BAB III Kesimpulan Gagal jantung lebih merupakan suatu sindrom klinik daripada suatu diagnosis penyakit pada pasien geriatri. Insidennya terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun. Pada umumnya penyebab gagal jantung pada lansia dan pasien muda lebih kurang sama, tetapi gagal jantung pada lansia sering multifaktorial. Beberapa keadaan dapat mengubah struktur dan fungsi, sehingga meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung pada lansia Gejala dan tanda gagal jantung akibat penuaan relatif sama pada gagal jantung orang muda. Namun biasanya gejala klinis dan keluhan utama pasien tua seringkali tidak khas dan sangat tersembunyi. Pada pemeriksaan fisik juga didapat tanda non spesifik, sehingga diperlukan lebih banyak data obyektif untuk mendiagnosis gagal jantung pada lansia. Tata laksana gagal jantung pada lansia relatif sama dengan pasien muda. Obat-obat yang sering diperlukan untuk gagal jantung pada lansia hampir tidak banyak berbeda dengan obatobat yang diperlukan untuk gagal jantung pada usia muda, hanya perlu dipikirkan adanya penyesuaian dosis, interaksi, efek samping, toksisitas obat serta penyakit iatrogenik. Gagal jantung pada lansia dapat disebabkan oleh radikal bebas dan kerusakan mitokondria, sehingga untuk mengatasinya diperlukan suplemen makanan seperti koenzim Q10 yang berfungsi sebagai anti oksidan. Koenzim Q10, sejenis vitamin yang bersifat larut lemak, termasuk ke dalam golongan ubikuinon dan banyak terdapat pada hewan dan manusia. Seiring dengan pertambahan usia, kadar koenzim Q10 menurun, sehingga diperlukan tambahan dari luar tubuh melalui makanan atau konsumsi suplemen koenzim Q10. Suplemen koenzim Q10 tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dan komposisi. Meskipun dosis optimal dari koenzim Q10 tidak diketahui dan berbeda sesuai beratnya kondisi yang diterapi, tetapi penambahan koenzim Q10 dengan berbagai dosis pada studi tanpa kontrol telah terbukti menunjukkan peningkatan pada ejeksi fraksi, toleransi latihan dan status NYHA, walaupun pada studi lain tidak terbukti. Pada penggunan suplemen koenzim Q-10 tetap harus memperhatikan beberapa hal seperti efek samping serta interaksi yang dapat timbul atau terjadi. Universitas Sumatera Utara