188 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

advertisement
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Sebelum menarik kesimpulan, analisa singkat hasil penelitian digambarkan :
1. Umum
Secara umum, pembuktian hipotesis menyimpulkan bahwa baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terdapat pengaruh supervisi manajerial
pengawas dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja profesional
guru MA/SMA di Kabupaten Buol.
Skor yang diperoleh dari pengujian tentang supervisi manajerial pengawas
terhadap kinerja profesional guru menyebar berkisar antara
49 (skor terendah)
sampai 69 (skor tertinggi) dengan rata-rata 59,7. Dan secara umum nilai rata-rata skor
variabel supervisi manajerial pengawas sebesar 3,66. Hal ini menunjukkan bahwa
pengawas satuan pendidikan relatif cukup baik dalam memberikan layanan bantuan
supervisi manajerial kepada para guru.
Skor yang diperoleh dari hasil pengujian tentang perilaku kepemimpinan
kepala sekolah menyebar mulai dari 49 sampai 66 dan rata-rata 57,6. Sementara nilai
rata-rata skor variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah sebesar 3,60. Hal ini
pula menunjukkan bahwa para kepala sekolah memiliki perilaku kepemimpinan yang
relatif cukup baik didalam melakukan pembinaan terhadap kinerja profesional guru.
2. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian korelasi product moment menunjukkan bahwa masingmasing variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu supervisi manajerial pengawas dan
188
perilaku kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang cukup berarti
terhadap kinerja profesional guru. Jadi dengan demikian kinerja profesional guru
dapat diprediksi dari kedua variabel tersebut, yaitu besarnya pengaruh dari kegiatan
supervisi manajerial oleh pengawas sekolah/madrasah.
Hasil pengujian regresi sederhana untuk kedua variabel bebas, bila dihitung
besar sumbangannya terhadap variabel terikat secara sendiri-sendiri, maka
menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf α = 0,05. Begitu pula dari hasil
pengujian regresi ganda besarnya sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat
bila dihitung secara bersama-sama hasilnya signifikan pada taraf α = 0,05.
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai pola
interaksi dan derajat keterkaitan antara variabel yang mempengaruhi Kinerja
Profesional Guru dengan fokus pada Supervisi manajerial pengawas dan Perilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah, yang mengambil lokasi di Kabupaten Buol dengan
obyek penelitian adalah Guru Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas
(MA/SMA) tahun pelajaran 2008/2009.
Pengolahan data sebagaimana dibahas pada bab IV dan pada pembahasan
yang telah dilakukan, hasil-hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara umum nilai rata-rata skor variabel supervisi manajerial pengawas, perilaku
kepemimpinan kepala sekolah, dan variabel kinerja profesional guru menunjukkan
kualifikasi yang baik, namun masih perlu mengoptimalkan program kinerjanya
secara berkelanjutan.
189
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari supervisi manajerial pengawas
terhadap kinerja profesional guru MA/SMA di Kabupaten Buol
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari perilaku kepemimpinan kepala
sekolah terhadap kinerja profesional guru MA/SMA di Kabupaten Buol
4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi manajerial pengawas terhadap
perilaku kepemimpinan kepala sekolah
5. Secara bersama-sama terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi manajerial
pengawas dan perilaku kepemimpina kepala sekolah terhadap kinerja profesional
guru MA/SMA di Kabupaten Buol
6. Secara bersama-sama terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi manajerial
pengawas dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar
siswa MA/SMA di Kabupaten Buol
7. Kinerja profesional guru berkontrubusi positif dan signifikan terhadap prestasi
belajar siswa MA/SMA di Kabupaten Buol.
8. Supervisi manajerial pengawas, perilaku kepemimpinan kepala sekolah, dan
kinerja profesional guru secara simultan berkontribusi positif dan signifikan
terhadap peningkatan mutu pendidikan (prestasi belajar siswa).
9. Supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah/madrasah diharapkan
dapat menigkatkan kinerja profesional guru, ternyata berpola linier dan positif.
Pengaruh hubungan linier dan positif ini juga berarti bahwa apabila kegiatan
supervisi manajerial yang dilakukan pengawas sekolah/madrasah meningkat,
artinya dilakukan dengan konsisten berkesinambungan maka akan meningkatkan
190
pula kinerja profesional guru, yang selanjutnya dapat meningkat hasil belajar siswa
serta berakhir pada peningkatan mutu pendidikan. Namun demikan, kegiatan
supervisi ini belum dilakukan secara efektif dan berkesinambungan. Ini ditandai
dengan menurunnya tingkat kelulusan MA/SMA tahun 2008/2009 (MA 7% dan
SMA 49%) meskipun angka korelasi cukup kuat (0,51) atau dengan tingkat
kontribusi sebesar 26%. Disamping itu pula hasil dari observasi kepada para
pengawas menyatakan, bahwa mereka memiliki waktu terbatas melakukan
pembinaan terhadap guru karena luasnya wilayah dan terbatasnya jumlah mereka,
selain konsep diri (wawasan) dan iklim kerja pengawas yang kurang kondusif.
10. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang terarah (efektif) sangat berpengaruh
terhadap kinerja profesional guru. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata perilaku
kepemimpinan kepala sekolah berpola linier dan positif terhadap kinerja
profesional guru. Namun perilaku kepemimpinan diharapkan belum efektif dan
terkesan diabaikan. Ini ditandai dari kecilnya kontribusi yang diberikan terhadap
kinerja profesional guru yaitu sekitar 27% dengan korelasi cukup kuat (0,52).
11. Peningkatan kinerja guru kearah profesional akan berpengaruh kepada peningkatan
prestasi belajar. Bila hasil belajar meningkat, maka lulusan pun akan berkualitas.
Dengan demikian mutu pendidikan menjadi semakin dikendalikan. Berdasarkan
temuan dalam penelitian, ternyata kinerja profesional guru berpola linier dan
berkontribusi positif terhadap prestasi belajar siswa dan pengaruhnya sekitar 25%
disebabkan oleh faktor determinannya 0,50 (korelasi cukup kuat). Perubahan yang
cepat akibat globalisasi memerlukan respon kreatif dan profesionalisme dan
191
berimbas pada dunia pendidikan, sehingga kinerja guru yang profesional menjadi
kebutuhan guna mencetak peserta didik yang berkemampuan kompetitif di
masyarakat. Hasil penelitian pun menyatakan, bahwa kinerja profesional guru
relatif dipengaruhi oleh perbedaan jender dan usia. Kinerja profesional guru pria
melampaui guru wanita. Dan guru senior relatif lebih tinggi kinerja profesionalnya
dari guru yunior.
12. Kondisi Kinerja Profesional, Supervisi Manajerial Pengawas dan Perilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah pada MA/SMA di Kabupaten Buol masih
memerlukan upaya-upaya untuk terus ditingkatkan, dikembangkan dan atau
dirubah ke arah yang lebih baik, dan hal ini disebabkan pencapaian untuk semua
faktor tersebut di atas, berdasarkan hasil skoring, masih jauh di bawah skor
ideal/maksimum. Kinerja Profesional Guru dipengaruhi secara positif dan
signifikan oleh Supervisi Manajerial Pengawas, dan Perilaku Kepemimpinan
Kepala Sekolah, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan
pengaruh yang bervariasi, baik secara sendiri-sendiri maupun secara simultan. Dan
kinerja profesional guru dapat dilihat secara langsung pada nilai prestasi hasil
belajar siswa.
Kesimpulan-kesimpulan di atas, memunculkan perhatian serius bagi guru dan
tenaga kependidikan lainnya. Karena dengan kegiatan supervisi pendidikan yang
terencana, konsisten, dan kontinuitas selain didukung oleh stail (perilaku)
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan menumbuhan minat dan motivasi
kerja berprestasi di kalangan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan.
192
B. Implikasi
Dengan mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana di
kemukakan di atas, terdapat beberapa implikasi yang perlu dicermati dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerja guru agar lebih
profesional.
1. Implikasi Praktis.
Guru sebagai perancang masa depan anak sudah barang tentu dituntut untuk
mendidik siswa ke arah yang demikian, dan hal ini hanya dapat dilakukan secara
efektif apabila guru melaksanakan peran dan tugasnya secara profesional. Upaya
untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja guru agar profesional harus
ditempatkan dalam konteks organisasi sekolah secara keseluruhan. Hal ini
dimaksudkan agar peningkatan dan pengembangan kinerja guru merupakan bagian
yang terintegrasi dengan program sekolah, sehingga pengembangannya dapat
berkesinambungan, karena mendapat dukungan dari organisasi.
Kinerja profesional guru apabila berhasil dikembangkan secara terus menerus
akan membantu dalam keberhasilan pengembangan mutu pendidikan dalam tataran
teknis melalui pelaksanaan peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran. Untuk
itu diperlukan upaya untuk mengintegrasikan berbagai perkembangan dan kebijakan
baru dalam bidang pendidikan/pembelajaran dengan tataran institusi organisasi dan
manajemen, sehingga pengembangannya akan menjadi komitmen bersama seluruh
anggota organisasi sekolah. Hal itu berarti bahwa pengembangan manajemen sekolah
perlu didorong untuk dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan
193
sikap kreatif guru. Kreatifitas ini akan berdampak pada kinerja guru yang profesional.
