Untitled - Perpustakaan BAPPENAS

advertisement
PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP
PERKEMBANGAN PASAR MODAL
(STUDI KAStTS BURSA EFEKJAKARTA PERIOD£ 1977-2004)
The E.ffect of Macroeconomic Variables 011
Capital Market Development
(Case Stut(r in Jakarta Stock Exclumgefor Period 1977-2004)
Oleh:
Hellington
Nomo•· Pokok Mahasiswa L2E04618
TESIS
diajukan st'ha~ai salah satu 'yarat
untuk rnt'mpaoldl gdar l\lagista Elwnomi
Program l\lagistt'r Ekonomi Taapan
Bidang Kajian lltama Ekonomi Pcmbangunan dan Pcrcm:anaan
PROGRAM l\1AGISTER EKOl\OMI TERAP.--\N
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2005
PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP
PERKEMBANGAN PASAR MODAL
(STUDI KASUS BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 1977-2004)
Oleh:
Bellington
Nomor Pokok Mahasiswa L2E04618
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi
Program Magister Ekonomi Terapan
Bidang Kajian Utama Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan
l7 niversitas Padjadjaran
Bandung. Ol Agustus 2005
Pembimbing
c\Iengetahui
Koordinator Program 1\IET
(Dr. Budiono,SE,MA)
NIP. 131 951 238
(Prof.Dr.Hj. Tati Suhartati Joesron, SE.,MS)
NIP 130437052
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pemah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik satjana, magister dan/atau doktor, baik di
Universitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah mumi gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
-l. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung, :l.1 Juli 2005
(Hellington)
L2E04618
Ill
Abstrak
Pada dua dekade terakhir ini, perkembangan pasar modal Indonesia
menunjukkan kinerja yang cukup baik. Perkembangan yang terjadi pada suatu pasar
modal dapat dilihat dari beberapa indikator perkembangan pasar modal antara lain
Nilai kapitalisasi Pasar terhadap PDB, Nilai Total Perdagangan Saham terhadap
PDB, Nilai Penawaran Umum Saham terhadap PDB dan Rasio Perputaran.
Mengamati perkembangan yang terjadi pada indikator pasar modal tersebut, timbul
satu pertanyaan tentang faktor apa saja yang mampu mempengaruhi perkembangan
pasar modal.
Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh beberapa variabel
makroekonomi yang diduga mempengaruhi perkembangan pasar modal yaitu : nilai
tukar Rupiah/US$, tingkat bunga riil deposito bank umum 1 bulan, tingkat inflasi,
jumlah uang beredar terhadap PDB, tingkat hasil pasar (market return) dan variabel
dummy.
Perkembangan pasar modal direpresentasikan oleh sebuah indeks
perkembangan pasar modal (indeks) yang merupakan nilai rata-rata dari
penjumlahan nilai kapitalisasi Pasar terhadap PDB. Nilai Total Perdagangan Saham
terhadap PDB, Nilai Penawaran Umum Saham terhadap PDB. Periode amatan
adalah tahun 1977 sampai dengan tahun 2004.
Dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, penelitian ini
rnenunjukkan hasil bahwa secara individual : nilai tukar Rupiah/US$, tingkat inflasi,
tingkat bunga riil deposito 1 bulan, serta jumlah uang beredar terhadap PDB masingrnasing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Indeks, sedangkan tingkat hasil
pasar (market return) dan variabel dummy berupa kebijakan pemerintah tidak
terbukti secara signifikan mempengaruhi Indeks. Arah hubungan yang sesuai dengan
teori (antara variabel independen terhadap Indeks) adalah variabel nilai tukar
Rupiah/US$, tingkat inflasi, jumlah uang beredar (M2) terhadap PDB dan tingkat
hasil pasar. Sedangkan tingkat bunga riil deposito 1 bulan bertentangan dengan teori.
Alasan yang mendasari hubungan positif antara tingkat bunga dan indikator
perkembangan pasar modal adalah tingkat bunga riil yang positif dan tinggi
mendorong orang untuk menabung di bank dan institusi keuangan lainnya.
Karenanya, peningkatan ini meningkatkan j umlah uang pada institusi keuangan, dan
memberikan peluang kepada institusi keuangan untuk berinvestasi di pasar modal
dan memberikan kredit kepada emiten dan perusahaan publik.
Kata kunci : Perkembangan pasar modal, makroekonomi,Bursa Efek Jakarta,
kapitalisasi Pasar, tingkat Bunga Riil.
IV
Abstract
In two last decades. Indonesia Capital Market has shown good performance.
Capital market development can be seen by several indicators, these indicators are
stock market capitalization to GDP, stock market total value traded to GDP, Equity
Issues to GDP and turnorer ratio. By Observasing the growth has been happening,
there is a question about what factors may influence this development?
This study tries to analyze the influence of several macroeconomic variables
on capital market development, i.e.: exchange rate of Rupiah to USS, real interest
rate time deposit for I month, inflation rate, money supply to GDP, market return
and dummy variables. Capital market development is represented by a capital
market development index (index), is a mean of amount of stock market
capitali=ation to GDP, stock market total value traded to GDP and Equity Issues to
GDP. Observation period is from 1977 to 2004.
By using multiple linear regression, this study found that individual analysis
indicated that Exchange rate of Rupiah to USS, inflation rate, real interest rate of
time deposit for I month and money supp(v to GDP affect significant(v, on the other
hand market return and dummy variable affect insign(ficantly. Theoretically, the
relationship hetween Exchange rate of Rupiah to USS, il?flation rate. and money
supply to GDP consistem with theory and previous prediction, In comrast, real
interest rate has sign rdationship different from the theory and the previous
prediction. A reason behind the positive relationship between real interest rates and
Index is rhat higher and positive real interest rates encouraged people to save in
banks and other financial institutions. Hence, this increased the supp(v of money on
these financial institutions. which, in turn. gave them the opportunity to im·est in the
stock markets and gave loan to issuers and public companies.
Keyword : Capital marker development, macroeconomy, Jakarta Stock Erchange,
market capitalisation, real interest rate.
v
KATAPENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan segenap rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat-~ya sehingga penyusunan tesis dapat penulis selesaikan. Tesis ini
dapat terwujud berkat adanya bantuan berbagai pihak, maka dari itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua yang telah membantu dalam
penyusunan tesis ini, khususnya kepada yth:
I. lbu Prof. Dr. Hj Tati Suhartati Joesron, SE.,MS. selaku Ketua Program Magister
Ekonomi Terapan Universitas Pad_1adjaran, Bapak Dr. Budiono. SE.,fVIA selaku
Sekretaris Btdang Akademtl-; & Kerjasama dan Bapak lr. Bagdja Muljarijadi.
SE,MS selaku Sekretaris Bidang Administrast. Keuangan & Prasarana.
2. Bapak dan lbu Para Pengajar beserta bagian administrasi program Magister
Ekonomi T era pan, Universitas Padjadjaran.
3. Dr. Budiono. SE.,MA. Selaku Dosen Pembimbmg tesis.
4. Bapak Prof Dr. T.Dzulkamain Amin,SE.,Ivl.-\. lbu Prof. Dr. HJ Tati Suhartati
Joesron, SE..MS., ,Bapak Dr. Nury Effendi. SE.,MA. Dan lbu Fitri Hastuti.
SE.MSi., selaku Dosen penguji Tesis.
5. Bapak dan Ibu Pimpinan Pusbindiklatren Bappenas beserta staf terima kasih atas
beasiswa dan ket:_iasamanya.
VI
6. Bapak dan lbu Pimpinan Badan Pengawas Pasar Modal beserta jajarannya,
terima kasih atas kesempatan dan dukungannya bagi kelancaran studi penulis.
7. Orang tuaku, Mama Hj. Mulfiami dan Papa Drs.Ek. Helmihass tercinta, serta
Mama Siti Maryam, tenmakasih atas dorongan dan doa-doanya.
8. Istriku tercinta Sutyami Rahayu Suroso. SE.,Ak., yang selalu setia menemaniku
disaat susah maupun senang, perjalanan kita masih panjang, yakinlah suatu saat
kita akan menjadi sukses.
9. Anandaku tersayang \luhammad Dzaki Arrafi Hellington, jadilah kebanggaan
orang tua, negara dan agama, hal ini membutuhkan banyak perjuangan serta doa.
10. Selumh rekan-rekan reguler angkatan II \lET- Unpad.
1 I. Pihak-pihak terkait Iainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu .
.-\kim kata sepem
bahwa tc:s1s ini masih
:.~c:patah
_1a~:h
·uada gadmg yang tak rerak·, penu!Js mc:nYadari
dari sempurna dan oleh karenanya penulis bc:rharap
adanya masukan yang dapat memperba1ki karya sederhana
1111.
Semoga karya
sederhana ini dapat membc:rikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamu"alaikum \:Vr. Wb
Bandung, Juli 2005
Penulis
VII
DAFfAR lSI
Hal
JUDUL ........................................................................................................... .
..
LEMBAR PENGESAHAJ\ ........................................................................... .
II
LEMBAR PERNYAT AAN ......................................................................... ..
lit
ABSTRACT I ABSTRAK .............................................................................. ..
IV
KAT A PE;..l'GANTAR................................................................................... .
VI
DAFT AR lSI ................................................................................................ .
Vt11
DAFT AR TABEL ........................................................................................ .
XII
DAFT AR GAMBAR .................................................................................... .
XIII
DAFTAR LA!vlPIRAN ............................................................................ ..
XIV
..
BAB I.PE:\'DAHULLTAI\
I .I La tar Belakang Penelitian.... ......
1.~
............................................ ..
Rumusan Masalah...... .... .. .. .. .. .. .... .. . .. .... .. .... .. .. .... ... .... .................
1.3. :\1aksud dan Tujuan Penelitian..
....................... .
7
7
1.3.1. Maksud .................................................................... ..
7
1.3 .2. Tujuan ........................ .
8
1.3 .3. Kegunaan Penelitian ......
8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRM DAN
HIPOTESIS
21 1\.ajian Pus taka ........................................................................... ..
~.1.1.
Model Makroekonomi.... ....
9
.. .......................................... .
10
2.1.2. Kebijakan :\lakroekonomi.. ......................... . .. .............. .
11
2 .1.3. Indikator :\ lakroekonomi..
. .. ... .. .. .. .. . .. ..... .. . .............. ..
13
2.1.3.1. Produk Domestik Bruto (PDB) .................... .
13
V111
2.1.3.2. Nilai Tukar................................. ... . . . . . . . . .
16
2.1.3.3. Tingkat Bunga Riil... .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . .
19
2.1.3.4. Tingkat lnflasi.............................. .. . . . . . . . . .
22
2.1.3.5. Jumlah Uang Beredar..........................................
25
2.1.3.6. Tingkat Hasil Pasar..............................................
26
2.1.4. Pasar Modal........................................................................
27
2.1.4.1.Pengertian Pasar Modal........................................
27
2.1.4.2. Pasar Modal Yang Baik.......................................
29
2.1.4.3. Indikator Perkembangan Pasar Modal ... .... ... .... ..
32
2.1.4.4. Jenis Jenis Efek di Pasar :\lodal Indonesia........
34
2.1.4.5. Lembaga Pendukung Aktivitas Pasar Modal......
35
2.1.4.6. Perusahaan Go Puhlic ..
2.1.~
Peran Pasar Modal dalam Sebuah Ekonomi ...... .
36
2.1.6 .-Jrhitragt! l'ricing Jheory (Al'l:J.
39
2.1. 7. Penelitian Mengenai Perkembangan Pasar Modal.
41
2.1.7.1.Naka, \lukherjee dan Tufte (2002) ............... .
41
2.1.7.2.Garcia dan Liu (1999)........................ ... . . . . .
42
2.1.7.3. Omran (2003) ... ... ... ... ... ... ... ...... ... .
43
2.1.7.4. Gunasekarage, Pisedtasalasai dan Power !2004).
45
2.1.7.5. Penelitian lainnya.......
46
2.2. Kerangka Pemikiran................................. . ...................... .............
48
2.3. Ekspektasi Hubungan \'ariabel Dependen dengan Variabel
Independen.......................................................... .. ... ... .... ....
51
2.4. Hipotesis. ... .. .... .. .... .. ... ... .... .. .... .. ...... ...... ... ... .... .. .... .. .... .. .. .. ..
56
BAB Ill. OBJEK DAN METODE PENELITIA..'\
3.1.0bjek Penelitian .. . .. . . . . . .. . .. . .. . . . . .. .. . . . .......................... .
3.1.1. Data penelitian .................... .
IX
57
58
3.1.2. Operasionalisasi Varia bel.. .................................... .
58
3 .1.3. Jenis Data........................................................................... .
59
3.1.4.Sumber Data...................................................................... ..
60
3.1.5. Metode Pengumpulan Data............................................... .
60
3.2. Metode (Desain) ............................................................................ .
61
3 .2.1. Analisis Regresi ................................................................ .
61
3.2.2. Uji Statistik ..................................................... ..
63
3.2.2.1. Uji asumsi klasik ........................................ .
63
3.2.2.2.Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Parsial
( uji"t") .................................................................... ..
64
3.2.2.3. Analisa ekonomi ........................................ ..
65
BAB IV. HASIL PE:\ELITIAN DA:\ PEMBAHASA:\
4.1.Kondisi \l:lkroekonomi indonesia ( 1977-2004 ). . . . . . . . . . . . . . . . .
66
4. I .1.Nilai T ukar Rupiah/USS........................ .... .. .. .. ... .. .... ... ...... .. ..
66
4. I .2. Tingkat Bunga Rill Deposito 1 Bulan...................................
68
4.1.3. Tingkat Inflasi...... ... .. . ...... . .. .. . ... .. . .. . .. . ... .. . .. . . .. .......
69
Beredar (\12) terhadap PDB.............................
70
4.1.5.Tingkat Hasil Pasar (marker retum).... . ... ... ... ... ... ... ... ...
71
4.2. Perkembangan Indikator Pasar Modal ( 1977-2004 ).. ... ......... ..... .. ..
71
4.3. Kebijakan Pemerintah berkaitan dengan Pasar Modal....................
75
4.4. Anal isis Regresi....................................................... ....
77
4.4.1. Uji Asumsi Klasik............................................. ... ..
77
4.4.2. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Parsial (uji"C)....
79
4.4.3. Uji F.................................................................................. .....
83
4.4.4. Uji R: .............................................................. ..
84
4.4.5.Analisa ekonomi ............................................................ ..
84
4.1.4.Jumlah
L~ang
X
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................... .
91
5.2. Saran ............................................................. .
92
DAFT AR PUST AKA................. .. .........................
.. ............................ ..
94
LAMPIRAN ...................................................................................................
98
XI
DAFT AR GA:\lBAR
Gambar
Gambar.2.l.Hubungan antara tingkat bunga dengan pasar modal. ...
Gambar.2.2.Kerangka Pemikiran ......................... .
Gambar.4.l.Nilai tukar Rupiah terhadap US$........ ............................... .
Gambar.4.2.Perbandingan tingkat bunga riil dengan tingkat bunga
nominal ...................................................................... .
Gambar.4.3.Tingkat inflasi ....... _ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ............... .
Gambar.4.4. Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap PDB ........................... .
Gambar.4.5. Tingkat hasil pasar (market return) Bursa Efek Jakarta ....... .
Gam bar. 4.6. Perkembangan lndikator Pasar Modal ............................ .
..
XII
Halaman
21
:'0
67
68
69
70
71
73
DAFfART ABEL
Ta bel
Tabel2.1 :Macroeconomic Variables that are Employed
in Previous APT Tests............................ .. .... .. .. .. .. .. .. .. ... ..
Tabel3.1 : Operasionalisasi variabel................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel3.2: Tabel Durbin Watson....................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel4.1 : Perkembangan Sistem Nilai Tukar di Indonesia.......................
Tabel4.2: Nilai korelasi antar variabel dan nilai Durbin Watson
XIII
Halaman
46
58
64
66
77
DAFfAR LAMPIR.\N
Lamp iran
Lampi ran I.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Halaman
Data Tahunan Makroekonomi Dan Indeks ............................ .
Analisa DeskriptifStatistik ...................................... .
Hasil Regresi ....................................................... .
Uji Heteroskedastisitas ................................................ ..
XIV
98
99
100
101
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang "Pasar Modal" (UUPM)
mengamanatkan pembangunan pasar modal merupakan prioritas nasional. Pasar
modal yang aktif dengan investor publik yang banyak dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pembiayaan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
disamping itu dapat dipergunakan untuk mengalakkan stabilitas sosial melalui
demokratisasi kepemilikan aktiva modal.
Pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Husnan, ( 1998) pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi
dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi pasar modal adalah menyediakan fasilitas
memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana ke pihak yang
memerlukan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan modal ke pihak yang
memerlukan dana. Sedangkan fungsi keuangannya, pasar modal menyediakan
dana yang diperlukan oleh pihak-pihak yang memerlukan dana. Pihak yang
menyediakan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana tidak harus
terlibat langsung dalam transaksi di pasar modal. Perusahaan yang membutuhkan
dana dengan mengeluarkan saham di pasar modal disebut dengan emiten.
Adapun yang menjadi daya tarik utama untuk melakukan transaksi di
pasar modal baik emiten dan perusahaan publik maupun investor adalah
2
kemampuan untuk membiayai financing gap bagi emiten dan perusahaan publik,
keuntungan yang dapat diperoleh oleh emiten dan perusahaan publik adalah cost
offund yang relatif lebih rendah dibandingkan pembiayaan dari perbankan dalam
pembiayaan investasinya, sedangkan bagi investor adalah perolehan keuntungan
("return'') yang besar yang akan didapat oleh para investor yang menanamkan
dananya pada portofolio efek yang diperdagangkan di Pasar Modal tersebut.
Keuntungan tersebut berupa dividen dan keuntungan dari pergerakan harga
saham (''capital gain''). Dan ini berarti bahwa, semakin tinggi return yang
diperoleh oleh investor maka akan semakin tinggi pula daya tarik investasi pada
efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal. Hal ini berlaku sebaliknya,
semakin rendah return yang diperoleh oleh investor maka akan semakin rendah
pula daya tarik investasi pada saham-saham yang diperdagangkan. Atau malah
hal tersebut akan semakin membuat motivasi para investor akan semakin rendah
untuk melakukan investasi pada saham-saham yang diperdagangkan di Pasar
Modal.
Perkembangan yang terjadi di pasar modal mencerminkan apakah pasar
modal yang bersangkutan disukai emiten dan perusahaan publik dan investor atau
sebaliknya. Lebih lanjut, minat emiten dan perusahaan publik dan investor ini
mencerminkan apakah suatu bursa telah bekerja secara efisien atau sebaliknya,
begitu juga perkembangan kinerja emiten mengalami peningkatan atau
sebaliknya. Suatu bursa disebut efisien kalau bursa tersebut dapat menyediakan
jasa-jasa yang diperlukan oleh para investor dan emiten dan perusahaan publik
dengan biaya yang minimal. Pasar modal yang efisien juga diartikan sebagai
3
pasar
yang
berada
dalam
keadaan
keseimbangan
sehingga
keputusan
perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia di pasar tidak bisa
memberikan keuntungan di atas tingkat keuntungan normal.
