MEANING OF LIFE IN FORMER DRUG USERS Junaiedi, Dona Eka Putri, SPsi., MPsi. Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2009 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Key Word : Meaning Of Life, Ex-Drug Users ABSTRACT : During this time many drug users to escape from dependency. They experience life has been controlled by drugs, so that the drug makes their life becomes meaningless. Strong desire to stop using the drug from within ourselves is needed, so do not fall back. They try to find what a meaningful life without using the drug and try to rediscover the meaning of life lost. The purpose of this research is to determine the factors that cause a person to be drug users, for know the meaning of life in former drug users. In this study the authors used a qualitative approach. Data collection techniques in this research is to use interview techniques and field notes. The results showed that the factors causing drug users are subject to psychological, drug or substance factors, family relationships and the influence of friends while the picture of the meaning of life in former drug users are still using the drug when the subject felt he had not meant to be and after the subject off of the drug the subject feel closer to God (religious), and subject also felt God had granted all the prayers and wishes. In addition, subjects also felt hopeless, empty, and many negative feelings because subjects do not have friends and can not get something the subject wants. And the subject feels his marriage is significant in changing their lives for the better. MAKNA HIDUP PADA MANTAN PENGGUNA NAPZA NPM : 10503099 Nama : Junaiedi Pembimbing : Dona Eka Putri, SPsi., MPSi. Tahun Sidang : 2009 Subjek : Makna Hidup, Mantan Pengguna NAPZA Judul MAKNA HIDUP PADA MANTAN PENGGUNA NAPZA Abstraksi Selama ini banyak pengguna NAPZA ingin melepaskan diri dari ketergantungan. Kehidupan yang mereka alami telah dikendalikan oleh narkoba, sehingga NAPZA membuat kehidupan mereka menjadi tidak bermakna. Keinginan yang kuat untuk berhenti menggunakan NAPZA dari dalam diri sangat diperlukan agar tidak kembali terjerumus. Mereka mencoba mencari apa arti kehidupan yang bermakna tanpa menggunakan NAPZA dan berusaha menemukan kembali makna hidup yang hilang. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi pengguna NAPZA, untuk mengetahui gambaran makna hidup pada mantan pengguna NAPZA. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan dengan subjek dan SO. Untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan alat perekam. Dalam penelitian ditentukan sejumlah karakteristik bagi subjek penelitian yaitu Subjek penelitian ini adalah seorang pria mantan pengguna NAPZA, yang berusia 24 tahun. Setelah dilakukannya penelitian kepada subjek mengenai makna hidup pada pengguna NAPZA maka ditemukan: faktor-faktor yang menyebabkan subjek menjadi pengguna NAPZA adalah aspek psikologis, faktor obat atau zat, hubungan keluarga dan pengaruh teman sedangkan gambaran makna hidup pada mantan pengguna NAPZA adalah Ketika masih menggunakan NAPZA subjek merasa dirinya sudah tidak berarti dan setelah subjek lepas dari NAPZA subjek merasa lebih dekat dengan Tuhan (religius), dan subjek juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Selain itu, subjek juga merasa putus asa, hampa dan banyak perasaan negatif karena subjek tidak mempunyai teman dan tidak bisa mendapatkan sesuatu yang subjek inginkan. Dan subjek merasa pernikahannya merupakan hal yang bermakna dalam merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kata Kunci : Makna Hidup, Mantan Pengguna NAPZA. MAKNA HIDUP PADA MANTAN PENGGUNA NAPZA Oleh : Junaiedi Pembimbing : Dona Eka Putri, SPsi., MPsi. ABSTRAKSI Selama ini banyak pengguna NAPZA ingin melepaskan diri dari ketergantungan. Kehidupan yang mereka alami telah dikendalikan oleh narkoba, sehingga NAPZA membuat kehidupan mereka menjadi tidak bermakna. Keinginan yang kuat untuk berhenti menggunakan NAPZA dari dalam diri sangat diperlukan agar tidak kembali terjerumus. Mereka mencoba mencari apa arti kehidupan yang bermakna tanpa menggunakan NAPZA dan berusaha menemukan kembali makna hidup yang hilang. