Pembelajaran dengan Multimedia - Made Nuryadi

advertisement
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
Pembelajaran dengan Multimedia
a. Pengertian multimedia
Istilah “multimedia” bisa punya makna berlainan bagi lain orang. Menurut Wikipedia
Indonesia ensiklopedia berbahasa Indonesia pengertian multimedia adalah penggunaan
komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video
dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi,
berkarya dan berkomunikasi.
Multimedia didefenisikan oleh Hafforst (dalam Munir,
2008:233) sebagai suatu sistem komputer yang terdiri dari hardware dan software yang
memberikan kemudahan untuk menggabungkan gambar, video, fotografi, grafik dan animasi
dengan suara, teks dan data yang dikendalikan dengan program komputer, Thompson (dalam
Munir, 2008:233) mendefenisikan multimedia sebagai suatu sistem yang menggabungkan
gambar, video, animasi, suara secara interaktif. Menurut Munir (2008:234) multimedia
diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai media yang
menampilkan teks, suara, grafik, video dan animasi dalam sebuah tampilan yang terintegrasi
dan interaktif.
Sedangkan menurut Richard E. Mayer (dalam Baroto Tavip, 2009:3) multimedia
sebagai persentase materi dengan menggunakan kata-kata (verbal form) sekaligus gambargambar (pictorial form) baik gambar statis ataupun gambar dinamis. Dari beberapa defenisi di
atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa multimedia merupakan media pengajaran dan
pembelajaran yang efektif dan efesien yang menggunakan komputer untuk menyajikan dan
menggabungkan teks, suara, gambar, grafik, animasi dan video, untuk menjalin komunikasi
antara guru dan peserta didik secara interaktif dalam mengkontruksi pengetahuan.
http://made82math.wordpress.com/
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
b.
Multimedia pembelajaran matematika
Selama ratusan tahun, format utama untuk menyajikan pesan-pesan instruksional
adalah melalui kata-kata, termasuk kuliah dan buku-buku. Pendeknya, mode-mode persentasi
verbal telah mendominasi cara kita memberikan penjelasan kepada orang lain dan
pembelajaran verbal telah mendominasi pendidikan. Seiring dengan itu, verbal learning juga
lebih sering menjadi fokus bagi riset-riset pendidikan. Kecangihan teknologi komputer
sekarang memungkinkan “ledakan” akses untuk mendapatkan cara-cara visual dalam
menyajikan materi termasuk perpustakaan-perpustakaan besar berisi gambar-gambar statik
dan dinamik dalam bentuk animasi dan video.
Kehadiran multimedia sebagai salah satu produk ICT di bidang pendidikan disambut
gembira, karena peranannya dalam membantu mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan
bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik dan membantu mengembangkan
kemampuan yang sempurna baik fisik, intelektual, maupun emosionalnya. Potensi
kemampuan yang dimiliki manusia ini hampir tak terbatas. Namun hanya sebagian kecil saja
dari potensi tersebut yang telah dikembangkan. Metoda dan media yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan tersebut sangatlah diperlukan. Teknologi multimedia
diharapkan mampu mengatasi kendala dalam proses belajar mengajar dengan dikemasnya
program pendidikan dalam media yang berbasis ICT. Meskipun Gagne menyatakan bahwa,
tidak ada satu pun media yang sempurna yang dapat memenuhi semua keperluan yang
diinginkan.
Mengapa harus multimedia? Pertanyaan ini sering muncul dari berbagai kalangan
para pendidik (guru). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa multimedia sebagai salah
satu media dalam pembelajaran mampu meningkatkan daya ingat seseorang. Penelitian Jacobs
http://made82math.wordpress.com/
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
dan Schade (dalam Munir, 2008: 232) menunjukkan bahwa daya ingat orang yang hanya
membaca saja memberikan persentase terendah, yaitu 1%. Daya ingat ini dapat ditingkatkan
hingga 25%-30% dengan bantuan media lain, seperti televisi. Daya ingat makin meningkat
dengan menggunakan media 3 dimensi seperti multimedia, hingga 60%.
