BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang yang akan dikerucutkan
menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan
penelitian. Selain itu juga akan dijelaskan mengenai tujuan penelitian, manfaat
penelitian, proses penelitian serta sistematika penelitian.
1.1. Latar Belakang
Pengukuran kinerja dan akuntabilitas saat ini menjadi topik hangat dalam
akuntansi sektor publik, terutama setelah adanya perubahan manajemen dari
manajemen tradisional menjadi manajemen berbasis kinerja yang biasa dikenal
dengan Manajemen Publik
Baru (New Public Management) atau NPM.
Manajemen berbasis kinerja merupakan bagian dari NPM. Dalam manajemen
berbasis kinerja fokus utamanya pada hasil, tidak lagi berfokus pada input dan
output.
Sebagai bagian dari akuntansi sektor publik, pengukuran kinerja merupakan
alat bagi manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas. Untuk itu, dalam implementasinya, dibutuhkan misi, tujuan, dan
sasaran yang jelas yang dapat diukur serta relevan dengan hasil. Selain jelas, dapat
diukur dan relevan, juga harus tepat waktu, dapat diandalkan dan dapat
diperbandingkan (Rasul, 2003).
Peningkatan kinerja tidak akan terwujud tanpa adanya pengelolaan
manajemen yang baik, untuk itu manajemen berbasis kinerja merupakan hal yang
dapat mendukung. Peningkatan kinerja dapat dinilai dari adanya pengukuran
1
2
kinerja. Pengukuran kinerja yang tepat dapat dijadikan sebagai salah satu strategi
dalam peningkatan kinerja itu sendiri.
Menurut hasil penelitian Pilcher (2005) pengukuran kinerja dalam
pemerintahan merupakan akibat dari reformasi sektor publik yang merujuk pada
konsep isomorfisma kelembagaan.
Konsep ini menyebutkan bahwa unit-unit
yang berada dalam satu lingkungan yang sama, akan sama juga bentuk
keorganisasiannya.
DiMaggio
dan
Powell
(1983)
melihat
isomorfisma
kelembagaan terjadi karena adanya isomorfisma koersif, isomorfisma mimetik,
dan isomorfisma normatif. Isomorfisma koersif menunjukkan bahwa organisasi
mengambil beberapa bentuk atau melakukan adopsi terhadap organisasi lain
karena tekanan-tekanan negara dan organisasi lain atau masyarakat yang lebih
luas. Isomorfisma mimetik yaitu imitasi sebuah organisasi oleh organisasi yang
lain. Isomorfisma normatif terjadi karena adanya tuntutan profesional.
Sedangkan menurut Micheli dan Neely (2010), pengukuran kinerja
merupakan upaya untuk memastikan koherensi keseluruhan dari mata rantai
kesatuan target pemerintah dari tingkat nasional hingga tingkat lokal. Ancaman
yang berbahaya akan ada jika tujuan, sasaran, dan indikator tidak konsisten di
seluruh tingkat yang berbeda dari pemerintah.
Peningkatan kinerja tentu saja harus didukung dengan strategi-strategi yang
relevan untuk meningkatkan kinerja. Strategi ini harus relevan dengan visi, misi,
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga di dalam upaya pengukuran
kinerja nanti akan didapat informasi kinerja yang dapat digunakan untuk
peningkatan kinerja selanjutnya.
3
Informasi kinerja itu sendiri merupakan seperangkat indikator kinerja yang
mengacu pada proses pencapaian suatu tujuan, tugas atau fungsi. Informasi ini
dapat digunakan untuk memantau kinerja yang berkelanjutan, dapat juga dipakai
sebagai bahan evaluasi kinerja jangka menengah dan jangka panjang secara
periodik (Rasul, 2003).
Seperti yang telah disampaikan diatas, bahwasannya informasi kinerja
tersebut dapat membantu manajemen, hal ini dikarenakan informasi tersebut dapat
memfasilitasi pengembangan strategi yang terkait dalam semua fungsi dalam
rangka pencapaian tujuan/sasaran organisasi.
Manajemen Publik Baru juga mempengaruhi sektor publik di Indonesia. Hal
ini dibuktikan dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), undang-undang paket
keuangan negara yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan
Negara,
Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004
tentang
Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara. Semua
instansi pemerintah wajib untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (LAKIP) sebagai wujud bentuk akuntabilitas menuju good
governance.
Akbar et al. (2012) menyatakan bahwa faktor legislatif mempunyai
pengaruh yang sangat kuat. Hal ini mengindikasikan bahwa LAKIP sebagai alat
untuk akuntabilitas dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan aturan yang ada,
bukan karena kesadaran akan pentingnya suatu evaluasi pengukuran kinerja agar
4
dapat dimanfaatkan sebagai langkah awal untuk perbaikan-perbaikan di masa
yang akan datang.
