PENGARUH SUKU BUNGA, INFLASI, NILAI TUKAR DAN PDB

advertisement
PENGARUH SUKU BUNGA, INFLASI, NILAI TUKAR DAN PDB
TERHADAP RISIKO SAHAM
(Studi pada Sektor Perbankan di Indonesia yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011 – 2014)
Oleh :
Margareta Aryanto
B11.2012.02416
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro
Email : [email protected]
ABSTRACT
In investing, investor only think about return that they got, not caring it’s risk. This
research proves that interest rates, inflation, exchange rate of rupiah and GDP
(Gross Domestic Product) on stock risk. Interest rates, inflation, exchange rate of
rupiah and GDP as independent variables and stock risk as dependent variable.
The sample in this research is stock banking sector companies listed in Indonesia
Stock Exchange over the period 2011 to 2014. This research uses purposive
sampling where the sampling is based on the certain conditions. The statistical
model used in this research is multiple linear regression. The results of this study
indicate that variable interest rate and GDP proved have a positive infulence on
stock risk while variable inflation and exchange rate proved have no signifianct
influence on stock risk.
Keywords: stock risk, interest rates, inflation, exchange rate of rupiah and the Gross
Domestic Product
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bagi masyarakat yang memiliki dana lebih, investasi adalah cara yang tepat
untuk menanamkan dananya. Investasi merupakan kegiatan penanaman modal yang
dilakukan oleh investor di pasar modal. Menurut Suad Husnan (dalam Thobarry
2009), investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu
atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh
penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi. Seperti pasar pada umumnya, pasar
modal menurut Jogiyanto (2003, p.11) “tempat bertemu antara pembeli dan penjual
dengan risiko untuk dan rugi”. Pasar modal bisa menjadi salah satu alternatif untuk
1
investasi dengan keuntungan yang besar bagi investor. Investasi pada saham
memiliki risiko yang lebih tinggi daripada instrumen-instrumen jangka panjang
lainnya. Karena jika perusahaan tidak memperoleh keuntungan maka dividen tidak
dapat dibagikan, perusahaan juga bisa saja dikeluarkan(delisting) dan di berhentikan
sementara(suspensi) dari bursa yang kemudian berpengaruh pada para pemegang
saham. Investor juga harus mampu memahami informasi fundamental dan teknikal.
Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Cheng (dalam Thobarry 2009), dalam
melakukan pemilihan investasi di pasar modal dipengaruhi oleh informasi
fundamental dan teknikal. Informasi fundamental adalah informasi kinerja dan
kondisi internal perusahaan yang cenderung dapat dikontrol, sedangkan informasi
teknikal adalah informasi kondisi makroekonomi. Beberapa indikator makroekonomi
yang sering digunakan dalam pasar modal adalah tingkat suku bunga bank, inflasi,
kurs/nilai tukar rupiah, PDB (Produk Domestik Bruto).
Dengan melakukan analisis terhadap variabel-variabel makroekonomi di
Indonesia, investor dapat mengetahui perekonomian di Indonesia sedang
berkembang atau menurun. Menurut Wira (2011, p.11), jika saat itu perekonomian
sedang tumbuh, maka investor bisa melakukan investasi. Sebaliknya jika
perekonomian sedang lesu, sebaiknya investor menghindari untuk melakukan
investasi saham karena diperkirakan bursa saham juga sedikit adanya aktivitas.
Umumnya, seseorang yang melakukan investasi akan beranggapan menghasilkan
return yang besar dimasa yang akan datang. Oleh karena itu jika hanya
menghitungkan return saja untuk investasi tidaklah cukup. Risiko akan
mempengaruhi tingkat keuntungan /kerugian sehingga faktor yang mempengaruhi
risiko akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk berinvestasi. Jogiyanto
(2003, p.130) menyatakan bahwa return dan risiko mempunyai hubungan yang
positif, karena semakin besar risiko yang harus ditanggung semakin besar pula return
yang harus dikompensasikan. Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau
deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diperkirakan. Van Horne dan
Wachowics, jr (dalam Jogiyanto 2003, p.130) mendefinisikan risiko sebagai
variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Untuk menghitung risiko,
metode yang banyak digunakan adalah metode deviasi standar (standard deviation)
yang mengukur absolut penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai
ekspetasinya. Deviasi standar/simpangan baku adalah kemungkinan perbedaan antara
return nyata dengan return yang diharapkan.