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi pengguna NAPZA, untuk mengetahui gambaran makna hidup pada mantan pengguna NAPZA. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktorfaktor yang menyebabkan subjek menjadi pengguna NAPZA adalah aspek psikologis, faktor obat atau zat, hubungan keluarga dan pengaruh teman sedangkan gambaran makna hidup pada mantan pengguna NAPZA adalah ketika masih menggunakan NAPZA subjek merasa dirinya sudah tidak berarti dan setelah subjek lepas dari NAPZA subjek merasa lebih dekat dengan Tuhan (religius), dan subjek juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Selain itu, subjek juga merasa putus asa, hampa dan banyak perasaan negatif karena subjek tidak mempunyai teman dan tidak bisa mendapatkan sesuatu yang subjek inginkan. Dan subjek merasa pernikahannya merupakan hal yang bermakna dalam merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kata Kunci : Makna Hidup, Mantan Pengguna NAPZA PENDAHULUAN Fenomena NAPZA merupakan fenomena gunung es (ice berg), artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang tidak tampak (dibawah permukaan laut). Penelitian yang dilakukan oleh Hawari, dkk. (2000) menyebutkan bahwa angka sebenarnya adalah 10 kali lipat dari angka resmi. Atau dengan kata lain bila ditemukan penyalahguna NAPZA artinya ada 10 orang lainnya yang tidak terdata resmi. Jumlah penyalahguna NAPZA versi Badan Narkotika Nasional (BNN) pada pertengahan tahun 2005 diperkirakan mencapai 3,2 juta jiwa. Peningkatan jumlah pengguna menurut BNN, dalam rentang 2000-2004 meningkat rata-rata 28,8% pertahun. Berdasarkan data di atas, masalah NAPZA adalah masalah yang tidak mudah untuk ditangani karena penyalahguna NAPZA jumlahnya terlalu banyak. Selama ini banyak pengguna NAPZA ingin melepaskan diri dari ketergantungan. Kehidupan yang mereka alami telah dikendalikan oleh narkoba, sehingga NAPZA membuat kehidupan mereka menjadi tidak bermakna. Individu yang mengalami ketergantungan NAPZA sangat membutuhkan motivasi hidup yang tinggi dalam dirinya. Keinginan yang kuat untuk berhenti menggunakan NAPZA dari dalam diri sangat diperlukan agar tidak kembali terjerumus. Mereka mencoba mencari apa arti kehidupan yang bermakna tanpa menggunakan NAPZA dan berusaha menemukan kembali makna hidup yang hilang. Frankl (2004) mengemukakan bahwa makna hidup adalah sesuatu yang unik dan khusus, artinya, dia hanya bisa dipenuhi oleh yang bersangkutan. Menurut logoterapi, ada tiga cara yang bisa ditempuh manusia untuk menemukan makna hidup: pertama melalui pekerjaan atau perbuatan; kedua dengan mengalami sesuatu atau melalui seseorang; dan yang ketiga melalui cara kita menyikapi penderitaan yang tidak bisa dihindari. Makna hidup menunjukkan corak kehidupan penuh semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. TINJAUAN PUSTAKA Makna Hidup Frankl (1985) ketika membahas tentang pengertian dari makna hidup pernah mengatakan bahwa dia sendiri merasa ragu apakah seorang individu seperti dokter sekalipun dapat menjawab pertanyaan ini secara umum. Sebab, makna hidup bisa berbeda antara satu dengan yang lain dan berbeda setiap hari atau bahkan setiap jam, makna hidup merupakan suatu hal yang sangat personal tergantung dari pribadi dan keunikan individu tersebut dalam caranya untuk memaknai hidupnya. Oleh karena itu yang penting bukanlah makna hidup secara umum melainkan makna khsusus dari hidup individu pada suatu saat tertentu. Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi individu. Jika individu berhasil menemukan makna hidupnya, maka ia akan merasakan bahwa kehidupannya sangatlah berarti dan berharga, dan pada akhirnya akan menimbulkan perngahayatan bahagia sebagai akibat sampingannya. Pengertian makna hidup menyiratkan bahwa di dalamnya terkandung tujuan hidup, yakni halhal yang perlu dicapai dan dipenuhi (Bastaman dalam Iriana, 2005). Krueger (1979) berpendapat bahwa makna hidup adalah „manner‟, suatu cara atau gaya yang dia gunakan untuk „mengada,‟ untuk mengahadapi dunia; untuk eksis dan cara pendekatan individu terhadap kehidupan sendiri itupun