Perkembangan pasar modal dapat dilihat dari kemajuan indikator pasar
modal seperti Nilai Kapitalisasi Pasar terhadap PDB. Nilai Total Perdagangan
terhadap PDB, Nilai Penawaran Umum terhadap PDB serta Rasio Perputaran.
lndikator ini dapat diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur perkembangan
aktivitas yang terjadi di pasar modal.
Perkembangan indikator tersebut diatas, untuk kondisi yang terjadi di
Bursa Efek Jakarta. Selama kurun ,,·aktu 5 tahun terakhir Nilai Kapitalisasi Pasar
terhadap PDB pada tahun 2004. 2003, 2002, 200 I dan 2000 mengalam i
peningkatan sebesar 49,13%, 37,33%, minus 2,32%. minus32,46% dan 8,05%
dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai Total Perdagangan Saham terhadap PDB
tahun 2004, 2003, 2002, 2001 dan 2000 mengalami peningkatan sebesar 77,84%,
minus 5,53%, 15,84%, minus 37,82% dan minus 27,82%. Sedangkan nilai
keseluruhan penawaran umum saham terhadap PDB baik Penawaran Umum
Perdana (IPO) dan Penawaran Umum Terbatas (right Issue) tahun 2004, 2003,
2002, 2001 dan 2000 mengalami penurunan sebesar 40,76%, 7,05%, plus
63,56%, 77,33% dan 87,15%.
Selanjutnya, mengamati perkembangan indikator pasar modal
timbul satu pertanyaan tentang
perkembangan
pasar
modal.
diatas,
faktor apa saja yang mampu mempengaruhi
Perkembangan
pasar
modal
pada
hakekat
dipengaruhi oleh banyak faktor, rekomendasi International Financial Corporation
4
(IFC, 1995) menyatakan kesuksesan suatu pasar modal paling tidak ditentukan
oleh 11 faktor kunci, yakni :
1) kondisi makro ekonomi
2) kepemilikan industri dan pola kebijakan pemerintah, termasuk partisipasi
pemerintah
3) pola simpanan, termasuk tingkat dan distribusi simpanan penduduk.
4) struktur kelembagaan dan sektor financial
5) kebijaksanaan fiskal dan peraturan lain yang bersifat insentif maupun
disinsentif yang mempengaruhi penawaran, permintaan dan harga daripada
produk-produk keuangan di industri perbankan dan pasar modal,
6) struktur harga dan pola trading pada instrumen keuangan
7) kekuatan dan kelemahan legal system
8) tanggung jawab lembaga hukum dan profesi penunjang pasar modal
9) kapasitas operasi, efisiensi dan kenyamanan dari investasi
10) operasionalisasi bursa mengikuti standar-standar internasional seperti issuer
disclosure, auditing and accounting. fair trading practices, sales practices
dan back office operations serta:
11) pengetahuan dasar kemampuan profesionalisme dari personal yang bermain
di industri sekuritas tersebut.
Berkaitan dengan pertanyaan mengenai faktor apa saja yang mampu
mempengaruhi
perrkembangan
pasar
modal
tadi,
selanjutnya
peneliti
berkeinginan untuk meneliti tentang faktor apa saja yang mampu mempengaruhi
perkembangan pasar modal tersebut.
Dalam ilmu ekonomi keuangan berdasarkan penelitian empiris imbal hasil
("assers return'') dapat diprediksi oleh seperangkat variabel makroekonomi.
Namun. hal ini sangat bertentangan dengan hipotesis pasar yang efisien
("efficient market hypotesis" (EMH)) (Fama, 1970), khususnya pada bentuk semi
strong efficiency yang menyatakan bahwa harga saham harus berisikan semua
informasi yang relevan termasuk informasi yang tersedia bagi publik. Terdapat
literatur yang berkembang yang menyatakan adanya pengaruh yang kuat dari
variabel makroekonomi terhadap pasar modal, khususnya pada negara maju
5
(industri) (sebagai contoh Musilek, 1997, Hondroyiannis dan Papapetrou (200 I),
Naka, Mukherjee dan Tufte (2002), Ulrich, (2002), Fifield, S.. Power, D., &
Sinclair, C. (2000) dan Gunasekarage, Pisedtasalasai dan Power (2004)).
Pengaruh makroekonomi terhadap nilai kapitalisasi pasar Garcia dan Liu (1999)
dan Omran (2003).
Pada awal teori Arbitrage Pricing Theory (APT) yang
dibangun oleh Ross (1976). dan Chen, N., Roll R., & Ross. S. (1986) juga
memperlihatkan bahwa variabel ekonomi mempunyai pengaruh yang sistematis
pada return pasar modal : kekuatan ekonomi mempengaruhi discount rates,
kemampuan cashjlows dan pembayaran dividen perusahaan.
Teori keuangan menyatakan bahwa pergerakan harga saham berhubungan
dengan varibel makroekonomi, ini penting untuk dimengerti arti ekonomi dari
hubungan tersebut. Kita mulai dengan, peningkatan dalam aktivitas riil sekarang
meningkatkan permintaan stok modal yang ada, yang akhirnya akan medukung
peningkatan dalam investasi modal di masa datang, dan pasar modal
kemungkinan besar harus mengantisipasi hal ini (Gallinger, 1994 ). Uang beredar
mempunyai pengaruh langsung pada harga saham dengan mengubah likuiditas.
(Musilek, 1997), uang beredar juga mempunyai suatu efek yang tidak langsung
pada harga saham melalui
dividen perusahaan dengan menaikkan atau
menurunkan tingkat bunga. Harga saham juga dipengaruhi oleh perubahan dalam
tingkat bunga. Karena tingkat bunga merupakan biaya oportunitas dari
memegang saham, peningkatan dalam tingkat bunga mungkin dapat mendorong
menjadi sebuah efek subtitusi antara saham dan aktiva yang menghasilkan bunga.
Oleh karena itu diharapkan bahwa tingkat bunga turun harga saham naik
6
(Musilek, 1997). Tingkat inflasi juga mempengaruhi pasar modal melalui
hubungan output, sebagaimana disampaikan oleh Fama (1981).
Kondisi makro ekonomi suatu negara secara sederhana dapat dilihat dari
enam variabel kunci (Bradford Delong, 2002), variabel-variabel ini adalah :
I)
2)
3)
4)
5)
6)
Real Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto Riil)
The Unemployment Rate (Angka Pengangguran)
The Inflation Rate (Angka lnflasi)
The Interest Rate (Tingkat Bunga)
The Level Of The Stock Market (Indeks Harga Saham)
The Exchange Rate (Kurs Mata Uang)
Butir pertama dan kedua merupakan yang terpenting, karena mereka langsung
berhubungan dengan kesejahteraan manusia secara materi, sedangkan yang
lainnya tidak berhubungan langsung dengan kesejahteraan manusia sekarang,
tetapi mempengaruhi arah perekonomian.
Selanjutnya untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan diatas maka
dengan menggunakan pendekatan makro ekonomi (macroeconomy approach),
peneliti akan menguji variabel makro ekonomi sebagai faktor yang mampu
mempengaruhi perkembangan pasar modal. Variabel makroekonomi yang
dijadikan variabel independen dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah/US$,
tingkat bunga riil deposito bank umum I bulan, tingkat inflasi, jumlah uang
beredar terhadap PDB, dan tingkat hasil pasar (market retur).
Selanjutnya Penelitian ini, peneliti beri judul "Pengaruh Variabel
Makroekonomi Terhadap Perkembangan Pasar Modal (Studi Kasus Bursa
Efek Jakarta Periode 1977-2004)"
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang sebelumnya diuraikan di bagian mengenai Latar
Belakang Penelitian, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi
antara lain :
1) Faktor apa saja yang mampu mempengaruhi perkembangan pasar modal
terse but?
2) Apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel makro ekonomi (nilai
tukar rupiah/US$, tingkat bunga riil deposito bank umum 1 bulan, tingkat
inflasi, jumlah uang beredar terhadap PDB, dan tingkat hasil pasar (market
refilm)) terhadap perkembangan pasar modal.
3) Bagaimanakah pengamh variabel makroekonomi (nilai tukar mpiahrS$,
tingkat bunga riil deposito bank umum I bulan, tingkat inflasi, jumlah uang
beredar terhadap PDB, dan tingkat hasil pasar (market return)) terhadap
perkembangan pasar modal.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud Penelitian
Adapun maksud dari penelitian adalah untuk melihat hubungan antara
variabel makro ekonomi (nilai tukar rupiah US$, tingkat bunga riil deposito bank
umum I bulan, tingkat inflasi, jumlah uang beredar terhadap PDB, dan tingkat
8
hasil pasar (market return)) terhadap perkembangan pasar modal pada periode
I977 sampai dengan 2004.
1.3.2
Tujuan Penelitian
Tesis ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
I) Meneliti pengaruh yang signifikan masing-masing variabel makroekonomi
tersebut terhadap lndeks perkembangan pasar modal secara parsial atau
individual.
2) Meneliti bagaimanakah pengaruh variabel makroekonomi seperti nilai tukar
rupiah/US$, tingkat bunga riil deposito bank umum I bulan. tingkat inflasi,
jumlah uang beredar terhadap PDB, dan tingkat hasil pasar (market return)
terhadap Indeks perkembangan pasar modal.
1.3.3
Kegunaan Penelitian
I) Sebagai sumbangan pemikiran, sumber informasi tambahan, dan bahan
pertimbangan bagi pihak-pihak lain yang akan melakukan penelitian
mengenai perkembangan pasar modal.
2) Sebagai masukan dan rekomendasi bagi pemerintah dalam pembuatan
kebijakan terutama yang berkaitan dengan Pasar modal, sehingga diharapkan
kebijakan yang diambil adalah yang paling tepat dan efisien.
BABII
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1.Kajian Pustaka
Kaitan antara perkembangan pasar modal dengan kondisi makro ekonomi
suatu negara tidak terlepas pengaruh kondisi makroekonomi terhadap harga
saham (Musilek, 1997, Hondroyiannis dan Papapetrou (200 I), Naka, Mukherjee
dan Tufte (2002), Ulrich, (2002), Fifield, S., Power, D., & Sinclair, C. (2000) dan
Gunasekarage, Pisedtasalasai dan Power (2004)). Pengaruh makroekonomi
terhadap nilai kapitalisasi pasar (Garcia dan Liu, 1999) dan (Omran, 2003).
Berkaitan dengan pengaruh variabel makroekonomi terhadap perkembangan
pasar modal terdapat dua pandangan (Claessens, 2004). Pandangan pertama
adalah lingkungan atau keadaan makroekonomi dan institusi yang baik pada
suatu negara akan menjadikan pasar modal berkembang lebih baik. Pandangan
kedua adalah berdasarkan kenyataan bahwa suatu keadaan atau lingkungan
makroekonomi dan institusi yang baik akan meningkatkan daya tarik aktiva bagi
im·estor.
Perubahan yang terjadi pada variabel makro mengakibatkan perubahan
pada ekspektasi investor terhadap harga saham dan dividen dimasa datang. Arus
kas yang diharapkan berubah sebagai tanggapan atas tekanan real maupun
nominal. Perubahan dalam tingkat ekspektasi terhadap produksi real jelas akan
mempunyai pengaruh nilai sekarang dari arus kas. Perubahan dalam angka inflasi
yang diharapkan akan mengakibatkan perubahan pada nilai nominal arus kas
9
10
yang diharapkan dan nilai nominal tingkat bunga. Perubahan pada discount rate
mengakibatkan tingkat bunga dan struktur masa pinjaman menyebar berdasarkan
umur jatuh tempo pinjaman, begitu pula dengan premi risiko. Inovasi dalam
tingkat bunga bebas risiko mempunyai pengaruh pada penetapan harga baik
langsung maupun melalui pengaruhnya terhadap arus kas masa datang.
Selanjutnya pembahasan mengenai pengaruh variabel makroekonomi
terhadap perkembangan pasar modal. dapat pula dikaji dari pendekatan
mikroekonomi melalui hubungan parsial masing-masing variabel makroekonomi
dengan investasi. Oleh karena itu perkembangan pasar modal dapat dilihat dari
fungsi investasi.
2.1.1. \lodel Makroekonomi
Secara umum. model makroekonomi yang mengambarkan hubungan
antar sektor ekonomi, yaitu (i) perusahaan, (ii) rumah tangga, dan (iii) pemerintah
dikenal dengan perekonomian tiga sektor (Sadono Sukirno. 1995), untuk
mengerakkan roda perekonomian suatu negara yang menganut sistem ekonomi
pasar. ketiga sektor ini akan sating berinteraksi dan berhubungan melalui tiga
pasar utama, yaitu (i) pasar barang danjasa, (ii) pasar sumber daya, dan (iii) pasar
keuangan (Gwartney dan Stroup, 1997)
1) Pasar Somber Daya
Pasar ini mencakup pasar tenaga kerja, sumber daya alam, sumber dana, dan
modal fisik (mesin. gedung, peralatan lainnya). Kebutuhan sumber daya ini
pada dasarnya diturunkan dari kebutuhan barang dan jasa. Sektor rumah
II
tangga memasok kebutuhan akan tenaga kerja, dana (dalam bentuk tabungan),
tanah/bangunan yang selanjutnya menerima pendapatan berupa gaji, sewa dan
bunga.
2) Pasar Barang dan Jasa
Sektor dunia usaha akan memasok kebutuhan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh sektor ekonomi sehingga memperoleh pendapatan dari hasil
penjualan barang dan jasa tersebut. Oleh karena itu, pengeluaran riil di pasar
ini pada dasarnya merupakan pendapatan domestik bruto pada keseluruhan.
3) Pasar Keuangan
Untuk menjalankan usahanya, dunia usaha memerlukan sejumlah dana
sebagai inYestasi maupun modal kerja. Dilain pihak, adanya penghasilan dari
sektor rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan ditabung.
Oleh karena itu, diperlukan intermediasi antar dunia usaha (pihak yang
memerlukan dana) dan rumah tangga (pihak yang memiliki dana).
Intermediasi ini dilakukan melalui pasar keuangan yang dijalankan oleh
lembaga keuangan seperti manajer investasi. perbankan, dana pensiun,
asuransi, dan pasar modal.
2.1.2. Kebijakan Makroekonomi
Kebijakan makroekonomi meliputi (i) kebijakan fiskal dan (ii) kebijakan
moneter. Kebijakan fiskal dilakukan oleh pemerintah melalui serangkaian
kebijakan dibidang perpajakan dan belanja negara. Kebijakan ini ditujukan untuk
mempengaruhi sisi permintaan. Meskipun kebijakan fiskal dapat memberikan
12
dampak langsung pada ekonomi suatu negara namun dalam perumusannya
memerlukan waktu dan kompromi antara pihak eksekutif dan legislatif. Cara
yang umum digunakan untuk melihat dampak dari kebijakan fiskal adalah
melalui Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN). Defisit Anggaran
mengindikasikan bahwa pengeluaran pemerintah lebih besar dari pendapatan
sedangkan surplus anggaran menunjukkan bahwa pendapatan pemerintah lebih
besar dari pengeluaran.
Kebijakan di bidang moneter dilakukan oleh Bank Sentral dengan
mengendalikan pasokan uang beredar. Dengan mengendalikan jumlah uang
beredar maka bank sentral dapat mempengaruhi tingkat bunga di pasar yang pada
akhirnya akan berdampak pada aktivitas ekonomi secara makro. Pengurangan
jumlah uang beredar akan berdampak pada kenaikan tingkat suku bunga
sebaliknya penambahan jumlah uang beredar akan berdampak pada penurunan
tingkat suku bunga.
Kebijakan moneter relatif lebih mudah diformulasikan dan dilaksanakan
dibandingkan dengan kebijakan fiskal.
Namun demikian,
dampak yang
ditimbulkan tidak secara langsung dan sifatnya hanya jangka pendek. Berbagai
kalangan ekonom berpendapat bahwa dalam jangka panjang, penambahan jumlah
uang yang beredar akan berdampak pada kenaikan harga dan tidak memberikan
dampak yang permanen terhadap aktivitas ekonomi nasional (Bodie, 1999)
Tujuan yang diharapkan dari kebijakan makroekonomi tersebut adalah
untuk mengendalikan tingkat inflasi, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan
neraca pembayaran (Dunnet, 1997). Idealnya, ke-empat tujuan tersebut dapat
13
dicapai bersama-sama namun seringkali terjadi pertentangan antara tujuan yang
satu dengan lainnnya. Misalnya, kebijakan pemerintah untuk menurunkan tingkat
inflasi akan berdampak pada kenaikan tingkat pengangguran karena otoritas
moneter akan mengurangi jumlah uang beredar sehingga tingkat inflasi akan
turun. Hal ini berdampak pada kenaikan biaya modal (tingkat bunga naik)
sehingga investasi di sektor riil akan menurun yang berdampak pada
berkurangnya lapangan kerja (tingkat pengangguran naik)
2.1.3. lndikator Makroekonomi
2.1.3.1.Produk Domestik Bruto (PDB)
Pendapatan
Domestik Bruto mcrupakan
indikator ekonomi
digunakan secara luas untuk mengukur kincrja ekonomi suatu negara.
It is the market value of goods and senices produced domestically during a
specific time period, usually a year (Gwartney and Stroup, 1997)
Pengertian PDB diatas meliputi 3 aspek penting, yaitu (i) perhitungan
PDB didasarkan pada barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen akhir
(final goods and services), (ii) hanya mencakup barang dan jasa yang diproduksi
pada jangka waktu tertentu saja, dan (iii) tidak termasuk transaksi keuangan dan
transfer pendapatan. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, terdapat dua
pendekatan dalam menghitung PDB suatu negara, yaitu
(i) pendekatan
pengeluaran (expenditure approach) dan ( ii) pendekatan biaya sumber daya dan
pendapatan (resource cost-income).
14
Pendekatan dari sisi pengeluaran mencakup 4 komponen, yaitu (i)
konsumsi swasta, (ii) pengeluaran oleh pemerintah, (iii)investasi, dan (iv) impor
dan ekspor.
PDB = C+l +G+X -M ....................................................................... (2.J)
Dimana:
C
I
G
X
M
= pengeluaran konsumsi
= pengeluaran nvestasi
= pengeluran pemrintah
=ekspor
= impor
Pendekatan biaya sumber daya dan pendapatan (resource cost income)
meliputi biaya-biaya yang timbul selama proses produksi dan pendapatan yang
diperoleh berbagai pihak dari proses produksi tersebut. Komponen biaya dan
pendapatan tersebut meliputi.
I) Pendapatan pemilik sumber daya (faktor produksi)
•
Biaya tenaga kerja
•
Biaya sewa
•
Keuntungan perusahaan
•
Pem bayaran bunga
2) Komponen biaya non pendapatan
•
Pajak tidak langsung
•
Depresiasi
3) Penyesuaian (PNB-PDB)
15
Adanya kenaikan harga secara umum atau inflasi akan berdampak pada
perhitungan PDB. Dalam menghitung tingkat perhitungan PDB, faktor inflasi
tidak dimasukkan dalam perhitungan sehingga angka pertumbuhan PDB
mencerminkan pertumbuhan nyata dari pertumbuhan volume produksi barang
dan jasa bukan akibat kenaikan harga. Untuk memperoleh PDB riil tersebut,
maka perlu dilakukan penyesuaian pada nilai PDB atas dasar harga berlaku
dengan menggunakan angka deflator.
