Bab V Kesimpulan Penelitian ini mengkaji saluran kredit dalam transmisi kebijakan moneter di Indonesia.Hasil analisis dengan menggunakan VAR menunjukkan bahwa kebijakan moneter dalam mengatur jumlah uang beredar (M2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sektor kredit dan perekonomian Indonesia. Hasil estimasi menggunakan tahapan vector autoregression menunjukkan bahwa : 1. Kebijakan moneter yang pada model ini diwakili oleh variabel jumlah uang beredar (M2) memiliki dampak terhadap perekonomian Indonesia yang diwakili oleh variable CPI. Shock yang ada pada jumlah uang beredar (M2), memberi dampak positif terhadap perubahan variabel CPI. Artinya kenaikan jumlah uang beredar (M2) akan menyebabkan tingkat CPI/ inflasi juga naik. Berdasarkan hasil dari uji IRF, variabel CPI berada di atas garis kesimbangan dalam waktu yang cukup lama sebelum bergerak kembali menuju keseimbangan. Artinya, shock yang terjadi pada kebijakan moneter ini tidak memberi dampak yang permanen terhadap variabel kredit tetapi hanya bersifat sementara. 2. Hasil estimasi Variance Error Decompotition menyimpulkan bahwa shock pada variabel jumlah uang beredar,(M2) memiliki kontribusi yang paling besar terhadap perubahan variabel kredit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai varians jumlah uang beredar merupakan yang paling besar diantara variabel yang lain. Artinya kebijakan Bank Indonesia untuk mempengaruhi jumlah uang beredar, baik kebijakan yang bersifat kontraktif dan ekapansif, akan berdampak signifikan terhadap perubahan jumlah kredit yang disalurkan terhadap sektor swasta. Sementara untuk CPI, nilai varians yang paling besar terdapat pada variabel jumlah uang beredar (M2). Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter, melalui penetapan batas jumlah uang beredar, memiliki pengaruh yang paling besar terhadap perubahan CPI/ inflasi. Hal ini berpengaruh terhadap perekonomian nasional secara riil karena terkait dengan penentuan tingkat harga. Dari hasil analisis VAR tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja kredit di Indonesia masih tergantung dari kebijakan moneter terutama menyangkut penetapan jumlah uang beredar. Apabila Bank Indonesia selaku otoritas moneter di Indonesia menetapkan kebijakan moneter yang bersifat kontraktif, maka akan diikuti penurunan jumlah kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan. Hal ini memiliki dampak terhadap penurunan tingkat produksi nasional. Hasil estimasi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ludvigson (1998), yang menyatakan bahwa kebijakan moneter yang bersifat kontraktif akan berpengaruh terhadap penurunan jumlah kredit. Beberapa penelitian yang menyimpulkan hasil yang sama adalah Luckett (1970), Brinkman,dkk (1995) dan Kim (1998). 42