Dalam penelitian ini menggunakan objek Sektor Perbankan di Indonesia.
Sektor perbankan di bagi menjadi beberapa bagian yaitu, bank sentral (Bank
Indonesia), bank umum konvensional, bank umum syariah, bank perkreditan rakyat.
Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting untuk penggerakan roda
perekonomian suatu negara. Bank secara umum berfungsi untuk penghimpunan dan
menyalurkan dana simpanan masyarakat, dan pelayanan jasa seperti membantu
transaksi perdagangan internasional. Sumber dana bank yang dihimpun dari
masyarakat bisa digunakan untuk pengembangan dunia usaha melalui
pinjaman/kredit. Selain itu pengelolaan perbankan diawasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pertanggal 31 Desember 2013 yang sebelumnya diawasi oleh Bank
Indonesia. Maka, sektor perbankan akan lebih transparan dalam mengelola dana
masyarakat dan menimbulkan kepercayaan terhadap masyarakat. Sehingga penelitian
ini berjudul “Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan PDB Terhadap
2
Risiko Saham (Studi pada Sektor Perbankan di Indonesia yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2011 – 2014)”
TINJAUAN PUSTAKA
Investasi
Menurut Sunariyah (dalam Halim, 2013) investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
memperoleh keuntungan dimasa datang. Sedangkan menurut Sharpe (dalam Auliyah,
2006) bahwa investasi adalah komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk
mendapatkan return yang tidak pasti dimasa yang akan datang. Sehingga dapat
disimpulkan investasi adalah penanaman modal/dana dengan jangka waktu tertentu
untuk mendapatkan keuntungan dimasa depan.
Saham
Menurut Wira (2011, p.5), Saham adalah suatu bukti kepemilikan suatu
perusahaan riil. Sedangkan menurut Darmadji (2011, p.5), Saham adalah tanda
penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas. Wujud saham berupa kertas yang menerangkan bahwa pemilik
dari kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Pada dasarnya pembagian keuntungan pada saham ada dua, yaitu pembagian dividen
dan capital gain. Dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham
atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan penerbit saham. Dividen yang
dibagikan dapat berupa dividen tunai (berupa uang) dan dividen saham (berupa
dividen sejumlah saham, sehingga saham yang dimiliki akan bertambah). Capital
gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual, keuntungan yang didapat ketika
akan menjual kembali sahamnya.
Return Saham
Menurut Syarul (dalam Halim, 2013), “return adalah pengambilan hasil atau
laba atas surat berharga atau investasi, biasanya dinyatakan dalam suatu tingkat
presentase”. Return dapat berupa return realized/return realisasi (return yang telah
terjadi, dihitung berdasarkan data historis) dan return expected/return
ekspetasi(return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa akan datang).
Pengukuran return realisasi yang banyak digunakan salah satunya adalah
return total. Menurut Jogiyanto (2003, p.110) “Return total merupakan return
keseluruhan dari suatu invesatasi dalam suatu periode yang tertentu”. Return total
sering disebut return saja, yang terdiri dari capital gain dan yield. Rumus return
yang digunakan adalah Ri = Pt – Pt-1 / Pt-1
Pt = Harga saham pada periode ke-t
t = Periode sampel (dalam tahun)
Pt-1 = Harga saham sebelum periode ke-t
Risiko Saham
Risiko adalah adanya kemungkinan perbedaan antara return aktual yang
diterima denfan return yang diharapkan. Untuk menghitung risiko, metode yang
banyak digunakan adalah deviasi standar yang mengukur absolut atau tidaknya nilainilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspetasinya (Jogiyanto 2003, p.130). Semakin
besar penyimpangan maka semakin besar tingkat risiko yang didapatkan. Deviasi
standar merupakan upaya perbaikan dari kelemahan deviasi rata-rata yang telah
3
distandarisasi sehingga memiliki data yang reliabel/dipercaya. Rumus deviasi standar
adalah
SD =
𝑛
𝑡=1
[ 𝑋𝑖 − 𝐸(𝑋𝑖)]² / 𝑛 − 1
SD = Standard Deviation
Xi = nilai ke –i
E(Xi) = nilai ekspetasi
N = jumlah observasi
Suku Bunga (BI Rate)
Bank Indonesia menggunakan BI rate untuk acuan target suku bunga yang
