATORIUM
REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI



Radioimmunoassay (RIA) / Enzyme
Linked Immunosorbent Assay
(ELISA)
Tests for Cell Associated Antigens
Complement Fixation Test
AGLUTINASI


Peristiwa terjadinya agregasi yg tampak sbg
akibat interaksi antara ANTIGEN yg tak larut
( Aglutinogen ) dengan ANTIBODI ( Aglutinin ).
Faktor-faktor yg mempengaruhi Aglutinasi
A. Rasio Ag & Ab.
B. Jenis Ab : Ig M > mudah d/p Ig G.
C. Waktu Inkubasi, u/ m’beri waktu ikatan Ag- Ab
D. Medium
: Suhu, pH, kekuatan ion-ion,
viscositas, molaritas
E. Enzim proteolitik.
JENIS REAKSI
ANTIGEN - ANTIBODI
1. Agglutination / Hemagglutination
 Memakai Ag permukaan sel SDM,
bakteri.
 Fungsi : u/ mengetahui adanya Ab.
 Eq : Widal Test, Gol. darah
JENIS REAKSI
ANTIGEN - ANTIBODI
2. Passive & Reverse Passive agglutination
 Ag diikatkan partikel carrier ( Latex,
gelatin, Eritrosit, karbon, kolodion )
Eq : Deteksi Ab nontreponemal pd Sifilis
Faktor Reumatoid, Ab Rubella
Ab Thyroglobulin
 RPHA u/ menentukan ANTIGEN
IHA / PHA u/ menentukan ANTIBODI
Eq : penentuan HBsAg & Anti HBsAg
JENIS REAKSI
ANTIGEN - ANTIBODI
3. INHIBITITION AGGLUTINATION
Eq : tes HCG
4. COOMB’S TEST
a. Test Antiglobulin langsung ( DAT ) :
 Ikatan Ag-Ab telah terjadi invivo.
 u/ deteksi coating SDM oleh Ab / C
b. Test Antiglobulin tdk langsung (IAT)
RESPON IMMUN NORMAL
Butuh kesempurnaan komponen :
 Utuhnya barrier eksternal
 Pengenalan Antigen
 Pemrosesan & Presentasi Antigen
 Mekanisme bacterial killing
 Jumlah, maturasi dan fungsi efektor sel
imunokompeten
 Produksi Antibodi, sitokin, kemokin, molekul
adhesi, komplemen, dll.
TANDA–TANDA
IMUNODEFISIENSI



Sering / rentan terhadap Infeksi :
- Bakteri & patogen ekstra sel
- Virus & patogen intrasel
- Patogen yg tdk umum / jarang
Cenderung menderita kanker
Menderita penyakit autoimmun
Download