Demikian pula hasil penelitian dari Mayer dan Anderson (dalam Mayer, 2009)
menunjukkan bahwa rata-rata skor retensi untuk siswa yang menerima kata-kata saja
(penjelasan menggunakan kata-kata) jauh lebih rendah dibanding rata-rata skor retensi untuk
siswa yang menerima kata-kata sekaligus gambar-gambar (gambar statik ataupun dinamis).
Dari penelitian ini menunjukkan bahwa menambahkan gambar pada kata-kata cendrung
meningkatkan kinerja murid terhadap tes retensi, dalam hal ini mengajar dengan
menggabungkan bahasa verbal dan visual jauh lebih baik dibanding hanya menggunakan
verbal saja.
Hasil penelitian Romi Satria Wahono (2008), juga menunjukkan beberapa
perbandingan metode pengajaran yang ditinjau dari berbagai aspek yang ditunjukkan pada
tabel berikut.
Tabel 1. Perbandingan metode pengajaran dan pengungkapan kembali
Strategi\Metode
Pengajaran
Mendengarkan
Mempertunjukkan
Memperdengarkan
mempertunjukkan
dan
Pengungkapan
kembali setelah 3
jam.
70%
72%
85%
http://made82math.wordpress.com/
Pengungkapan kembali
setelah 3 hari
10%
20%
65%
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
Pembelajaran dengan menggunakan multimedia dapat memenuhi metode pengajaran
dengan memperdengarkan dan mempertunjukkan sehingga berdasarkan pada fakta diatas
pembelajaran dengan multimedia lebih efektif dan bermakna karena mampu bertahan lama di
benak siswa.
Perlukah multimedia dalam pembelajaran matematika? Pertanyaan ini juga sering
muncul dikalangan para guru. Matematika sebagai disiplin ilmu yang relatif abstrak tentunya
sangat memerlukan media yang dapat membantu siswa dalam memahami matematika.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan penulis sebelumnya, bahwa penggunaan media
pembelajaran berbasis ICT di SD dapat meningkatkan antusias dan hasil belajar siswa seperti
pada materi pecahan dan bangun ruang sederhana. Pengaruh multimedia terhadap transfer
dalam pembelajaran matematika juga sangat signifikan, dengan memvisualisasikan beberapa
konsep matematika yang abstrak dalam bentuk gambar dan diagram dapat meningkatkan
pemahaman murid terhadap penanaman konsep matematika.
Dari beberapa hasil penelitian terkait yang telah dikemukakan diatas bahwa penulis
mendukung tesis bahwa jenis pembelajaran lebih mendalam terjadi saat murid bisa
memadukan representasi verbal dan visual dari pesan yang sama dan menjadikan
pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna (meaningful learning).
Demikian pula, yang perlu diperhatikan oleh guru bahwa tidak semua topik/tema
dalam matematika harus dibuatkan multimedia, seorang guru hendaknya pandai memilih
tema bahan ajar yang sangat membantu meningkatkan pemahaman ke siswa dan menarik bila
kita gunakan multimedia. Pemilihan tema sangatlah penting, karena banyak materi dalam
matematika dapat dapat diajarkan dengan metode pengajaran langsung dan metode lainnya
http://made82math.wordpress.com/
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
yang lebih baik, begitupula pembuatan multimedia pembelajaran menyita banyak waktu dan
tenaga, apabila hasilnya tidak dapat mengefisienkan pembelajaran dikelas sudah barang tentu
menjadi pekerjaan yang mubasir dan tidak bermakna. Beberapa tema, yang dapat dibuat
multimedianya dan sangat efektif digunakan dikelas dari hasil penelitian penulis diantaranya
materi pecahan dan geometri. Dalam materi pecahan multimedia digunakan menjelaskan
konsep-konsep operasi pecahan dengan bantuan pemodelan dan animasi gerak, sangat
membantu guru mempercepat pemahaman siswa, misalnya dijenjang SD dan SMP.
