studi kasus asuhan keperawatan nyeri akut pada nn. i dengan

advertisement
678',.$686
$68+$1.(3(5$:$7$11<(5,$.873$'$11,'(1*$1
&,'(5$.(3$/$%(5$7',58$1*&(03$.$
563$17,:$/8<2685$.$57$
.DU\D7XOLV,OPLDK
8QWXN0HPHQXKL6DODK6DWX3HUV\DUDWDQ
'DODP0HQ\HOHVDLNDQ3URJUDP'LSORPD,,,.HSHUDZDWDQ
',686812/(+
%$<8185&$+<2$-,:,%2:2
1,03
352*5$0678',',,,.(3(5$:$7$1
6(.2/$+7,1**,,/08.(6(+$7$1.8680$+86$'$
685$.$57$
L
685$73(51<$7$$1.($6/,$178/,6$1
6D\D\DQJEHUWDQGDWDQJDQGLEDZDKLQL
1DPD %D\X1XU&DK\R$ML:LERZR
1,0 3
3URJUDP6WXGL
',,,.HSHUDZDWDQ
$VXKDQ.HSHUDZDWDQ1\HUL$NXW3DGD
-XGXO.DU\D7XOLV,OPLDK
1Q,'HQJDQ&LGHUD.HSDOD%HUDW'L
5XDQJ&HPSDND563DQWL:DOX\R
6XUDNDUWD
0HQ\DWDNDQGHQJDQVHEHQDUQ\DEDKZD7XJDV$NKLU\DQJVD\DWXOLVLQLEHQDU
EHQDUKDVLONDU\DVD\DVHQGLULEXNDQPHUXSDNDQSHQJDPELODOLKDQWXOLVDQDWDXSLNLUDQ
RUDQJODLQ\DQJVD\DDNXLVHEDJDLWXOLVDQDWDXSLNLUDQVD\DVHQGLUL
$SDELODGLNHPXGLDQKDULGDSDWGLEXNWLNDQEDKZD7XJDV$NKLULQLDGDODKKDVLO
MLSODNDQ PDND VD\D EHUVHGLD PHQHULPD VDQNVL DWDV SHUEXDWDQ WHUVHEXW GHQJDQ
NHWHQWXDQDNDGHPLN\DQJEHUODNX
6XUDNDUWD$SULO
<DQJ0HPEXDW3HUQ\DWDDQ
%D\X1XU&DK\R$ML:LERZR
1,03
LL
/(0%$53(56(78-8$1
.DU\D7XOLV,OPLDKLQLGLDMXNDQROHK
1DPD %D\X1XU&DK\R$ML:LERZR
1,0 3
3URJUDP6WXGL
',,,.HSHUDZDWDQ
-XGXO
$VXKDQ.HSHUDZDWDQ1\HUL$NXW3DGD1Q,'HQJDQ
&LGHUD.HSDOD%HUDW'L5XDQJ&HPSDND563DQWL
:DOX\R6XUDNDUWD
7HODKGLVHWXMXLXQWXNGLKDGDSDQ'HZDQ3HQJXML.DU\D7XOLV,OPLDK3URGL',,,
.HSHUDZDWDQ67,.HV.XVXPD+XVDGD6XUDNDUWD
'LWHWDSNDQGL67,.HV.XVXPD+XVDGD6XUDNDUWD
+DUL7DQJJDO 3HPELPELQJ6HWL\DZDQ6.HS1V 1,.
LLL
.$7$3(1*$17$5
3XML V\XNXU SHQ\XVXQ SDQMDWNDQ NHKDGLUDW $OODK 6:7 7XKDQ SHPLOLN
VHPHVWD DODP GDQ VXPEHU VHJDOD SHQJHWDKXDQ DWDV ELPELQJDQ GDQ SHQ\HUDDQ1\D
VHKLQJJD SHQ\XVXQ GDSDW PHQ\HOHVDLNDQ .DU\D 7XOLV ,OPLDK GHQJDQ MXGXO
³$68+$1 .(3(5$:$7$1 1<(5, $.87 3$'$ 11 , '(1*$1 &,'(5$
.(3$/$%(5$7',58$1*&(03$.$563$17,:$/8<2685$.$57$´
3HQ\XVXQDQ NDU\D WXOLV LQL GLPDNVXGNDQ XQWXN PHPHQXKL SHUV\DUDWDQ NHOXOXVDQ
3URJUDP 6WXGL ',,, 67,.HV .XVXPD +XVDGD 6XUDNDUWD 3HQXOLV VDQJDW PHQ\DGDUL
.DU\D7XOLV ,OPLDK LQLPDVLKMDXK GDUL NHVHPSXUDQDDQ 2OHK NDUHQDLWXNULWLN GDQ
VDUDQ \DQJ VLIDWQ\D PHPEDQJXQ SHQXOLV VDQJDW KDUDSNDQ XQWXN NHVHPSXUQDDQ GDUL
NHNXUDQJDQNHNXUDQJDQ\DQJDGDVHKLQJJDNDU\DWXOLVLQLELVDEHUPDQIDDW
'DODP SHQ\XVXQDQ .DU\D 7XOLV ,OPLDK LQL SHQXOLV EDQ\DN PHQGDSDW
ELPELQJDQ GDQ GXNXQJDQ GDUL EHUEDJDL SLKDN ROHK NDUHQD LWX SDGD NHVHPSDWDQ LQL
SHQXOLV PHQJXFDSNDQ WHULPD NDVLK GDQ SHQJKRUPDWDQ VHWLQJJLWLQJJLQ\D NHSDGD
VHPXD SLKDN \DQJ WHODK EDQ\DN PHPEDQWX SHQXOLV GDODP SHQ\XVXQDQ .DU\D 7XOLV
,OPLDKLQLWHUNKXVXVNHSDGD
6HWL\DZDQ6.HS1VVHODNX.HWXD3URJUDP6WXGL',,,.HSHUDZDWDQ\DQJWHODK
PHPEHULNDQNHVHPSDWDQXQWXNGDSDWPHQLPEDLOPXGL67,.HV.XVXPD+XVDGD
6XUDNDUWD
(UOLQD :LQG\DVWXWL 6.HS1V VHODNX 6HNUHWDULV .HWXD 3URJUDP VWXGL ',,,
.HSHUDZDWDQ \DQJ WHODK PHPEHULNDQ NHVHPSDWDQ XQWXN GDSDW PHQLPED LOPX GL
67,.HV.XVXPD+XVDGD6XUDNDUWD
Y
6HWL\DZDQ6.HS1VVHODNXGRVHQSHPELPELQJVHNDOLJXVVHEDJDLSHQJXML\DQJ
WHODK PHPELPELQJ GHQJDQ FHUPDW PHPEHULNDQ PDVXNDQPDVXNDQ LQVSLUDVL
SHUDVDDQ Q\DPDQ GDODP ELPELQJDQ VHUWD PHPIDVLOLWDVL GHPL VHPSXUQDQ\D VWXGL
NDVXVLQL
6HPXD GRVHQ 3URJUDP VWXGL ',,, .HSHUDZDWDQ 67,.HV .XVXPD +XVDGD