PDBriil
=PDB nomina/X dejlator ........................................................... (2.2}
Untuk menghitung deflator digunakan Indeks harga-harga barang dan jasa yang
digunakan dalam membentuk PDB tersebut. Untuk itu. perlu ditetapkan tahun
awal perhitungan lndeks (Badan Pusat Statistik Menggunakan Tahun 2000
Sebagai Tahun Awal/Dasar) Dan Angka Indeks awal (biasanya dimulai dari
lndeks 100).
Deflator, = lndekshargaall'al.'c/asar ..................................................................... (2.3)
·
Indeksharga,
Berdasarkan harga tetap pada tahun dasar tersebut, maka dihitung tingkat
pertumbuhan per tahun dengan rumusan sebagai berikut :
MDB= PDB, -PDB,_l xl00% ......................................................... (2.4)
PDB,_ 1
16
Untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat, maka perlu dihitung
pendapatan perkapita atau PDB dibagi jumlah penduduk.
Pertumbuhan
perkembangan
PDB
riil
dipahami
sangat
berhubungan
dengan
pasar modal. Hubungan ini melahirkan virtous cycle dimana
peningkatan PDB akan meningkatkan disposable income, konsumsi, dan
tabungan. Peningkatan konsumsi meningkatkan permintaan agregat terhadap
barang dan jasa, investasi meningkat, produksi meningkat, dan kemudian
pendapatan
emiten
meningkat,
pendapatan
emiten
yang
meningkat
mempengaruhi volume investasi dan transaksi yang lebih tinggi melalui pasar
modal, distribusi laba dan capital gain mengakibatkan pertumbuhan pendapatan
riil yang lebih tinggi. Sehingga pertumbuhan pendapatan yang tinggi ini pada
gilirannya akan meningkatkan perkembangan pasar modal.
Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan perkembangan pasar
modal dengan pertumbuhan ekonomi. Literatur terbaru tentang pertumbuhan
ekonomi dan perkembangan Pasar Modal dapat dikelompokkan kedalam tiga
bentuk (I) pertumbuhan ekonomi meningkatkan perkembangan pasar modal; (2)
Pasar modal yang berkembang merangsang pertumbuhan ekonomi; dan (3) suatu
hubungan
yang
berkelanjutan antara
perkembangan
pasar
modal
dan
pertumbuhan ekonomi secara simultan mempengaruhi satu sama lain.
2.1.3.2. 1\"ilai Tokar
Dari neraca pembayaran diperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tukar suatu negara. Pos-pos yang berkaitan dengan
17
penerimaan devisa merupakan sumber pasokan valuta asing sedangkan pos-pos
yang berkaitan denga pengeluaran devisa merupakan sumber permintaan akan
valuta asing.
Posisi neraca pembayaran dan cadangan devisa merupakan indikator
likuiditas alat pembayaran luar negeri suatu negara. Jika arus devisa yang keluar
lebih besar dari yang masuk, maka pengaruh langsung adalah pada nilai tukar.
Currency -literally foreign money- used in settlement of international trade
between countries. Trading in foreign exchange is the means by which values
are establish for commodities and manufactured goods imported or exported
between countries. Creditors and borrowers settle the resulting international
trade obligations, such as bank drafts, bills of exchange, bankers'
acceptances, and letters of credit. by exchanging different currencies at
agreed upon rates. [Dictiona1y Of Banking Terms By Thomas P.Fitch).
Dalam pengertian diatas, kebutuhan mata uang asing terjadi karena
adanya perdagangan internasional antar negara. Untuk itu, perlu adanya suatu
nilai tukar guna memenuhi kebutuhan valuta asing maupun untuk mengkonversi
valuta asing menjadi valuta domestik. Dalam konteks ini, maka nilai tukar
didefinisikan sebagai :
Conversion price for exchanging one currency for another. Exchange rates
are influenced by a number of factors, including domestic interest rates and
inflation rates, and whether central banks are attempting to influence the market
price through intervention in the exchange market. [Dictionary Of Banking
Terms By Thomas P. Fitch].
Dalam sistem nilai tukar yang mengambang, nilai tukar suatu mata uang
ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran valuta asing. Secara teoritis,
terdapat hubungan sating pengaruh mempengaruhi antara perbedaan tingkat
18
inflasi antar negara, tingkat bunga dan fonvard premiun/discount. (Solnik : 35).
Fonvard premiun diartikan sebagai :
Price for future delivery of currency or a financial instrument that is
higher than the immediate delivery price, or spot market price.
Adapunforward discount diartikan sebagai:
Price for future delivery of a currency that is lower than the spot price for
immediate deliveJJ' [Dictionary Of Banking Term By Thomas P. Fitch]
Berdasarkan teorama paritas daya beli (Purchasing Power Parity IPPP).
Nilai tukar dua mata uang suatu negara mencerminkan daya beli. Oleh karena itu,
nilai tukar mata uang ditentukan oleh kemampuan masing-masing mata uang
untuk membeli sejumlah barang tertentu. Sebagai contoh, nilai tukar US dollar
terhadap rupiah ditentukan dengan formula sebagai berikut:
Rp .US$= P,,, .......................................................................................(2.5)
PUSA
Dimana:
P1nd
: harga barang tertentu di Indonesia
P usA : harga barang tertentu di Am erika Serikat
Dengan memperhitungkan tingkat inflasi pada masing-masing negara
(Indonesia dan Amerika Serikat), maka teori paritas daya beli relatifmenyatakan
19
Bahwa perubahan nilai tukar selama periode tertentu harus proporsional
dengan perubahan relatiftingkat harga di kedua negara selama kurun waktu yang
sam a.
Rumusannya adalah:
(RpiUS $) 1
=(RpiUS $)
( P;nd 1 I P;ndO )
0
(~/S$1 I ~IS$0)
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
(2.6)
Disamping tingkat inflasi masing-masing negara, faktor lain yang ikut
menentukan nilai tukar adalah tingkat bunga. Teorama paritas tingkat bunga
menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga antar kedua negara harus sama
dengan premildiskon forward. Secara matematis. hal ini dinyatakan dalam
persamaan berikut :
F
-0
S
J +rF
=
-..............................................................................................(2.7)
1+ rlJ
Dimana
F
: kurs forward
S0
: kurs spot periode 0
: tingkat bunga negara asing
: tingkat bunga domestik
rF
r0
2.1.3.3. Tingkat Bunga Riil
Tingkat bunga riil merupakan tingkat bunga nominal dikurangi tingkat
inflasi. Dengan tingkat bunga riil ini investor memperoleh kepastian atas nilai
sekarang dari tingkat hasil investasi yang ditanamkan. Tingkat bunga bebas risiko
ini secara subyektif dipengaruhi oleh preferensi inYestor atas nilai uang terhadap
waktu, sedangkan secara obyektif dipengaruhi oleh peluang investasi yang ada.
20
Peningkatan bunga, akan meningkatkan biaya modal, sehingga akan
menurunkan profitabilitas dari perusahaan, dan juga menghambat perusahaan
untuk menanamkan investasi baru. Sementara disisi konsumen, peningkatan
bunga akan merangsang mereka untuk meningkatkan tabungan dan menurunkan
investasi. EA Koetin ( 1994) mengemukakan bahwa tingkat bunga mempunyai
pengaruh yang besar terhadap pasar modal, yaitu pada tingkat bunga yang tinggi
mendorong pemilik modal untuk menyimpan uangnya dalam tabungan dan
deposito.
Permintaan akan saham akan menurun. Hal tersebut akan
mempengaruhi
terhadap
harga
saham
sehingga secara langsung akan
mempengaruhi penawaran umum saham, perdagangan saham dan kapitalisasi
pasar. Semua faktor yang dipengaruhi tersebut berimbas pada lndeks
perkembangan pasar modal.
Selanjutnya, hal tersebut dinyatakan oleh Rose (2000), yang menyebutkan
terdapat pengaruh negatif antara kenaikan tingkat bunga dengan return saham di
Bursa Efek. Melalui studinya, Rose menggambarkan hubungan antara tingkat
bunga dengan pasar modal dengan diagram sebagai berikut :
21
Gambar.2.1. Hubungan antara tingkat bunga dengan pasar modal
Tingkat
s
Bunga
R1
,,
,,
,,
E_~---"
S'
F2
Dana lnvestasi
,
·-·-·-·-·-·-·-·-4-·-·-·-·-·-·-·-·-·,,
R2
,,
0
F1
,
,
,,
,,
,
Sumber : Rose (2000)
Dari diagram diatas, apabila tingkat suku bunga turun dari Rl ke R2
menyebabkan supply dana untuk keperluan investasi meningkat. Hal
101
disebabkan banyak orang yang memindahkan dananya dari perbankan ke
investasi lainnya termasuk ke Pasar Modal. Karena permintaan akan dana tetap
maka terjadi pergeseran dari titik keseimbangan E I ke E2. Artinya pada titik E2
terjadi terjadi peningkatan jumlah dana investasi di masyarakat. Sehingga apabila
fenomena turunnya tingkat suku bunga ini berlangsung maka akan dapat
menggairahkan dunia investasi lainnya termasuk Pasar Modal. Hal ini dikuatkan
pula oleh pendapat Mishkin ( 1998) menyatakan bahwa apabila tingkat bunga
menurun maka akan berakibat pengeluaran untuk investasi akan menjadi
bertambah. Hal ini tergambar dari peningkatan jumlah dana investasi dari F1 ke
F2.
22
Berlawanan dengan teori yang ada, penelitian yang dilakukan oleh Omran (2003)
tentang dampak tingkat bunga riil tehadap indikator aktivitas dan likuiditas pasar
modal di Mesir untuk peri ode 1980/81 sampai 1997/98 mendapatkan bahwa
terdapat hubungan positif antara tingkat bunga riil dan indikator aktivitas dan
likuiditas di Pasar Modal Mesir. Alasan yang mendasari hubungan positif antara
tingkat bunga dan indikator perkembangan pasar modal adalah tingkat bunga riil
yang positif dan tinggi mendorong orang untuk menabung di bank dan institusi
keuangan lainnya. Karenanya, peningkatan ini meningkatkan jumlah uang pada
institusi keuangan, dan memberikan peluang kepada institusi keuangan untuk
berinvestasi di pasar modal.
2.1.3.4. Tingka t Inflasi
Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki tanggung jawab dalam
mengendalikan tingkat inflasi, tugas Bank Indonesia tersebut merupakan
perwujudan dari kebijakan makro ekonomi pemerintah. Tingkat inflasi penting
dijaga karena dampak inflasi dapat mengakibatkan penurunan daya beli
masyarakat atau penurunan nilai mata uang suatu negara.
Inflation is a continuing rise in the genaral level of prices, such that it
costs more to purchase the typical bundle of goods and services that is produce
and/or consumed (Gwartney dan Stroup, 1997)
Peran pemerintah dalam hal ini otoritas moneter adalah mengendalikan
tingkat inflasi melalui instrumen pasar uang, yaitu dengan mengendalikan jumlah
23
uang beredar dan penetapan suku bunga. Faktor-faktor yang mengakibatkan
terjadinya inflasi adalah sebagai berikut :
I) Kenaikan permintaan Barang dan Jasa!Demand-Pull Inflation
Jika terjadi kenaikan permintaan barang dan jasa sementara jumlah pasokan
barang dan jasa tetap, maka akan terjadi kenaikan harga barang dan jasa.
Dalam jangka pendek, perusahaan sebagai pemasok barang dan jasa akan
meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah jam kerja yang
berakibat pada penambahan biaya per unit.
2) Kenaikan Biaya Produksi/Cost- Push Inflation
Kenaikan harga barang dan jasa disampng diakibatkan oleh kenaikan
permintaan dapat pula terjadi karena kenaikan dari biaya-biaya masukan atau
faktor produksi, seperti bahan mentah, biaya tenaga kerja, biaya modal, dan
biaya tak langsung lainnya. Bagi negara berkembangn. khususnya Indonesia,
penurunan nilai tukar Rupiah sangat berpengaruh terhadap kenaikan biaya
faktor produksi, hal ini terjadi akibat banyaknya bahan baku maupun
komponen pelengkap yang harus di impor.
lndikator yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
dengan menggunakan Indeks harga konsumen.
Inflasi merupakan tingkat kenaikan harga-harga secara umum. Menurut
teori makro Keynesian inflasi terus meningkat adalah suatu efek dari boom
ekonomi. Ini akan diikuti oleh suatu peningkatan harga saham sebab harga saham
akan tunduk kepada tekanan inflasi (Ulrich, 2002). Dalam Penelitian yang
dilakukan oleh Ulrich (2002) mengenai pengaruh faktor makroekonomi terhadap
24
pasar
modal
Amerika
untuk periode
1959:4 sampai
dengan
2002:3
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat intlasi dengan
indeks pasar modal Amerika dalam hal ini lndeks Standar and Poor's (S&P) 500.
temuan ini diperkuat oleh Omran dan Pointon (2001) yang menyatakan adanya
hubungan positif yang signifikan antara tingkat intlasi dengan indikator kinerja
pasar modal di Mesir.
Selanjutnya secara mikro adanya intlasi membawa dampak terhadap
kondisi keuangan suatu perusahaan. Dalam penelitiannya Van Horne (1986)
menjelaskan bahwa secara umum intlasi akan mengganggu keputusan capital
budgeting. Adanya intlasi akan menambah penghasilan (total revenue), namun
biaya penyusutan tidak berubah sehingga kenaikan total cost tidak sebesar
kenaikan total revenue. Dengan demikian terjadi kenaikan net income. Adanya
kenaikan Iaba bersih merupakan signal positif bagi investor dipasar modal,
dimana hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menaikkan harga suatu
saham yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perdagangan dan
kapitalisasi pasar.
Disisi
lain, faktor
inflasi merupakan faktor risiko yang harus
dipertimbangkan dalam proses investasi. Adanya kenaikan harga secara umum
akan berdampak pada berkurangnya daya beli sehingga hasil riil akan turun.
Investor yang rasional tidak hanya memperhitungkan tingkat hasil nominal tetapi
lebih penting lagi adalah tingkat hasil riil suatu investasi. Dengan demikian, bila
intlasi naik, maka investor akan menginginkan kenaikan tingkat hasil nominal
guna melindungi tingkat hasil riilnya.
25
Disamping itu, tingkat inflasi tinggi merupakan penghalang bagi kegiatan
investasi, investor menginginkan suatu kepastian dalam berinvestasi, sehingga
mereka akan mencari tempat berinvestasi yang memiliki risiko fluktuasi inflasi
yang rendah.
2.1.3.5. Jumlah Uang Beredar
Definisi yang berbeda untuk jumlah uang beredar menyangkut jenis-jenis
simpanan (deposit) yang berbeda. Definisi jumlah uang beredar yang sempit,
dinamakan MI, mencakup uang kartal dan deposit yang dapat digunakan sebagai
alat tukar. Definisi yang lebih luas mencakup deposit-deposit yang lain.
M2 adalah 1\11 ditambah tabungan dan simpanan berjangka lain yang
jangkanya lebih pendck, termasuk rekcning pasar uang dan pinjaman semalam
antar bank. M3 adalah M2 ditambah dengan beberapa komponen, yang paling
penting adalah sertifikat deposito yang bcrsatuan besar.
Kebijakan mengenai uang bercdar merupakan bagian dari kebijakan
moneter, kemampuan bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar
sangat terkait dengan kemampuannya untuk mempengaruhi besar dan kecukupan
cadangan devisa.
Bank sentral dalam melakukan pengendalian jumlah uang dapat
melakukan operasi pasar terbuka, dimana bank sentral dapat melakukan
pembelian atau penjualan obligasi atau instrumen lainnya dari berbagai pihak.
Pada pembelian di pasar terbuka, bank sentral membeli obligasi dari rumah
tangga atau perusahaan, bank sentral membayarnya dengan mengeluarkan cek
26
yang di tarik dari bank sentral dan dibayarkan kepada penjual. Penjual
menyimpan cek ini kepada banknya. Bank komersial menyerahkan cek kepada
bank sentral untuk mendapat pembayaran, dan bank sentral membukukannya,
menambah deposit bank komersial tadi di bank sentral. Siklus yang terjadi ini
merupakan cara bank sentral untuk menambah jumlah uang beredar. Sedangkan
pada penjualan di pasar terbuka merupakan mekanisme yang berlawanan dalam
rangka mengurangi pasokan uang beredar.
Jumlah uang beredar mempunyai pengaruh langsung pada harga saham
dengan mengubah likuiditas (Musilek, 1997). Disamping itu jumlah uang beredar
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap harga saham melalui dividen
dengan menaikkan atau menurunkan tingkat bunga. Selanjutnya temuan ini
diperkuat oleh Garcia dan Liu ( 1999) yang menyatakan adanya hubungan positif
yang signifikan antarajumlah uang beredar terhadap PDB yang dijadikan sebagai
proksi perkembangan sektor intermediari (perbankan) dengan nilai kapitalisasi
pasar.
2.1.3.6. Tingkat Hasil Pasar
Tingkat hasil pasar, lndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan
indikator utama terhadap ekspektasi ekonomi. Peningkatan IHSG mencerminkan
ekspektasi inYestor terhadap ekonomi kedepan akan tumbuh. Sedangkan apabila
investor mengharapkan resesi, maka akan sedikit investor yang membeli saham
dan harga saham menjadi turun tbear market), setelah pemulihan ekonomi, maka
investor akan membeli saham dan mendorong kenaikan harga saham (bull
27
market), karena harga saham sangat bergerak (cyclycal) maka harga saham dapat
diproksikan sebagai indikator ekspektasi. IHSG juga merupakan tolok ukur yang
digunakan secara luas oleh investor dalam memprediksi arah pergerakan harga
saham secara keseluruhan. Jika seorang investor memiliki berbagai saham dalam
portofolionya, maka cara yang cepat dan mudah dalam memonitor pergerakan
harga adalah melalui IHSG. Disamping itu, secara intuitif pergerakan harga
saham umumnya mengikuti pergerakan IHSG. (Reilly dan Brown, 1997)
Tingkat hasil pasar dihitung dengan menggunakan rum us sebagai berikut :
Rm,
=IHSG,IHSG,_,
- IHSG,_, x 100%. ·················································· .............. (2.9)
Dimana:
Rm 1 = market return pada tahun t
IHSG 1 = lndeks harga saham gabungan pada tahun t
IHSG 1-1= lndeks harga saham gabungan pada tahun t-1
2.1.4 Pasar Modal
2.1.4.1.Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara formal adalah sebagai pasar untuk berbagai
instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan,
baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 1994).
Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang Lebih sempit dari pasar
keuangan (financial market). Dalam financial market diperdagangkan semua
28
bentuk hutang dan modal sendiri, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
baik negotiable ataupun tidak.
Definisi pasar modal menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 adalah :
Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
saham perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Sedangkan Elton (1995), definisi pasar modal adalah :
Capital market securities include instruments with maturities greater than
one year and those with no designated maturity at all.
Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan sumber pembiayaan dunia usaha dan alternatif investasi baik bagi
investor maupun bagi pemodal.