diinginkan melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Selanjutnya SBI diharapkan
mempengaruhi suku bunga kredit, bunga deposit. SBI adalah bukti surat pengakuan
utang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk jangka pendek (1-3 bulan)
dengan sistem bunga. Menurut Bank Indonesia (www.bi.go.id), “BI rate adalah suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik”. Menurut Sodikin
(2007), tingkat suku bunga adalah jumlah yang kreditur bebankan ketika mereka
meminjamkan uang kepada debitur. Untuk melakukan pengukuran antara risiko
saham dengan variabel suku bunga maka menggunakan beta dari BI rate yang
diperoleh dengan membetakan BI rate dengan return saham. Dengan rumus
kepekaan BI rate terhadap return: BI rate = α + βBI rate (SRi)
α = koefisien konstanta
β = koefisien regresi
SRi = return saham tahun ke i
Inflasi
Dalam Thobarry (2009) inflasi adalah ukuran aktivitas ekonomi yang
digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional (peningkatan harga
barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian). Angka inflasi yang
tinggi ditandai dengan naiknya harga barang-barang sehingga mendorong Bank
Indonesia untuk menaikkan suku bunga. Kemudian sektor perbankan menaikkan
suku bunga pinjaman yang kemudian menjadi beban untuk perusahaan, terutama
perushaaan-perusahaan yang mengandalkan pinjaman dari bank sebagai modal
operasi. Dengan naiknya suku bunga maka tingkat keuntungan perusahaan menjadi
berkurang dan harga saham menjadi turun. Untuk melakukan pengukuran antara
risiko saham dengan variabel inflasi maka menggunakan beta dari inflasi yang
diperoleh dengan membetakan inflasi dengan return saham. Dengan rumus kepekaan
inflasi terhadap return:
Inflasi = α + βinflasi (SRi)
α = koefisien konstanta
β = koefisien regresi
SRi = return saham tahun ke i
Nilai Tukar Rupiah
Menurut Sukrino (2006, p.21), kurs akan menunjukkan banyaknya uang
dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu, atau
dapat diartikan sebagai “harga” dari sesuatu mata uang asing. Untuk melakukan
pengukuran antara risiko saham dengan variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar
AS maka menggunakan beta dari nilai tukar rupiah yang diperoleh dengan
membetakan nilai tukar rupiah dengan return saham. Dengan rumus kepekaan nilai
tukar rupiah terhadap return:
Nilai Tukar Rupiah = α + βkurs (SRi)
α = koefisien konstanta
β = koefisien regresi SRi = return saham tahun ke i
4
Produk Domestik Bruto
Sukirno (2006, p. 17) melihat PDB (Produk Domestik Bruto) sebagai “produk
nasional yang diproduksi oleh dalam negeri baik milik warga negara maupun warga
asing”. Produk nasional dapat digunakan untuk mengukur prestasi pertumbuhan
ekonomi dan menentukan tingkat kemakmuran masyarakat dan perkembangannya.
Untuk menjadikan data PDB triwulanan menjadi PDB bulanan menggunakan
interpolasi data dengan aplikasi Eviews 7. Untuk melakukan pengukuran antara
risiko saham dengan variabel PDB maka menggunakan beta dari PDB yang
diperoleh dengan membetakan PDB dengan return saham. Dengan rumus kepekaan
PDB terhadap return:
PDB = α + βPDB (SRi)
α = koefisien konstanta
β = koefisien regresi
SRi = return saham tahun ke i
Kerangka Konseptual dan Hipotesa
Para peneliti terdahulu meneliti lebih jauh tentang pengaruh return saham, oleh
karena itu peneliti ingin lebih jauh meneliti tentang pengaruh variabel makroekonomi
terhadap risiko saham. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sebagai
berikut :
1. Pengaruh Suku Bunga terhadap risiko saham
Suku bunga yang digunakan untuk mengukur tingkat risiko saham adalah BI
rate. BI rate memiliki hubungan dengan risiko saham, karena naik turunnya suku
bunga akan mempengaruhi risiko saham. Suku bunga yang tinggi mengakibatkan
investor lebih memilih menabung di bank dengan risiko yang lebih kecil daripada
menanamkan modalnya di bursa efek. Jika suku bunga rendah maka investor
cenderung lebih memilih berinvestasi di bursa efek, sehingga permintaan saham
meningkat dan akan mendorong harga saham naik. Investor yang membeli saham
tidak hanya mendapatkan return namun juga bisa saja mengalami kerugian atau
disebut risiko yang harus ditanggung oleh investor.
