BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Sebelum menarik kesimpulan, analisa singkat hasil penelitian digambarkan : 1. Umum Secara umum, pembuktian hipotesis menyimpulkan bahwa baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terdapat pengaruh supervisi manajerial pengawas dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja profesional guru MA/SMA di Kabupaten Buol. Skor yang diperoleh dari pengujian tentang supervisi manajerial pengawas terhadap kinerja profesional guru menyebar berkisar antara 49 (skor terendah) sampai 69 (skor tertinggi) dengan rata-rata 59,7. Dan secara umum nilai rata-rata skor variabel supervisi manajerial pengawas sebesar 3,66. Hal ini menunjukkan bahwa pengawas satuan pendidikan relatif cukup baik dalam memberikan layanan bantuan supervisi manajerial kepada para guru. Skor yang diperoleh dari hasil pengujian tentang perilaku kepemimpinan kepala sekolah menyebar mulai dari 49 sampai 66 dan rata-rata 57,6. Sementara nilai rata-rata skor variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah sebesar 3,60. Hal ini pula menunjukkan bahwa para kepala sekolah memiliki perilaku kepemimpinan yang relatif cukup baik didalam melakukan pembinaan terhadap kinerja profesional guru. 2. Pengujian Hipotesis Hasil pengujian korelasi product moment menunjukkan bahwa masingmasing variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu supervisi manajerial pengawas dan 188 perilaku kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang cukup berarti terhadap kinerja profesional guru. Jadi dengan demikian kinerja profesional guru dapat diprediksi dari kedua variabel tersebut, yaitu besarnya pengaruh dari kegiatan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah/madrasah. Hasil pengujian regresi sederhana untuk kedua variabel bebas, bila dihitung besar sumbangannya terhadap variabel terikat secara sendiri-sendiri, maka menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf α = 0,05. Begitu pula dari hasil pengujian regresi ganda besarnya sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat bila dihitung secara bersama-sama hasilnya signifikan pada taraf α = 0,05. A. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai pola interaksi dan derajat keterkaitan antara variabel yang mempengaruhi Kinerja Profesional Guru dengan fokus pada Supervisi manajerial pengawas dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, yang mengambil lokasi di Kabupaten Buol dengan obyek penelitian adalah Guru Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas (MA/SMA) tahun pelajaran 2008/2009. Pengolahan data sebagaimana dibahas pada bab IV dan pada pembahasan yang telah dilakukan, hasil-hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Secara umum nilai rata-rata skor variabel supervisi manajerial pengawas, perilaku kepemimpinan kepala sekolah, dan variabel kinerja profesional guru menunjukkan kualifikasi yang baik, namun masih perlu mengoptimalkan program kinerjanya secara berkelanjutan. 189 2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari supervisi manajerial pengawas terhadap kinerja profesional guru MA/SMA di Kabupaten Buol 3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja profesional guru MA/SMA di Kabupaten Buol 4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi manajerial pengawas terhadap perilaku kepemimpinan kepala sekolah 5. Secara bersama-sama terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi manajerial pengawas dan perilaku kepemimpina kepala sekolah terhadap kinerja profesional guru MA/SMA di Kabupaten Buol 6. Secara bersama-sama terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi manajerial pengawas dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa MA/SMA di Kabupaten Buol 7. Kinerja profesional guru berkontrubusi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa MA/SMA di Kabupaten Buol. 8. Supervisi manajerial pengawas, perilaku kepemimpinan kepala sekolah, dan kinerja profesional guru secara simultan berkontribusi positif dan signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan (prestasi belajar siswa). 9. Supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah/madrasah diharapkan dapat menigkatkan kinerja profesional guru, ternyata berpola linier dan positif. Pengaruh hubungan linier dan positif ini juga berarti bahwa apabila kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan pengawas sekolah/madrasah meningkat, artinya dilakukan dengan konsisten berkesinambungan maka akan meningkatkan 190 pula kinerja profesional guru, yang selanjutnya dapat meningkat hasil belajar siswa serta berakhir pada peningkatan mutu pendidikan. Namun demikan, kegiatan supervisi ini belum dilakukan secara efektif dan berkesinambungan. Ini ditandai dengan menurunnya tingkat kelulusan MA/SMA tahun 2008/2009 (MA 7% dan SMA 49%) meskipun angka korelasi cukup kuat (0,51) atau dengan tingkat kontribusi sebesar 26%. Disamping itu pula hasil dari observasi kepada para pengawas menyatakan, bahwa mereka memiliki waktu terbatas melakukan pembinaan terhadap guru karena luasnya wilayah dan terbatasnya jumlah mereka, selain konsep diri (wawasan) dan iklim kerja pengawas yang kurang kondusif. 10. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang terarah (efektif) sangat berpengaruh terhadap kinerja profesional guru. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpola linier dan positif terhadap kinerja profesional guru. Namun perilaku kepemimpinan diharapkan belum efektif dan terkesan diabaikan. Ini ditandai dari kecilnya kontribusi yang diberikan terhadap kinerja profesional guru yaitu sekitar 27% dengan korelasi cukup kuat (0,52). 11. Peningkatan kinerja guru kearah profesional akan berpengaruh kepada peningkatan prestasi belajar. Bila hasil belajar meningkat, maka lulusan pun akan berkualitas. Dengan demikian mutu pendidikan menjadi semakin dikendalikan. Berdasarkan temuan dalam penelitian, ternyata kinerja profesional guru berpola linier dan berkontribusi positif terhadap prestasi belajar siswa dan pengaruhnya sekitar 25% disebabkan oleh faktor determinannya 0,50 (korelasi cukup kuat). Perubahan yang cepat akibat globalisasi memerlukan respon kreatif dan profesionalisme dan 191 berimbas pada dunia pendidikan, sehingga kinerja guru yang profesional menjadi kebutuhan guna mencetak peserta didik yang berkemampuan kompetitif di masyarakat. Hasil penelitian pun menyatakan, bahwa kinerja profesional guru relatif dipengaruhi oleh perbedaan jender dan usia. Kinerja profesional guru pria melampaui guru wanita. Dan guru senior relatif lebih tinggi kinerja profesionalnya dari guru yunior. 12. Kondisi Kinerja Profesional, Supervisi Manajerial Pengawas dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah pada MA/SMA di Kabupaten Buol masih memerlukan upaya-upaya untuk terus ditingkatkan, dikembangkan dan atau dirubah ke arah yang lebih baik, dan hal ini disebabkan pencapaian untuk semua faktor tersebut di atas, berdasarkan hasil skoring, masih jauh di bawah skor ideal/maksimum. Kinerja Profesional Guru dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh Supervisi Manajerial Pengawas, dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan pengaruh yang bervariasi, baik secara sendiri-sendiri maupun secara simultan. Dan kinerja profesional guru dapat dilihat secara langsung pada nilai prestasi hasil belajar siswa. Kesimpulan-kesimpulan di atas, memunculkan perhatian serius bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Karena dengan kegiatan supervisi pendidikan yang terencana, konsisten, dan kontinuitas selain didukung oleh stail (perilaku) kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan menumbuhan minat dan motivasi kerja berprestasi di kalangan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan. 192 B. Implikasi Dengan mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana di kemukakan di atas, terdapat beberapa implikasi yang perlu dicermati dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerja guru agar lebih profesional. 1. Implikasi Praktis. Guru sebagai perancang masa depan anak sudah barang tentu dituntut untuk mendidik siswa ke arah yang demikian, dan hal ini hanya dapat dilakukan secara efektif apabila guru melaksanakan peran dan tugasnya secara profesional. Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja guru agar profesional harus ditempatkan dalam konteks organisasi sekolah secara keseluruhan. Hal ini dimaksudkan agar peningkatan dan pengembangan kinerja guru merupakan bagian yang terintegrasi dengan program sekolah, sehingga pengembangannya dapat berkesinambungan, karena mendapat dukungan dari organisasi. Kinerja profesional guru apabila berhasil dikembangkan secara terus menerus akan membantu dalam keberhasilan pengembangan mutu pendidikan dalam tataran teknis melalui pelaksanaan peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan upaya untuk mengintegrasikan berbagai perkembangan dan kebijakan baru dalam bidang pendidikan/pembelajaran dengan tataran institusi organisasi dan manajemen, sehingga pengembangannya akan menjadi komitmen bersama seluruh anggota organisasi sekolah. Hal itu berarti bahwa pengembangan manajemen sekolah