Multimedia mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain.
Menurut Munir (2008:235) beberapa keistimewaan multimedia itu adalah:
1. Multimedia menyediakan proses interaktif dan memberikan kemudahan umpan
balik.
2. Multimedia memberikan kebebesan kepada pelajar dalam menentukan topik
pembelajaran.
3. Multimedia memberikan kemudahan dan kontrol yang sistematis dalam proses
pembelajaran.
Kemampuan multimedia dalam meningkatkan proses interaktif sudah teruji karena
multimedia juga memiliki unsur interaktif. Dalam hal ini proses interaktif sebagai hubungan
dua jalur antara pengajar dengan peserta didik, juga antara peserta didik dengan peserta didik
lain baik secara individu maupun kelompok. Umpan balik dapat diterapkan dalam
pembelajaran menggunakan multimedia adalah dengan melalui konsep permodelan, latihan,
dukungan, artikulasi dan refleksi.
Peserta didik diharapkan mampu menentukan topik proses pembelajaran yang sesuai
dan disukainya. Kebebasan menentukan topik ini adalah salah satu karakteristik proses
http://made82math.wordpress.com/
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
pembelajaran yang berbasis ICT, termasuk didalamnya program multimedia. Menampilkan
kembali bahan-bahan pelajaran dan data yang tersimpan secara cepat dan mudah dapat
disediakan dalam program multimedia.
Proses pembelajaran menggunakan multimedia dapat dilaksanakan secara kelompok
atau perorangan. Kontrol dan proses pembelajaran adalah faktor penting dalam perkembangan
peserta didik karena akan memperkuat rasa memiliki, dan membantu perkembangan ke arah
kedewasaan, keilmuan dan mencerminkan pendekatan proses pembelajaran sepanjang masa.
Multimedia menyediakan peluang yang sangat besar terhadap kontrol peserta didik
dibandingkan media-media lainnya. Peserta didik tidak hanya mempunyai kontrol terhadap
kedalaman, rujukan dan pemilihan bahan saja tetapi juga interaksi yang memungkinkan
peserta didik menjalin komunikasi dengan program.
c. Teori kognitif tentang multimedia
Lingkungan desain multimedia harus cocok dengan tata cara manusia belajar.
Pendeknya, prinsip-prinsip desain multimedia harus sensitive terhadap sesuatu yang kita
ketahui tentang cara orang memproses informasi.
Menurut Mayer
(2009:64), tiga asumsi yang mendasari teori kognitif tentang
multimedia, yakni: dual-channel (saluran-ganda), limited-capacity (kapasitas–terbatas), dan
active-processing (pemrosesan-aktif). Asumsi-asumsi ini dirangkum dalam tabel berikut ini.
Tabel 2. Tiga asumsi teori kognitif multimedia
Asumsi
Saluran-ganda
Kapasitas-terbatas
Deskripsi
Manusia memiliki saluran terpisah untuk memproses
informasi visual dan informasi auditori
Manusia punya keterbatasan dalam jumlah informasi
yang bisa mereka proses dalam masing-masing saluran
pada waktu yang sama.
http://made82math.wordpress.com/
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
Pemprosesan-aktif
Manusia melakukan pembelajaran aktif dengan memilih
informasi masuk yang relevan, mengorganisasikan
informasi-informasi itu kedalam refresentasi mental
yang koheren, dan memadukan refresentasi mental itu
dengan pengetahuan lain.
Oleh karena karya sentral multimedia learning berlangsung dalam memori kerja atau
working memory. Memori kerja digunakan untuk penyimpanan sementara dan memanipulasi
pengetahuan dalam kesadaran pikiran aktif. Teori kognitif tentang multimedia learning dapat
digambarkan dalam diagram berikut ini.