Ha1 = suku bunga berpengaruh positif terhadap risiko saham.
2. Pengaruh Inflasi terhadap Risiko Saham
Tingkat pertumbuhan inflasi yang tinggi memiliki hubungan dengan risiko
saham. Kenaikan barang-barang produksi perusahaan akan mempengaruhi
profitabilitas yang akan didapat perusahaan. Sehingga kemampuan perusahaan untuk
membayarkan dividen untuk para pemegang saham akan menurun. Yang
mengakibatkan investor enggan untuk berinvestasi kembali atau menambah
sahamnya. Ini akan berpengaruh terhadap harga saham dan mempengaruhi return
yang akan di dapat dan risiko yang ditanggung oleh investor.
Ha2 = inflasi berpengaruh positif terhadap risiko saham.
3. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Risiko Saham
Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Keanaikan dollar AS terhadap rupiah akan berdampak terhadap emiten(perusahaan
yang menerbitkan saham dan obligasi) yang memiliki hutang dalam dollar AS,
karena akan semakin banyak rupiah yang harus dikeluarkan untuk membayarkan
hutangnya dalam dollar AS. Sehingga bisa saja menurunkan produksi perusahaan
yang kemudian harga saham akan mengalami penurunan. Dan emiten yang
berorientasi ekspor dengan transaksi dollar AS akan mengalami kenaikan harga
5
saham, karena keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkat. Penurunan
dollar AS terhadap rupiah bisa saja digunakan oleh investor luar negeri yang
menggunakan transaksinya dengan dollar AS untuk melakukan investasi, karena
investor luar cenderung memilih melepas dollar AS untuk membeli saham yang
harganya turun. Sehingga harga saham akan meningkat dan mempengaruhi return
yang didapat dan risiko yang akan ditanggung.
Ha3 = nilai tukar berpengaruh positif terhadap risiko saham.
4. Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Risiko Saham
Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki hubungan dengan risiko saham.
Tingkat PDB yang tinggi berdampak pada harga saham karena PDB yang tinggi
artinya pertumbuhan ekonomi suatu negara akan meningkat dan tingkat konsumsi
akan menjadi tinggi. Tingkat konsumsi yang tinggi maka daya beli masyarakat
terhadap saham akan meningkat sehingga mempengaruhi return yang didapat dan
risiko yang akan ditanggung.
Ha4 = PDB berpengaruh positif terhadap risiko saham.
Dari kerangka pemikiran diatas, maka dapat digambarkan dengan kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Sumber : Gambar Kerangka Pemikiran di Olah Penulis
6
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah semua bank di sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan total 31 bank. Pengambilan sampel
menggunakan metode non probability dengan metode sampling purposive. Sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono
2014, p.85).
Kriteria pengambilan sampel dari penelitian ini adalah:
a. Data laporan keuangan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014.
b. Data yang tersedia dianalisis untuk tahun 2011-2014. Data yang tersedia untuk di
analisis di tahun 2011 dan 2012 ada 31 bank. Data yang tersedia untuk dianalisis
di tahun 2013 ada 33 bank. Sedangkan data yang tersedia untuk dianalisis tahun
2014 ada 38 bank. Sehingga total bank memiliki data keuangan dari tahun 20112014 ada 31 bank.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang telah dikumpulkan oleh lembaga yang mengumpulkan data. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi BEI tahun 2011 – 2014.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
cara menghimpun dan menganalisis dokumen – dokumen, baik dokumen tertulis,
7
gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah telah diperoleh kemudian dianalisis
(diurai), dibandingkan dan dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis
padu dan utuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Hasil output deskriptif statistik dengan jumlah N sebanyak 124. Nilai
suku_bunga tertinggi adalah 0,0754 sedangkan nilai suku_bunga terendah adalah
0,0577 dan rata-rata nilai suku_bunga 0,065833. Nilai inflasi tertinggi adalah 0,0697
sedangkan nilai inflasi terendah adalah 0,0420 dan rata-rata nilai inflasi sebesar 0,057400. Nilai nilai_tukar tertinggi adalah 11868,6720 sedangkan nilai_tukar
terendah adalah 8776,0092 dan rata-rata nilai nilai_tukar sebesar -10122,001954.