unik, sebab sepanjang hidupnya manusia menyimpan berbagai pengalamannya hingga ia meninggal. Dan bilamana individu telah mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi, dimana kesadarannya lebih terarah untuk pencarian makna-makna, maka dapat dipastikan bahwa pemaknaan seorang individu terhadap kehidupan dengan individu lain akan berbeda satu dengan yang lain. Dimensi Makna Hidup Menurut Frankl (1968) motivasi utama manusia untuk hidup bukanlah untuk mencari kesenangan, melainkan untuk mencari makna hidup. Sedangkan kesenangan bersumber pada kehendak akan makna. Kesenangan sendiri itu merupakan efek dari pemenuhan makna. Frankl membedakan makna menjadi dua, yaitu : a. The Ultimate Meaning Ultimate meaning mengacu pada makna yang diperoleh melalui eksistensi dimensi supramanusia, dari suatu keteraturan yang mana individu menjadi bagian yang sangat kecil darinya, misalnya Tuhan, kehidupan, alam, atau ekosistem. Manusia tidak akan pernah menemukannya secara utuh, manusia hanya dapat berusaha untuk menemukannnya sejauh kemampuan yang dimilikinya. Manusia juga tidak dapat menciptakannya secara sembarangan, untuk menemukannya diperlukan pencarian yang terus menerus. Usaha serta proses pencarian inilah yang membuat apa yang dilakukan dan tidak dilakukan manusia memiliki makna yang sangat jelas berbeda. Misalnya pada individu yang religius diwujudkan dalam keimanannya terhadap Tuhan, sedangkan pada mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, makna ini mungkin terdapat pada konsep-konsep yang bersifat metafisik. b. The Meaning of The Moment The meaning of the moment atau yang disebut juga makna hidup mengacu kepada makna yang manusia temukan dalam setiap situasi. Frankl meyatakan bahwa setiap situasi itu unik dan menawarkan potensi akan makna yang spesifik karena setiap moment tidak dapat dilulang. Hal ini mengakibatkan makna dari suatu situasi ke situasi lain, dari individu yang satu ke individu yang lain akan mengalami perubahan. Respons terhadap makna spesifik inilah yang akan mengarahakan manusia pada hidup yang lebih bermakna. NAPZA Napza adalah akumulasi dari narkotika dan psikotropika. Ada sejumlah kata atau istilah yang terkait dengan narkotika. Misalnya, “narkan” (bahasa Yunani) yang berarti menjadi kaku; “narcose” atau “narcosis” yang berarti dibiuskan. NAPZA singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif adalah istilah yang sering digunakan masyarakat awam untuk menerangkan tentang obat-obat yang berbahaya bagi kesehatan (Maslim, 1996). Menurut Wresniwiro (2004) NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat (bahan adiktif) lainnya. NAPZA adalah zat-zat tertentu yang mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan ketergantungan (adiksi) (http://www.epsikologi.com/remaja/napza-4.htm). Istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktf Iainnya) mengacu kepada Narkotika dan Psikotiopika, yang undang-undangnya sudah berlaku yaitu Undang-Undang No.5 tahun 1997 tentang psikotropika dan. Undang-Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika. lstilah ini diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. NAPZA adalah bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial (Depkes, 2002). Mantan Pengguna NAPZA Menurut Nowinski (dalam Tirtasari, 2004) penggunaan narkoba secara terus menerus akan menyebabkan kecanduan (addiction), menurutnya kecanduan pada pengguna narkoba adalah suatu proses yang berkesinambungan, biasanya dimulai dari rasa ingin tahu pada narkoba sampai pada tahap kompulsif, dimana kebutuhan untuk mengkonsumsi narkoba menjadi kebutuhan psikologis dan fisiologis bagi penggunanya. Konsep dari pengguna atau pecandu narkoba adalah, pola maladaptive dari pemakaian narkoba yang secara klinis membuat individu menjadi stress dan mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memenuhi perannya sebagai individu, rentan terhadap bahaya, melanggar UU, dan menyebabkan munculnya konflik sosial maupun interpersonal. Bagi orang yang telah lama menggunakan narkoba, biasanya akan timbul rasa jenuh dan memiliki keinginan untuk berhenti. Mantan pecandu narkoba memiliki