Gambar 1. Teori kognitif tentang multimedia learning (Mayer, 2009:68)
Gambar 1. Diagram teori kognitif tentang multimedia learning
Keterangan:
1. Sisi kiri dari Memori Kerja mewakili materi mentah yang masuk ke dalam memori
kerja; yakni, citra visual berupa gambar dan citra suara berupa kata-kata.
2. Sisi kanan kotak Memori Kerja mewakili pengetahuan yang sudah terkonstruksi di
memori kerja – model –model mental verbal dan visual serta keterkaitan diantara
mereka.
3. Kotak diujung sebelah kanan diberi label Memori Jangka Panjang saling terkait
dengan gudang pengetahuan si murid. Tidak seperti memori kerja, memori jangka
panjang ini bisa menampung sangat banyak pengetahuan dalam periode yang sangat
lama.
Berdasarkan asumsi yang telah digambarkan diatas. Agar pembelajaran penuh makna
terjadi dalam lingkungan multimedia, maka menurut Mayer (2009:80) orang yang belajar
harus melibatkan diri kedalam lima proses kognitif yaitu (1) memilih kata-kata yang relevan
http://made82math.wordpress.com/
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
untuk pemprosesan dalam materi kerja verbal, (2) memilih gambar-gambar yang relevan
untuk pemprosesan dalam materi kerja visual, (3) me-nata kata-kata yang terpilih kedalam
model mental verbal, (4) menata gambar-gambar yang terpilih kedalam model mental visual,
(5) memadukan representasi verbal dan visual dengan pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya.
c. Prinsip-prinsip desain multimedia
Apakah pembelajaran dengan menggunakan multimedia efektif dan efesien?
Pertanyaan ini sering menjadi pertanyaan yang esensial dan memerlukan alasan teoritis dan
alasan empiris untuk menjawabnya. Keefektifan dan keefisienan dari sebuah multimedia
tergantung jenis multimedia yang dikembangkan dan relevansinya. Multimedia tidak dibuat
hanya untuk membuat pembelajaran menjadi menarik tetapi harus lebih menjadikan
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, tentunya pengembangan multimedia pembelajaran harus memperhatikaan
beberapa prinsip pengembangan multimedia. Richard E. Mayer (2009:93), membagi beberapa
prinsip-prinsip desain multimedia sebagai berikut.
1) Prinsip multimedia
Deskripsi: Murid-murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan
gambar-
gambar daripada kata-kata saja.
Alasan teoritis: Saat kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara bersamaan, murid punya
kesempatan untuk mengkonstruksi model-model mental verbal dan visual dan membangun
hubungan diantara keduanya. Saat kata-kata saja yang disajikan, murid punya kesempatan
untuk membangun model mental verbal namun lebih kecil kemungkinan membangun model
http://made82math.wordpress.com/
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
mental visual dan lebih kecil kemungkinan membuat hubungan diantara model-model mental
verbal dan visual.
2) Prinsip keterdekatan ruang
Deskripsi: Murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar
terkait disajikan saling berdekatan daripada saat disajikan saling berjauhan dalam halaman
atau layar.
Alasan teoritis: Saat kata-kata dan gambar-gambar terkait disajikan saling berdekatan
di halaman atau layar komputer, maka murid tidak harus menggunakan sumber-sumber
kognitif untuk secara visual mencari mereka di halaman atau layar itu. Murid akan lebih bisa
menangkap dan menyimpan mereka bersamaan didalam memori kerja pada waktu yang sama.
3) Prinsip keterdekatan waktu
Deskripsi: Murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar
terkait disajikan secara simultan dari pada bergantian.