Nilai PDB tertinggi adalah 0,0618 sedangkan PDB terendah adalah 0,0503 dan ratarata nilai PDB sebesar 0,057025. Nilai risiko_saham tertinggi adalah 0,9556
sedangkan risiko_saham terendah adalah 0,0000 dan rata-rata nilai risiko_saham
sebesar 0,053276.
Uji Normalitas
Hasil dari pengujian terhadap 124 data didapatkan nilai skewness 3,531 dan
nilai kurtosis 16,414. Sehingga nilai Zskewness 16,123 dan nilai Zkurtosis 37,321.
Syarat dikatakan normal adalah -1,96 < Zscore < 1,96. Dari hasil Zskewness dan
Zkurtosis tidak berada diantara batas -1,96 dan 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa
data tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena itu perlu dilakukan penghapusan
data dengan outlier sehingga data penelitian terdistribusi normal. Outlier adalah
kasus data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari
observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel
tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali,2011).
8
Hasil dari pengujian terhadap 32 data yang telah di outlier sehingga tersisa 92
data. Didapatkan nilai skewness 0,477 dan nilai kurtosis -0,786. Sehingga nilai
Zskewness 1,868 dan nilai Zkurtosis -1,539. Syarat dikatakan normal adalah -1,96 <
Zscore < 1,96. Dari hasil Zskewness dan Zkurtosis berada diantara batas -1,96 dan
1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal.
Uji Multikolinieritas
Dari hasil uji multikolinearitas dapat dilihat nilai tolerance dan VIF, dimana
nilai Tolerance > 0,1 untuk semua variabel dam nilai VIF < 10 untuk semua variabel,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada semua
variabel independen yang ada atau bebas multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengujian heteroskesdastisitas dengan uji Gletsjer terlihat
bahwa semua variable bebas tidak signifikan terhadap nilai absolut residual regresi(
> 0,05). Hal ini menandakan bahwa pada model regresi yang terbentuk bebas dari
gejala heterokesdastisitas.
9
Uji Autokorelasi
Hasil pengujian diperoleh nilai (Tabel 4.4) DW 2,102. Tabel DW dengan
tingkat 5% , n=92 dan k=4 diperoleh nilai batas bawah (dL) sebesar 1,5713 dan nilai
batas atas (dU) 1,7523 sehingga 4-dl = 2,4287 dan 4-du = 2,2477. Terlihat bahwa dU
(1,7523) < DW (2,102) < 4-dU(2,2477) sehingga DW berada pada daerah bebas
autokorelasi.
BEBAS
0
dL 1,5713
dU 1,7523
4-du = 2,2477
4-dl = 2,4287
4
Analisis Regresi Linier Berganda
Y= 0,018 + 0,0002123 suku_bunga + 0,0000352 inflasi + 0,0003815 ntukar_log +
0,0003073 pdb
Dari hasil persamaan linier berganda dapat dijelaskan bahwa pengaruh suku
bunga dan PDB adalah positif terhadap risiko saham. Sedangkan variabel inflasi dan
nilai tukar tidak memiliki pengaruh terhadap risiko saham. Suku bunga dan PDB
berpengaruh positif terhadap risiko saham menunjukkan bahwa semakin tinggi suku
bunga dan PDB semakin tinggi pula risiko saham yang harus ditanggung oleh
investor pada saham perbankan periode tahun 2011-2014.
Koefisien Determinan (R2)
10
Diketahui bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,217 artinya
variabilitas variabel dependen (risiko_saham) dapat dijelaskan sebesar 21,7% oleh
variasi variabel independen (suku_bunga inflasi, nilai_tukar dan PDB) sedangkan
sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
Uji Signifikansi Simultan (uji-F)
Diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 7,305 dan signifikan pada 0,05.
Dapat diartikan bahwa secara simultan atau bersama-sama keempat variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen secara signifikan.