perlu didorong untuk dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan 193 sikap kreatif guru. Kreatifitas ini akan berdampak pada kinerja guru yang profesional. Kebijakan baru pemerintah untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan dapat terintegrasi dengan manajeman pendidikan di sekolah. Dengan terintegrasinya hal tersebut, maka organisasi sekolah akan terdorong untuk melakukan pembelajaran dari mulai tataran individu sampai pada tataran organisasi. Dan apabila hal ini dapat terwujud, maka kinerja guru yang profesional akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah. Dalam upaya mengintegrasikan berbagai perkembangan pendidikan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam organisasi sekolah, ke dalam manajemen sekolah, maka manajemen berbasis sekolah perlu terus diperkuat dan untuk itu faktor kepemimpinan kepala sekolah perlu menjadi perhatian utama, dari mulai rekrutmen sampai pada pengembangan profesi. Kepemimpinan kepala sekolah perlu didorong dan dikembangkan ke arah perilaku manajerial dan kepemimpinan yang visioner, transformasional dan transaksional. Perilaku kepemimpinan model ini akan sangat berpengaruh pada penciptaan dan perubahan iklim kerja sekolah ke arah yang lebih adaptif, antisipatif dan inovatif, serta kebijakannya lebih dapat mendorong guru berkinerja prima/superior, proaktif serta lebih terbuka pada perubahan. Iklim kerja sekolah seperti itu pada gilirannya akan berdampak pada kinerja/perilaku profesional guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Untuk itu diperlukan suatu praktek manajemen kinerja guru/SDM pendidik yang tepat yang dapat memotivasi pegawai agar mempunyai sikap kreatif dan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dapat dilakukan secara profesional. 194 Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan pengawas sekolah/madrasah dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja profesional guru dalam meningkatkan mutu pendidikan (prestasi belajar). Oleh karena itu untuk dapat mengoptimalkan pencapaian prestasi belajar siswa, maka para guru dan stakeholder pendidikan yang berada di wilaya Kabupaten Buol harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana pentingnya peran supervisi manajerial selain supervisi akademik dan peran perilaku kepemimpinan oleh para kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru. Dengan pengetahuan itu, diharapkan para guru khususnya dan stakeholder pendidikan pada umumnya mau bersikap bijak dalam penilaian dan beranggapan bahwa prestasi belajar siswa tidak selamanya ditentukan oleh tingkat inteligensinya saja, melainkan faktor lain juga ikut berperan. Apabila kegiatan supervisi manajerial oleh pengawas lebih baik dan konsisten dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah efektif, maka akan meningkatkan kinerja profesional guru dan prestasi belajar siswa meningkat tajam. Berdasarka hal tersebut di atas, maka untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebagai wujud dari kinerja profesi guru, maka sangat bijak bila para birokrat pendidikan bersikap renponsif terhadap prestasi guru, sehingga mereka merasa diperhatikan dan dihargai. 2. Implikasi Untuk Penelitian Lebih Lanjut. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka secara umum dapat dikatakan bahwa faktor supervisi manajerial pengawas maupun perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam batas-batas tertentu ternyata menunjukkan pengaruh yang berarti 195 terhadap kinerja profesional guru dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Apakah kedua variabel ini baik secara sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama juga memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap masalah pendidikan lainnya?. Oleh karena itu diperlukan penelitian-penelitian lanjutan yang terkait untuk membuktikan hal tersebut, antara lain mengenai : a) Kinerja profesional guru dan prestasi belajar siswa tidak semata-mata hanya dipengaruhi oleh kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan pengawas dan oleh perilaku kepemimpinan kepala sekolah saja, melainkan masih banyak faktorfaktor lainnya yang ikut menentukannya. Pengaruh supervisi manajerial dan perilaku kepemimpinan ini hanya pada batas-batas tertentu. Sehubungan dengan hal ini perlu diteliti lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga turut berpengaruh terhadap kinerja guru dalam meningkatkan prestasi belajar. b) Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini didekati dengan pendekatan kuantitatif, maka untuk lebih mendalami faktor-faktor apa saja yang turut berpengaruh terhadap kinerja profesional guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut, perlu diadakan penelitian lanjutan dengan menggunakan pendekatan yang lain seperti pendekatan kualitatif. C. Rekomendasi. Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi sebagaimana dikemukakan terdahulu, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa rekomendasi: 196 1. Untuk SMA dan MA; (a) Kepala sekolah perlu mengembangkan kegiatan yang dapat mendorong pada peningkatan kompetensi/kemampuan guru baik yang langsung terkait dengan proses pembelajaran, maupun yang kompetensi lain yang dapat menunjang pada peningkatan kualitas pembelajaran sebagai bagian dari pengembangan profesional guru; (b) Kepala sekolah perlu mendorong tercapainya lingkungan sekolah yang terbuka terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini akan mendorong pada pemerolehan wawasan/ide/hal baru yang berkembang, yang nantinya diharapkan terjadi transfer of learning melalui pelaksanaan pembelajaran yang profesional di kelas, yang pada akhirnya melalui pembelajaran bersama di sekolah hal tersebut akan berpengaruh pada seluruh guru yang menjadi anggota organisasi sekolah. Dalam kontek ini peran kepala sekolah menentukan terjadinya pembelajaran organisasi yang bila hal tersebut berlangsung secara berkesinambungan akan menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning schoolI). 2. Bagi Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Provinsi/Kabupaten; (a) Perlu upaya/kebijakan yang dapat memperkuat manajemen sekolah/madrasah agar posisi kepala sekolah menjadi suatu profesi tersendiri, bukan hanya sekedar guru yang diberi tugas tambahan. Dengan kepala sekolah menjadi profesi yang khusus, maka rekrutmen kepala sekolah akan lebih menitikberatkan pada kompetensi/kemampuan manajerial dan kepemimpinan, serta pengembangan profesinya akan lebih mengacu pada penguatan menajemen dan kepemimpinan pendidikan bagi kepala sekolah. Mungkin ada baiknya dalam rekruitmen kepala 197 sekolah lebih memprioritaskan guru pria senior yang lebih profesional pada daerah yang kondisi geografisnya kritis. (b) Menggiatkan kembali pengembangan manajemen berbasis sekolah agar sekolah menjadi makin mandiri dalam menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu berbagai pengaturan yang cenderung mengurangi inisiatif sekolah melakukan kegiatan yang produktif bagi peningkatan mutu pendidikan secara bertahap perlu dikurangi, sehingga kepala sekolah mempunyai kebebasan yang cukup untuk berekspresi dalam menjalankan kepemimpinan di sekolah; (c) Seiring dengan kebijakan sertifikasi pendidik/guru dan pengawas yang mendasarkan pada kualifikasi pendidikan sarjana serta penilaian akan kompetensi guru, yang kemudian diiringi dengan tambahan kompensasi dengan diberikannya tunjangan profesi, maka Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Daerah perlu mengembangkan manajeman kinerja yang dapat mendorong pengembangan kinerja guru secara berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar tambahan/peningkatan financial reward melalui tunjangan profesi dapat terkait dengan meningkatnya kinerja guru ke arah yang lebih baik dan profesional. Demikian halnya dengan pemberdayaan kinerja pengawas sekolah/madrasah, agar mengutamakan profesionalisme dan komitmen selaku pengendali mutu pendidikan di sekolah/madrasah yang menjadi binaannya. Seperti halnya rekrutmen kepala sekolah, maka rekrutmen pengawas sekolahpun, hendaknya mengacu pada Kepmendiknas no. 12 tahun 2007 dan PP No.74 tahun 2008 (pasal 15 ayat 4, pasal 54 ayat 8, dan pasal 67). Dengan demikian lembaga kepengawasan tidak lagi 198 menjadi tempat alternatif bagi mereka yang ingin memperpanjang usia pensiun. Hal ini diharapkan agar kinerja pengawas optimal dan profesional dalam pembinaan dan pengembangan kinerja profesional guru dan efektivitas perilaku manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah yang visioner, transformasional, dan transaksional di dalam penciptaan iklim kerja sekolah yang kondusif. 3. Untuk penelitian lebih lanjut; Perlu peningkatan lebih jauh dan mendalam tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dan kinerja profesional guru dengan pendekatan yang berbeda, misalnya pendekatan kualitatif, agar dapat diketahui secara lebih cermat dan mendalam tentang faktor penentu dari kinerja profesional guru. Dan untuk pendekatan yang sama, yakni kuantitatif, pengukuran variabel secara substantif bukan didasarkan persepsi atas suatu kondisi, perlu dikembangkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih akurat. 199