6XUDNDUWD\DQJWHODKPHPEHULNDQELPELQJDQGHQJDQVDEDUGDQZDZDVDQQ\DVHUWD
LOPX\DQJEHUPDQIDDW
.HGXD RUDQJ WXDNX \DQJ VHODOX PHQMDGL LQVSLUDVL GDQ PHPEHULNDQ VHPDQJDW
XQWXNPHQ\HOHVDLNDQSHQGLGLNDQ
6HVHRUDQJ \DQJ VHODOX PHPEHULNDQ VXSSRUW GDQ SHUKDWLDQQ\D GDODP
PHQ\HOHVDLNDQWXJDVDNKLULQL
7HPDQWHPDQ 0DKDVLVZD 3URJUDP 6WXGL ',,, .HSHUDZDWDQ 67,.HV .XVXPD
+XVDGD 6XUDNDUWD GDQ EHUEDJDL SLKDN \DQJ WLGDN GDSDW GLVHEXWNDQ VDWXSHUVDWX
\DQJWHODKPHPEHULNDQGXNXQJDQPRULOGDQVSLULWXDO
6HPRJD $OODK 6:7 VHQDQWLDVD PHPEHULNDQ EDODVDQ \DQJ VHWLPSDO DWDV
EDQWXDQGDQSHQJRUEDQDQPHUHNDNHSDGDSHQXOLVGDQPHOLPSDKUDKPDWGDQNDUXQLD
±1\DNHSDGDNLWDVHPXD$PLQ\D5DEEDO$O$PLQ
6HPRJD ODSRUDQ VWXGL NDVXV LQL EHUPDQIDDW XQWXN SHUNHPEDQJDQ LOPX
NHSHUDZDWDQGDQNHVHKDWDQ$PLQ
6XUDNDUWD$SULO
3HQXOLV
YL
'$)7$5,6,
+DODPDQ
+$/$0$1-8'8/ L
3(51<$7$$17,'$.3/$*,$7,60( LL
/(0%$53(56(78-8$1 LLL
/(0%$53(1*(6$+$1 LY
.$7$3(1*$17$5 Y
'$)7$5,6,YLL
%$%,
3(1'$+8/8$1
$ /DWDU%HODNDQJ
% 7XMXDQSHQXOLVDQ
& 0DQIDDWSHQXOLVDQ
%$%,,
/$325$1.$686
$ 3HQJNDMLDQ
% 3HUXPXVDQ0DVDODK.HSHUDZDWDQ
& 3HUHQFDQDDQ.HSHUDZDWDQ
' ,PSOHPHQWDVL.HSHUDZDWDQ
( (YDOXDVL.HSHUDZDWDQ
YLL
%$%,,,
3(0%$+$6$1'$1.(6,038/$1
$ 3HPEDKDVDQ
% 6LPSXODQ
'DIWDU3XVWDND
/DPSLUDQ
'DIWDU5LZD\DW+LGXS
YLLL
'$)7$5/$03,5$1
/DPSLUDQ
/RJ%RRN.HJLDWDQ+DULDQ
/DPSLUDQ
/HPEDU3HQGHOHJDVLDQ3DVLHQ
/DPSLUDQ
6XUDW.HWHUDQJDQ6HOHVDL3HQJDPELODQ'DWD
/DPSLUDQ
/HPEDU.RQVXOWDVL.DU\D7XOLV,OPLDK
/DPSLUDQ
$VXKDQ.HSHUDZDWDQ
L[
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama
dikalangan usia produktif khususnya di negara berkembang. Hal ini
diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif,
sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah
disamping penanganan pertama yang belum benar dan rujukan yang
terlambat. Pada salah satu studi prospektif cedera kepala berat dengan
pemeriksaan CT Scan didapat hasil, 30% normal dan 70% abnormal
(Awalluddin, 2009).
Di Indonesia jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke
tahun. Menurut data Direktorat Keselamatan Transportasi Darat Departemen
Perhubungan (2005), jumlah korban kecelakaan lalu lintas pada tahun 2003
terdapat 24.692 orang dengan jumlah kematian 9.865 orang (39,9%), tahun
2004 terdapat 32.271 orang dengan jumlah kematian 11.204 orang
(34,7%), dan pada tahun 2005 menjadi 33.827 kasus dengan jumlah
kematian 11.610 orang (34,4%) (Nasution, 2010). Didapatkan bahwa setiap
harinya terdapat 31 orang yang meninggal atau dengan kata lain setiap 45
menit terdapat 1 orang yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Cedera
kepala merupakan peristiwa yang sering terjadi dan mengakibatkan kelainan
pada neurologis yang serius serta telah mencapai proporsi epidemik sebagai
1
2
akibat dari kecelakaan jalan raya. Bahkan cedera kepala bisa mengakibatkan
kematian atau penderita bisa mengalami penyembuhan total dan cacat
pada usia
kurang dari 50 tahun, adapun luka tembak pada kepala
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada usia dibawah 35 tahun. Jenis
dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan beratnya kerusakan otak
yang terjadi, hampir separuh penderita yang mengalami cedera kepala
meninggal (Anonim, 2012).
