BAB I - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pembangunan Ekonomi Regional
Todaro (2003:28), mendefenisikan bahwa pembangunan ekonomi adalah
suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada seluruh
perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial,
mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparitas)
dan pegangguran.
Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan
wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di
samping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi
kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Dengan demikian
perekonomian dapat dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan
output riil.
Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi
terjadi
bila
terdapat
kenaikan
output
perkapita.
Pertumbuhan
ekonomi
menggambarkan kenaikan taraf hidup yang diukur dengan output riil per orang.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan,
jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika
jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah
Universitas Sumatera Utara
besar pada tahun-tahun berikutnya. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan
ekonomi suatu wilayah atau daerah adalah dengan angka pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan
ekonomi
adalah
pertumbuhan
pendapatan
masyarakat
secara
keseluruhan sebagai suatu cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added)
yang tercipta di suatu wilayah atau daerah.
Menurut Adisasmita (2008: 13), pembangunan wilayah (regional) merupakan
fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia,
investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,
komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah,
kemampuan pendanaan dan pembiayaan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan),
kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.
2.2.
Pertumbuhan Ekonomi Regional
Teori pertumbuhan ekonomi regional merupakan bagian penting dalam
rangka melakukan analisa suatu perkembangan ekonomi di suatu regional, hal ini
jelas karena pertumbuhan merupakan salah satu unsur utama dalam suatu
pembangunan ekonomi regional dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup
luas, baik terhadap wilayahnya maupun terhadap wilayah lainnya atau bahkan dapat
merupakan kerugian terhadap wilayah lainnya.
Pertumbuhan
ekonomi
dapat
dinilai
sebagai
dampak
kebijaksanaan
Pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan
laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara
Universitas Sumatera Utara
tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai
indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan
(Sirojuzilam, 2008:18).
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi
(Sirojuzilam, Kasyful Mahalli, 2010:10). Pertumbuhan ekonomi merupakan laju
pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak
langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi, bagi daerah
indikator ini penting untuk mengetahaui keberhasilan pembangunan di masa yang
akan datang.
Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan
perubahan selama kurun waktu tertentu seperti produksi, penduduk, angkatan kerja,
rasio modal tenaga dan imbalan bagi faktor (Sirojuzilam, Kasyful Mahalli, 2010:14).
Laju pertumbuhan dari daerah-daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat
pendapatan daerah.
Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam
era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah, masingmasing daerah berlomba-loma meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya, guna
meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang
struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi
pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan bagi
mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya (Sjafrizal, 2008: 86).
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan
dengan
pendekatan
sektoral
mengkaji
pembangunan
berdasarkan kegiatan usaha yang dikelompokkan menurut jenisnya ke dalam sektor
dan sub sektor. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertanian, pertambangan,
konstruksi (bangunan), perindustrian, perdagangan, perhubungan, keuangan dan
perbankan serta jasa.
Pemerintah daerah harus mengetahui dan dapat menentukan penyebab, tingkat
pertumbuhan dan stabilitas dari perekonomian wilayahnya. Identifikasi sektor dan
sub sektor yang dapat memperlihatkan keunggulan komparatif (comparative
advantage) daerah merupakan tugas utama dari pemerintah daerah.
2.3
Pendapatan Regional
Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat dimanfaatkan
sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Untuk dapat mengukur
seberapa besar keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang ekonomi salah satu
alat yang dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah
melalui penyajian angka-angka pendapatan regional (PDRB).
Pendapatan regional didefenisikan sebagai tingkat (besarnya) pendapatan
masyarakat pada wilayah analisis (Tarigan, 2009: 13), tingkat pendapatan regional
dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat
pada wilayah tersebut. Ada beberapa parameter yang bisa digunakan untuk mengukur
adanya pembangunan wiayah. Salah satu parameternya yang terpenting adalah
meningkatnya pendapatan masyarakat. Parameter lainnya seperti peningkatan
Universitas Sumatera Utara
lapangan kerja dan pemerataan pendapatan juga sangat terkait dengan peningkatan
pendapatan wilayah.