Kebijakan baru pemerintah untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan dapat
terintegrasi dengan manajeman pendidikan di sekolah. Dengan terintegrasinya hal
tersebut, maka organisasi sekolah akan terdorong untuk melakukan pembelajaran dari
mulai tataran individu sampai pada tataran organisasi. Dan apabila hal ini dapat
terwujud, maka kinerja guru yang profesional akan menjadi
bagian yang tak
terpisahkan dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah.
Dalam upaya mengintegrasikan berbagai perkembangan pendidikan, baik
yang datang dari luar maupun dari dalam organisasi sekolah, ke dalam manajemen
sekolah, maka manajemen berbasis sekolah perlu terus diperkuat dan untuk itu faktor
kepemimpinan kepala sekolah perlu menjadi perhatian utama, dari mulai rekrutmen
sampai pada pengembangan profesi. Kepemimpinan kepala sekolah perlu didorong
dan dikembangkan ke arah perilaku manajerial dan kepemimpinan yang visioner,
transformasional dan transaksional. Perilaku kepemimpinan model ini akan sangat
berpengaruh pada penciptaan dan perubahan iklim kerja sekolah ke arah yang lebih
adaptif, antisipatif dan inovatif, serta kebijakannya lebih dapat mendorong guru
berkinerja prima/superior, proaktif serta lebih terbuka pada perubahan. Iklim kerja
sekolah seperti itu pada gilirannya akan berdampak pada kinerja/perilaku profesional
guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Untuk itu diperlukan suatu
praktek manajemen kinerja guru/SDM pendidik yang tepat yang dapat memotivasi
pegawai agar mempunyai sikap kreatif dan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik dapat dilakukan secara profesional.
194
Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa kegiatan supervisi manajerial
yang dilakukan pengawas sekolah/madrasah dan perilaku kepemimpinan kepala
sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja profesional guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan (prestasi belajar). Oleh karena itu untuk dapat
mengoptimalkan pencapaian prestasi belajar siswa, maka para guru dan stakeholder
pendidikan yang berada di wilaya Kabupaten Buol harus memiliki pengetahuan
tentang bagaimana pentingnya peran supervisi manajerial selain supervisi akademik
dan peran perilaku kepemimpinan oleh para kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru. Dengan pengetahuan itu, diharapkan para guru khususnya dan
stakeholder pendidikan pada umumnya mau bersikap bijak dalam penilaian dan
beranggapan bahwa prestasi belajar siswa tidak selamanya ditentukan oleh tingkat
inteligensinya saja, melainkan faktor lain juga ikut berperan.
Apabila kegiatan supervisi manajerial oleh pengawas lebih baik dan konsisten
dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah efektif, maka akan meningkatkan kinerja
profesional guru dan prestasi belajar siswa meningkat tajam. Berdasarka hal tersebut
di atas, maka untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebagai wujud dari
kinerja profesi guru, maka sangat bijak bila para birokrat pendidikan bersikap
renponsif terhadap prestasi guru, sehingga mereka merasa diperhatikan dan dihargai.
2. Implikasi Untuk Penelitian Lebih Lanjut.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka secara umum dapat dikatakan
bahwa faktor supervisi manajerial pengawas maupun perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dalam batas-batas tertentu ternyata menunjukkan pengaruh yang berarti
195
terhadap kinerja profesional guru dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Apakah
kedua variabel ini baik secara sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama juga
memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap masalah pendidikan lainnya?.
Oleh karena itu diperlukan penelitian-penelitian lanjutan yang terkait untuk
membuktikan hal tersebut, antara lain mengenai :
a) Kinerja profesional guru dan prestasi belajar siswa tidak semata-mata hanya
dipengaruhi oleh kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan pengawas dan oleh
perilaku kepemimpinan kepala sekolah saja, melainkan masih banyak faktorfaktor lainnya yang ikut menentukannya. Pengaruh supervisi manajerial dan
perilaku kepemimpinan ini hanya pada batas-batas tertentu. Sehubungan dengan
hal ini perlu diteliti lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga turut
berpengaruh terhadap kinerja guru dalam meningkatkan prestasi belajar.
b) Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini didekati dengan pendekatan
kuantitatif, maka untuk lebih mendalami faktor-faktor apa saja yang turut
berpengaruh terhadap kinerja profesional guru dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa tersebut, perlu diadakan penelitian lanjutan dengan menggunakan
pendekatan yang lain seperti pendekatan kualitatif.