Cidera kepala berat merupakan suatu trauma atau jejas
yang
mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat
injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Anonim,
2012). Trauma cerebral adalah suatu bentuk trauma yang dapat mengubah
kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan aktivitas fisik,
intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan. Mekanisme trauma kepala terjadi
bila ada kekuatan mekanik yang ditransmisikan ke jaringan otak. Mekanisme
yang berkontribusi terhadap trauma kepala antara lain, akselerasi adalah
kepala yang diam tak bergerak ditabrak oleh benda yang bergerak, deselerasi
adalah kepala membentur benda yang tak bergerak, deformasi adalah
benturan pada kepala yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah vena
terdapat dipermukaan kortikal sampai ke dura sehingga terjadi perdarahan
subdural ( Paula, 2009).
Penyebab dari cidera kepala berat diantaranya karena kecelakaan lalu
lintas, kecelakaan olah raga, penganiayaan, jatuh, cidera akibat kekerasan
(Anonim, 2012).
3
Manisfestasi klinis dari cidera kepala berat diantaranya adalah iritabel,
pucat, mual muntah, nyeri kepala, hematoma, kecemasan. Secara umum
penatalaksanaan pasien dengan trauma kepala diantaranya adalah observasi
selama 24 jam, jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih
dahulu, pemberian obat analgetik dan pembedahan bila ada indikasi (Brunner
& Suddarth, 2002).
Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial, yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.
(Potter & Perry, 2005).
Nyeri pada cidera kepala berat dipengaruhi oleh cidera kepala yang
dapat merobek dan menghancurkan saraf, pembuluh darah serta jaringan di
dalam atau disekeliling otak, sehingga terjadi kerusakan pada jalur saraf,
perdarahan dan pembengkakan hebat yang ditimbulkan oleh pertumbuhan
massa didalam tengkorak karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka
peningkatan tekanan dapat merusak atau menghancurkan jaringan otak
(Anonim, 2012).
Selama pengelolaan kasus dirumah sakit penulis menemukan pasien
dengan diagnosa cidera kepala berat dan keluhan utamanya nyeri. Dari
berbagai sumber referensi dan pengelolaan kasus yang diperoleh, penulis
tertarik untuk mengambil judul kasus “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada
Nn.I Dengan Cidera Kepala Berat di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo“
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut pada Nn.I dengan cidera kepala berat
di RS Panti Waluyo.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Nn.I dengan nyeri cidera
kepala berat.
b. Penullis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Nn.I dengan
nyeri cidera kepala berat.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Nn.I
dengan nyeri cidera kepala berat.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Nn.I dengan nyeri
cidera kepala berat.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Nn.I dengan nyeri cidera
kepala berat.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri kepala yang terjadi pada
Nn.I dengan nyeri cidera kepala berat.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh selama mengikuti masa perkuliahan dan sebagai tambahan
5
pengalaman untuk meningkatan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
dengan cidera kepala berat.
2. Instansi
a. Bagi Pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan dalam memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi
pembaca secara keseluruhan.
b. Bagi profesi keperawatan
Dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama dalam memberikan informasi mengenai
gangguan cidera kepala berat.
c.
Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif khususunya
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 April 2012 dan metode
pengkajian dengan auto anamnesa dan allow anamnesa. Hasil pengkajian
diperoleh data pasien yaitu, pasien bernama Nn.I, berumur 20 tahun beragama
islam, pendidikan sebagai mahasisiwi, berjenis kelamin perempuan, alamat
Karangwuni, Polokarto, Sukoharjo. Penanggung jawab pasien bernama Ny.K,
umur 48 tahun dan hubungan dengan pasien adalah sebagai ibu.
Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan
utama yang dirasakan oleh pasien adalah nyeri kepala. Riwayat penyakit
sekarang, pasien mengalami kecelakaan pada saat pulang dari kuliah.
Meskipun tidak terdapat luka pada anggota tubuh pasien tapi kepala pasien
terkena benturan yang sangat keras sehingga pasien mengalami cidera kepala
dan pasien tidak sadarkan diri lalu kemudian pasien dibawa ke IGD RS Panti
Waluyo guna pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Selama dirawat di RS
Panti Waluyo telah menjalani berbagai macam pemeriksaan dan penanganan
secara komprehensif. Saat pengkajian kondisi klien tampak lemas dengan
pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 69 kali per
menit, pernapasan 20 kali per menit, suhu badan 36,7ºC.
Pasien mendapatkan terapi, infus RL 20 tetes per menit dan
mendapatkan tindakan keperawatan, setalah pasien sadarkan diri kemudian
6
7
pasien dipindah kebangsal Cempaka RS Panti Waluyo. Pasien mengeluh nyeri
kepala yang disebabkan akibat benturan, dengan kualitas nyeri seperti
dipukul-pukul, nyeri dirasakan dibagian kepala dengan skala nyeri 6 (0-10)
dan nyeri sering terasa disaat pasien akan tidur dan ketika pasien bangun tidur.
Pada pengkajian riwayat dahulu pasien pernah mengalami kecelakaan
tapi hanya luka biasa dan tidak perlu perawatan yang intensif, tidak separah
seperti yang sedang dialami pada saat ini. Sebelumnya pasien belum pernah
mondok dirumah sakit dan hanya pada saat ini pasien harus mondok dirumah
sakit dan mendapatkan perawatan yang intensif. Keluarga pasien mengatakan
anggota keluarganya belum pernah ada yang mengalami kecelakaan hingga
separah ini. keluarga pasien merasa khawatir dengan keadaan anaknya dan
berharap anaknya dapat segera sembuh agar bisa melakukan aktivitas sehariharinya sebagai mahasisiwa.