Beberapa istilah yang sering dipergunakan untuk menggambarkan pendapatan
regional, diantaranya adalah :
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari
seluruh aktifitas sektor ekonomi di suatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu.Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi
dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto
mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa
tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan
menghitung
nilai
tammbah
bruto
dari
setiap
sektor
dan
kemudian
menjumlahkannya maka akan dihasilkan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Metoda perhitungan PDRB dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yakni :
1). Pendekatan Produksi, dimana PDRB merupakan selisih antara nilai
barang/jasa (output) yang dihasilkan, dengan biaya (input) antara yang
digunakan untuk menghasilkan barang/jasa tersebut.
2). Pendekatan Pendapatan, dimana PDRB merupakan nilai balas jasa yang
diterima oleh pemilik faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi.
Universitas Sumatera Utara
3). Pendekatan pengeluaran, dimana PDRB merupakan nilai barang dan jasa
akhir yang digunakan oleh para pelaku ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi, dan ekspor
Secara teoritis, total PDRB yang dihitung melalui ketiga pendekatan tersebut akan
menghasilkan nilai yang sama besar.
Untuk pendekatan produksi, di Indonesia sektor-sektor perekonomian dihitung
berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, yaitu :
a. Pertanian
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri Pengolahan
d. Listrik, gas dan air bersih
e. Bangunan/konstruksi
f. Perdagangan, hotel dan restauran
g. Penagngkutan dan komunikasi
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
i. Jasa-jasa
PDRB secara berkala dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu atas dasar harga
berlaku dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, sebagai berikut
dijelaskan:
a. Penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas
harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai
Universitas Sumatera Utara
produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan
komponen pengeluaran PDRB.
b. Penyajian atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, semua agregat
pendapatan dinilai atas harga yang terjadi pada tahun dasar (dalam hal ini
dipakai harga konstan didasarkan harga pada tahun 2000). Karena
menggunakan haraga tetap, maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun
semata-mata disebabkan oleh perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa
mengandung fluktuasi harga.
2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar
PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan.
Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai
barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kenderaan dan lain-lainnya) karena
barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika Nilai susut barangbarang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan
penyusutan keseluruhan.
3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor
Perbedaan antara konsep biaya faktor dengan konsep harga pasar ialah karena
adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang
diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung ini
meliputi pajak penjualan, bea ekspor dan impor, cukai dan lain-lain pajak, kecuali
pajak pendapatan dan pajak perseorangan.
Universitas Sumatera Utara
Pajak tidak langsung dari unit-unit produksi dibebankan kepada biaya produksi
atau pada pembeli hingga langsung berakibat kepada kenaikan harga barang.
Berlawanan dengan pajak tidak langsung yang berakibat kenaikan harga barang,
ialah subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit-unit produksi, yang bisa
mengakibatkan penurunan harga. Jadi pajak tidak langsung dan subsidi
mempunyai pengaruh terhadap harga barang-barang, hanya yang satu
berpengaruh menaikkan sedang yang lain menurunkan harga, sehingga jika pajak
tidak langsung dikurangi subsidi akan diperoleh pajak tidak langsung netto, maka
hasilnya adalah produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor.
Dari konsep-konsep yang diterangkan diatas dapat diketahui bahwa Produk
Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor tersebut sebenarnya merupakan
jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di
suatu daerah. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar biaya faktor, merupakan
jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
keuntungan yang timbul atau merupakan pendapatan yang berasal dari daerah
tersebut, akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi, tidak seluruhnya menjadi
pendapatan penduduk daerah tersebut, sebab ada sebagian pendapatan yang diterima
oleh penduduk daerah lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh
orang luar, tetapi perusahaan tersebut beroperasi di daerah tersebut, maka dengan
sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan menjadi milik orang luar yaitu
milik orang yang memiliki modal.