Selanjutnya pasar modal dapat dibagi kedalam empat kelompok, yaitu :
1) Primary Market, yaitu pasar modal yang menjual pertama sekali saham dan
sekuritas lainnya sebelum sekuritas tersebut dicatatkan di Bursa Efek. Harga
pasar di pasar modal ini ditentukan oleh Penjamin emisi (underwriter) dan
perusahaan yang go public (emiten). Penjamin dapat digolongkan full
commirment bila dia akan membeli dan membayar seluruh nilai saham yang
diterbitkan emiten, waluapun tidak semua saham tidak terjual, selanjutnya
apabila penjamin emisi hanya membayar nilai saham sebesar yang terjual
selama masa penjualan pertama kali, maka penjamian emisi ini tergolong
effort. Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke
publik finitial public offering /PO) atau tambahan surat berharga baru jika
29
perusahaan sudah go public (sekuritas tambahan ini disebut dengan seasoned
new issues)
2) Secondary Market adalah pasar modal dalam bentuk bursa efek, yang
memperjual belikan saham dan sekuirtas kepada umum, setelah masa
penjualan di primary market. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh
permintaan penawaran yang dipengaruhi berbagai faktor dari emiten maupun
faktor diluar emiten.
3) Third Market adalah pasar modal tempat saham dan sekuritas lain
diperdagangkan di luar bursa Efek, pasar ini disebut pula over The counter
market. Atau dengan kata lain pasar ketiga dijalankan oleh broker yang
mempertemukan penjual dan pembeli pada saat pasar kedua ditutu;:-.
-+) Fourth Alm·ket adalah pasar perdagangan saham antar investor atau antar
pemegang saham tanpa melalui pialang atau perantara pedagang efek. Pasar
keempat
pada
umumnya
menggunakan jaringan
komunikasi
untuk
memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.
Primary market di Indonesia disebut pasar perdana, yang termasuk
secondary markeT adalah Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
2.1.4.2. Pasar Modal Yang Baik
Bursa saham yang diminati oleh pelaku pasar modal harus memiliki
beberapa karakteristik, antara lain tersedianya informasi yang andal bagi pelaku
dalam pengambilan keputusannya, selain itu bursa saham tersebut merupakan
pasar yang aktif dalam artian bahwa pelaku yang bertransaksi sangat mudah
30
melakukan pembelian maupun penjualan dengan harga yang relatif sama,
kemudian biaya atas transaksi yang dikenakan sangat kecil,. Selanjutnya
Karakteristik Bursa Saham yang baik menurut (Reilly and Brown , 1997) adalah :
I) Timely and accurate information is available on the price and volume ofpast
transactions.
2) It is liquid, meaning an asset can be bought or sold quickly at a price close to
the prices for previous transactions (has price continuity), assuming no new
information has been received In turn, price continuity required depth.
3) Transactions entail/ow costs, incluiding the cost of reaching the market, the
actual brokerage cost. and the cost of transferring the assets.
4) Price rapidly adjust to new information so the prevailing price reflects all
available information regarding the asset.
Konsep pasar modal yang efisien (Efficient Capital Market) merupakan
tema yang dominan pada tahun 1960-an dikalangan akademisi. Konsep ini,
meskipun secara umum dipercaya oleh kalangkan akademisi. namun tidak semua
masyarakat keuangan mempercayainya. Bahkan istilah pasar modal yang efisien
sering dipergunakan dengan arti atau maksud berbeda-beda. Sebagai contoh,
pasar modal yang efisien mungkin diartikan sebagai pasar yang bisa
menyediakan jasa-jasa yang diperlukan oleh para pemodal dengan biaya yang
minimal. Pengertian ini banyak dipergunakan oleh para pelaku di Bursa Efek
(seperti pialang, pengelola bursa dan sebagainya). Secara formal, pasar modal
yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah
mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru
tercermin pada harga sekuirtas, semakin efisien pasar modal tersebut (Husnan
1994)
Foster 1986 (dalam Husnan, 1994) menjelaskan bahwa adanya jumlah
analis keuangan yang banyak dan persaingan di antara mereka, akan membuat
31
harga sekuritas "wajar" dan mencerminkan semua inforrnasi yang relevan.
Apabila harga-harga selalu mencerminkan semua informasi yang relevan, maka
harga-harga etrsebut baru berubah apabila informasi baru muncul. Tetapi apa
yang disebut sebagai informasi baru tidaklah, per definisi, bisa diperkirakan
sebelumnya. Dengan kata lain, apabila harga saham mencerminkan semua
informasi yang bisa diperkirakan, maka perubahan harga saham hanyalah
mencerminkan informasi yang tidak bisa diperkirakan. Dengan demikian maka
rangkaian perubahan tersebut tentunya berpola acak (random).
Banyak sekali
informasi
yang
dianggap
relevan
dan
mungkin
mempengaruhi harga sekuritas, untuk itu maka informasi-informasi tersebut
dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu informasi dalam bentuk perubahan
harga diwaktu lalu, informasi yang tersedia untuk publik (public b!formation),
dan informasi yang tersedia untuk publik maupun tidak (public and private
information).
Ada tiga bentuk untuk menyatakan efisiensi pasar modal, yaitu :
I) Weak-Form Effciency (efisien yang lemah), dikatakan harga saham telah
mencerminkan semua informasi mengenai data historis, seperti volume
perdagangan dan harga saham di masa lalu. Dalam bentuk efisiensi weak,
para pelaku pasar yang menggunakan pendekatan analisis teknikal
(menggunakan data historis) untuk memprediksi harga saham di masa depan
dengan mencari trend dan pola pergerakan saham yang berulang hanya akan
sia-sia. Oleh karena itu semua informasi yang relevan baik harga dan volume
32
historis telah tersedia di pasar dan mudah diperoleh oleh semua orang tanpa
harus mngeluarkan biaya.
2) Semi-Strong Form Efficiency (efisien setengah kuat), semua informasi publik
yang tersedia, termasuk data historis dan prospek perusahaan harus telah
dicerminkan dalam bentuk harga saham, sehingga analisis fundamental juga
akan sia-sia.
3) Strong-Form Efficiency (efisiensi kuat), dimana harga saham di bursa telah
mencerminkan semua informasi mengenai data historis, informasi publik,
ditambah insider/private information.
2.1.4.3. Indikator Perkembangan Pasar Modal
Hingga saat ini. belum ada teori yang baku untuk mengukur indikator
perkembangan pasar modal. Berdasarkan penelitian empiris terdahulu seperti
penelitian oleh Demirguc-Kunt dan Le\·ine (1996), terdapat beberapa indikator
seperti:
1) Ukuran (Size), Nilai Kapitalisasi Pasar terhadap PDB (stock market
capitalization to GDP (MC)), merupakan rasio dari nilai keseluruhan saham
yang terdaftar dibagi PDB. Baik pembilang (numerator) and penyebut
(denominator) disesuaikan sewajarnya, dengan pembilang yang merupakan
rata-rata dari nilai akhir tahun t dan tahun t-1 tahun, kedua-duanya
disesuaikan dengan
dengan IHK akhir tahun masing-masing, dan PDB
disesuaikan dengan nilai tahunan IHK.
33
2) Aktivitas (Activity) atau likuiditas {liquidity), Nilai Total Perdagangan Saham
terhadap PDB (stock market total value traded to GDP (VT)
yang
didefinisikan sebagai total saham yang diperdagangkan di pasar modal dibagi
PDB. Karena penyebut dan pembilang merupakan variabel yang bergerak
pada periode waktu yang sama, penyesuaian tidak diperlukan.
3) Efisiensi (Efficiency), Rasio Perputaran (stock market turnover ratio (TR )
yang didefinisikan sebagai rasio dari Nilai Total Perdagangan Saham
terhadap Nilai Kapitalisasi Pasar. Rasio ini mengukur aktivitas atau likuiditas
dari sebuah pasar modal relatif terhadap ukuran pasar. Sebuah pasar modal
yang kecil tetapi aktif akan mempunyai rasio perputaran yang tinggi,
sedangkan suatu pasar modal yang besar. sedangkan kurang likuid
akan
mempunyai rasio perputaran yang rendah. Karena indikator ini merupakan
rasio dari saham dan varabel yang bergerak. peneliti menggunakan prosedur
penyesuaian yang serupa dengan indikator Kapitalisasi Pasar.
4) Ukuran penawaran umum saham, Nilai Emisi Saham terhadap PDB (Equity
Issues to GDP (Sf)), yang merupakan nilai saham yang dikeluarkan (IPO
ditambah Right Issue) dibagi PDB nominal.
Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan pembuatan
suatu lndeks yang merupakan modifikasi dari lndeks yang dipergunakan oleh
Demirguc-Kunt dan Levine (1996). Indeks yang dibuat oleh mereka merupakan
nilai rata-rata dari penjumlahan Nilai Kapitalisasi Pasar, Nilai Total Perdagangan
Saham dan Rasio Perputaran. Mengacu kepada kondisi y.ang ada di pasar modal
Indonesia maka peneliti mengembangkan pembuatan lndeks perkembangan pasar
34
modal yang merupakan nilai rata-rata dari penjumlahan Nilai Kapitalisasi Pasar,
Nilai Total Perdagangan Saham dan Nilai Emisi Saham. lndikator Rasio
Perputaran dihilangkan dikarenakan nilai dari variabel tersebut sangat dominan
terhadap nilai lainnya sehingga angka lndeks secara keseluruhan sangat
tergantung kepada angka Rasio Perputaran, disamping itu penghilangan angka
Rasio Perputaran tidak akan menghilangkan indikator inti dikarenakan nilai Rasio
Perputaran merupakan hasil pembagian antara Nilai Total Perdagangan Saham
terhadap Nilai Kapitalisasi Pasar. Selanjutnya peneliti menambah variabel Indeks
berupa Nilai Emisi Saham, penambahan variabel ini dimaksudkan untuk
menguatkan fungsi lndeks untuk memotret perkembangan pasar modal Indonesia,
hal ini dikarenakan nilai emisi saham merupakan kinerja dari emiten untuk
menambah penawaran atas saham.
Jndeks,
=MC, + VT, +Sf, ............................................................................(2.11)
3
dimana:
lndeks1 = Indeks perkembangan pasar modal tahun t
MC 1 = Nilai Kapitalisasi Pasar terhadap PDB tahun t
VT1 = Nilai Total Perdagangan Saham terhadap PDB tahun t
SI1 = Nilai Emisi Saham terhadap PDB tahun t
2.1.4A. Jenis Jenis Efek Di Pasar Modal Indonesia
Efek adalah setiap pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap right' (hak), waran, opsi atau
setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan Bapepam.
35
Adapun efek yang diperdagangkan dipasar modal Indonesia adalah
Saham Biasa, Saham Preferen, Rights, Waran, Obligasi dan Reksadana.
2.1.4.5. Lembaga Pendukung Aktivitas Pasar Modal
Keberhasilan suatu pasar modal ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya penawaran dan permintaan sekuritas, kondisi politik dan ekonomi,
dan kejelasan aspek hukum. Selain itu, yang mendukung keberhasilan suatu pasar
modal tidak terlepas dari lembaga-lembaga pendukung. Lembaga-lembaga
tersebut meliputi Bapepam, Bursa Efek, Biro Administrasi Efek, Akuntan Publik,
Penjamin Emisi (Undenvriter), Perusahaan Sekuritas, Notaris, Konsultan
Hukum, Wali Amanat (Trustee). Penilai, Pemeringkat dan Lembaga Kliring.
2.1.4.6. Perusahaan Go Public
Perusahaan yang menjual efek baik dalam bentuk saham maupun obligasi
kepada masyarakat melalui pasar modal disebut perusahaan terbuka (public
company). Ada berbagai alasan mengapa suatu perusahaan menawarkan efek
melalui pasar modal. Sjahril (1995) mengemukakan enam alasan mengapa suatu
perusahaan menawarkan efeknya kepada publik, yaitu :
I) Kebutuhan dana untuk melunasi hutang, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, sehingga dapat mengurangi beban bunga.
2) Meningkatkan modal kerja
3) Membiayai perluasan perusahaan (pembangunan pabrik baru, peningkatan
kapasitas produksi)
4) Memperluas jaringan pemasaran dan distribusi
5) Meningkatkan teknologi produksi
6) Membayar sarana penunjang (pabrik, perawatan, kantor dan lain-lain)
36
Perusahaan akan tertarik mencari dana dari pasar modal, apabila menurut
penilaian mereka dengan menjadi perusahaan terbuka akan memberikan manfaat
yang lebih besar di masa yang akan datang. Manfaat yang diperoleh oleh
perusahaan terbuka menurut Bringham dan Gapenski (1993), sebagai berikut :
1) Perusahaan go public dapat melakukan diversifikasi kepemilikan sahamnya
sehingga dapat mengurangi risiko yang ditanggung pendiri perusahaan.
2) Pendiri dapat menambah kas dengan cara menjual sebagian sahamnya.
3) Keterbukaan informasi akan mengakibatkan perusahaan go public lebih
mudah mendapatkan tambahan modal, karena masyarakat lebih tertarik untuk
berinvestasi pada perusahaan tersebut.
4) Go public dapat mengurangi masalah yang berkaitan dengan para penilai
pajak, memungkinkan perusahaan memberikan insentif opsi saham kepada
karyawan kunci jika diinginkan, dan karyawan lebih menyukai memiliki
saham atau opsi saham dari perusahaan yang go public karena public trading
akan meningkatkan likuiditas.
Selain
manfaat yang
akan
diperoleh,
Bringham
dan
Gapenski
mengemukakan pula mengenai beberapa kerugian menjadi perusahaan terbuka,
yaitu:
1) Perusahaan diwajibkan mengeluarkan laporan triwulanan dan tahunan tentang
kondisi perusahaan. Pembuatan laporan tersebut akan menimbulkan biaya
pelaporan
2) Manajemen perusahaan harus terbuka mengenai hal yang berkaitan dengan
operasi dan permodalan. Konsekuensinya, para pesaing dapat dengan mudah
mengetahui kondisi perusahan karena adanya keterbukaan tersebut.
3) Pada perusahaan yang go public, kepentingan pribadi tidak berlaku lagi.
4) Pada perusahaan yang go public mungkin terjadi bahwa saham yang tidak
aktif diperdagangkan karena pasar sedang lesu dan dengan harga yang
rendah. Apabila sahamnya tidak aktif diperdagangkan. maka saham tidak
likuid dan harga saham tidak mencerminkan nilai saham sebenarnya
5) Pengendalian perusahaan oleh pemilik dan manajer berkurang
2.1.5. Peran Pasar Modal dalam Sebuah Ekonomi
Alasan utama mengapa sebuah sistem keuangan yang efisien sangat
penting untuk sebuah perekonomian adalah terdapatnya biaya informasi serta
37
biaya transaksi yang sangat substansi. Asimetris infomasi menciptakan adverse
selection dan moral hazard, dan biaya transaksi yang tinggi mengakibatkan
inefisiensi. Dengan melakukan spesialisasi dalam pengumpulan informasi,
mengevaluasi proyek, berbagi risiko, dan menyediakan likuiditas, sebuah sistem
keuangan yang efisien dapat meningkatkan tabungan dan meningkatkan alokasi
investasi.
Sebagai konsekuensi, intermediari keuangan meningkatkan produktivitas
modal dan memicu pertumbuhan ekonomi, (Garcia dan
Liu,
1999)
mengidentifikasikan tiga saluran yang utama tentang intermediari keuangan dan
pasar modal dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Pertama,
pembangunan
sektor
finansial
membuat
ruang
dalam
meningkatkan tingkat tabungan, dengan mempergunakan skala ekonomis dan
keahlian, intemediari keuangan dan pasar modal
dapat menyediakan para
penabung dengan tingkat pengembalian yang relatif Jebih tinggi, dan karenanya
merangsang tabungan. Banyak literatur telah menunjukkan peran yang dimainkan
oleh
intermediari keuangan dan pasar modal dalam meningkatkan tabungan.
Sebagai contoh, Mckinnon ( 1973) dan Shaw ( 1973) menekankan peran yang
dimainkan oleh liberalisasi keuangan dalam meningkatkan tabungan dan
akhirnya menjadi investasi. Menurut mereka kemajuan sektor finansial
meningkatkan tidak hanya produktivitas modal tetapi juga tingkat tabungan dan,
oleh karena itu, investasi dan pertumbuhan. Ekonomi.
Kedua, dengan mengurangi biaya informasi 'dan biaya transaksi,
intermediari keuangan dan pasar modal melaksanakan fungsi penting ekonomi
38
dalam meningkatkan penyaluran dana dari kreditur ke debitur. Sebagai contoh
Gurley dan Shaw (1955, 1960 dan 1967) menekankan pentingnya intermediari
keuangan dalam menyalurkan tabungan menjadi investasi.
Ketiga, sektor finansial meningkatkan alokasi sumber daya. Sebuah riset
terbaru yang menyatakan secara kuat bahwa perkembangan sektor finansial
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengalakkan sebuah alokasi
sumber daya yang efisien melalui berbagai mekanisme :
1) pengumpulan dana, yaitu membuat proyek investasi yang besar menjadi
mungkin dan kredit lebih murah;
2) diversifikasi risiko. yaitu mengurangi produktivitas dan risiko gaga! bayar
dengan menempatkan dana dalam portofolio yang beragam;
3) likuiditas manajemen, yaitu menyediakan likuiditas atas proyek investasi:
4) penyaringan, yaitu mengumpulkan dan mengevaluasi informasi proyek untuk
menyalurkan dana pada proyek yang paling yang menguntungkan, dan;
5) monitoring, yaitu, menertibkan kinerja debitur untuk meyakinkan bahwa
mereka memenuhi komitmen.
Suatu sistem keuangan yang berfungsi dengan baik meningkatkan alokasi sumber
daya melalui mekanisme ini.
Dengan mengubah kualitas dari jasa-jasa diatas, pasar modal yang
berfungsi baik dapat merubah angka pertumbuhan ekonomi. Debat yang ada,
bagaimanapun atas efek itu. Secara rinci, model dapat memperkirakan satu
hubungan yang positif antara perkembangan pasar modal dan pertumbuhan
ekonomi. Satu jalan Pasar modal bisa mengakibatkan aktivitas ekonomi melalui
39
Iikuiditas beberapa proyek yang menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi
membutuhkan sebuah komitmen modal dalam jangka panjang.
Investor,
bagaimanapun pada umumnya enggan melepaskan kendali atas tabungannya
dalam jangka panjang. Tanpa pasar yang Iikuid atau pengaturan keuangan Iainnya
yang mempromosikan Iikuiditas, oleh karena itu, sedikit investasi yang terjadi
dalam proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Seperti ditunjukkan oleh
Levine (1991) dan Bencivenga, Smith, Starr (1996), pasar modal dapat
berkembang untuk menyediakan Iikuiditas; Penabung yang mempunyai aktiva
Iancar-seperti saham-sementara perusahaan mempunyai modal permanen dengan
mengeluarkan saham. Secara spesifik, pasar modal yang Iikuid mengurangi risiko
sampingan dan biaya investasi dalam proyek yang tidak harus membayar untuk
satu waktu yang lama; dengan sebuah pasar modal yang likuid. investor tidak
kehilangan akses atas tabungannya selama waktu investasi karena mereka dapat
segera, dan murah dan untuk menjual kepemilikannya dalam perusahaan.