Pasien mengalami gangguan fungsional pada pola aktivitas-latihan,
pola kognitf perseptual dan pola istirahat tidur. Pada pola aktivitas-latihan
sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas makan, minum, toileting,
berpakaian, ambulasi secara mandiri dan tidak memerlukan bantuan orang
lain, kemudian pada pola aktivitas-latihan pasien selama sakit terlihat pasien
tidak mampu melakukan aktivitas makan, minum, toileting, berpakaian,
ambulasi secara mandiri dan memerlukan bantuan orang lain.
Pada pola kognitif dan perseptual pasien sebelum sakit pasien
mengatakan tidak ada gangguan pada sistem pendengaran, bicara dan
penglihatan, kemudian pada pola kognitif perseptual selama sakit ditunjukan
8
pada telinga bagian kanan terasa seperti mendengung dan kepala terasa nyeri
akibat kecelakaan dengan kualitas seperti dipukul,nyeri dirasakan dibagian
kepala dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri sering muncul saat bergerak dan
ketika pasien akan tidur.
Pada pola istirahat tidur pasien sebelum sakit mengatakan tidur selama
7-8 jam/hari, kemudian selama sakit pasien mengatakan pasien hanya bisa
tidur selama 4-5 jam/hari karena kepala pasien sering merasa pusing.
Pemeriksaan fisik Nn.I dari hasil pengkajian meliputi keadaan umum
pasien terlihat lemah dan kesadaran pasien composmentis dengan pemeriksaan
GCS (E4, M6, V5) serta tanda-tanda vital pasien tekanan darah 110/60 mmHg,
nadi 69 kali/menit, suhu 36,7oC, pernafasan 20 kali per menit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan bagian kepala pasien didapatkan hasil
sebagai berikut dengan bentuk kepala pasien mesocepal dan terdapat benjolan
dibagian dahi sebelah kanan kemudian kulit kepala pasien terlihat bersih dan
mata pasien tampak bengkak, hidung pasien terlihat simetris dan tidak terdapat
sekret, mulut pasien tidak ada stomatis dan tidak tampak kotor, kemudian pada
gigi pasien bersih dan tidak ada karang gigi, pada telinga pasien simetris
antara kanan dan kiri dan pada leher pasien tidak terdapat pembesaran kelenjar
tyroid.
Berdasarkan hasil pemeriksaan MSCT kepala Nn.I pada tanggal 5
April 2012 dengan menggunakan CT scan GE 8 slince tanpa kontras
intravena, potongan aknal dengan hasil subgaleal hematom pada regio
temporopariental kanan, gambaran fraktur linier pada temporal kanan.
9
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 5 April 2012 yaitu hemoglobin 13,4
g/dl nilai normal (11,7-16,2), hematoksit 37,7 nilai normal (35-45), eritrosit
4,37 juta/mm nilai normal (4,1-5,1) trombosit 356.000 U/L nilai normal
(150.000-450.000) dan pasien mempunyai golongan darah AB.
Pasien mendapatkan terapi medis berupa infus RL 20 tetes per menit,
fersobat dosis 2x1gr (infeksi jaringan lunak), kalnex ½ amp dosis 3x250 gr
(untuk anti perdarahan), neuratom dosis 2x1gr (untuk persyarafan).
B. Rumusan Daftar Masalah
Berdasarkan hasil analisa data yang didapatkan pasien bernama Nn.I,
berumur 20 tahun dengan diagnosa cidera kepala berat dari data subyektif
pasien mengatakan kepala terasa nyeri, nyeri terasa seperti dipukul-pukul
dengan skala nyeri 6 ( 0-6 ) dan nyeri terasa disaat pasien bergerak dan disaat
pasien akan tidur, kemudian dari data obyektif
pasien tampak meringis
kesakitan dan pasien tampak menahan sakit, kepala terdapat benjolan pada
dahi sebelah kanan dan dari hasil CT scan terdapat subgaleal hematom pada
regio temporopariental kanan, gambaran fraktur linear pada temporal kanan.
Berdasarkan dari hasil data subyektif dan obyektif yang diperoleh
dapat diambil masalah keperawatan utama pada Nn.I adalah nyeri akut, dari
masalah utama tersebut penulis mengambil diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik trauma kepala.