Uji Signifikansi Parameter Individual (uji-T)
Diketahui bahwa variabel suku_bunga dan PDB besarnya 2,626 dan 5,168
berpengaruh signifikan pada 0,05 (H1 dan H4 di terima). Sedangkan variabel inflasi
dan nilai_tukar besarnya 0,074 dan 0,481 tidak berpengaruh signifikan pada 0,05
(H2 dan H3 ditolak). Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara individu variabel
suku_bunga dan PDB signifikan terhadap variabel risiko_saham. Sedangkan variabel
inflasi dan ntukar_log secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
risiko_saham.
Pengaruh Suku Bunga terhadap Risiko Saham
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel suku_bunga
berpengaruh positif terhadap variabel risiko_saham. Dengan demikian hipotesis
pertama yang menyatakan bahwa variabel suku_bunga memiliki pengaruh positif
terhadap risiko saham dapat diterima. Sehingga investor dengan melihat suku bunga
diperlukan untuk menilai investasi perusahaan yang akan menghasilkan return dan
risiko dalam berinvestasi. Jika suku bunga misalnya naik, maka pendapatan para
investor yang memiliki investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito)
juga akan naik. Sehingga investor lebih berminat untuk berinvestasi pada deposito
dengan tingkat bunga yang tinggi, dari pada menginvestasikan dananya untuk
berinvestasi saham. Jika sebagian besar investor lebih memilih memindahkan
dananya untuk berinvestasi pada deposito, maka investor akan melepaskan
sahamnya. Mengakibatkan transaksi di pasar modal menurun dan kinerja didalam
11
pasar modal menjadi turun, volatilitas turun semakin rendah sehingga tidak ada
perubahan dalam return yang di terima dan risiko yang harus ditanggung. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sitanggang (2015) yang
menyatakan bahwa suku bunga memiliki pengaruh terhadap risiko saham pada Bank
Umum Swasta Nasional.
Pengaruh Inflasi terhadap Risiko Saham
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh positif terhadap variabel risiko_saham karena inflasi pada penelitian ini
tidak berpengaruh signifikan. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan
bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh positif terhadap risiko saham tidak dapat
diterima atau hipotesis ditolak. Dengan pernyataan tersebut investor tidak
memperhatikan faktor inflasi untuk berinvestasi saham di bursa efek. Kenaikan harga
barang-barang produksi perusahaan dikarenakan inflasi tidak mempengaruhi niat
investor untuk menarik sahamnya pada sektor perbankan. Dikarenakan sektor
perbankan adalah sektor jasa keuangan, yang tidak terlalu banyak memerlukan
barang-barang produksi sehingga investor akan tetap mempertahankan sahamnya di
sektor perbankan disaat tingkat inflasi naik. Sehingga harga saham akan tetap stabil
dan tidak mempengaruhi return yang di terima dan risiko yang harus ditanggung.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Santosa (2010) yang
menyatakan bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap risiko saham pada
sektor properti.
Pengaruh Nilai Tukar terhadap Risiko Saham
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel nilai_tukar
tidak berpengaruh positif terhadap variabel risiko_saham. Dengan demikian hipotesis
ketiga yang menyatakan bahwa variabel nilai_tukar memiliki pengaruh positif
terhadap risiko saham tidak dapat diterima atau hipotesis ditolak. Dengan pernyataan
tersebut investor tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar
rupiah. Tingginya nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk membeli dollar AS
maka investor lebih memilih menginvestasikan dananya di dalam negeri. Termasuk
dalam pembelian barang-barang dan untuk investor yang menginvestasikan dananya
di luar negeri akan lebih memilih melakukan penanaman modalnya didalam negeri.
Sehingga harga saham akan tetap stabil dan tidak mempengaruhi return yang di
terima dan risiko yang harus ditanggung. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Chen (2014) yang menyatakan bahwa nilai tukar tidak
memiliki pengaruh terhadap risiko saham pada perusahaan LQ-45.