2.1.6. Arbitrage Pricing Theory (APT).
Pada tahun I 976, Ross mengajukan model alternatif sebagai pendekatan
dalam menilai harga efek selain CAPM, yaitu yang dikenal dengan pendekatan
Arbitrage Pricing Theory (APT). Berbeda dengan pendekatan CAP.l\1 yang hanya
mempertimbangkan satu faktor (single-index model), yaitu koefisien beta sebagai
ukuran risiko, maka APT mempertimbangkan Iebih dari satu faktor rmulti-factors
model) yang mempengaruhi tingkat hasil efek.
40
Arbitrage Pricing Theory is a new and different approach to determine assets
prices. It is based on the lml' of one prices two items that are the same can't sell a
different prices (Elton and Gruber, 1995)
A theory concerned with deriving the expected or requires rates of return on risky
assets based on the asset's systematic relationship to several risk factors. This
multifactor model is ini contrast to the single-factor CAPM (Reilly and Brown :
1997)
Pendekatan APT mensyaratkan adanya hubungan linier antara tingkat
hasil efek dengan beberapa faktor sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan
berikut (Elton and Gruber, 1995)
R; =a; +b;/1 +bi212 + ......... +b;/1 +e; ............................................... (2.10)
Dimana:
Ri =eksp.:ktasi tingkat hasi I efeki
ai = ekspcktasi tingkat hasil efek I jika seluruh faktor lj bernilai 0.
bij = sen3itivitas tingkat basil efek I terhadap faktor ke j.
lj = nilai faktor Ike j yang memepengaruhi tingkat hasil efek.
ei = kesalahan acak dengan rata-rata sama dengan 0 dan variansi cr 2ei.
Sejak diperkenalkan APT ini. berbagai kalangan akademisi masih
memperdebatkan faktor-faktor apa saja yang dipilih untuk dimasukkan dalam
model. Pcndekatan APT tidak secara spesifik menunjukkan faktor apa saja yang
menentukan hasil saham. :-Jamun demikian, beberapa indikator dapat dijadikan
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat hasil saham, yaitu : tingkat bunga,
inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi dan premi risiko (Farrell, 1997). Tidak ada
teori yang dapat menunjukkan faktor-faktor dimaksud. Untuk itu, harus dilakukan
prediksi yang dapat menunjukkan faktor-faktor dimaksud. Untuk itu, harus
41
dilakukan prediksi dari data-data yang ada atau didasarkan pertimbangan peneliti
(a priori).
Penggunaan APT dapat memprediksi harga saham telah banyak
dipergunakan oleh peneliti maupun praktisi pasar modal, akan tetapi berkaitan
dengan teori yang spesifik mengenai perkembangan pasar modal belum ada,
maka peneliti mencoba mengadaptasi teori APT ini didalam penelitian, dimana
harga saham digantikan dengan Indeks perkembangan pasar modal.
2.1.7. Penelitian Mengenai Perkembangan Pasar Modal
2.1.7.1 Naka, :Mukherjee dan Tufte (2002)
Penelitian yang lakukan Atsuyuki Naka. Tarun Mukhe1jec dan David
Tufte tentang Macroeconomic T·ariabels and Pe1jormance of The Indian Stock
Market menguji hubungan antara beberapa variabel makro ekonomi berupa
tingkat bunga, inflasi, pertumbuhan PDB, dan pertumbuhan money
supp~1·
(variabel dependen) sedangkan variabel independen nya Indeks saham (dalam hal
ini Bombay Stock Index (ESE), dengan periode penelitian adalah 1960q I sampai
dengan 1995q4.
Mereka mengunakan Vector Error Correction Model (1 ECM) yang
dikembangkan oleh Johansen (1991 ). Hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut adalah terdapat tiga hubungan keseimbangan jangka panjang yang
terdapat antara variabel-variabel makro ekonomi tersebut._Dan inflasi merupakan
penghalang utama dalam kinerja pasar modal India, sedangkan pertumbuhan
42
PDB merupakan pendorong utama. Setelah menghitung secara akuntansi dari
faktor makroekonomi tersebut, pasar modal India masih akan mengalami
kemunduran dengan adanya negatif trend. Mereka menyatakan ini sebagai mismanajemen ekonomi, karena ukuran penurunan ini berkurang setelah 1990,
bersamaan dengan dimulainya reformasi ekonomi India.
2.1.7.2. Garcia dan Liu (1999)
Penelitian yang lakukan Valeriano F. Garcia dan Lin Liu tentang
"Macroeconomic Determinants of Stock Market Development" mereka dengan
menggunakan pooled data dari lima belas negara industri dan negara berkembang
(Argentina, Brazil, Chili, Kolombia, \leksiko, Peru, Venezuela, Indonesia,
Korea. Malaysia, Pilipina, Taiwan, Thailand. Jepan dan .-\merika Serikat) dari
tahun
1980
makroekonomi
sampai
dengan
penentu
1995.
perkembangan
mereka
menguJI
pasar modal
pengaruh
faktor
khususnya tentang
kapitalisasi pasar (Market Capitalization'.
Variabel makro ekonomi yang digunakan mereka adalah : pendapatan riil,
tingkat tabungan, perkembangan intermediari finansial (jumlah uang beredar
terhadap PDB dan jumlah kredit kepada sektor swasta terhadap PDB), likuiitas
pasar modal, dan stabilitas makroekonomi (dependent variabel), dan kapitalisasi
pasar modal (independent Variabel).
Hasil yang diperoleh dari penelitian mereka adalah :
43
l) Pendapatan riil, tingkat tabungan, perkembangan intermediari finansial dan
likuiditas pasar modal merupakan faktor penentu penting pada kapitalisasi
pasar sedangkan;
2) Volatilitas makroekonomi (tingkat inflasi) tidak terbukti secara signifikan
dan;
3) Perkembangan pasar modal dan perkembangan intermediari finansial
merupakan komplemen daripada subtitusi.
2.1. 7.3. Omran (2003)
Penelitian yang dilakukan oleh Mohammed Omran (2003)
tentang
dampak tingkat bunga riil tehadap indikator aktivitas dan likuiditas pasar modal
di Mesir untuk periode 1980/81 sampai 1997/98. dengan mengunakan prosedur
two step Engle dan Granger, hasil dari analisa co-integration melalui error
correction mechanisms (ECM)
Hipotesa yang diuji adalah :
Hl: Aktivitas pasar meningkat sebagai akibat tingkat bunga riil meningkat
Dari hipotesa diatas termasuk hipotesa sebagai berikut :
H1/l: Nilai perdagangan meningkat sebagai akibat tingkat bunga riil meningkat.
Hl/2:Jumlah volume perdagangan meningkat sebagai akibat tingkat bunga riil
meningkat.
HI/3: Jumlah transaksi meningkat sebagai akibat tingkat bunga riil meningkat.
Hl/4: Jumlah emiten meningkat sebagai akibat tingkat bunga riil meningkat.
Hl/5: Nilai penawaran saham baru (termasuk peningkatan modal) meningkat
sebagai akibat tingkat bunga riil meningkat.
H2: Likuiditas pasar meningkat sebagai akibat tingkat bunga riil meningkat.
Dari sub hipotesa diatas, dibagi kedalam sub-sub hipotesa sebagai berikut :
44
H2/l: Nilai total perdagangan terhadap kapitalisasi pasar meningkat sebagai
akibat tingkat bunga riil meningkat.
H2/2: Jumlah volune saham yang diperdagangkan terhadap jumlah saham yang
terdaftar meningkat sebagai akibat tingkat bunga riil meningkat.
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah :
Dengan menggunakan analisa co-integration, hasil menunjukkan ada hubungan
yang signifikan dalam jangka panjang dan jangka pendek antara tingkat bunga
riil dengan indikator perkembangan pasar modal, yaitu indikator aktivitas dan
Iikuiditas, yang mengungkapkan perilaku yang diharapkan dari respon pasar
modal terhadap peningkatan tingkat bunga riil, sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, arah hubungan tingkat bunga riil tergantung erat dengan perubahan
tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi. Dalam kasus di Mesir, penurunan
tingkat inflasi yang lebih tinggi dari pada penurunan tingkat bunga nominal,
menghasilkan peningkatan dalam tingkat bunga riil. Alasan yang
mendasari
hubungan positif antara tingkat bunga dan indikator perkembangan pasar modal
adalah tingkat bunga riil yang positif dan tinggi mendorong orang untuk
menabung di bank dan institusi keuangan lainnya. Karenanya, peningkatan ini
meningkatkan jumlah uang pada institusi keuangan, dan memberikan peluang
kepada institusi keuangan untuk berinvestasi di pasar modal. Temuan Orman
berlawanan dengan temuan Spiro (1990) yang menyatakan terdapat hubungan
negatif antara tingkat bunga riil dan pasar modal. Bagaimanapun, dalam banyak
pikiran orang bahwa emerging market
menyediakan tingkat pengembalian
(return) yang lebih tinggi di bandingkan pasar yang sudah inapan.
45
Akibatnya, manajer portofolio asing diharapkan untuk menginvestasikan dananya
dipasar modal, sekalipun tingkat bunga riil tinggi, para investor akan
mengharapkan. hasil yang lebih tinggi melalui capital gain. Berlawanan arah,
ketika tingkat bunga riil meningkat di negara ekonomi maju, investor lebih
memilih untuk menginvestasikan dananya pada aktiva bebas risiko (risk free
asset), dimana pasar modal tidak mampu menyediakan itu. Karenanya, hubungan
antara tingkat bunga riil yang tinggi dan pasar modal di negara ekonomi maju
dapat diharapkan negatif.
2.1.7.4. Gunasekarage, Pisedtasalasai dan Power (2004)
Penelitian yang dilakukan oleh Abeyratna Gunasekarage, Anirut
Pisedtasalasai dan David i\1 Power. (200-l-) menguji pengaruh variabel
makroekonomi terhadap pasar modal Srilangka. Dengan menggunakan lndeks
Harga Saham Colombo sebagai proksi pasar modal (variabel dependen) dan
(a)Jumlah uang beredar, (b) Tingkat bunga T-bill (sebagai ukuran tingkat bunga)
(c) lndeks harga konsumen (sebagai ukuran inflasi) dan (d) Nilai tukar sebagai
variabel makroekonomi. Mereka menggunakan data bulanan selama 17 tahun
dari Januari 1985 sampai dengan Desember 200 l dengan menggunakan batte1y
test, yang termasuk unit roots, cointegration, \"ector error correction models
(VECM), impulse response functions (!RF!1) and variance decompositions
(VDCs). Uji ini menguji hubungan dalam jangka panjang dan jangka pendek
aatara indeks pasar modal dan variabel ekonomi. Analisa VECA! menyediakan
beberapa bantuan tentang pendapat bahwa nilai lag variabel makroekonomi
46
seperti lndeks harga konsumen, jumlah uang beredar dan T-bill mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap indeks. Tingkat bunga T-bill merupakan
variabel
yang
sangat
kuat
pengaruhnya
dibandingkan
variabel
lain.
Bagaimanapun indeks harga saham gabungan tidak ada pengaruhnya terhadap
variabel makroekonomi kecuali tingkat bunga T-bill. Kedua Analisa VDC dan
IRF mengungkapkan bahwa guncangan (shock) pada variabel ekonomi yang diuji
hanya mempunyai sedikit kesalahan dalam prediksi indeks harga saham; efek ini
tidak berlaku untuk waktu panjang.
2.1.7.5. Penelitian lainnya
Penelitian mengcnai variabel makroekonomi dengan menggunkan
UJI
APT banyak dilakukan. tabel berikut ini menyajikan variabel-variabel apa saja
yang pernah diteliti.
Tabel 2.1 : Macroeconomic Variabels that are Employed in Previous APT Tests
Macroeconomic
Variabels
Industrial Production
Inflation
Previous Swdies which Employ Indicated
Variabels
Chan, Chen and Hsieh ( 1985 ), Chen, Roll and
Ross (1986 ). Burnmeister and Wall
( 1986), Beenstock and Chan ( 1988), Chang and
Pinegar ( 1990), Kryzanowski and
Zhang (1992), Chen and Jordan (1993), Sauer
( 1994 ), Ozcam ( 1997), Rahman,
Coggin and Lee ( 1998), Altay (200 I)
Chan, Chen and Hsieh (1985), Chen, Roll and
Ross (1986 ). Burnmeister and Wall
(1986), Burmeister and MacElroy (1988),
MacElroy and Burmeister (1988),
Chang and Pinegar (1990), Kryzanowski and
Zhang (1992), Chen and Jordan
(1993), Sauer(1994), Rahman. Coggin and Lee
47
Risk Premium
Term Structure
Real Consumption
Oil Price
Residual Market Factor
Money Supply
Retail Prices
Capital Flows
Retail Sales
Wages
Export Prices
Exports
Total Revenue
Short term Interest Rates
Domestic National Product
Foreign Exchange Rate
Unemployment
Budget Balance
Current Accounts Balance
Order Level
Sumber : Altay (2003)
(1998), Altay (2001)
Chan, Chen and Hsieh ( 1985), Chen, Roll and
Ross (1986), Burnmeister and Wall
( 1986), Mac Elroy and Burmeister ( 1988), Chang
and Pinegar ( 1990).
Kryzanowski and Zhang (1992), Chen and Jordan
(1993), Sauer (1994), Rahman,
Coggin and Lee ( 1998)
Chan, Chen and Hsieh ( 1985), Chen, Roll and
Ross ( 1986), Burnmeister and Wall
( 1986), Mac Elroy and Burmeister ( 1988), Sauer
( 1994), Chang and Pinegar
( 1990), Kryzanowski and Zhang ( 1992), Chen and
Jordan ( 1993 ), Rahman,
Coggin and Lee (1998)
Chan, Chen and Hsieh (1985)
Chan, Chen and Hsieh (1985), Chen and Jordan
(1993)
Burnmeister and Wall ( 1986), MacElroy and
Burmeister ( 1988). Kryzanowski and
Zhang ( 1992)
Been stock and Chan ( 1988), Sauer ( 1994), Ozcam
( 1997), Altay (200 I
Been stock and Chan ( 1988)
Altay (200 I)
Beenstock and Chan ( 1988), Sauer ( 1994), Ozcam
(1997)
Beenstock and Chan ( 1988), Sauer ( 1994)
Been stock and Chan ( 1988)
Beenstock and Chan ( 1988), Sauer ( 1994)
Burmeister and MacElroy (1988), MacElroy and
Burmeister ( 1988)
Burmeister and Mac Elroy ( 1988), Ozcam ( 1997),
Altay (200 I)
Kryzanowski and Zhang ( 1992)
Kryzanowski and Zhang (1992), Sauer (1994),
Ozcam ( 1997), Altay (200 1)
Sauer ( 1994)
Ozcam (1997)
Ozcam (1997), Altay (2001)
Sauer ( 1994)
48
2.2. Kerangka Pemikiran
Mempertimbangkan pemikiran tentang faktor yang dapat menyebabkan
perkembangan pasar modal dapat dikaji dari berbagai sisi. Dalam teori ekonomi
peran faktor makro ekonomi dalam perekonomian sangat krusial dan merupakan
faktor penentu. Hal ini dapat dimaklumi karena indikator-indikator besaran
ekonomi merupakan kondisi yang terjadi pada suatu perekonomian. Sehingga
dapat dipergunakan untuk memprediksi kemajuan suatu perekonomian.
Selanjutnya, ada dua pendekatan untuk menilai perkembangan pasar
modal, pertama adalah pendekatan kelembagaan (institutional approach) dan
yang lain adalah makroekonomi (macroeconomy approach).
Pendekatan
kelembagaan meneliti faktor kelembagaan seperti hak rnilik, kliring dan
penyelesaian, isu, transparansi dan informasi orang dalam rinside information),
isu perpajakan, kondisi sosial, politik, keamanan dan standar akuntansi.
Pendekatan makro ekonomi meneliti faktor-faktor
seperti pertumbuhan
pendapatan, tingkat bunga, nilai tukar, tingkat hasil pasar. tingkat tabungan,
tingkat investasi, pengeluaran pemerintah, inflasi dan lainnya.
Seperti kita ketahui, kedua faktor kelembangan dan makro ekonomi
penting dalam perkembangan pasar modal. Pagano (1993) memperlihatkan
bahwa faktor regulasi dan kelembagaan dapat mempengaruhi fungsi pasar modal.
Sebagai contoh, kewajiban untuk mengungkapkan informasi yang yang dapat
dipercaya tentang perusahaan dapat meningkatkan pa!1isipasi investor, dan
49
peraturan
yang
membuat
kepercayaan
investor terhadap
akan
broker
meningkatkan investasi dan perdagangan di pasar modal.
Dalam penelitian ini, Peneliti memilih pendekatan makro ekonomi,
pendekatan ini dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Informasi yang akurat tentang variabel kelembagaan terbatas dalam data dan
sukar mengukurnya;
2) Faktor kelembagaan secara langsung dapat
dicerminkan dalam
faktor
makroekonomi. Sebagaimana yang ditunjukkan bahwa beberapa ukuran
kelembagaan seperti aturan legal (legal rule) sangat berhubungan dengan
investasi yang dilakukan pasar modal, sementara investasi merupakan satu
dari faktor penentu makroekonomi yang peneliti uji dalam penelitian ini.
3) Faktor makro ekonomi menentukan perkembangan pasar modal di Indonesia
relatif masih sedikit di teliti sebelumnya.
Dalam penelitian ini, peneliti berniat untuk menjelaskan perkembangan
pasar modal dengan menguji peran variabel makroekonomi seperti nilai tukar
rupiah/US$, tingkat bunga riil deposito I bulan, tingkat inflasi, jumlah uang
beredar (M2) terhadap PDB, dan tingkat hasil pasar (market return). Variabel
makroekonomi berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan Pendapatan Domestik
Bruto tidak dipergunakan dalam penelitian ini dikarenakan Pendapatan Domestik
Bruto
telah
dimasukkan
sebagai
pembagi
masing-masing
indikator
perkembangan pasar modal, disamping itu trend pertumbuhan ekonomi yang
negatif berlawanan dengan trend perkembangan pasar modal, selanjutnya
pemilihan variabel-variabel makro ekonomi lainnya sebagai faktor yang
50
mempengaruhi perkembangan pasar modal didasarkan pada pertimbangan
subyektif peneliti (a priori)
Dengan demikian, pemilihan variabel tersebut
cenderung pada "seni" penelitian karena belum adanya dasar teoritis yang dapat
dijadikan acuan mengenai variabel apa saja yang berpengaruh terhadap
perkembangan pasar modal.