10
C. Rencana Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan pada Nn.I maka penulis dapat
melakukan tindakan keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah nyeri teratasi
dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang menjadi 4 dan ekspresi wajah
pasien tidak tampak meringis menahan sakit. Rencana keperawatan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut adalah observasi
keadaan umum pasien dengan rasional untuk mengetahui tingkat kesadaran
dan memantau tingkat kesadaran pasien, kaji nyeri P,Q,R,S,T dengan rasional
mengetahui keadaan nyeri pasien, berikan posisi yang nyaman dengan rasional
memberikan kenyamanan pada pasien, berikan lingkungan yang nyaman
dengan rasional membantu pasien agar dapat tidur dengan nyaman, ajarkan
teknik relaksasi untuk membantu mengurangi nyeri dan kolaborasi dalam
pemberian terapi dengan rasional mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri
pada pasien. (NIC & NOC, 2007)
D. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012, jam
08.00 WIB adalah mengobservasi keadaan umum dan mengukur tanda-tanda
vital pasien, dengan respon pasien subyektif pasien mengeluh sakit kepala
dan dari respon pasien secara obyektif pasien tampak meringis kesakitan dan
tanda-tanda vital suhu 36,7oC, tekanan darah 110/60, nadi 69 kali per menit
dan pernafasan 20 kali per menit, pada jam 08.15 WIB mengkaji nyeri
P,Q,R,S,T pada pasien, respon pasien subyektif dan obyektif pasien
11
mengatakan nyeri pada bagian kepala, nyeri dirasakan seperti dipukul-pukul
pada bagian kepala dan skala nyeri 6 dan nyeri sering timbul disaat bergerak
dan disaat pasien akan tidur, pasien tampak meringis kesakitan menahan
sakitnya, pada jam 08.25 WIB memberikan posisi yang nyaman, respon pasien
subyektif pasien mengatakan sudah merasa lebih baik dan dari respon pasien
obyektif pasien tampak lebih rileks, pada jam 08.30 WIB mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri dan dari respon pasien
subyektif pasien mengatakan nyeri agak berkurang, kemudian dari respon
pasien obyektif ekspresi wajah pasien tampak lebih rileks. Pada jam 08.35
WIB memberikan lingkungan yang nyaman, respon pasien subyektif pasien
mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan disekitar dan respon pasien
obyektif pasien tampak rileks dan tenang, pada jam 08.40 memberikan terapi
kalnek 1/2amp, fersobat 2x1gr dengan respon pasien subyektif pasien
mengatakan merasa lebih baik dan respon pasien obyektif terapi injeksi masuk
dan ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan sakit.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 6 April 2012, pada
jam 08.00 WIB mengobservasi keadaan umum dan mengukur tanda-tanda
vital pasien dengan respon pasien subyektif pasien masih mengeluh sakit
kepala dan respon pasien obyektif pasien masih tampak meringis kesakitan
dengan tanda-tanda vital suhu 37oC, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 kali
per menit, pernafasan 22 kali per menit, pada jam 08.15 WIB mengkaji nyeri
P,Q,R,S,T pada pasien, respon pasien subyektif pasien mengatakan masih
merasakan nyeri pada bagian kepala, nyeri terasa seperti dipukul-pukul
12
dengan skala nyeri 4 dan nyeri dirasakan pasien disaat pasien bergerak serta
disaat pasien akan tidur kemudian pada respon pasien obyektif pasien masih
tampak menahan sakit dan ekspresi wajah pasien masih meringis, pada jam
08.25 WIB memberikan posisi yang nyaman (supinasi) pada pasien, respon
pasien subyektif pasien merasa nyaman dengan posisi yang diberikan dan
respon pasien obyektif pasien tampak lebih rileks, pada jam 08.30 WIB
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, respon
pasien subyektif pasien mengatakan mengerti dengan apa yang diajarkan dan
mau mengikuti kemudian respon pasien obyektif ekspresi wajah pasien masih
meringis dan tampak menahan sakit, pada jam 08.35 WIB memberikan
lingkungan yang nyaman pada pasien, respon pasien subyektif pasien
mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan disekitarnya respon pasien
obyektif pasien tampak rileks dan lebih tenang. Pada jam 08.40 memberikan
terapi kalnek 1/2amp, fersobat 2x1gr dengan respon pasien secara subyektif
pasien mengatakan setelah diinjeksi merasa lebih baik dan respon pasien
obyektif ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan sakit.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7 April 2012, pada
jam 08.00 WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien,
respon pasien subyektif pasien masih mengeluh sakit kepala dan respon pasien
obyektif suhu pasien 36,8 oC, tekanan darah pasien 120/80 mmHg, Nadi 84
kali per menit dan pernafasan 22 kali per menit, pada jam 08.10 WIB
mengkaji nyeri P,Q,R,S,T pada pasien, respon pasien subyektif pasien
mengatakan kepalanya masih terasa nyeri dan nyeri terasa seperti dipukul-
13
pukul dengan skala nyeri 4, nyeri terasa disaat bergerak dan ketika akan tidur
dan dari respon pasien obyektif pasien masih tampak meringis menahan sakit,
pada jam 08.20 WIB mengingatkan agar pasien melakukan teknik relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri, respon pasien subyektif pasien
mengatakan nyeri kepala berkurang menjadi 4 dan dari respon pasien obyektif
pasien masih tampak menahan sakit, pada jam 08.25 WIB memberikan
lingkungan yang nyaman pada pasien, respon pasien subyektif pasien
mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan disekitarnya kemudian dari
respon pasien obyektif pasien tampak rileks dan tampak tenang, pada jam
08.30 memberikan terapi kalnek 1/2amp, fersobat 2x1gr dengan respon pasien
subyektif pasien mengatakan merasa lebih baik dan respon pasien obyektif
ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan sakit.
E. Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi yang didapatkan pada tanggal 5 April 2012,
pada jam 14.00 WIB pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala dan nyeri
terasa seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 6 kemudian nyeri sering
timbul disaat pasien bergerak dan ketika pasien akan tidur, pasien tampak
meringis kesakitan dan pasien tampak menahan sakit, masalah belum teratasi
kemudian lanjutkan intervensi diantaranya kaji nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan
teknik relaksasi, berikan posisi yang nyaman pada pasien, berikan lingkungan
yang nyaman, kolaborasi dalam pemberian terapi.
Berdasarkan hasil evaluasi dengan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan
pada tanggal 6 April 2012, pada jam 14.00 pasien masih
14
mengatakan nyeri pada bagian kepala dan nyeri terasa seperti dipukul-pukul
dengan skala nyeri 4, nyeri sering timbul disaat bergerak dan ketika akan
tidur, pasien tampak menahan sakit dan ekspresi wajah tampak meringis,
masalah belum teratasi dan intervensi tetap dilanjutkan dengan kriteria kaji
nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi, berikan posisi yang nyaman pada
pasien, berikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dalam pemberian terapi.
Berdasarkan hasil evaluasi yang didapat pada tanggal 7 April 2012,
pada jam 14.00 WIB pasien mengatakan masih merasa nyeri kepala dan nyeri
terasa seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 4 dan nyeri sering timbul
disaat pasien bergerak dan ketika pasien akan tidur, ekspresi wajah pasien
masih tampak meringis dan pasien masih tampak menahan sakit, masalah
belum teratasi, lanjutkan intervensi diantaranya kaji nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan
teknik relaksasi pada pasien, berikan posisi yang nyaman pada pasien, berikan
lingkungan yang nyaman, kolaborasi dalam pemberian terapi.