Dalam pengukuran kinerja tidak lepas dari sasaran dan indikator yang sudah
ditetapkan. Dalam evaluasi LAKIP yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN dan RB) Tahun
2011, 49 kementerian/lembaga dari 82 kementerian/lembaga atau kurang lebih
60% termasuk dalam kategori CC yang artinya masih memerlukan perbaikan
dalam pengukuran kinerja terutama karena belum ada kesesuaian yang tepat
dalam menentukan sasaran dan indikator kinerja. Kementerian Agama merupakan
salah satu kementerian yang ada dalam kategori ini. Kantor Wilayah Kementerian
Agama Daerah Istimewa Yogyakarta (Kanwil Kemenag DIY) sebagai salah satu
satuan kerja yang ada di bawah Kementerian Agama sudah membuat LAKIP
sebagai bagian dari akuntabilitas, namun apakah LAKIP tersebut dapat
menggambarkan kinerja yang sesungguhnya dari suatu instansi pemerintah,
padahal evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pengukuran
kinerja, karena hal ini dapat dijadikan salah satu strategi dalam upaya peningkatan
kinerja itu sendiri.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dalam penelitian ini ingin
mengevaluasi sistem pengukuran kinerja pada Kantor Wilayah Kementerian
Agama DIY sebagai strategi dalam peningkatan kinerja dengan pendekatan
evaluasi dan perencanaan yang komprehensif menggunakan model logika yang
inovatif yang dikenal dengan nama Cetakbiru Kinerja (Performance Blueprint)
5
dan menemukan strategi lain untuk memperbaiki kinerja Kantor Wilayah
Kementerian Agama DIY.
1.2. Rumusan Masalah
Peningkatan kinerja saat ini sedang dilakukan terus menerus oleh Kantor
Wilayah Kementerian Agama DIY terutama untuk akuntabilitas publik. Tuntutan
terhadap peningkatan kinerja juga meningkat seiring dengan diberlakukannya
tunjangan kinerja pada Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY. Evaluasi
pengukuran kinerja yang ada di
Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY
sebagai strategi peningkatan kinerja selama ini belum dilakukan, sehingga
diharapkan dalam penelitian ini dapat memperbaiki pengukuran kinerja dan
menemukan strategi–strategi untuk peningkatan kinerja.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka dalam
penelitian ini dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Seberapa tinggi kinerja Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY?
2. Apakah indikator kinerja dalam sistem pengukuran kinerja Kantor Wilayah
Kementerian Agama DIY sudah tepat?
3. Bagaimana Cetak Biru Kinerja dapat digunakan untuk mengevaluasi atas
indikator kinerja Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY?
4. Strategi-strategi apa yang dapat meningkatkan kinerja Kantor Wilayah
Kementerian Agama DIY?
6
4.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ditulis sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut :
1.
Menghasilkan ketercapaian kinerja Kantor wilayah Kementrian Agama DIY.
2.
Menghasilkan evaluasi atas indikator kinerja dalam sistem pengukuran
kinerja.
3.
Menghasilkan evaluasi
atas indikator kinerja dengan menggunakan
CetakBiru Kinerja serta faktor–faktor penyebab rendahnya kinerja.
4.
Menemukan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kinerja Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY.
4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat utama penelitian ini adalah untuk memperbaiki praktek-praktek
yang ada dalam hal pengukuran kinerja serta memberi masukan bagi Kantor
Wilayah Kementerian Agama DIY berkenaan dengan strategi-strategi apa
sajakah yang dapat dikembangkan untuk peningkatan kinerja.
4.3. Proses Penelitian
Secara singkat tahapan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Latar Belakang
Simpulan & Saran
Rumusan masalah
Hasil Penelitian
dan Pembahasan
Pertanyaan
Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat
Penelitian
Metode Penelitian
Latar Belakang
Kontekstual
Obyek Penelitian
Tinjauan Pustaka
Gambar 1.1
Proses Penelitian
7
4.4. Sistematika Penulisan
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, sistematika penulisan tesis ini
dibagi dalam enam bab sebagai berikut :
BAB 1 berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, proses
penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB 2 berisi tentang tinjauan kritis untuk menyusun kerangka berpikir
yang terdiri dari kajian teori, penelitian terdahulu, kondisi yang ada
saat ini serta kerangka berpikir.
BAB 3 menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian serta
menjelaskan secara kontekstual aplikasi teori atau konsep yang dimuat
di studi literature di lingkungan instansi yang menjadi obyek
penelitian.
BAB 4 berisi tentang rancangan penelitian yang terdiri dari jenis
penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data.
BAB 5 berisi tentang data yang diperoleh, hasil analisis data yang
dilakukan, serta pembahasan analisis data.
BAB 6 menyajikan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.
Download