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Faktor makro ekonomi
• nilai tukar
rupiah/US$,
• tingkat bunga riil
deposito 1 bulan,
• tingkat inflasi
• jumlah uang
beredar(M2)
terhadap PDB,
• tingkat basil pasar,
Transaksi Saham
di Bursa Efek
Jakarta
Indeks
Perkembangan
Pasar modal
51
2.3. Ekspektasi Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel lndependen
Di dalam penelitian ini Indeks merupakan variabel dependen, sedangkan
faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap indeks merupakan variabel
Independen. Uraian tentang hubungan kedua variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
I) Hubungan nilai tukar rupiah/US$ terhadap lndeks.
lmplikasi utama dari perubahan nilai tukar mempengaruhi ekspor perusahaan
dan juga biaya barang impor dan input produksi dan akhirnya mempengaruhi
harga saham. Kondisi emiten dan perusahaan publik Indonesia relatif sangat
dipengaruhi oleh nilai tukar baik dari sisi pendapatan maupun biaya, dan
banyak emiten dan perusahaan publik yang tergantung dengan ekspor dan
impor. Jadi variabel ini diharapkan mempunyai hubungan yang negatif (-)
terhadap lndeks. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :
Nilai tukar rupiah/US$ (depresiasi)i--+ labal--+ harga saham l--+ lndeks l
2) Hubungan tingkat bunga riil deposito bank umum I bulan terhadap lndeks.
Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal (required rate of return)
menunjukkan besarnya keuntungan yang dianggap layak bagi pemodal.
Besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan pemodal di Indonesia antara
lain didasarkan pada tingkat bunga (risk free rate) yang berlaku. Tingkat
bunga deposito bank umum I bulan yang meningkat mendorong investor
untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan atau deposito. Sedikitnya
52
permintaan saham mengakibatkan harga saham turun sehingga nilai indeks
menjadi turun pula. Dengan demikian, diharapkan terdapat hubungan yang
negati f (-) an tara tingkat bunga dan indeks.
Secara ringk.as :
Tingkat bunga bebas risiko j-+ Required Rate ofReturn (r)j-+
harga saham
~--+ Indeks~
Dari sisi perusahaan kenaikan bunga deposito akan diikuti oleh kenaikan suku
bunga kredit sehinggafinancial risk dari perusahaan akan meningkat. Hal ini
dapat menyebabkan harga saham turun sehingga lndeks akan turun. Dengan
demikian terjadi hubungan yang negatif antara tingkat bunga deposito dan
Indeks.
3) Hubungan tingkat inflasi dengan Indeks
Inflasi menunjukkan keadaan terjadinya kenaikan harga - harga secara
umum. Bagi perusahaan adanya kenaikan inflasi akan mempengaruhi struktur
keuangannya. Kenaikan harga produk akan meningkatkan total revenue.
Disisi lain kenaikan bahan baku, tenaga kerja dan sebagainya akan
meningkatk.an total cost, namun karena nilai dari depresiasi tidak terpengaruh
dengan adanya inflasi maka kenaikannya tidak sebesar kenaikan total
revenue. Selisih total revenue dengan total cost merupakan laba perusahaan
sebelum pajak dimana nilainya relatif lebih besar dibandingkan dengan tidak
ada inflasi. Pajak yang dibayarkan adalah sebesar - prosentase tertentu
dikalikan laba bersih, sehingga laba setelah pajak akan meningkat dengan
53
adanya inflasi ini. Dengan demikian harga saham naik, akibatnya Indeks akan
naik. Jadi diharapkan hubungan inflasi dengan Indeks adalah positif (+).
Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
Inflasi j-+ laba bersih j-+ harga saham j -+ Indeksj
Dilain
pihak.
inflasi
merupakan
faktor
risiko
yang
harus
dipertimbangkan dalam proses investasi. Adanya kenaikan harga secara
umum akan berdampak pada berkurangnya daya beli sehingga hasil riil akan
turun. Investor yang rasional tidak hanya memperhitungkan tingkat hasil
nominal tetapi lebih penting lagi adalah tingkat hasil riil suatu investasi.
Dengan demikian, hila inflasi naik, maka investor akan menginginkan
kenaikan tingkat hasil nominal guna melindungi tingkat hasil riilnya.
Disamping itu. tingkat inflasi tinggi merupakan penghalang bagi
kegiatan investasi, inYestor menginginkan suatu kepastian dalam berinvestasi,
sehingga mereka akan mencari tempat berinvestasi yang memiliki risiko
fluktuasi inflasi yang rendah. Jadi diharapkan hubungan inflasi dengan Indeks
adalah negatif (-).
Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :
Inflasi j-+ Required Rate of Return (r)j-+ harga saham l-+ Indeksl
Khusus untuk variabel inflasi arah hubungan antara tingkat inflasi dengan
indeks, terdapat dua kemungkinan, yaitu berhubungan positif atau negatif,
jadi terdapat ambivalensi tentang arah hubungan tersebut.
54
4) Hubungan jumlah uang beredar (M2) terhadap PDB
Pengaruh jumlah uang beredar terhadap perkembangan pasar modal tidak
terlepas dari investasi, dimana pada saat jumlah uang beredar bertambah
berpengaruh kepada tingkat bunga, tingkat bunga yang rendah menstimulasi
rumah tangga atau perusahaan untuk melakukan investasi di pasar modal,
dilain pihak hal tersebut dapat diartikan pula semakin banyak uang beredar
akan memberikan peluang bagi perbankan untuk menjalankan fungsi
intermediasinya dalam menyalurkan kredit. Pemberian kredit kepada emiten
dan perusahaan publik meningkatkan kapasitas dan pendapatannya, dan
akhirnya dapat meningkatkan harga saham. Dengan demikian diprediksikan
bahwa terdapat hubungan yang positif (+) antara jumlah uang beredar
terhadap indeks. Secara ringkas dapat digambarkan :
Jumlah uang beredar j-+ tingkat bungaL---. kreditj-+ Output j-+laba bersihj
--+ harga sahamj--+ Indeksj
5) Hubungan pertumbuhan tingkat hasil pasar fmarket return) dengan lndeks
Tingkat hasil pasar merupakan tingkat kenaikan harga saham secara
keseluruhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Semakin tinggi tingkat
hasil pasar menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh investor semakin besar.
Akibatnya investor akan lebih banyak melakukan investasi pada saham. Hal
ini mengakibatkan harga saham akan naik. Jadi dihanipkan hubungan yang
posit if (+) antara tingkat hasil pasar dengan lndeks Secara ringkas :
55
Tingkat hasil pasarj- Investasij - harga saham j - Indeks j
6) Hubungan kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong perkembangan
pasar modal dengan dengan Indeks.
Kebijakan
pemerintah
yang
dikeluarkan
dalam
rangka
mendorong
pertumbuhan pasar modal berupa peraturan yang mendukung mampu menjadi
insentif kepada pelaku pasar modal, dan diharapkan mampu mendorong
perkembangan pasar modal.
56
2.4. Hipotesis
Hipotesis mengenai pengaruh variabel independen secara parsial atau
individual terhadap lndeks adalah sebagai berikut:
Ho
Tidak ada pengaruh yang signifikan masing-masing variabel
makroekonomi secara individual ; nilai tukar rupiah/US$, tingkat
bunga riil deposito bank umwn 1 bulan, tingkat inflasi, jumlah uang
beredar terhadap PDB, dan tingkat hasil pasar (market return) serta
variabel dummy terhadap Indeks.
Hal
: Terdapat pengaruh yang signifikan nilai tukar rupiah/US$ terhadap
Indeks.
Ha2 : Terdapat pengamh yang signifikan tingkat bunga riil deposito bank
umum 1 bulan terhadap Indeks.
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat inflasi terhadap Indeks.
Ha4 : Terdapat pengamh yang signifikan jumlah uang beredar terhadap PDB
terhadap Indeks.
Ha5 : Terdapat pengamh yang signifikan tingkat hasil pasar (market return)
terhadap Indeks.
Ha6
Terdapat pengaruh yang signifikan variabel dmnmy (kebijakan
pemerintah) terhadap lndeks.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang
bersifat deskriptif dan verifikatif. Artinya bahwa di dalam penelitian ini akan
dilakukan pengumpulan, inventarisasi, pengolahan data. dan pengujian hipotesis.
Peneliti menguji pengaruh variabel makro ekonomi terhadap Perkembangan
Pasar modal. Perkembangan Pasar modal direpresentasikan oleh lndeks
Perkembangan Pasar modal (Indeks).
Perkembangan Pasar modal Indonesia diwakili dengan kondisi di Bursa
Efek Jakarta, pemilihan bursa efek ini dikarena Bursa Efek Jakarta merupakan
bursa yang aktif dan dominan dalam perdagangan saham di Indonesia
dibandingkan bursa lainnya yaitu Bursa Efek Surabaya. Data yang dipergunakan
adalah data semenjak Pasar modal Indonesia diaktifkan kembali pada tahun 1977.
Model yang diestimasi menggunakan data tahunan untuk periode 1977
sampai 2004. Selama peri ode penel it ian ini terjadi perubahan yang dramatis
dalam perkembangan pasar modal. Perubahan yang terjadi tersebut dikibatkan
oleh adanya kebijakan pemerintah untuk mendorong perkembangan pasar modal.
Untuk itu akan ditambahkan variabel dummy dalam model untuk menguji
pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perkembangan pasar modal dengan
membagi data kedalam dua sub periode yaitu periode I ( 19n-1988) dan periode
57
58
II (1989-2004), selanjutnya mengenai perubahan dramatis dimaksud akan
dijelaskan dalam bab IV.
3.1.1. Data penelitian
Data penelitian yang digunakan adalah data tahunan yang mencakup
periode semenjak tahun 1977 sampai dengan tahun 2004:
1) lndeks perkembangan pasar modal (sebagai variabel dependen)
2) Nilai tukar rupiah/US$.
3) Tingkat bunga riil deposito 1 bulan
4) Tingkat inflasi.
5) Jumlah uang beredar (M2) terhadap PDB
6) Tingkat basil pasar
Butir 2-6 merupakan variabel independen, untuk menghindari masalah hubungan
sebab akibat peneliti hanya menggunakan angka tahun lalu di dalam regresi.
3.1.2. OPERASIONALISASI VARIABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel
No.
1.
Nama Variabel
Simbol
ndeks
Indeks Merupakan nilai
ata-rata dari
penjumlahan nilai
Kapitalisasi
pasar/PDB, Nilai
perdagangan
saham!PDB, dan
nilai ernisi
~erkembangan
pasar Modal
Ukuran
Batasan Pengertian
~ferupakan
Proksi
~erkembangan Pasar Modal,
~emakin tinggi Indeks ini
lberarti pasar modal semakin
lberkembang dan berlaku
~ebaliknya
Skala
Rasio
59
~aham/PDB
12
~ilai tukar
!rupiah/US$
Er
INilai tukar rata-rata IMerupakan nilai konversi l
!rupiah terhadap US $ jdollar Amerika ke dalam mata
juang rupiah
Rasio
p.
ifingkat Bunga
!rill deposito I
[bulan
Ri
~uku
Rasio
f4.
5.
If;
Bunga riil rata- !Besarnya ringkat pengembalian
ata Deposito I
~ang dibayarkan Bank kepada
IBulan Bank Umum rasabah dalam bentuk
IPersentase terhadap jumlah
kiana yang ditanam
In Perubahan
!Besaran yang menggambarkan
ifingkat lnflasi
!Persentase Indeks IKenaikan harga barang dan jasa
IHarga Konsumen di ~ecara umum.
f43 kota di Indonesia
ahun sekarang
~engan tahun lalu
M2PDB Jumlah uang
jMerupakan jumlah uang kartal
~umlah uang
jberedar terhadap
lberedar (\12)
~an giral ~ml) ditambah saldo
IPDB
erhadap PDB
lbersama pasar uang, rekening
~eposito, rekening tabungan,
jdan deposito beijangka
kienominasi kecil
Rm Perubahan
tTingkat hasil
rringkat hasil pengembalian atas
!Pasar (Market
jdana yang diim-estasikan pada
!Persentase Indeks
~etum)
F'aham-saham
yang
IHarga
Saham
I
ICJabungan BEJ tahun jdiperdagangkan di Pasar Modal
~ekarang dengan
ahun lalu dibagi
~HSG tahun lalu
IPeriodisasi
Dummy Pembagian
1977-1988 = 0
IPerkembangan
jperiodisasi
1989-200-l = I
IPasar Modal d1
tperkembangan Pasar
ndonesia
!Modal berdasarkan
l"ebijakan yang
jdikel uar kan
tpemerintah
Rasio
Rasio
Rasio
I
7
3.1.3. Jenis Data
Jenis data yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah data
sekunder, Data sek.-under ini sepenuhnya berbentuk data kuantitatif dalam artian
data yang terdiri dari angka-angka. Selain bersifat kuantitatif data yang
digunakan adalah bersifat time-series. yaitu data yang meliputi pergerakan angkaangka dalam suaru peri ode waktu.
60
3.1.4.Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan diperoleh dari Bank Indonesia, Biro
Pusat Statistik,
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Bursa Efek
Jakarta.
3.1.5.Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
I) Survey Kepustakaan (Library Research)
Pada survey kepustakaan ini yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai literatur kepustakaan yang
berasal dari buku-buku teks, jurnal ilmiah. buku-buku pendukung lainnya dan
tesis yang sebelumnya telah meneliti masalah terkait.
2) Survey Lapangan (Field Research)
Pada survey lapangan ini yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara
sebagai berikut:
(I) Observasi di lokasi penelitian dalam hal ini di Bursa Efek Jakarta dan
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEP.-\M).
(2) Melakukan pengumpulan data dan peraturan serta regulasi terkait dengan
Bursa Efek Jakarta, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Bank
Indonesia serta situs-situs internet terkait lainnya.
6I
3.2. Metode (Disain)
3.2.1. Analisis Regresi
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor yang diteliti terhadap
lndeks maka
penelitian ini menggunakan model regresi tinier berganda.
Perumusan model regresi merupakan pengembangan
model Garcia dan Liu
(I999), model yang yang dipergunakan adalah :
Dimana:
lndeks t
Er,_J
lrt-I
Int-I
M2PDBt-I
Rmt-1
Dummy
u,
ao,at.<l2.a3.
<X-!.as,0-6
=
=
=
=
=
=
lndeks perkembangan pasar modal
nilai tukar rupiah/US$ talmo yang lalu
tingkat bunga riil deposito 1 bulan tahun yang lalu
tingkat inflasi tahun yang lalu
jumlah uang beredar (M2) terhadap PDB talmo yang lalu
tingkat hasil pasar (market return) talmo lalu
1977-1988 = 0
1989-2004 = I
variabel pengganggu
koefisien variabel independent
Dalam analisis regresi. terdapat beberapa hal yang akan dilihat, yaitu :
I) Mengadakan estimasi terhadap parameter berdasarkan data empiris.
2) Menguji seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen.
3) Menguji apakah estimasi parameter tersebut signifikan atau tidak.
4) Melihat apakah tanda atau aral1 dari estimasi parameter cocok dengan teori.
62
Dalam analisis regresi ini, peneliti akan menggunakan metode least
squares atau secara umum disebut Ordinary Least squares yang merupakan
metode yang dipakai dalam menghitung koefisien regresi.
Adapun asumsi yang harus dipenuhi Ordinary Least Squares adalah
sebagai berikut :
I) Model yang digunakan adalah linear
2) Data yang didapatkan tepat. Artinya nilai yang didapatkan adalah tetap
meskipun sampling diulang.
3) rata-rata dari variabel pengganggu (error) adalah nol.
Perubahan nilai dari variabel independen tidak akan mempengaruhi error
term mean dengan kata lain rata-rata dari residual adalah tetap taitu not.
4) Homosedastisitas (homocedasticity)
Variasi dari error term adalah konstan. Var (ui) = cr2 = Var (Yi)
5) tidak terjadi autokorelasi (no auto crrelation) pada error term.
Cov (ui,Uj) = Cov (Yi,Yj) = 0
6) Jumlah data harus lebih besar dari jumlah variabel.
7) Data harus bervariasi besarannya (xi not constant for every observation).
8) Mengikuti pola distribusi normal
9) Tidak terdapat multikolinearitas (no multicollinearity).
63
3.2.2. Uji Statistik
3.2.2.1. Uji asumsi klasik
Hasil
analisis
regresi
memerlukan
pengujian asumsi
klasik
untuk
menghasilkan suatu model yang baik. Tahap-tahap pengujian asumsi klasik
adalah sebagai berikut :
I) Melakukan uji multikolinieritas yaitu untuk menguji ada tidaknya
hubungan sempurna atau hampir sempurna diantara variabel bebas pada
model regresi. Korelasi yang kuat antar variabel bebas menunjukkan
adanya multikolinearitas. Gujarati (2003) menyatakan bila korelasi antar
variabel bebas kurang dari 0,8 maka tidak terjadi multikolinearitas.
2) Melakukan uji heteroskedastisitas untuk menguji apakah data yang
digunakan di dalam penyusunan model tersebut terdistribusi normal
ataukah tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan White-Test
(no cross term) dikarenakan data yang digunakan sepenuhnya bersifat
time-series. Adapun hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah:
Ho : Obs-Square < Tabel Chi-Square ; Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Ha : Obs-Square 2: Tabel Chi-Square ; Terjadi Heteroskedastisitas
3) Melakukan uji autokorelasi untuk menguji adanya korelasi internal yang
diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun
dalam rangkaian waktu dan yang tersusun dalam rangkaian ruang.
Penyebab otokorelasi ini kemungkinan adalah adanya kesalahan dalam
penyusunan model, sehingga model harus diperbaiki. Salah satu cara
64
untuk mengujinya adalah uji statistik Durbin Watson. Ketentuannya
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Tabel Durbin Watson
ow
i
I Kurang dari 0.587 (<dl)
I 0.587 - 1.821 (dL-dU)
11.821-2.179 (dU-4-dU)
j 2.179- 3.413 (4-dU-4-dL)
I Lebih dari 3.413 (>4-dL)
Kesimpulan
Ada autokorelasi
Tanpa Kesimpulan
Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Ada Autokorelasi
3.2.2.2. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji "t")
Untuk menguji hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen dilakukan uji ·1·'. Hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ho : b l
=
0, berarti tidak terdapat pengaruh variabel independen terhadap
varia be I dependen.
Ha : bi
~
0, berarti ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara individual.
Langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat signifikansi (a) yaitu sebesar
5%, atau level of convidence sebesar 95%, dengan df = (n-k) untuk menentukan
nilai ttabel, dengan pengujian dua sisi (two-tailed), maka hipotesis Ho tidak
ditolak jika thitung < ttabel, artinya koefisien regresi variabel independen (b I, b2,
b3, b4, b5, b6) sama dengan nol. Dengan kata lain, bahwa variable independen
(xI, x2, x3, x4, x5, x6) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
(Y).Sedangkan jika thitung > ttabel, maka hipotesis HO 'ditolak dan hipotesis
alternatif, Ha tidak ditolak, yang berarti bahwa koefisien regresi variabel
65
independen tidak sama dengan nol, dengan demikian variabel independen-nya
(xl, x2, x3, x4, x5, x6) memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Uji
statistik ini menggunakan program Eview 3.0 untuk mempermudah serta
menjamin ketelitiannya.
3.2.3.Analisa ekonomi
BABIV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Kondisi Makroekonomi Indonesia (1977-2004)
4.1.1.Nilai Tokar Rupiah/US$
Pemerintah Indonesia selama kurun waktu empat dekade terakhir, telah
menerapkan beberapa sistem nilai tukar. Perubahan kebijakan mengenai nilai
tukar didasari akan kebutuhan perekonomian Indonesia itu sendiri. Perubahan
sistem nilai tukar akan berpengaruh pada perilaku nilai tukar rupiah, khususnya
setelah penerapan nilai tukar mengambang terkendali maupun mengambang
be bas.