Universitas Sumatera Utara
Jika PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang
mengalir ke luar dan ditambah dengan pendapatan yang mengalir ke dalam, maka
hasilnya akan merupakan PDRN yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benarbenar diterima oleh seluruh yang tinggal di daerah yang dimaksud. PDRN inilah yang
merupakan pendapatan regional.
2.4
Perencanaan Pembangunan Wilayah
Menurut Sirojuzilam, Kasyful Mahalli (2010:67), dalam upaya pembangunan
regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan
perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pembangunan. Banyak literature menyebutkan bahwa perencanaan
regional menyangkut ke dalam dua aspek utama yaitu sesuatu yang menyangkut
ruang dan aktifitas di atas ruang tersebut. Dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-komponen yang terdiri atas sumber
daya alam, sumber daya manusia, modal dan teknologi.
Perencanaan pembangunan regional merupakan entitas ekonomi dengan
unsur-unsur interaksi yang beragam. Aktifitas ekonomi wilayah diidentifikasikan
berdasarkan analisa ekonomi regional, yaitu dievaluasi secara komparatif dan kolektif
terhadap kondisi dan kesempatan ekonomi berskala wilayah.
Nugroho (2004) menyatakan bahwa pendekatan perencanaan regional
dititikberatkan pada aspek lokasi dimana kegiatan dilakukan. Pemerintah daerah
mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dengan instansi-instansi pusat dalam
Universitas Sumatera Utara
melihat aspek ruang di suatu daerah. Artinya bahwa dengan adanya perbedaan
pertumbuhan dan disparitas antar wilayah, maka pendekatan perencanaan parsial
adalah sangat penting untuk diperhatikan. Dalam perencanaan pembangunan daerah
perlu diupayakan pilihan-pilihan alternatif pendekatan perencanaan, sehingga potensi
sumber daya yang ada akan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
Kebijakan pembangunan wilayah merupakan keputusan atau tindakan oleh
pejabat pemerintah berwenang atau pengambil keputusan publik guna mewujudkan
suatu kondisi pembangunan. Sasaran akhir dari suatu kebijakan pembangunan
tersebut adalah untuk dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan sosial secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang
berkembang dalam masyarakat.
2.5.
Teori Basis Ekspor
Teori ini membagi sektor produksi atau jenis pekerjaan yang terdapat dalam
suatu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service (pelayanan) atau
lebih sering disebut sektor non basis. Pada intinya, kegiatan yang hasilnya di jual ke
luar daerah (atau mendatangkan dari luar daerah) disebut kegiatan basis. Sedangkan
kegiatan non-basis adalah kegiatan yang melayani kebutuhan masyarakat di daerah
itu sendiri, baik pembeli maupun asal uangnya dari daerah itu sendiri.
Teori basis ekspor menggunakan dua asumsi, yaitu (1) asumsi pokok atau
utama bahwa ekspor adalah satu-satunya unsur eksogen (independen) dalam
pengeluaran, artinya semua unsur pengeluaran lain terikat (dependen) terhadap
Universitas Sumatera Utara
pendapatan. Secara tidak langsung hal iniberarti di luar pertambahan alamiah, hanya
peningkatan ekspor saja yang dapat mendorong peningkatan pendapatan daerah
karena sektor-sektor lain terikat peningkatannya oleh peningkatan pendapatan daerah.
Sektor lain akan meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan meningkat.
Jadi satu-satunya yang bisa meningkat secara bebas adalah ekspor. Ekspor tidak
terikat dalam siklus pendapatan daerah; (2) asumsi kedua adalah fungsi pengeluaran
dan fungsi impor bertolak dari titik nol sehingga tidak akan berpotongan.
Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik Location
Quetient (LQ), untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau
sektor unggulan (leading sectors). Teknik analisa Location Quetient (LQ) dapat
menggunakan variabel tenaga kerja atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
suatu wilayah sebagai indikator pertumbuhan wilayah. Location Quetient merupakan
ratio antara jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu atau PDRB terhadap total jumlah
tenaga kerja sektor tertentu atau total nilai PDRB suatu daerah dibandingkan dengan
rasio tenaga kerja dan sektor yang sama dengan daerah yang lebih tinggi sebagai
referensi.
Rumus untuk perhitungan LQ adalah :
X ir
Rumus Umum  LQ 
X
n
i
Xr Xn
 Location Quotient Keterangan : LQ X ir  Jumlah PDRB sektor i di Daerah r Universitas Sumatera Utara
X r  Jumlah Total PDRB di Daerah r X in  Jumlah PDRB sector i di Daerah lebih tinggi X n  Jumlah Total PDRB di Daerah lebih tinggi Adapun hasil analisis LQ dikelompokkan sebagai berikut :
1. LQ > 1 = daerah i lebih berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan
sektor i nasional atau daerah yang lebih tinggi.
2. LQ < 1 = daerah i tidak berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan
sektor i nasional atau daerah yang lebih tinggi.
2. LQ = 1 = baik daerah i maupun nasional sama derajatnya dalam memproduksi
sektor i.
2.6.
Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan Daerah
Di era otonomi daerah, pembangunan ekonomi lokal mestinya berbasis
potensi lokal daerah. Skala prioritas unggulan daerah harus ditetapkan baik secara
sektoral maupun skala lebih kecil yaitu jenis produk. Hal ini untuk lebih
mengarahkan dalam memberi dukungan pencapaian peningkatan dalam memberikan
dukungan perencanaan pembangunan, alokasi sumberdaya, tata ruang wilayah dan
lainnya. Termasuk juga cara memasarkan produk sektor tersebut sehingga dapat
diketahui dan menarik minat para investor dalam pengembangannya.
Perlu untuk disadari bahwa pemilihan sektor unggulan tidak semata-mata
untuk tampil beda menurut ragam karakteristik daerah, tetapi terutama menjadi
strategi akselerasi pembangunan daerah sendiri. Dalam identifikasi sektor unggulan
Universitas Sumatera Utara
perlu memperhatikan enam hal yaitu (1) keterkaitan tingkatan pembangunan; (2)
keterkaitan antar sektor, (3) kontribusi terhadap sektor atau struktur ekonomi, (4)
penyerapan tenaga kerja, (5) daya dukung SDM dan teknologi dan (6) pertimbangan
strategis non ekonomi.
Keenam hal tentang identifikasi sektor unggulan dimuka dapat dijelaskan
seperti berikut :
Pertama,
sektor
unggulan
memiliki
keterkaitan
dengan
tingkatan
pembangunan daerah terutama pembangunan ekonomi. Struktur ekonomi yang
terbagi menjadi sektor primer, sekunder dan tersier. Jenis sektor unggulan akan
menjadi bagian penting dalam sektor-sektor ekonomi tersebut.
Kedua, sektor unggulan dapat kemungkinan memiliki keterkaitan dengan
sektor lainnya. Keterkaitan ini dapat ke belakang yaitu sektor penyedia input
(backward linkage) atau ke depan yaitu sektor pengguna output (forward linkage).
Berarti perkembangan sektor unggulan dapat menjadi pendorong perkembangan
sektor lainnya yang masih terkait.
Ketiga, sektor unggulan dapat memberikan kontribusi yang besar dan dapat
diandalkan bagi perekonomian daerah. Perkembangan sektor unggulan dapat
meningkatkan atau mengubah struktur ekonomi tertentu yang memiliki sektor
unggulan.
Keempat, peningkatan sektor unggulan dapat memacu pertumbuhan ekonomi
daerah. Berarti terjadi peningkatan kegiatan ekonomi sehingga pada gilirannya akan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan permintaan tenaga kerja. Peningkatan permintaan tenaga kerja akan
menambah penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian daerah.