15
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan
Nyeri Akut Pada Nn. I Dengan Cidera Kepala Berat di Ruang Cempaka RS.
Panti Waluyo Surakarta”. Disamping itu penulis akan membahas faktor
pendukung dan kesenjangan yang terjadi antara teori dan kenyataan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar
manusia di dalam asuhan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari pasien
guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2009).
Cidera kepala berat merupakan suatu trauma atau jejas yang
mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi
akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.
(Paula, 2009).
Pada pasien yang mengalami cedera kepala berat, walaupun, setelah
perawatan di rumah sakit kebanyakan akan mengalami berbagai komplikasi
yaitu gejala yang terdiri atas nyeri kepala, pusing, dizziness, iritabilitas,
mudah lelah, ansietas, gangguan memori, menurunnya konsentrasi dan
15
16
insomnia, merupakan hal yang terjadi setelah cedera kepala ringan tertutup.
Komplikasi yang lain bisa terjadi kejang, kerusakan saraf, infeksi, masalah
komunikasi, perubahan perilaku, perubahan emosional, penyakit degeneratif
otak. Melihat uraian tersebut, jelas bahwa cedera kepala adalah insidensi
yang sudah menelan banyak program dengan berbagai prognosa bahkan
diantaranya meninggal dunia. Keluhan nyeri kepala sangat mengganggu
aktivitas sehari-hari, maka harus dilakukan pengkajian P,Q,R,S,T sehingga
diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri (Awalluddin, 2009).
Pada saat dilakukan pengkajian Nn.I mengeluhkan nyeri kepala,
pengkajian dilakukan pada hari kamis tanggal 5 April 2012, ketika pasien
pulang dari kuliah pasien mengalami kecelakaan. Meskipun tidak terdapat
luka pada anggota tubuh pasien tapi kepala pasien terkena benturan yang
sangat keras sehingga pasien mengalami cidera kepala. Pasien mengeluh
nyeri kepala yang disebabkan akibat benturan, dengan kualitas nyeri seperti
dipukul-pukul, nyeri dirasakan dibagian kepala dengan skala nyeri 6 (0-10)
dan nyeri sering terasa disaat pasien akan tidur dan ketika pasien bangun
tidur. Menurut penulis antara pasien satu dengan pasien yang lainnya berbeda
dalam mempersepsikan nyeri, dapat dibuktikan dalam teori menurut (Potter
dan Perry, 2006). Faktor-faktor fisiologis dan kognitif berinteraksi dengan
faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri, terdapat tiga
sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori diskriminatif, motivasi afektif
dan kognitif evaluatif, persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri
itu sehingga individu dapat bereaksi.
17
Menurut NANDA (2011), nyeri akut adalah pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association for the study of pain). Dan
faktor yang menyebabkan nyeri tersebut dari agen cidera (antara lain:
biologis, zat kimia, fisik, psikologis).
Pasien dibantu oleh keluarga karena menurut penulis semakin
banyak aktivitas dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dengan
mengacu pada teori Gordon antara lain : Pada pola aktivitas dan latihan
selama pasien sakit semua aktivitas atau gerakan yang dilakukan oleh
pasien akan semakin memperparah nyeri itu sendiri, dapat dibuktikan
dalam teori menurut Potter dan Perry (2006), semakin banyak aktivitas
fisik yang dibutuhkan dalam beraktivitas maka semakin besar juga resiko
ketidaknyamanan akibat nyeri yang dirasakan.
Pada pola kognitif dan persepsi sensori pasien mengatakan dapat
berbicara, melihat, dan mencium dengan baik tanpa alat bantu namun pada
pendengaran pasien mengalami gangguan ditunjukan pada telinga bagian
kanan pasien terasa seperti mendengung dan kepala terasa nyeri akibat
trauma kepala dengan kualitas nyeri seperti dipukul dan skala nyeri 6 (010), nyeri sering muncul saat bergerak dan ketika pasien akan tidur.
Pola istirahat tidur selama sakit pasien mengatakan sering
terbangun dimalam hari karena nyeri yang dirasakan seperti dipukulpukul, menurut penulis bahwa nyeri sangat mempengaruhi kenyamanan
18
pasien dan fokus pasien hanya tertuju pada nyeri itu sendiri sehingga tidur
pasien sangat terganggu akibat nyeri yang dirasakan dibuktikan oleh
(NANDA, 2011), melaporkan: nyeri secara verbal atau non verbal,
Indikasi nyeri yang dapat diamati, posisi untuk mengurangi nyeri, gerakan
untuk melindungi, tingkah laku berhati-hati, gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai), fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berfikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan), tingkah laku distraksi (jalan-jalan,
menemui orang lain, aktivitas berulang), respon otonom (diaporesis,
perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi, dilatasi pupil), perubahan
otonom dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku), tingkah laku
ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang,
mengeluh), perubahan dalam nafsu makan. Dalam mendokumentasikan
analisa data, pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik trauma kepala yaitu yang menyatakan bahwa ada benjolan pada
kepala akibat benturan. Data yang menurut teori ada dalam kasus nyata
adalah pasien tampak meringis kesakitan Menurut (Potter dan Perry,
2006).
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Nn.I
ditemukan masalah pada bagian kepala, dahi kanan pasien terdapat
benjolan akibat benturan, dari hasil pemeriksaan MSCT kepala pasien
dengan menggunakan CT scan GE 8 slince tanpa kontras intra vena,
potongan
aknal
dengan
hasil
subgaleal
hematom
pada
regio
19
temporopariental kanan, gambaran fraktur linier pada temporal kanan.
Kemudian dari hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 5 April 2012,
data yang didapat semua normal dan tidak ada gangguan.
