1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Endotelin (ET) -1 adalah peptida vasokonstriktor yang diisolasi dari sel endotel dan produksinya dirangsang dalam berbagai sel yang berbeda2. DM adalah penyakit degeneratif yang terus meningkat prevalensinya diseluruh dunia dan sebagian besar tergolong DM tipe 2. Saat ini DM menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2013 telah mencapai 382 juta orang di dunia. Jika tidak ada tindakan yang dilakukan, maka jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta pada tahun 20353. Data dari studi global juga memperkirakan bahwa sebanyak 175 juta orang tidak menyadari bahwa mereka menghidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59 tahun3. Penderita DM di Sumatera Utara juga meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2013, Sumatera Utara memiliki prevalensi DM sebesar 5,3% atau hanya 0,4% di bawah rata-rata nasional. Meskipun demikian, prevalensi ini harus diwaspadai karena penderita yang telah mengetahui memiliki DM sebelumnya hanya sebesar 26%, sedangkan sekitar 74% tidak mengetahui bahwa mereka telah menderita DM4. Pada pasien DM, kemampuan tubuh untuk bereaksi dengan insulin dapat menurun, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi baik akut maupun kronik. Komplikasi akut termasuk hipoglikemia, diabetes ketoasidosis dan hiperglikemia hiperosmolar koma nonketotik. Komplikasi DM mengenai makrovaskular (rusaknya pembuluh darah besar) dan mikrovaskular (rusaknya pembuluh darah Universitas Sumatera Utara 2 kecil). Komplikasi makrovaskular meliputi penyakit seperti serangan jantung, stroke dan insufisiensi aliran darah ke tungkai. Sedangkan komplikasi mikrovaskular meliputi kerusakan pada mata (retinopati) yang menyebabkan kebutaan, kerusakan pada ginjal (nefropati) yang berakhir pada gagal ginjal, dan juga kerusakan pada syaraf (neuropati) yang berakibat pada gangguan kaki diabetes sampai kemungkinan terjadinya amputasi pada tungkai 5,6. Jumlah pasien DM terus meningkat dan besarnya biaya perawatan pasien DM yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang paling baik adalah melakukan penatalaksanaan. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, ada empat pilar penatalaksanaan pada penderita DM tipe 2 yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Salah satu penatalaksanaan yang perlu diperhatikan adalah edukasi. Melalui edukasi, pasien bukan hanya harus belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku pencegahan dalam gaya hidup dan perawatan untuk menghindari komplikasi DM jangka panjang1. Hiperglikemik pada diabetes mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Peningkatan permeabilitas mikrovaskular pada diabetes merupakan faktor risiko terjadinya komplikasi vascular (APTA, 2008). Data klinis menunjukkan bahwa hiperglikemia kronik menjadi faktor predispose untuk semua jenis penyakit mikrovaskular7,8.. Hiperglikemia menyebabkan disfungsi endotel kronis. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa peningkatan permeabilitas endotel merupakan manifestasi awal disfungsi endotel pada diabetes mellitus. Perubahan dalam penghalang sel endotel fisiologis cenderung merusak fungsi organ, sebagai akibat akumulasi plasma makromolekul di kompartemen interstitial tubuh organ. Oleh karena itu, mikroalbuminuria dijadikan sebagai parameter klinis yang penting dan sasaran terapi untuk pengobatan komplikasi vaskular pada pasien diabetes mellitus. Menurut British Jornals Of Pharmacology, endotelin-I memainkan peran dalam regulasi vaskular permeability. Endothelin-I menyebabkan peningkatan hematocrit, penelitian selanjutnya telah menunjukkan pembentukan edema dalam Universitas Sumatera Utara 3 induksi endotelin-l dan meningkatkan ekstravasasi protein vaskular termasuk saluran udara, jantung, saluran pencernaan dan intherat ginjal9. Namun, mekanisme molekuler yang bertanggungjawab untuk hyperpermeability endotel pada diabetes mellitus sebagian besar masih belum diketahui dengan jelas, sehingga tindakan terapi yang efektif belum diketahui9. Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan diabetes mellitus terhadap peningkatan permeabilitas pembuluh darah pada hewan coba tikus dengan DM. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimanakah hubungan diabetes mellitus terhadap permeabilitas pembuluh darah pada hewan coba tikus dengan DM? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus terhadap peningkatan permeabilitas pembuluh darah. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Melihat peningkatan kadar gula darah pada tikus yang disuntik aloksan. 2. Melihat kadar peningkatan endothelin-1 pada tikus yang disuntik aloksan 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Manfaat bagi Instansi Pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara 4 2. Manfaat bagi peneliti Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti tentang cara pembuatan karya tulis ilmiah yang baik dan benar serta menambah pengetahuan peneliti komplikasi awal DM secara umum. 3. Manfaat bagi ahli kesehatan Penelitian ini akan bernambah ilmu awal terjadi komplikasi diabetes mellitus dan faktor perubahan permeabilitas. 4. Manfaat bagi masyarakat Penitian ini dapat dijadikan panduan untuk masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut tentang bahaya DM terhadap kesehatan dan dapat mengelakan dari DM. Universitas Sumatera Utara