Kelima, pengembangan sektor unggulan harus memperhatikan daya dukung
SDM dan teknologi yang dimiliki oleh daerah bersangkutan. Sektor unggulan yang
menjadi andalan atau tulang punggung penting bagi perekonomian daerah
membutuhkan SDM dan teknologi yang memadai untuk mengelolanya.
Keenam, pertimbangan strategis non ekonomi perlu juga diperhatikan terkait
pengembangan sektor unggulan. Hal ini disebabkan oleh peran penting sektor-sektor
ekonomi untuk mendukung aspek kenegaraan lainnya seperti pertahanan dan
keamanan nasional.
Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi
sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang
mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang
cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang
teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan
kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasilhasil produksi tersebut, baik swasta maupun pemerintah; (4) sektor tersebut harus
berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.
Menurut Daryanto, Hafizrianda (2010:18), keunggulan bersaing atau daya
saing suatu wilayah tercipta jika kawasan tersebut memiliki kompetensi inti (core
competence) yang dapat dibedakan dari wilayah lainnya. Kompetensi int dapat diraih
Universitas Sumatera Utara
melalui creation of factor, yaitu upaya menciptakan berbagai faktor produksi yang
jauh lebih baik dibandingkan para pesaingnya..
Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia,
sudah diatur dalam Undang-Undang RI No. 5 tahun 1975 tentang pokok-pokok
pemerintahan di daerah. Dalam prakteknya kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal selama pemerintahan orde baru belum dapat mengurangi
ketimpangan vertikal dan horisontal, yang ditunjukkan dengan tingginya derajat
sentralisasi fiskal dan besarnya ketimpangan antar daerah dan wilayah (Uppal dan
Suparmoko, 1986; Sjahfrizal, 1997). Praktek internasional desentralisasi fiskal baru
dijalankan pada 1 Januari 2001 berdasarkan Undang-UndangU RI No. 25 tahun 1999
yang disempurnakan dengan Undang-Undang RI No. 33 tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Prinsip dasar
pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia ialah “Money Follows Functions”,
yaitu fungsi pokok pelayanan publik didaerahkan, dengan dukungan pembiayaan
pusat melalui penyerahan sumber-sumber penerimaan kepada daerah.
Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 33 tahun 2004 sumber-sumber
penerimaan daerah adalah pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan. Dana Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah (PKPD) merupakan
mekanisme transfer pemerintah pusat-daerah terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan
Sumber Daya Alam (DBHP dan SDA), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK). Dana pembiayaan daerah berasal dari Sisa Lebih Anggaran
Universitas Sumatera Utara
daerah (SAL), pinjaman daerah, dana cadangan daerah dan privatisasi kekayaan
daerah
yang
dipisahkan.
Besarnya
PAD
dan
pembiayaan
daerah
dapat
diklasifikasikan sebagai dana non PKPD, karena berasal dari pengelolaan fiskal
daerah. Khusus pinjaman daerah pemerintah pusat masih khawatir dengan kondisi
utang negara, sehingga belum mengijinkan penerbitan utang daerah.
Dengan berbagai aturan tersebutlah, pembiayaan pembangunan bagi daerah
dapat sedikit terasa membaik, sebab telah terjadi desentralisasi di sektor pendanaan
pembangunan, yang notabene daerah dapat lebih leluasa untuk mengatur penggunaan
sumber daya alamnya.
Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam
sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa
sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball
effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder.
Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui
output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu
(provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya
sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah
satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan
menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan
penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting
terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi
di daerah.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi
perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki
potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam
suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut
yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan
teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat
dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah
yang bersangkutan.
2.7.
Pengembangan Ekonomi Lokal
Dalam pengembangan ekonomi wilayah, selama ini model atau pendekatan
yang diterapkan adalah melalui pendekatan perwilayahan dan penetapan pusat-pusat
pertumbuhan, sentra-sentra produksi, termasuk kawasan pengembangan ekonomi
terpadu yang disusun dan ditetapkan dari pusat. Pada era otonomi daerah ini tentunya
diperlukan instrumen bagi pemerintah daerah dan pelaku ekonomi daerah untuk
menyusun dan melaksanakan pembangunan ekonomi daerahnya dari perspektif
potensi dan kebutuhan daerah itu sendiri.