arti proses dan seorang pengguna narkoba untuk berhenti dan kebiasaan mengkonsumsi narkoba, dimulai ketika merasa malu dan bersalah, baik dengan keluarga maupun lingkungan, karena telah mengetahui kebiasaan buruknya. Pada saat itulah biasanya pengguna narkoba akan menyadari konsekuensi negatif yang ditimbulkan oleh narkoba, kemudian masuk ke panti rehabilitasi. Faktor-faktor Penggunaan Narkoba Menurut Wahyurini & Ma‟shum (2006) ada banyak yang saling berinteraksi yang mendorong menyalahgunakan obat terlarang. Beberapa diantaranya adalah : a. Faktor Individu Penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh keadaan mental, fisik, dan psikologi seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian depresi, dan gangguan mental dapat memperbesar kecenderungan seseorang untuk menyalahgunakan narkotika, faktor individu pada umumnya ditentukan oleh dua aspek : 1) Aspek Biologis Menurut Schuchettade (dalam Wahyurini & Ma‟shum, 2006) bukti menunjukkan bahwa faktor genetik berperan seperti alkoholisme serta beberapa berbentuk perilaku yang menyimpang, termasuk penyalahgunaan zat. 2) Aspek Psikologis Sebagian besar penyalahgunaan obat dimulai pada masa remaja. Beberapa cirri perkembangan masa remaja dapat mendorong seseorang untuk menyalahgunakan obat terlarang yaitu, kepercayaan diri kurang atau kurang PD, ketidakmampuan mengelola stress atau masalah yang dihadapi, coba-coba dan berpeluang untuk memperoleh pengalaman baru yang semua itu dapat menyebabkan seseorang remaja terjerumus. b. Faktor obat atau zat 1) Adanya perubahan nilai yang disebabkan oleh perubahan zaman sehubungan dengan arti dan alasan penggunaan zat-zat psikoaktif, obat tidur, misalnya sekarang banyak digunakan tanpa resep dokter untuk membantu seseorang yang sulit tidur. 2) Dalam kenyataan ada beberapa jenis obat yang digunakan sebagai tolak ukur status sosial tertentu. Dengan demikian mereka tidak menggunakan akan mengalami tekanan sosial yang kuat biasanya dari teman sebaya (untuk mencoba-coba). 3) Adanya keyakinan bahwa obat dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi beban masalah yang sedang dihadapi. 4) Sifat dari obat golongan narkotika dan psikotropika adalah adiksi dan toleransi. 5) Peredaran semakin banyak dan lebih mudah didapat. c. Faktor lingkungan Faktor sosiologis yang dianggap dapat menyebabkan penyalahgunaan obat atau zat, antara lain : 1) Hubungan keluarga Biasanya keluarga yang tidak harmonis mempunyai masalah dengan penggunaan obat atau zat, misalnya ibu terlalu dominant, overprotektif, ayah yang otoriter atau acuh tak cuh dengan keluarga. Atau orang tua yang memaksakan kehendak pada anak yang mendorong anak melarikan diri kedalam impian melalui obat. Kualitas hubungan keluarga yang buruk dapat menyebabkan penyalahgunaan obat atau zat terlarang juga dipengaruhi oleh kebiasaan anggota keluarga yang lain, seperti orang tua dan kakak yang juga menggunakan obat atau zat terlarang tersebut. 2) Pengaruh teman Pengaruh teman sangat besar kemungkinan terhadap penyalahgunaan obat atau zat terlarang. Hukuman oleh kelompok teman sebaya, terutama pengucilan bagi mereka yang mencoba berhenti, dirasakan lebih berat dari pengguna obat itu sendiri. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk studi kasus yang bermaksud mendeskripsikan hasil penelitian dan berusaha menemukan gambaran menyeluruh mengenai suatu keadaan. Menurut Stake (dalam Heru Basuki, 2006) Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Dalam penelitian ditentukan sejumlah karakteristik subjek penelitian, yaitu subjek penelitian ini adalah seorang pria mantan pengguna NAPZA, yang berusia 24 tahun. Adapun subjek penelitian berjumlah 1 orang dengan 1 significant other. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara serta catatan lapangan. Untuk membantu proses pengumpulan data digunakan pedoman wawancara dan alat perekam audio sebagai alat bantu peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pembahasan ini peneliti akan membahas pertanyaan penelitian dengan teori yang dijelaskan pada tinjauan pustaka. Pada pertanyaan pertama akan membahas hasil penelitian yang telah didapat dengan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi pengguna NAPZA sedangkan untuk pertanyaan penelitian kedua mengenai gambaran makna hidup pada mantan pengguna NAPZA. Faktor-faktor Penggunaan Narkoba Menurut Wahyurini & Ma‟shum (2006) ada banyak yang saling berinteraksi yang mendorong menyalahgunakan obat terlarang. Beberapa diantaranya adalah : a. Faktor Individu Penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh keadaan mental, fisik, dan psikologi seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian depresi, dan gangguan mental dapat memperbesar kecenderungan seseorang untuk menyalahgunakan narkotika, faktor individu pada umumnya ditentukan oleh dua aspek : 1) Aspek Biologis Menurut Schuchettade (dalam Wahyurini & Ma‟shum, 2006) bukti menunjukkan bahwa faktor genetik berperan seperti alkoholisme serta beberapa berbentuk perilaku yang menyimpang, termasuk penyalahgunaan zat. 2) Aspek Psikologis Sebagian besar penyalahgunaan obat dimulai pada masa remaja. Beberapa ciri perkembangan masa remaja dapat mendorong seseorang untuk menyalahgunakan obat terlarang yaitu, kepercayaan diri kurang atau kurang PD, ketidakmampuan mengelola stress atau masalah yang dihadapi, coba-coba dan berpeluang untuk memperoleh pengalaman baru yang semua itu dapat menyebabkan seseorang remaja terjerumus. 3) Adanya keyakinan bahwa obat dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi beban masalah yang sedang dihadapi. 4) Sifat dari obat golongan narkotika dan psikotropika adalah adiksi dan toleransi. 5) Peredaran semakin banyak dan lebih mudah didapat. Dari hasil penelitian tentang aspek psikologis yang terjadi adalah di dalam kehidupan subjek terdapat aspek psikologis yang mendorong subjek menggunakan NAPZA, seperti subjek ingin mencoba sesuatu hal yang baru, rasa keingintahuan dan kemauan dari dirinya sendiri, untuk meningkatkan rasa percaya diri dan untuk membantu menghadapi setiap permasalahan yang terjadi dalam hidupnya. c. Faktor lingkungan Faktor sosiologis yang dianggap dapat menyebabkan penyalahgunaan obat atau zat, antara lain : 1) Hubungan keluarga Biasanya keluarga yang tidak harmonis mempunyai masalah dengan penggunaan obat atau zat, misalnya ibu terlalu dominant, overprotektif, ayah yang otoriter atau acuh tak acuh dengan keluarga. Atau orang tua yang memaksakan kehendak pada anak yang mendorong anak melarikan diri kedalam impian melalui obat. Kualitas hubungan keluarga yang buruk dapat menyebabkan penyalahgunaan obat atau zat terlarang juga dipengaruhi oleh kebiasaan anggota keluarga yang lain, seperti orang tua dan kakak yang juga menggunakan obat atau zat terlarang tersebut. 2) Pengaruh teman Pengaruh teman sangat besar kemungkinan terhadap penyalahgunaan obat atau zat terlarang. Hukuman oleh kelompok teman sebaya, terutama b. Faktor obat atau zat 1) Adanya perubahan nilai yang disebabkan oleh perubahan zaman sehubungan dengan arti dan alasan penggunaan zat-zat psikoaktif, obat tidur, misalnya sekarang banyak digunakan tanpa resep dokter untuk membantu seseorang yang sulit tidur. 2) Dalam kenyataan ada beberapa jenis obat yang digunakan sebagai tolak ukur status sosial tertentu. Dengan demikian mereka tidak menggunakan akan mengalami tekanan sosial yang kuat biasanya dari teman sebaya (untuk mencoba-coba). Dari hasil penelitian tentang faktor obat atau zat yang terjadi adalah di dalam kehidupan subjek terdapat pengaruh faktor obat atau zat ketika subjek menggunakan NAPZA seperti subjek merasa lebih percaya diri, zat psikoaktif dapat membantu melupakan masalahnya, NAPZA dapat membantu menyatukan subjek dengan teman dan lingkungannya. Subjek juga mendapatkan NAPZA dengan mudah dari teman-temannya. Selain itu, efek dari NAPZA membuat subjek sering merasakan ketagihan (adiktif). pengucilan bagi mereka yang mencoba berhenti, dirasakan lebih berat dari pengguna obat itu sendiri. Dari hasil penelitian tentang hubungan keluarga yang terjadi adalah di dalam kehidupan subjek terdapat pengaruh hubungan keluarga yang mendorong subjek menggunakan NAPZA seperti permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam keluarga