Tabe14.l. Perkembangan Sistem Nilai Tukar di Indonesia
Sistem Nilai Tukar
Multiple Exchange System
Nilai Tukar Tetap
Nilai Tukar Mengambang Terkendali
Nilai Tukar Terkendali Dengan
Crawling Band System
Nilai Tukar Mengambang Bebas
Peri ode
1960-an
Agustus 1971-Nopember 1978
Nopember 1978 - September 1992
September 1992 - Agustus 1997
Agustus 1997 - sekarang
Perilaku nilai tukar rupiah terhadap US$ selama periode kebijakan nilai
tukar tetap pada periode penelitian mengalami depresiasi sebesar 4,76% pada
tahun 1978, sedangkan periode 1978-1992 nilai tukar rupiah/US$ rata-rata
mengalami depresiasi sebesar 11.18% per tahun, akan tetapi depresiasi yang
terjadi terdapat pula perubahan nilai tukar akibat kebijakan devaluasi yang
66
67
dilakukan pemerintah. Pada periode 1992 - 1997 nilai tukar rupiah/US$
mengalami depresiasi rata-rata sebesar 7.15% per tahunnya. Sedangkan pada
periode nilai tukar mengambang bebas nilai tukar rupiah/US$ selama tahun 19972004 mengalami depresiasi sebesar 32.87% per tahun, akan tetapi depresiasi yang
terjadi selama periode terakhir ini, depresiasi yang terjadi pada tahun 1998
merupakan tingkat depresiasi tertinggi yaitu sebesar 244.24%.
Gambar.4.1. Nilai tukar Rupiah terhadap US$
Nilai tukar Rupiah terhadap US$
10,000
64
8,000 -
(/)
:::>
..--
6,000 :
0..
0:::
4,000 -- - .. - -- - 2,000-
- ---
--
--~--.:,-,..:..:·......-
.......~=
tahun
Sumber : Bank Indonesia (2005)
68
4.1.2. Tingkat Bunga Rill Deposito 1 Bulan
Tingkat bunga bebas risiko dalam hal ini tingkat bunga rata-rata per tahun
deposito bank umum 1 bulan. Tingkat bunga riil diperoleh dengan mengurangkan
tingkat bunga dengan tingkat inflasi. Selama periode penelitian dari tahun 1977
sampai dengan tahun 2004 rata-rata tingkat bunga riil sebesar 2. 77% per tahun.
Tingkat bunga riil di Indonesia sangat rendah diakibatkan oleh masih tingginya
tingkat inflasi, walaupun secara nominal tingkat suku bunga berada pada kisaran
dua digit akan tetapi setelah dikurangi tingkat inflasi maka tingkat bunga tinggal
satu digit bahkan pada periode 1977-1993 tingkat suku bunga riil dibawah 0%
(minus) dan begitu pula pada tahun 1998 saat krisis moneter.
Gambar.4.2. Perbandingan tingkat bunga riil dengan tingkat bunga nominal
perbandingan tingkat bunga riil dengan tingkat
bunga nominal
--
60.00
--
50.00
0~
40.00
nl
30.00
c
20.00 - ..
.Q
10.00
C)
:I
....
~
0.00
c
-10.00
C)
;:1
---
-
-20.00
-30.00
tahun
•-
tingkat bunga riil -
Sumber : Bank Indonesia (2005)
tingkat bunga nominal
69
4.1.3. Tingkat Inflasi
Tingkat Inflasi yang terjadi selama periode penelitian 1977-2004, inflasi
tertinggi terjadi pada saat krisis moneter pada tahun 1998 sebesar 77,6%,
sedangkan terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar 2,00%, dengan rata-rata
tingkat inflasi selama periode 1977-2004 adalah sebesar 11.65% per tahun.
Tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia berada pada kisaran dua digit
menandakan bahwa tingkat inflasi yang terjadi masih tinggi, tingginya tingkat
inflasi merupakan salah satu penyebab ketidakstabilan perekonomian Indonesia,
rendahnya tingkat bunga rill, dan tingginya risiko negara (country risk).
Gambar.4.3. Tingkat inflasi
Tingkat lnflasi
90.00
80.00
70.00 .
~
e.... 60.00
0
~
50.00 - --- ~- c
:;:40.00 ---- --·ca
~ 30.00
- --- --c
:;::; 20.00 ------10.00
0.00
-'--,....-------,...-,---,.--,----c--:--r-----,----""-,.--:----'
~~~O~NM~~~~mmo~NMV~W~~mO~NMV
~~~~~~~~~~~~~mmmmmmmmmmooooo
mmmmm~mmmmmmmmmmmmmmmmmooooo
~~~~~~~~~--------------NNNNN
tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik (2005)
70
4.1.4.Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap PDB
Jumlah uang beredar berupa jumlah uang kartal dan giral (M I) ditambah
saldo bersama pasar uang, rekening deposito, rekening tabungan, dan deposito
berjangka denominasi kecil.. Persentase jumlah uang beredar (M2) terhadap PDB
selama periode penelitian 1977-2004 tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar
65,74%, sedangkan terendah terjadi pad a tahun I 977 sebesar 0, 95%, dengan ratarata persentase jumlah uang beredar (M2) terhadap PDB sebesar 19,92% per
tahun.
Kecenderungan meningkatnya persentase jumlah uang beredar (M2)
terhadap PDB menandakan berkembangnya fungsi perbankan dan ketersediaan
dana untuk membiayai perekonomian nasional.
Gambar.4.4.Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap PDB
Jumlah uang beredar (M2) terhadap GOP
60.00
50.00
-c
40.00 .
(I)
VI
J9
c:
30.00
(I)
~
(I)
c.
10.00
~~mo-N~v~w~~mo-NM~~w~~mo-NM~
~~~~~~~~~~~~~mmmmmmmmmmooooo
-----------------------NNNNN
tahun
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~00000
Sumber: Bank Indonesia (2005)
71
4.1.5.Tingkat Hasil Pasar (market return)
Perkembangan tingkat hasil pasar yang diperoleh dari pengurangan IHSG
talmn sekarang dengan IHSG tahun lalu, kemudian dibagi IHSG tahun lalu. IHSG
dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Tingkat hasil pasar selama periode
penelitian 1977-2004, tertinggi terjadi pada tahun 1988 sebesar 269,48% dan
terendah terjadi pada tahun 1991 sebesar minus 40,79%. Tingkat hasil pasar ratarata sebesar 17.64% pertahun.
Gambar.4.5. Tingkat hasil pasar (market return) Bursa Efek Jakarta
Tingkat hasil pasar (market return) Bursa Efek Jakarta
300.00
250.00
~
e...
200.00
150.00
C1l
Cll
s
.. - ··- ··-· - - .. ...j
100.00
1:
C1l
I!!
C1l
50.00
c.
0.00
-100.00
····--·-··----·--.. ···· .. J
tahun
Sumber : Badan Pengawas Pasar Modal (2005) data diolah.
4.2. Perkembangan Indikator Pasar Modal (1977-2004)
lndikator perkembangan
pasar modal seperti Nilai Kapitalisasi Pasar
terhadap PDB, Nilai Perdagangan Saham terhadap PDB dan Nilai Penawaran
72
Umum Saham terhadap PDB. Data dari indikator-indikator tersebut dijadikan
sebagai sumber data untuk pembuatan indeks.
Perkembangan indikator nilai kapitalisasi pasar selama periode penelitian
mempunyai trend positif, dimana nilai rata-rata sebesar 7.30%, dengan nilai
tertinggi sebesar 34,58% yang terjadi pada tahun 2004, sedangkan nilai terendah
terjadi pada tahun I 977, dengan nilai 0,0003%.
Perkembangan indikator nilai perdagangan saham selama periode
penelitian mempunyai trend positif, dimana nilai rata-rata sebesar 4, I 3 %, dengan
nilai tertinggi sebesar I 7,46% yang terjadi pada tahun I 997, sedangkan nilai
terendah terjadi pada tahun 1977, dengan nilai 0.0006%.
Perkembangan indikator nilai penawaran umum saham selama periode
penelitian mempunyai trend positif, dimana nilai rata-rata sebesar 1,07%, dengan
nilai tertinggi sebesar I 0,82% yang terjadi pada tahun 1999, sedangkan nilai
terendah terjadi pada tahun 1978, 1985, 1986, 1987 dengan nilai 0,00%.
Dengan ketiga data diatas, maka dirangkum menjadi sebuah indeks maka
dipero1eh bahwa perkembangan indeks saham selama periode penelitian
mempunyai trend positif, dimana nilai rata-rata sebesar 4, 17%, dengan nilai
tertinggi sebesar I 5,58% yang terjadi pada tahun 1999, sedangkan nilai terendah
terjadi pada tahun 1978, dengan nilai 0,0005%.
73
Gambar. 4.6. Perkembangan Indikator Pasar Modal
Perkembangan lndikator Pasar Modal
40.0000 - ------------------------------... -35.0000 --- ------. ---- ---30.0000 ---------- -------- ----------- -
~
25.0000 ------------ ------
~
20.0000 -- --- ----- ------
1
tahun
-kap/gdp -trad/gdp -
- ~~isi/gdp
~indeks!
Sumber: Badan Pengawas Pasar Modal (data diolah)
Selanjutnya, sebagaimana digambarkan dalam gambar diatas, pasar
modal Indonesia mengalami masa booming pada akhir tahun 1980an, khususnya
semenjak tahun 1989. Perubahan besar yang terjadi ini kemungkinan besar
merupakan dampak dari beberapa kebijakan yang diambil pemerintah untuk
mendorong perkembangan pasar modal. Analisa data deskriptif indikator
perkembangan pasar modal yang dibagi kedalam dua sub periode sebagai berikut:
Periode I (1977-1988)
Perkembangan indikator nilai kapitalisasi pasar selama periode I penelitian
mempunyai trend positif, dimana nilai rata-rata sebesar 0.0 I%, dengan nilai
tertinggi sebesar 0.03% yang terjadi pada tahun 1988, sedangkan nilai terendah
terjadi pada tahun 1977, dengan nilai 0,0003%.
74
Perkembangan indikator nilai perdagangan saham selama periode I
penelitian mempunyai trend positif, dimana nilai rata-rata sebesar 0.007 %,
dengan nilai tertinggi sebesar 0.018% yang terjadi pada tahun 1988, sedangkan
nilai terendah terjadi pada tahun 1977. dengan nilai 0.0006%.
Perkembangan indikator nilai penawaran umum saham selama periode I
penelitian mempunyai trend positif, dimana nilai rata-rata sebesar 0.016%,
dengan nilai tertinggi sebesar 0.06% yang terjadi pada tahun 1979, sedangkan
nilai terendah terjadi pada tahun 1978. 1985,1986,1987 dengan nilai 0,00%.
Periode II (1989-200-4)
Perkembangan indikator nilai kapitalisasi pasar selama periode II penelitian
mempunyai trend positif, dimana nilai rata-rata sebesar 12,77%, dengan nilai
tertinggi sebesar 34,58% yang terjadi r.:da talmn 2004, sedangkan nilai terendah
terjadi pada tahun 1989, dengan nilai 0.27%.
Perkembangan indikator nilai perdagangan saham selama periode II
penelitian mempunyai trend positif, dinuna nilai rata-rata sebesar 7,22%, dengan
nilai tertinggi sebesar 17,46% yang terjadi pada tahun 1997, sedangkan nilai
terendah terjadi pada tahun 1989, deng::.n nilai 0,49%.
Perkembangan indikator nilai penawaran umum saham selama periode II
penelitian mempunyai trend positif, dimana nilai rata-rata sebesar 1,86%, dengan
nilai tertinggi sebesar 10,82% yang terjadi pada tahun 1999, sedangkan nilai
terendah terjadi pada tahun 2004 dengan nilai 0.29%.
75
4.3. Kebijakan Pemerintah Berkaitan dengan Pasar Modal
Perkembangan pasar modal khususnya selama tahun 1977 s/d 1988
mengalami kelesuan, meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada
perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek. Fasilitasfasilitas yang telah diberikan antara lain fasilitas perpajakan untuk merangsang
masyarakat agar mau terjun dan aktif di Pasar Modal.
Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan
oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi
yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai
deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu :
1) Pakdes 1987
Pakdes 1987 merupakan kebijakan berkaitan dengan :
a. penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi;
b. dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti
biaya pendaftaran emisi efek.
c. dibukanya kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek
maksimal 49% dari total emisi.
d. menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan ;
e. memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum
memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
76
2) Pakto 88
Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak
terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3
L (Legal, Lending. Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito.
Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar
modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah
memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar
modal.
3) Pakdes 88
Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar
modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.
Karena tiga kebijaksanaan inilah pasar modal menjadi aktif untuk periode
1989 hingga sekarang.
Setelah ketiga kebijakan tersebut diikuti pula dengan kebijakan seperti :
Kebijakan
tahun
1989
Pasar dibuka bagi investor internasional dan
Bursa efek
Surabaya didirikan
1990
Bapepam mengubah kebijakan dari merit regulator menjadi
mengawasi keterbukaan (full disclosure J
1991
Peningkatan persyaratan modal bagi broker dan dealer, dan
konsep Modal Kerja Bersih Disesuaikan diterapkan
1992
Bursa Efek Jakarta di privatisasi, peraturan mengenai preemptive right dan peraturan mengenai transaksi mengandung
benturan kepentingan dikeluarkan.
Bursa Efek Surabaya
77
memperkenalkan sistem perdagangan elektronikjarakjauh
1993
PT Kustodian Deposit Efek Indonesia (KDEI) dan PT
Pemeringkat Efek Indonesia didirikan.
1995
Bursa Efek Surabaya merger dengan Bursa Paralel, Bursa Efek
Jakarta memperkenalkan sistem perdagangan elektronik, dan
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal disahkan.
1996
Capital Market Society mengeluarkan cetak biru pasar modal
yang pertama (periode 1996-2000)
2000
Bapepam mengeluarkan cetak biru pasar modal kedua (periode
2000-2004
4.4. Analisa Regresi
4.4.1.Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan suatu tahapan awal yang penting dalam
proses analisis regresi. Apabila tidak terdapat gejala asumsi klasik yaitu
multikolinearitas dan autokorelasi diharapkan dapat dihasilkan suatu model yang
baik, sehingga hasil analisisnya juga baik dan benar. Hasil regresi pada penelitian
ini dengan menggunakan variabel-variabel indepnden seperti yang telah
disebutkan di atas menghasilkan nilai korelasi antar variabel independen dan nilai
Durbin-Watson sebagai berikut:
Tabel 4.2 Nilai korelasi antar variabel dan nilai Durbin Watson
Varia bel
Er
Ir
In
M2PDB
Rm
Durbin-Watson
Er
lr
In
1
-0,0204
0,2995
0,9749
0,0143
-0,0204
1
-0,6868
0,0766
0,2144
0,2995
-0,6868
I
0,1431
-0,1294
I ,8337
M2PDB
0,9749
0,0766
0,1431
J
0,02295
Rm
0,0143
0,2144
-0,1294
0,0229
I
I
78
Dari hasil regresi tersebut dapat dilihat bahwa nilai korelasi antar variabel
bebas terdapat nilai yang lebih besar dari 0,8 yaitu korelasi antara nilai tukar
rupiah/US$ dan jumlah uang beredar terhadap PDB (M2/PDB) sebesar 0,9749.
Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang hampir sempurna diantara kedua
variabel tersebut atau dengan kata lain terjadi multikolinearitas.
Nilai Durbin Watson sebesar 1,8337 menunjukkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi diantara variabel-variabel yang diteliti. dengan demikian model
regresi tersebut dapat dipergunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada
nilai variabel independen tertentu.
Oleh karena terjadi multikolinearitas diantara variabel-variabel yang
diteliti, maka beberapa alternatif pemecahannya (Gujarati, 2003), yaitu:
1)
2)
Do nothing, atau :
Follow some rules of thumb.
a. A priori information
b. Combining cross-sectional and time series data
c. Dropping a variable(s) and specification bias.
d. Transformation of variables
e. Additional or new data
f. Reducing collinearity in polynomial regeressions
g. Other methods of remedying multicollinearity.
Dalam hal ini, peneliti memilih alternatif pertama, sehingga semua
variabel tetap dipergunakan dalam regresi. Alasan pemilihan alternatif tersebut
dikarenakan tujuan dari regresi adalah untuk memprediksi, selain itu korelasi
yang terjadi antara nilai tukar rupiah/US$ dengan jumlah uang beredar terhadap
PDB tidak mengakibatkan adanya ketidak-signifikansi pada salah satu variabel
tersebut dalam regresi. Secara statistik kedua variabel tersebut signifikan dapat
mempengaruhi lndeks.
79
Selanjutnya, model persamaan diatas diuji apakah telah terjadi
heteroskedastisitas ataukah tidak. Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah
data yang digunakan di dalam menyusun model tersebut merupakan data yang
terdistribusi secara normal ataukah tidak. Pengujian terhadap model tersebut
adalah dengan menggunakan White-Test (no cross term), mengingat data yang
digunakan sepenuhnya bersifat time-series. Adapun hasil pengujian dengan
White-Test di dapat bahwa besarnya Obs-Square adalah sebesar
19,6289.
Sedangkan berdasarkan Tabe1 Chi -square pada n = 28 dan alpha 5% memiliki
angka sebesar 41,33 72. Mengingat angka Obs-Square lebih keci1 dari angka
Tabel Chi-Square
maka hipotesis
nol yang
menyatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas tidak ditolak pada tingkat keyakinan sebesar 95%.
Dengan demikian persamaan regresi adalah sebagai berikut:
INDEKS = -1,4007- 0,0035*Er<t-tJ + 0,1169*lr<t-tl + 0,2904*In<t-t> +
(-2,6513)
(-6,0273)
(2,2535)
(6,1453)
0,7148*Y12PDB<t-tl + 0,0055*Rm<t-t> + 0,7780*Dummy ..... (4.1)
(7,5306)
( 1.0823)
(0, 7829)
4.4.2. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji "t")
Untuk menguji hipotesis, yaitu uji signifikansi masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap lndeks, maka dilakukan uji "t". Uji ··t"
membandingkan t
hi1ung
dengan t
1abel ,
dimana nilai t
Eviews pada Table Coefficients, dan nilai t
1abel
huwrg
diperoleh dari output
didapat _dari tabel statistik
distribusi "t". Jika nilai t lwung > t 1abel maka Ho ditolak, dan Ha tidak ditolak, yang
80
berarti ada pengaruh variabel independen secara parsial dan signifikan terhadap
lndeks, dan sebaliknya jika nilai t
hitung
< t
~abet
maka Ho tidak ditolak, dan Ha
ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh variabel independen secara parsial dan
signifikan terhadap lndeks.
Penjelasan tentang koefisien masing-masing variabel dan hasil uji "t" adalah
sebagai berikut :
I) Konstanta
= -1,4007 menunjukkan adanya pengaruh variabel-variabellain di
luar variabel Er, lr, In, M2GD, dan Rm yang mempengaruhi besarnya Indeks
sebesar -1,4007. Atau dengan kata lain hila Er, Ir. In, M2GD, dan Rm bernilai
not maka nilai lndeks adalah -1,4007.