Tentu saja perlu keterkaitan dan kerjasama antar daerah, agar tidak terjadi
persaingan yang tidak sehat, juga agar merajut kekuatan ekonomi nasional yang kuat.
Namun demikian kerjasama yang berkelanjutan adalah kerjasama yang inisiatifnya
juga dari daerah-daerah sesuai kebutuhan yang dirasakannya, jadi bukan kerjasama
yang sekedar mengikuti perintah pemerintah atasan.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) pada hakekatnya merupakan proses
kemitraan antara pemerintah daerah dengan para stakeholders termasuk sektor swasta
dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan
secara lebih baik melalui pola kemitraan dengan tujuan untuk mendorong
pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan menciptakan pekerjaan baru.
Mengembangkan ekonomi lokal berarti bekerja secara langsung membangun
economic competitiveness (daya saing ekonomi) suatu kota untuk meningkatkan
ekonominya. Prioritasi ekonomi lokal pada peningkatan daya saing ini adalah krusial,
mengingat
keberhasilan
(kelangsungan
hidup)
komunitas
ditentukan
oleh
kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan meningkatnya
kompetisi pasar.
Apapun bentuk kebijakan yang diambil, PEL mempunyai satu tujuan, yaitu:
meningkatkan jumlah dan variasi lapangan kerja yang tersedia bagi penduduk
setempat. Dalam mencapai itu, pemerintah daerah dan kelompok masyarakat
(stakeholders) dituntut untuk mengambil inisiatif dan bukan hanya berperan pasif
saja. Setiap kebijakan dan keputusan publik dan sektor usaha, serta keputusan dan
tindakan masyarakat, harus pro-PEL, atau sinkron dan mendukung kebijakan
pengembangan ekonomi daerah yang telah disepakati bersama.
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Penelitian Terdahulu
Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian
ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Marhayanie tahun 2003, dengan judul
Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota
Medan. Hasil penelitian dengan menganalisa konstribusi per sektor, analisis linkage,
analisis angka pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam
perencanaan pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan.
Penelitian yang dilakukan oleh Supangkat tahun 2002, dengan judul penelitian
Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah
Kabupaten Asahan dengan mempergunakan pendekatan sektor pembentuk PDRB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan
berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi peningkatan pembangunan
daerah di Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan, perikanan dan industri
besar, serta sedang.
Penelitian Tampubolon (2001), dengan judul Pembangunan dan Ketimpangan
Wilayah Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera Utara, menyimpulkan bahwa
karakteristik wilayah mempengaruhi ketimpangan pendapatan antar wilayah. Potensi
sektor-sektor wilayah mempengaruhi perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi
wilayah pantai barat menuju industri pengolahan hasil pertanian dan struktur ekonomi
wilayah pantai timur menuju industri pengolahan barang jadi.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Amir dan Riphat tahun 2005, dengan judul Analisis Sektor
Unggulan untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur menggunakan Tabel
Input-Output 1994 dan 2000. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan
angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral
direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri, pusat
perdagangan, dan pusat pertanian.
Penelitian Fachrurrazy tahun 2009, dengan judul Analisis Penentuan Sektor
Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor
Pembentuk PDRB. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan analisis
Tipologi
Klassen,
analisis
Location
Quotient
dan
analisis
Shift
Share
direkomendasikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan terutama sub
sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor
peternakan dan perikanan.
2.9.