Alasan teoritis: Saat bagian narasi dan bagian animasi terkaait disajikan dalam waktu
bersamaan, murid lebih mungkin bisa membentuk representasi mental atas keduanya dalam
memori kerja dalam waktu bersamaan. Hal ini membuat murid lebih mungkin bisa
membangun hubungan mental antara representasi verbal dan representasi visual. Jika
tempo/waktu antara mendengar kalimat dan melihat animasi relatif pendek, maka murid
masih bisa membangun koneksi antara kata-kata dan gaambar-gambar. Namun demikian jika
mendengar keseluruhan narasi yang panjang lalu melihat keseluruhan anamasi dalam waktu
yang terpisah, maka murid akan kesulitan membangun koneksi antara kata-kata dan gambargambar.
4) Prinsip koherensi
http://made82math.wordpress.com/
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
Deskripsi: Murid-murid bisa belajar lebih baik jika materi ekstra disisihkan daripada
dimasukkan. Prinsip ini dijabarkan menjadi tiga versi yang saling melengkapi, yaitu (1)
pembelajaran si murid akan terganggu jika kata-kata dan gambar-gambar menarik, namun
tidak relevan, ditambahkan ke presentasi multimedia, (2) pembelajaran murid terganggu jika
suara dan musik menarik, namun tidak relevan ditambahkan ke presentasi multimedia, (3)
Pembelajaran murid meningkat jika kata-kata, yang tidak diperlukan disingkirkan dari
persentase multimedia.
Alasan teoritis: Materi ekstra selalu bersaing memperubutkan sumber-sumber
kognitif dalam memori kerja sehingga bisa mengalihkan perhatian murid dari materi yang
penting, bisa menggangu proses penataan materi, dan bisa menggiring murid untuk menata
materi di atas landasan tema yang tidak sesuai.
1) Prinsip modalitas
Deskripsi: Murid bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada dari animasi
dan teks on-screen, yakni, murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata
dalam pesan multimedia disajikan sebagai teks yang terucapkan daripada teks yang tercetak.
Alasan teoritis: Jika gambar-gambar dan kata-kata sama-sama disajikan secara visual
(yakni; sebagai animasi dan teks), maka saluran visual bisa menderita kelebihan beban tapi
saluran auditori/verbal tak termanfaatkan. Jika kata-kata disajikan secara auditori mereka bisa
di proses dalam saluran, auditori/verbal,sehingga saluran visual jadi bisa memproses hanya
gambar-gambar.
6) Prinsip redudansi
Deskripsi: Murid bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada dari
animasi, narasi dan teks.
http://made82math.wordpress.com/
Made Nuryadi, S.Pd, M.Pd
Alasan teoritis: Saat kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara visual yaitu
animasi dan teks, saluran visual bisa menjadi kelebihan beban.
7) Prinsip perbedaan individu
Deskripsi: Pengaruh desain lebih kuat bagi murid-murid berpengetahuan rendah
daripada murid-murid bepengetahuan tinggi, dan bagi murid-murid dengan kemampuan
spatial tinggi daripada spatial rendah.
Alasan
teoritis:
Murid-murid
berpengetahuan
tinggi
bisa
menggunakan
pengetahuaan mereka sebelumnya untuk mengompensasi atas kurangnya panduan dalam
persentasi, misalnya dengan membentuk citra mental yang memadai dari persentasi kata-kata.
Murid-murid yang berpengetahuan rendah kurang bisa melalukan pemprosesan kognitif yang
berguna saat presentasinya kurang panduan. Murid-murid berkemampuan spatial tinggi
memiliki kapasitas kognitif untuk secara mental memadukan representasi verbal dan visual
dari presentasi multimedia yang efektif. Murid-murid yang berspatial rendah harus
mengerahkan begitu banyak kapasitas kognitif mereka untuk menahan citra tersaji dalam
memori kerja sehingga mereka kurang mungkin bisa memiliki kapasitas tersisa untuk secara
mental mengintegrasikan representasi verbal dan visual.
http://made82math.wordpress.com/
Download