Pengaruh PDB terhadap Risiko Saham
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel PDB
berpengaruh positif terhadap variabel risiko_saham. Dengan demikian hipotesis
keempat yang menyatakan bahwa variabel PDB (Produk Domestik Bruto) memiliki
pengaruh positif terhadap risiko saham dapat diterima. Tingkat PDB merupakan
indikator pertumbuhan perekonomian dan tingkat konsumsi suatu negara, sehingga
dapat diartikan bahwa negara tersebut makmur. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan tingkat konsumsi yang tinggi akan mempengaruhi daya beli masyarakat
12
terhadap barang-barang, termasuk dalam hal berinvestasi. Transaksi di pasar modal
meningkat dan kinerja didalam pasar modal menjadi naik, volatilitas naik semakin
tinggi sehingga ada perubahan berarti dalam return yang di terima dan risiko yang
harus ditanggung. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Nurdianti (2010) yang menyatakan bahwa PDB memiliki pengaruh terhadap risiko
saham.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh suku bunga, inflasi,
nilai tukar dan PDB terhadap risiko saham pada perusahaan sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014. Sampel yang digunakan
sebanyak 31 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2011-2014, sehingga diperoleh data penelitian sebanyak 124 data, dengan
data yang di outlier sebanyak 32 data. Dari 4 variabel penelitian yang digunakan
terdapat 2 variabel memiliki pengaruh positif terhadap risiko saham yaitu variabel
suku bunga dan PDB (Produk Domestik Bruto). Sedangkan variabel sisanya yang
tidak memiliki pengaruh positif terhadap risiko saham yaitu variabel inflasi dan nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel suku
bunga dan PDB bisa digunakan investor sebagai acuan untuk memprediksi risiko
saham secara riil. Sedangkan variabel inflasi dan nilai tukar rupiah tidak digunakan
investor untuk memprediksi risiko saham.
Saran
1.) Saran bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi
peneliti lain atau penelitian selanjutnya yang mengggunakan tema sejenis untuk
mengembangkan, mengoreksi, dan melakukan perbaikan seperlunya. Mengacu
pada hasil penelitian ini maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
a.) Menambah variabel independen lainnya yang lebih memberikan pengaruh
lainnya terhadap risiko saham, mungkin bisa menggunakan variabel kinerja
perusahaan, seperti Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Capital
Adequacy Ratio.
b.) Diharapkan menambah rentang tahun yang digunakan dan jumlah variabel
penelitian dengan memperluas obyek pada sektor lainnya agar penelitian
dapat menghasilkan data yang lebih baik.
2.) Saran untuk investor, sebaiknya investor tidak hanya terpaku pada variabel
suku bunga, inflasi, nilai tukar dan PDB saja, investor bisa melihat variabel
kinerja dalam perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Sodikin, (2007), Variabel Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Return
Saham di BEJ. Jurnal Manajemen, p.1-15
13
Auliyah, Robiatul dan Ardi Hamzah, (2006), Analisis Karakteristik Perusahaan,
Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Return dan Saham Syariah di Bursa
Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, p.1-16
Chen, Ming, (2014). Analisis Perngaruh Perekonomian Makro dan Mikro Yang
Berpengaruh Pada Risiko Sistematis Saham, Jurnal Nominal, p. 75-100
Darmaji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2011. Pasar Modal di Indonesia.
Salemba Empat. Jakarta.
Garba, Abdulkarim, (2014), Impact of Macroeconomic Factors on Common Stock
Returns: A Study of Listed Manufacturing Firms in Nigeria, European
Journal of Business and Management, p.140-150
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Badan Penerbit Universitas Diponergoro. Semarang.
Halim, Livia, (2013), Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Return Saham Kapitalisasi
Besar di Bursa Efek Indonesia, FINESTA, p.108-113
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta.
Nurdianti, Hastari, 2010. Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB dan Inflasi
Terhadap Kinerja Reksadan Pendapatan Tetap. Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah (dipublikasikan).
Riantani, Suskim dan Maria Tambunan, (2003), Analisis Pengaruh Variabel
Makroekonomi dan Indeks Global Terhadap Return Saham, SEMANTIK,
p.532-537
Santosa, Antonius Heru, (2010). Analisis Risiko Investasi Saham Pada Sektor
Properti di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2008, Jurnal Nominal Ilmiah
Universitas Gunadarma, p. 1-115
Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Salemba Empat. Jakarta
.
Sitanggang, Widya Siska. 2015. Analisis Determinasi Risiko Investasi Saham (Studi
Kasus pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Terbesar yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, p. 1-17
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.
Bandung
Sukrino, Sadono. 2006. Teori Pengantar Makroekonomi. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Thobarry, Achmad Ath, 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju
Inlasi, dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor
14
Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan
Tahun 2000-2008). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Diponegoro (dipublikasikan).
Wira, Desmond. 2011. Analisis Fundamental Saham. Exceed. Jakarta.
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.idx.com
15
Download