Pasien mendapatkan terapi medis berupa infus RL 20 tetes per
menit, fersobat 2x1gr (infeksi jaringan lunak), kalnek ½ amp dosis 3x250
gr (untuk anti perdarahan), neuratom dosis 2x1gr (untuk persyarafan)
(ISO, 2010).
Menurut penulis antara pasien satu dengan pasien yang lainnya
berbeda dalam mempersepsikan nyeri, dapat dibuktikan dalam teori
menurut Potter dan Perry (2006), faktor-faktor fisiologis dan kognitif
berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan
nyeri, terdapat tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori
diskriminatif,
motivasi
afektif
dan
kognitif
evaluatif,
persepsi
menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat
bereaksi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa
keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk
menjadi tanggung jawab perawat. Formulasi diagnosa keperawatan adalah
bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan
masalah karena melalui identitas masalah dapat digambarkan berbagai
20
masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan. Disamping
itu, dengan menentukan atau mencari penyebab masalah keperawatan,
dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala atau penyebabnya. Tanda dan
gejala tersebut dapat digunakan untuk memperjelas kata yang ada
(Hidayat, 2009).
Diagnosa yang muncul pada masalah Nn.I berdasarkan prioritas
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik trauma kepala,
diagnosa keperawatan ini sesuai dengan buku (NANDA ,2011) nyeri akut
adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa
ketidaknyamanan yang hebat dan sensasi yang tidak menyenangkan
selama 6 bulan atau kurang.
Diagnosa keperawatan ini penulis prioritaskan pada urutan pertama
karena Menurut penulis masalah keperawatan ini bila tidak diatasi, maka
rasa nyeri mengganggu aktivitas pasien. Disamping itu karena pasien takut
untuk bergerak, maka peredaran darah tidak lancar dan pada akhirnya
mempengaruhi proses penyembuhan.
Sedangkan menurut pasien masalah ini merupakan masalah yang
paling mengganggu dan (Potter dan Perry, 2006), nyeri akut secara serius
mengancam proses penyembuhan pasien sehingga harus menjadi prioritas
perawatan. Masalah ini muncul karena cidera kepala berat hari pertama,
akibat dari benturan keras yang menyebabkan cidera kepala dapat merobek
dan menghancurkan saraf, pembuluh darah serta jaringan didalam atau
disekeliling otak, sehingga terjadi kerusakan pada jalur saraf, perdarahan
21
dan pembengkakan hebat yang ditimbulkan oleh pertumbuhan massa
didalam tengkorak karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka
peningkatan tekanan dapat merusak atau menghancurkan jaringan otak
sehingga timbul rasa nyeri. Penyebab dari cidera kepala berat diantaranya
karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, penganiayaan, jatuh,
cidera akibat kekerasan (Anonim, 2012).
3. Perencanaan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk
membantu pasien dalam mencapai kriteria hasil (Nursalam, 2001).
Intervensi disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada
sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan spesifik (jelas),
mearsurable (dapat diukur), acceptance, rasional dan timing (Nursalam,
2001).
Penulis memberikan intervensi keperawatan pada pasien dalam
diagnosa Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma
kepala) yaitu pertama observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
pasien, kemudian kaji nyeri PQRST, P : Mengacu pada penyebab nyeri, Q:
menjelaskan lokasi nyeri, R : mengacu pada daerah nyeri, S : menjelaskan
tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat intensitas skala nyeri, skala
nyeri 0 = tidak ada nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 =
nyeri berat, 10= nyeri paling hebat, T : menjelaskan waktu terjadinya
nyeri, dengan observasi dan kaji PQRST untuk mengetahui keadaan nyeri
pasien dan dapat dilakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri
22
tersebut. (Brunner and Suddarth, 2002). Kemudian memberikan posisi
yang nyaman kepada pasien untuk meningkatkan relaksasi untuk
memberikan kenyamanan pada pasien agar pasien dapat istirahat dengan
nyaman. Tehnik relaksasi nafas dalam menganjurkan pasien untuk
menarik
nafas
dalam
dan
mengisi
paru-paru
dengan
udara,
menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki,
perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus
berkonsentasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks (Doengoes,
2000). Untuk nyeri akut adalah penting untuk melakukan upaya untuk
menghilangkan nyeri sesegera mungkin. Analgesik dapat menghilangkan
nyeri dengan cepat dan menurunkan nyeri yang mengalami perburukan.
Setelah nyeri yang pasien rasakan berkurang, perawat merencanakan terapi
lain, seperti tehnik relaksasi nafas dalam atau aplikasi panas untuk
meningkatkan efek analgesik. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri,
sedangkan tanda nyeri salah satunya peningkatan tekanan darah,
perubahan autonomik dari tonus otot. Sehingga sangat bermanfaat apabila
dilanjutkan tindakan keperawatan mengajarkan tehnik relaksasi (Potter
dan Perry, 2006).
4. Implementasi
Sesuai
teori
intervensi
disusun
dari
observasi,
tindakan
keperawatan, pendidikan kesehatan, dan kolaborasi dalam memberikan
tindakan untuk mengurangi nyeri antara lain mengobservasi tanda-tanda
vital, mengkaji nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala
23
nyeri dan waktu terjadinya nyeri), mengkaji faktor yang mengurangi nyeri
dan memperberat nyeri, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam, pemberian obat analgesik (Hidayat, 2009:
220).
Penulis melakukan semua intervensi yang ditulis, kecuali pada
rencana asuhan keperawatan hari ketiga penulis tidak dapat melakukan
tindakan keperawatan relaksasi nafas dalam karena pada hari ketiga pasien
mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri 4 dan pasien sudah
tampak rilek, maka menurut penulis tindakan keperawatan tehnik relaksasi
nafas dalam tidak perlu dilakukan. Dapat dibuktikan menurut NIC NOC,
2006 : 341, dengan kriteria hasil pasien mampu mengontrol nyeri, skala
nyeri berkurang menjadi 1-4, pasien tampak rileks dan tidak meringis
kesakitan, tanda- tanda vital normal.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses perawatan. Tugas selama
tahap ini termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana
rencana tindakan keperawatan dan intervensi. Lebih lanjut, pernyataan
evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi
yang direncanakan pada keadaan kesehatan pasien ( Nursalam, 2001).