Kerangka Pemikiran
Ketimpangan wilayah merupakan salah satu permasalahan yang pasti timbul
dalam pembangunan. Ketimpangan wilayah menjadi signifikan ketika wilayah dalam
suatu negara terdiri atas beragam potensi sumber daya alam, letak geografis, kualitas
sumber daya manusia, ikatan etnis atau politik. Keberagaman ini selain dapat menjadi
sebuah keunggulan, juga sangat berpotensi menggoncang stabilitas sosial dan politik
nasional. Salah satu jalan untuk mengurangi ketimpangan wilayah ialah
menyelenggarakan pembangunan. Namun, pembangunan tidak serta merta dapat
Universitas Sumatera Utara
mengurangi ketimpangan wilayah. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengedepankan kembali konsep pemerataan dalam pembangunan di Indonesia.
Karena itu, upaya untuk mengurangi ketimpangan pembangunan ekonomi
wilayah merupakan kebijaksanaan ekonomi daerah yang sangat penting dan strategis
dalam mendorong proses pembangunan daerah yang dilakukan mulai dari
perencanaan sampai dengan evaluasi.
Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah dibutuhkan
sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di
masa mendatang. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut, maka pembangunan
daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat mendorong
percepatan pembangunan daerah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro
ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi
daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.
Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat
dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:
1. Klasifikasi pertumbuhan sektor
Analasis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah
dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan
menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju
dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor rekatif
Universitas Sumatera Utara
tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat
dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian
yang dimiliki terhadap perekonomian daerah yang menjadi referensi.
2. Sektor Basis dan Non Basis
Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan
suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional
maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor
dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama
dengan negara lain. Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat
dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu
bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar
nasional atau domestik (Wijaya, 2003). Apabila sektor tersebut menjadi sektor
basis (unggulan) sektor tersebut harus mengekspor produknya ke daerah lain,
sebaliknya apabila sektor tersebut menjadi sektor non basis (bukan unggulan)
sektor tersebut harus mengimpor produk sektor tersebut ke daerah lain.
Douglas C. North dalam Arsyad (2004) menyatakan bahwa sektor ekspor
berperan penting dalam pembangunan daerah, karena sektor tersebut dapat
memberikan konstribusi penting kepada perekonomian daerah, yaitu: (a) ekspor
akan secara langsung meningkatkan pendapatan faktor-faktor produksi dan
pendapatan daerah, dan (b) perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan
terhadap produksi industri lokal yaitu industri yang produknya dipakai untuk
melayani pasar di daerah .
Universitas Sumatera Utara
3. Perubahan dan pergeseran sektor
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada
suatu perekonomian daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sektorsektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan daerah referensi. Apabila
penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki
keunggulan kompetitif atau sebaliknya.
Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan berimplikasi pada pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral,
keberhasilannya dapat dilihat dari konstribusi sektor terhadap pembentukan PDRB
dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan
perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan dalam kegiatan
perekonomian. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan
perkembangan pembangunan suatu daerah.
Perencanaan
pembangunan
ekonomi
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila terdapat satu atau beberapa
sektor ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan
demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan
menjadi suatu sektor unggulan.
Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan memberikan
Universitas Sumatera Utara
keuntungan
kompetitif
atau
kompatif
yang
selanjutnya
akan
mendorong
pengembangan ekspor barang maupun jasa.
Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang
memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan
pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sektor unggulan yang
diperoleh melalui metode analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam
perencanaan pembangunan di masa mendatang.
Konsep pemikiran yang dijadikan sebagai dasar dalam penelitian ini
dijelaskan dalam Gambar 2.1 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Perekonomian Daerah
Produk Domestik Regional Bruto
(Pertanian; Penggalian; Industri;
Listrik, gas dan air minum;
Bangunan; Perdagangan, hotel dan
retauran; Pengangkutan dan
Komunikasi; Keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan;
jasa-jasa
Klasifikasi
Pertumbuhan Sektor
Sektor Basis
dan Non Basis
Perubahan dan
Pergeseran Sektor
Penentuan Sektor
Unggulan
Strategi Pengembangan
Sektor Unggulan
Pembangunan Daerah
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran
133
Universitas Sumatera Utara
Download