subjek (perceraian orang tua subjek). Dari hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi pengguna NAPZA di atas dapat disimpulkan bahwa faktor menyebabkan seorang menjadi pengguna NAPZA adalah aspek psikologis, faktor obat atau zat, hubungan keluarga dan pengaruh teman Dimensi Makna Hidup Menurut Frankl (1968) motivasi utama manusia untuk hidup bukanlah untuk mencari kesenangan, melainkan untuk mencari makna hidup. Sedangkan kesenangan bersumber pada kehendak akan makna. Kesenangan sendiri itu merupakan efek dari pemenuhan makna. Frankl membedakan makna menjadi dua, yaitu : a. The Ultimate Meaning Ultimate meaning mengacu pada makna yang diperoleh melalui eksistensi dimensi supramanusia, dari suatu keteraturan yang mana individu menjadi bagian yang sangat kecil darinya, misalnya Tuhan, kehidupan, alam, atau ekosistem. Manusia tidak akan pernah menemukannya secara utuh, manusia hanya dapat berusaha untuk menemukannnya sejauh kemampuan yang dimilikinya. Manusia juga tidak dapat menciptakannya secara sembarangan, untuk menemukannya diperlukan pencarian yang terus menerus. Usaha serta proses pencarian inilah yang membuat apa yang dilakukan dan tidak dilakukan manusia memiliki makna yang sangat jelas berbeda. Misalnya pada individu yang religius diwujudkan dalam keimanannya terhadap Tuhan, sedangkan pada mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, makna ini mungkin terdapat pada konsep-konsep yang bersifat metafisik. Dari hasil penelitian dimensi makna hidup pada mantan pengguna NAPZA yang terjadi adalah di dalam kehidupan subjek terdapat dimensi The Ultimate Meaning seperti ketika masih menggunakan NAPZA subjek merasa dirinya sudah tidak berarti dan kehidupannya sudah tidak jelas karena dia merasa semua yang dimilikinya mulai hilang. Dan setelah subjek lepas dari NAPZA subjek merasa lebih dekat dengan Tuhan (religius), dan subjek juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Subjek juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doanya dan memberikan hidayah pada kehidupan subjek sehingga membuat subjek menyadari segala dosanya dan meninggalkanya. b. The Meaning of The Moment The meaning of the moment atau yang disebut juga makna hidup mengacu kepada makna yang manusia temukan dalam setiap situasi. Frankl meyatakan bahwa setiap situasi itu unik dan menawarkan potensi akan makna yang spesifik karena setiap moment tidak dapat dilulang. Hal ini mengakibatkan makna dari suatu situasi ke situasi lain, dari individu yang satu ke individu yang lain akan mengalami perubahan. Respons terhadap makna spesifik inilah yang akan mengarahakan manusia pada hidup yang lebih bermakna. Dari hasil penelitian dimensi makna hidup pada mantan pengguna NAPZA yang terjadi adalah di dalam kehidupan subjek terdapat dimensi The Meaning of The Moment seperti ketika subjek masih menggunakan NAPZA subjek tidak menghargai dirinya sendiri dan keluargannya. Selain itu, subjek juga merasa putus asa, hampa dan banyak perasaan negatif karena subjek tidak mempunyai teman dan tidak bisa mendapatkan sesuatu yang subjek inginkan. Dan subjek merasa pernikahannya merupakan hal yang bermakna dalam merubah kehidupannya menjadi lebih baik (misalnya, subjek dapat berhenti menggunakan NAPZA, karena dirinya sekarang telah menyadari bahwa NAPZA telah membuat hidup subjek menjadi tidak berarti). Dari beberapa hasil penelitian mengenai gambaran makna hidup pada mantan pengguna NAPZA di atas dapat disimpulkan bahwa didalam dimensi makna hidup pada mantan pengguna NAPZA terdapat The Ultimate Meaning dan The Meaning of The Moment. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari penelitian mantan pengguna NAPZA peneliti menemukan: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek menjadi pengguna NAPZA adalah sebagai berikut: Di dalam faktor individu terdapat aspek psikologis yang menyebabkan subjek menggunakan NAPZA, seperti subjek ingin mencoba sesuatu hal yang baru, rasa keingintahuan subjek dan kemauan dirinya sendiri, untuk meningkatkan rasa percaya diri dan untuk membantu menghadapi setiap permasalahan yang terjadi dalam hidupnya. Dalam faktor obat atau zat yang menyebabkan subjek menggunakan NAPZA, seperti subjek merasa lebih percaya diri, zat psikoaktif dapat membantu melupakan masalahnya, NAPZA dapat membantu menyatukan subjek dengan teman dan lingkungannya. Subjek juga mendapatkan NAPZA dengan mudah dari teman-temannya. Selain itu, efek dari NAPZA membuat subjek sering merasakan ketagihan (adiktif). Dan di dalam faktor lingkungan terdapat faktor hubungan keluarga yang menyebabkan subjek menggunakan NAPZA seperti permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam keluarga subjek (perceraian orang tua subjek). Selain itu terdapat aspek pengaruh teman yang menyebabkan subjek menggunakan NAPZA seperti, pertama kali menggunakan NAPZA jenis ganja adalah lingkungan dan teman-temannya yang juga menggunakan NAPZA. 2. Gambaran makna hidup pada mantan pengguna NAPZA adalah sebagai berikut: Di dalam gambaran makna hidup pada mantan pengguna NAPZA terdapat beberapa dimensi-dimensi, antara lain dimensi The Ultimate Meaning seperti ketika masih menggunakan NAPZA subjek merasa dirinya sudah tidak berarti dan kehidupannya sudah tidak jelas karena dia merasa semua yang dimilikinya mulai hilang. Dan setelah subjek lepas dari NAPZA subjek merasa lebih dekat dengan Tuhan (religius), dan subjek juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Subjek juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doanya dan memberikan hidayah pada kehidupan subjek sehingga membuat subjek menyadari segala dosanya dan meninggalkanya. Selain itu The Meaning of The Moment seperti ketika subjek masih menggunakan NAPZA subjek tidak menghargai dirinya sendiri dan keluarganya. Selain itu, subjek juga merasa putus asa, hampa dan banyak perasaan negatif karena subjek tidak mempunyai teman dan tidak bisa mendapatkan sesuatu yang subjek inginkan. Dan subjek merasa pernikahannya merupakan hal yang bermakna dalam merubah kehidupannya menjadi lebih baik (misalnya, subjek dapat berhenti menggunakan NAPZA, karena dirinya sekarang telah menyadari bahwa NAPZA telah membuat hidup subjek menjadi tidak berarti). Saran 1. Untuk subjek Kepada subjek disarankan untuk lebih meningkatkan rasa percaya diri, lebih terbuka dan jujur terhadap keluarga dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dalam mengatasi setiap kesulitan atau permasalahan diharapkan subjek lebih bersikap positif dalam mengatasinya dan bukan dengan cara menggunakan NAPZA. 2. Untuk keluarga Kepada keluarga disarankan untuk lebih meningkatkan hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, seperti komunikasi, rasa saling sayang dan perhatian antar anggota keluarga. 3. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari hasil yang memuaskan. Untuk itu bagi para peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan topik yang sama hendaknya memperbanyak sample penelitian agar data yang ditemukan lebih bervariasi, komperehensif dan penelitian dapat dilakukan dengan lebih detail dalam menganalisis data yang didapat sehingga hasil penelitian akan lebih relevan. Penerbit Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia. Iriana, S. (2005). Derita cinta tak terbalas : Proses pencarian makna hidup. Jakarta: Jalasutra. Krueger, D. (1979). An introduction to phenomenological psychology. Pittsburg: Ouquesne University Press. Maslim. (1996). Bahaya NAPZA dan penanggulangannya. ( vol : II ) : Jakarta: Rajawali. Tirtasari, Reni. (2004). Kepercayaan diri pada remaja ex-pengguna narkoba. Sknipsi (Tidak diterbitkan) Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2006). Penyalahgunaan NAPZA. http://www.infonapza.or.id. Basuki, H. (2006). Penelitian kualitatif : Untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma. BNN. (2004). Pencegahan penyalahgunaan narkoba bagi pemuda. Jakarta: BNN. Frankl, V. E. (1968). The doctor and the soul : From psychotherapy through logoterapi. New York: Alfred A. Knopft. Frankl, V. E. (1985). Man’s search for meaning. New York: Washington Square Press. Hawari, D. (2006). “Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif)“. Balai Wresniwiro, M. (2004). Narkoba musuh bangsa. Jakarta: Yayasan Mitra Bintibmas.