Sesuai teori kriteria hasil pada diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik trauma kepala adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang ataupun
hilang dengan kriteria hasil klien mampu mengontrol nyeri, skala nyeri
24
berkurang menjadi 1-4, pasien tampak rileks dan tidak meringis kesakitan.
Tetapi berdasarkan hasil evaluasi tanggal 5 April 2012, jam 14.00 WIB
pada Nn.I, pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala dan nyeri terasa
seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 6 kemudian nyeri sering timbul
disaat pasien bergerak dan ketika akan tidur, pasien tampak menahan sakit
dan ekspresi wajah tampak meringis, masalah belum teratasi dan
intervensi tetap dilanjutkan dengan kriteria kaji nyeri PQRST, ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam, berikan posisi yang nyaman pada pasien
(Supinasi), kolaborasi dalam pemberian terapi. tetapi kriteria hasil tidak
tercapai dihari pertama karena dalam kasus ini cidera kepala berat hari
pertama, jadi nyeri yang dirasakan berat. Dan dilahan penatalaksanaan
nyeri salah satunya dengan pemberian analgesik, sedangkan analgesik
hanya bereaksi beberapa jam jadi setelah analgesik tidak bereaksi maka
rasa nyeri akan muncul kembali.
Berdasarkan hasil evaluasi dengan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan pada tanggal 6 April 2012, pada jam 14.00 pasien masih
mengatakan nyeri pada bagian kepala dan nyeri terasa seperti dipukulpukul dengan skala nyeri 4, nyeri sering timbul disaat bergerak dan ketika
akan tidur, pasien tampak menahan sakit dan ekspresi wajah tampak
meringis, masalah belum teratasi dan intervensi tetap dilanjutkan dengan
kriteria kaji nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi, berikan posisi yang
nyaman pada pasien, berikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dalam
pemberian terapi.
25
Berdasarkan
hasil evaluasi yang didapat pada tanggal 7 April
2012, pada jam 14.00 WIB pasien mengatakan masih merasa nyeri kepala
dan nyeri terasa seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 4 dan nyeri
sering timbul disaat pasien bergerak dan ketika pasien akan tidur, ekspresi
wajah pasien masih tampak meringis dan pasien masih tampak menahan
sakit, masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi diantaranya kaji nyeri
P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi pada pasien, berikan posisi yang
nyaman pada pasien, berikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dalam
pemberian terapi.
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
a. Hasil pengkajian dengan nyeri akut cidera kepala berat pasien mengatakan nyeri akut pada kepala, seperti dirasakan saat bergerak, nyeri dirasakan seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 6.
b. Perumusan masalah diagnosa keperawatan didapatkan diagnosa yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : trauma kepala.
c. Rencana Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan pada pasien nyeri
akut pada cidera kepala berat yaitu kaji karakteristik nyeri untuk
mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan
waktu terjadinya nyeri. Observasi tanda-tanda vital mencakup tekanan
darah, nadi, respirasi dan suhu. Ajarkan tehnik relaksasi dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri. Berikan posisi nyaman kepada klien
26
untuk meningkatkan relaksasi. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesik untuk mengatasi masalah nyeri.
d. Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan nyeri akut dengan cidera
kepala berat sesuai dengan perencanaan tindakan Asuhan Keperawatan
yang bertujuan sesuai dengan kriteria hasil.
e.
Evaluasi yang dilakukan pada pasien dengan nyeri akut cidera kepala
berat menunjukkan penurunan skala nyeri sesuai dengan kriteria hasil
yang telah ditetapkan menurut teori.
f. Analisa asuhan keperawatan pada Nn. I dengan Cidera Kepala Berat
telah berhasil dilakukan karena mengalami peningkatan yang menuju
perbaikan dari penyakitnya.
2. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
cidera kepala berat, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang
positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :
a. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim
kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien cidera
kepala berat khususnya. Dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
27
b. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih maksimal, khususnya pada pasien dengan cidera kepala berat. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan professional dan komprehensif.
c. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. http://etd.eprints.ums.ac.id/14678/2/BAB_I.pdf. Diakses tanggal
16 April.
Awalluddin Sibuea, 2009. Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat
Dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan Otak Berdasarkan CT Scan
Kepala.
http://scholar.google.co.id/scholar?q=cidera+kepala+berat&hi=id&btn6=T
elusuri. Diakses pada tanggal 15 April 2012.
Doengoes, E.Marilyn, Marry F.M., & Alice CM. Geissler, 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerjemah I Made Kariasa, S.Kp, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hidayat R. Sjamsu, Wim de Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
ISO. 2010. ISO Informasi Spesialis Obat-obat Indonesia, Penerbit Ikatan
Apoteker Indonesia, Jakarta.
Kristanty, Paula, 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : TIM
NANDA Internasional, (2010), Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2010, Penerjemah Made Sumarwati, dkk, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Nasution, 2010. Karakteristik Penderita Cedera Kepala akibat Kecelakaan Lalu
Lintas. http://Repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 16 April 2012.
Nursalam, BSN, Mnurs, 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan
Praktik/Nursalam, Edisi 1.Penerbit Buku Salemba Medika, Jakarta.
Potter, Patricia A. & Anne G. Perry, (2005), Fundamental of Nursing : Concepts,
Process, and Practice, PenerjemahRenata Komalasari, S.Kp, dkk, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzzane C., Brenda G. Bare, (2002), Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical Nursing, Vol. 2, 8th Ed, Penerjemah Esty Wahyuningsih, S.Kep.,
Ns., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Wilkinson, Judith M., (2007), Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcomes, 7th Ed, Penerjemah Widyawati, S.Kep.,
M. Kes., dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Download