C. Rekomendasi.
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi sebagaimana
dikemukakan terdahulu, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa rekomendasi:
196
1. Untuk SMA dan MA; (a) Kepala sekolah perlu mengembangkan kegiatan yang
dapat mendorong pada peningkatan kompetensi/kemampuan guru baik yang
langsung terkait dengan proses pembelajaran, maupun yang kompetensi lain yang
dapat menunjang pada peningkatan kualitas pembelajaran sebagai bagian dari
pengembangan profesional guru; (b) Kepala sekolah perlu mendorong tercapainya
lingkungan sekolah yang terbuka terhadap berbagai perubahan yang terjadi di
masyarakat. Hal ini akan mendorong pada pemerolehan wawasan/ide/hal baru
yang berkembang, yang nantinya diharapkan terjadi transfer of learning melalui
pelaksanaan pembelajaran yang profesional di kelas, yang pada akhirnya melalui
pembelajaran bersama di sekolah hal tersebut akan berpengaruh pada seluruh guru
yang menjadi anggota organisasi sekolah. Dalam kontek ini peran kepala sekolah
menentukan terjadinya pembelajaran organisasi yang bila hal tersebut berlangsung
secara berkesinambungan akan menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar
(learning schoolI).
2. Bagi Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Provinsi/Kabupaten; (a)
Perlu upaya/kebijakan yang dapat memperkuat manajemen sekolah/madrasah agar
posisi kepala sekolah menjadi suatu profesi tersendiri, bukan hanya sekedar guru
yang diberi tugas tambahan. Dengan kepala sekolah menjadi profesi yang khusus,
maka
rekrutmen
kepala
sekolah
akan
lebih
menitikberatkan
pada
kompetensi/kemampuan manajerial dan kepemimpinan, serta pengembangan
profesinya akan lebih mengacu pada penguatan menajemen dan kepemimpinan
pendidikan bagi kepala sekolah. Mungkin ada baiknya dalam rekruitmen kepala
197
sekolah lebih memprioritaskan guru pria senior yang lebih profesional pada daerah
yang kondisi geografisnya kritis. (b) Menggiatkan kembali pengembangan
manajemen berbasis sekolah agar sekolah menjadi makin mandiri dalam
menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu berbagai
pengaturan yang cenderung mengurangi inisiatif sekolah melakukan kegiatan yang
produktif bagi peningkatan mutu pendidikan secara bertahap perlu dikurangi,
sehingga kepala sekolah mempunyai kebebasan yang cukup untuk berekspresi
dalam menjalankan kepemimpinan di sekolah; (c) Seiring dengan kebijakan
sertifikasi pendidik/guru dan pengawas yang mendasarkan pada kualifikasi
pendidikan sarjana serta penilaian akan kompetensi guru, yang kemudian diiringi
dengan tambahan kompensasi dengan diberikannya tunjangan profesi, maka Dinas
Pendidikan dan Kementerian Agama Daerah perlu mengembangkan manajeman
kinerja
yang
dapat
mendorong
pengembangan
kinerja
guru
secara
berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar tambahan/peningkatan financial
reward melalui tunjangan profesi dapat terkait dengan meningkatnya kinerja guru
ke arah yang lebih baik dan profesional.
Demikian halnya dengan pemberdayaan kinerja pengawas sekolah/madrasah, agar
mengutamakan profesionalisme dan komitmen selaku pengendali mutu pendidikan
di sekolah/madrasah yang menjadi binaannya. Seperti halnya rekrutmen kepala
sekolah, maka rekrutmen pengawas sekolahpun, hendaknya mengacu pada
Kepmendiknas no. 12 tahun 2007 dan PP No.74 tahun 2008 (pasal 15 ayat 4, pasal
54 ayat 8, dan pasal 67). Dengan demikian lembaga kepengawasan tidak lagi
198
menjadi tempat alternatif bagi mereka yang ingin memperpanjang usia pensiun.
Hal ini diharapkan agar kinerja pengawas optimal dan profesional dalam
pembinaan dan pengembangan kinerja profesional guru dan efektivitas perilaku
manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah yang visioner, transformasional, dan
transaksional di dalam penciptaan iklim kerja sekolah yang kondusif.
3. Untuk penelitian lebih lanjut; Perlu peningkatan lebih jauh dan mendalam tentang
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dan kinerja profesional guru
dengan pendekatan yang berbeda, misalnya pendekatan kualitatif, agar dapat
diketahui secara lebih cermat dan mendalam tentang faktor penentu dari kinerja
profesional guru. Dan untuk pendekatan yang sama, yakni kuantitatif, pengukuran
variabel secara substantif bukan didasarkan persepsi atas suatu kondisi, perlu
dikembangkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih akurat.
199
Download