Uji t untuk melihat signifikansi pengaruh secara individu dari Yariabel ini
menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,65. sedangkan nilai t tabel pada tingkat
signifikansi (a) 5% adalah 1,996. Dengan demikian nilai t hitung > t tabel ,
ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha tidak ditolak atau dengan kata lain
terdapat pengaruh secara individu dan signifikan variabel-variabel lain diluar
variabel Er, Ir, In, M2GD, dan Rm terhadap Indeks.
2) Koefisien Er = -0,0035 menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara Er
dengan lndeks atau dengan kata lain setiap kenaikan Er sebesar 1 satuan akan
menyebabkan penurunan besarnya lndeks sebesar -0,0035 satuan persentase,
dengan asumsi variabel yang lain konstan.
Uji t untuk melihat signifikansi pengaruh secara individu dari variabel ini
menunjukkan nilai t hitung sebesar -6,0273, sedangkan nilai t tabel pada
81
tingkat signifikansi (a) 5% adalah 1,996. Dengan demikian nilai t hitung > t
tabel , ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha tidak ditolak atau dengan kata lain
terdapat pengaruh secara individu dan signifikan antara variabel Er terhadap
lndeks.
3) Koefisien Ir
=
0,1169 menunjukkan adanya hubungan yang positif antara Ir
dengan besarnya nilai lndeks, artinya apabila variabel yang lain tidak berubah
kenaikan Ir sebesar 1 satuan persentase akan menyebabkan kenaikan lndeks
sebesar 0, 1169 satuan persentase.
Berdasarkan uji t diketahui bahwa variabel Ir mempunyai nilai t hitung lebih
besar daripada nilai t tabel pada tingkat signifikansi (a) 5% (t hitung (2.2535)
> t tabel (1,996)). Ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak dan menunjukkan
secara individu tingkat bunga riil deposito 1 bulan signifikan berpengaruh
terhadap nilai lndeks.
4) Koefisien In = 0,2904 menunjukkan adanya hubungan yang positif antara In
dengan besarnya nilai lndeks, artinya apabila variabel yang lain tidak berubah
kenai~an
In sebesar 1 satuan persentase akan menyebabkan kenaikan lndeks
sebesar 0,2904 satuan persentase.
Berdasarkan uj i t diketahui nilai t tabel pada tingkat signifikansi 5% adalah
1,996 sedangkan nilai t hitung variabel ini 6,1453 dengan demikian nilai t
hitung > t tabel . Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha tidak ditolak,
82
artinya variabel tingkat inflasi secara signifikan berpengaruh terhadap nilai
lndeks.
5) Koefesien M2PDB
=
0,7I48 menunjukkan adanya hubungan yang positif
terhadap lndeks. Kenaikan M2PDB sebesar I satuan persentase akan
menyebabkan kenaikan Indeks sebesar 0, 7I48 satuan persentase, dengan
asumsi variabel yang lain konstan.
Hasil
uji
t
menunjukkan
nilai
t
hitung
variabel
ini
adalah
7,5306 sedangkan nilai t tabel dua sisi pada tingkat signifikansi (a.) 5 %
sebesar I,996 sehingga nilai t hitung > t tabel. Dengan demikian Ho ditolak
dan Ha tidak ditolak, artinya bahwa variabel jumlah uang beredar (M2)
terhadap PDB secara signifikan berpengaruh terhadap nilai Indeks.
6) Koefisien Rm
= 0,0055 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara tingkat Rm terhadap nilai lndeks. Apabila variabel yang lain konstan,
kenaikan R.m sebesar I satuan persentase akan menyebabkan kenaikan lndeks
sebesar 0,0055 satuan persentase.
Hasil uji t menunjukkan nilai t hitung variabel ini adalah I,0822, sedangkan
nilai t tabel dua sisi pada tingkat signifikansi (a) 5% sebesar 1.996 sehingga
nilai t hitung > t tabel. Dengan demikian Ho tidak ditolak dan Ha ditolak,
artinya bahwa variabel tingkat hasil pasar
terhadap nilai lndeks.
tidak signifikan berpengaruh
83
7) Koefisien Dummy= 0,7780 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara dummy terhadap nilai
lndeks. Apabila variabel yang lain
konstan, penggunaan dummy = 1 akan menyebabkan kenaikan lndeks sebesar
0, 7780 satuan persentase.
Hasil uji t menunjuk.kan nilai t hitung variabel ini adalah 0, 7829, sedangkan
nilai t tabel dua sisi pada tingkat signifikansi (a) 5 % sebesar 1,96 sehingga
nilai t hitung < t tabel. Dengan demikian Ho tidak ditolak dan Ha ditolak,
artinya bahwa variabel dummy tidak signifikan berpengaruh terhadap nilai
lndeks.
4.4.3 .. Uji F
Secara serempak semua variabel independen mempengaruhi variabel
dependen karena dari basil regresi diketahui bahwa pada a (tingkat signifikansi)
5% nilai F hitung Iebih besar daripada F tabel (Fhitung (50,38) > Ftabel (2.60)),
sehingga hipotesis nol yang menyatakan tidak ada pengaruh secara serempak
nilai tukar rupiah/USS. tingkat bunga riil deposito bank umum 1 bulan, tingkat
inflasi, jumlah uang beredar terhadap PDB, dan tingkat hasil pasar (market
return) ditolak. Dengan demikian lndeks dipengaruhi secara serempak oleh nilai
tukar rupiah/US$, tingkat bunga riil deposito bank umum I bulan, tingkat inflasi,
jumlah uang beredar terhadap PDB, dan tingkat basil pasar (market return).
84
4.4.4.. Uji R2
Nilai R2 sebesar 0,9379, menunjukkan bahwa
93.79% lndeks bisa
dijelaskan oleh variabel independen yang diteliti secara bersama-sama.
Sedangkan sisanya sebesar 6,21% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
4.4.5.Analisa Ekonomi
4.4.5.1.Nilai tukar rupiah/US$ (Er).
Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel Er adalah
sebesar -0.0035. Tanda negatif menunjukkan adanya hubungan yang bersifat
terbalik antara variabel Er dengan Indeks. Dengan asumsi variabel yang lain
konstan, kenaikan variabel ini (depresiasi l menyebabkan penunman nilai Indeks.
namun pengaruhnya sangat kecil yaitu -0,0035. Hal ini sesuai dengan dugaan
sebelumnya karena diprediksikan hubungan faktor ini terhadap lndeks adalah
negatif.
Hasil ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa nilai tukar
rupiah!USS berpengaruh negatif terhadap perkembangan pasar modal, karena
apabila nilai rupiah terhadap US$
terdepresiasi akan meningkatkan tingkat
country risk Indonesia, akibatnya banyak investor yang keluar dari pasar dan
memindahkan portofolionya ke pasar uang dan memindahkan portofolio pasar
uang domestik ke pasar uang intemasional, akibatnya nilai tukar Rupiah akan
semakin terdepresiasi dan pasokan jumlah uang beredar berkurang dan berakibat
kepada naiknya tingkat bunga. Dilain pihak meskipun depresiasi Rupiah mampu
85
mendorong ekspor emiten yang berorientasi ekspor, namun secara keseluruhan
jumlah emiten yang berorientasi ekspor relatif kecil, hal ini jelas akan
mengakibatkan penurunan kinetja emiten secara keseluruhan. Penurunan kinetja
emiten ini diakibatkan oleh memburuknya kondisi perusahaan dikarenakan :
(i)banyaknya perusahaan yang go public yang memiliki kewajiban dalam mata
uang US$, (ii) kebutuhan modal ketja untuk membiayai pembelian bahan baku
dan bahan penolong proses produksi, (iii) meningkatkan tingkat suku bunga
nominal, dan (iv) penyesuaian harga jual produksi didalam negeri yang sukar
untuk dinaikkan sesuai dengan perubahan biaya produksi. Akibatnya secara
keseluruhan berakibat dengan mrunnya laba perusahaan dan turunnya harga
saham.
4.4.5.2.Tingkat Bunga Rill Deposito 1 Bulan (lr)
Hasil regresi menunjukkan bahwa koefesien regresi dari variabel ini
adalah 0,1169 artinya bahwa kenaikan Ir sebesar 1 satuan persentase akan
meningkatkan Indeks sebesar 0,1169 satuan persentase. Jadi terdapat hubungan
yang positif antara variabel Ir dengan Indeks. Hal ini tidak sesuai dengan basil
yang diharapkan dimana diprediksikan bahwa kenaikan tingkat bunga riil
deposito 1 bulan akan menurunkan Indeks.
Teori menyebutkan tingkat suku bunga mempunyai hubungan yang
negatif terhadap dana investasi, semakin tinggi suku bunga maka investor akan
menga1ihkan dananya ke perbankan, dilain pihak- perusahaan menunda
86
melakukan
investasinya.
Semua
1m
berujung
kepada
penurunan
nilai
perdagangan, kapitalisasi pasar dan emisi saham.
Hubungan variabel tingkat bunga riil deposito 1 bulan terhadap Indeks
berbeda dengan teori. Alasan yang mendasari hubungan positif antara tingkat
bunga dan indikator perkembangan pasar modal adalah tingkat bunga riil yang
positif dan tinggi mendorong orang untuk menabung di bank dan institusi
keuangan lainnya. Karenanya, peningkatan ini meningkatkan jumlah uang pada
institusi keuangan, dan memberikan peluang kepada institusi keuangan untuk
berinvestasi di pasar modal.
Selanjutnya, peningkatan tingkat bunga masih
mampu di terima oleh perusahaan, karena kenaikan tingkat bunga mampu mereka
akomodir dengan meningkatkan harga jual produknya. Sehingga naiknya tingkat
bunga tidak menyebabkan turunnya pendapatan mereka atau laba bersih mereka.
Selanjutnya, dalam banyak pikiran orang bahwa emerging market
menyediakan tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi di bandingkan
pasar yang sudah
mapan.
Akibatnya,
manajer
portofolio asing akan
menginvestasikan dananya dipasar modal, sekalipun tingkat bunga riil tinggi.
para investor akan mengharapkan. hasil yang lebih tinggi melalui capital gain.
Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya porsi transaksi perdagangan yang
dilakukan investor asing yang bermain di Bursa Efek Jakarta, data
per 31
Desember 2004 porsi transaksi adalah sebesar 41% dari total nilai perdagangan.
Dan hasil yang diperoleh ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Omran (2003).
87
4.4.5.3. Tingkat lntlasi (In)
Koefesien regresi variabel ini bernilai positif yaitu 0,2904 sehingga
kenaikan variabel ini menyebabkan perubaban yang searah pada nilai lndeks.
Kenaikan 1 satuan persentase pada inflasi menyebabkan kenaikan lndeks sebesar
0,2904 satuan persentase. Hasil ini membenarkan teori yang menyatakan bahwa
inflasi berpengaruh positif terbadap perkembangan pasar modal dan basil ini
membantah teori yang menyatakan kenaikan tingkat inflasi menyebabkan
penunman perkembangan pasar modal. Jadi adanya ambivalen tentang tanda
positif atau negatif hubungan antara tingkat inflasi dengan perkembangan pasar
modal, pada kasus di Bursa Efek Jakarta tingkat inflasi berpengaruh positif Dan
basil yang diperoleh ini sesuai dengan basil penelitian oleh Ulrich (2002)
mengenai pengaruh faktor makroekonomi terhadap pasar modal Amerika tmtuk
periode 1959:4 sampai dengan 2002:3 menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara tingkat inflasi dengan indeks pasar modal .-\merika dalam hal ini
lndeks Standar and Poor's (S&P) 500 dan hasil temuan Omran dan Pointon
(200 1 l yang menyatakan adanya bubungan positif yang signifikan antara tingkat
inflasi dengan indikator kinerja pasar modal di Mesir dan basil temuan
Gunasekarage, Pisedtasalasai, & Power. (2004). Akan tetapi bertentangan dengan
temuan Garcia dan Liu (1999) yang menyatakan angka inflasi tidak terbukti
secara signifikan mempengaruhi perkembangan pasar modal serta temuan Naka,
Mukherjee dan Tufte (2002) yang menyatakan bahawa angka inflasi merupakan
penghalang utama perkembangan pasar modal di India.
88
4.4.5.4.Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap PDB (M2PDB)
Nilai koefesien regresi varia bel ini adalah 0, 7148. Tanda positif pada
koefisien tersebut menujukkan hubungan yang searah antara M2PDB dengan
nilai Indeks,
artinya bahwa kenaikan 1 satuan persentase pada jwnlah uang
beredar (M2) terhadap PDB menyebabkan kenaikan nilai Indeks sebesar 0,7148
satuan persentase dengan asumsi variabel yang lain tetap. Hasil ini sesuai dengan
prediksi yang telah ditetapkan yaitu adanya hubungan yang searah antara jwnlah
uang beredar terhadap PDB dengan nilai Indeks. Jwnlah uang beredar dapat
diartikan sebagai tersedianya dana dalam suatu perekonomian yang akan
dipergunakan untuk membiayai roda perekonomian, jwnlah uang beredar yang
berfluktuasi namun mempunyai trend peningkatan yang positif mampu
mendorong perkembangan pasar modal, akibat langsung dari peningkatan jwnlah
uang beredar adalah pertama : turunnya tingkat bunga nominal pinjaman. hal ini
mendorong emiten dan perusahaan publik
untuk menambah kapasitas
produksinya dan melakukan ekspansi usahanya, dan akhirnya meningkatkan laba
emiten dan perusahaan publik tersebut, kedua : turunnya tingkat bunga nominal
simpanan akan mendorong para pemilik dana untuk mencari alternatif investasi
yang lebih menguntungkan, dan pasar modal merupakan salah satu alternatif
investasi dimaksud akibatnya banyak para pemilik dana yang berinvestasi di
pasar modal. Dari kedua penjelasan diatas dapat dipahami bahwa jumlah uang
beredar mampu mernpengaruhi perkernbangan pasar modal. Hasil ini konsisten
dengan temuan Garcia dan Liu (1999) dan Gunasekarage, Pisedtasalasai, &
Power(2004 ).
89
4.4.5.5.Tingkat basil Pasar (market return (Rm))
Nilai koefesien regresi variabel ini adalah 0,0055. Tanda positif pada
koefisien tersebut menujukkan bubungan yang searab antara Rm dengan nilai
Indeks. artinya babwa kenaikan 1 satuan persentase pada tingkat basil pasar
menyebabkan kenaikan nilai Indeks sebesar 0,0055 satuan persentase dengan
asumsi variabel yang lain tetap. Hasil ini sesuai dengan prediksi yang telah
ditetapkan yaitu adanya hubungan yang searah antara tingkat basil pasar dengan
nilai lndeks.
Para analis dan investor pasar modal mempergunakan data historis untuk
menganalisa portofolio investasinya. Hasil yang diperoleb dari portofolio
investasi di pasar modal pada tahun-tahun sebelumnya dapat dijadikan alat untuk
memprediksi basil dimasa yang akan datang, seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan emiten dan perusahaan publik maka basil yang akan diperoleb
akan tumbuh dan berkembang pula. Jadi semakin besar tingkat basil pasar maka
ekspek.-rasi para investor akan semakin tinggi pula sehingga mereka akan
menambah portofolio investasinya di pasar modal, peningkatan permintaan akan
efek ini, akan direspon oleb banyak perusahaan tertutup untuk melakukan go
public. Kedua sisi baik permintaan dan penawaran efek yang meningkatkan
mampu mendorong perkembangan pasar modal.
90
4.4.5.6.Variabel Dummy
Nilai koefesien regresi variabel ini adalah 0,7780. Tanda positif pada
koefisien tersebut menunjukkan bahwa pada periode antara tahun 1989 - 2004
kebijakan pemerintah yang di1akukan untuk mendorong perkembangan pasar
modal (Pakdes 1987, Pakto 1988 dan Pakdes 1988) mampu mendorong
perkembangan pasar modal, hal ini jelas berbeda dengan periode 1977-1988,
perkembangan pasar modal dapat dikatakan dalam posisi stagnan, meskipun
terdapat beberapa kemudahan (insentif) yang diberikan pemerintah namun tidak
mampu mendorong perkembangan pasar modal. Semenjak dikeluarkan kebijakan
Pakto 1988 dan Pakdes 1988, pada tahun 1989 tetjadi perkembangan yang
dramatis, jumlah emiten yang melakukan penawaran wnum pada tahun tersebut
sebanyak 42 emiten dengan nilai penawaran umum sebesar Rp. 1.87 triliun,
jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan jumlah emiten yang melakukan
penawaran umum selama tahun 1977-1988, jumlah kumulatif emiten
yang
melakukan penawaran umum selama periode tersebut sebanyak 25 emiten dengan
jumlah penawaran umum kumulatif sebesar Rp.131,7 miliar. Demikian pula
terjadi pada indikator nilai kapitalisasi pasar dan ni1ai perdagangan saham.
9I
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
I) Penguj ian
mengenai
signifikansi
pengaruh
masing-masing
variabel
independen secara parsial terhadap Indeks menunjukkan variabel independen
: nilai tukar rupiah/US$, tingkat inflasi, tingkat bunga riil deposito I bulan,
serta jumlah uang beredar terhadap PDB secara signifikan masing-masing
memiliki pengaruh parsial terhadap Indeks, sedangkan tingkat hasil pasar
(market return) dan variabel dummy berupa kebijakan pemerintah tidak
terbukti secara signifikan mempengaruhi indeks. Arah hubungan yang sesuai
dengan teori (antara \·ariabel independen terhadap lndeks) adalah variabel
nilai tukar rupiah/USS, tingkat inflasi. jumlah uang beredar (M2) terhadap
PDB dan tingkat hasil pasar.. Sedangkan tingkat bunga riil deposito I bulan
bertentangan dengan teori. Alasan yang mendasari hubungan positif antara
tingkat bunga dan indikator perkembangan pasar modal adalah tingkat bunga
riil yang positif dan tinggi mendorong orang untuk menabung di bank dan
institusi keuangan lainnya. Karenanya. peningkatan ini meningkatkan jumlah
uang pada institusi keuangan, dan memberikan peluang kepada institusi
keuangan untuk berinvestasi di pasar modal dan memberikan kredit kepada
emiten dan perusahaan publik.
2) Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah perkembangan pasar modal
Indonesia
sangat
keseluruhan.
tergantung
dengan
kondisi
makroekonomi
secara
92
5.2. Saran
1) Variabel nilai tukar rupiah/US$, tingkat inflasi,jumlah uang beredar terhadap
PDB serta tingkat hasil pasar dapat dijadikan alat analisa dalam memprediksi
nilai Indeks, dan arah hubungan variabel ini sesuai dengan teori. Implikasi
yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bagi pengambil kebijakan
(decision maker) berkaitan dengan pengembangan pasar modal Indonesia
adalah:
a. Nilai tukar rupiah agar dijaga rentang fluktuasinya, sehingga depresiasi
rupiah terhadap US$ tidak mengakibatkan penurunan indeks yang tajam.
Selanjutnya memperhatikan kecenderungan depresiasi rupiah terhadap
US$ pada kurun \vaktu terakhir ini, perlu dipertimbangkan kebijakan
kurs mengambang bebas ditinjau kembali.
b. Meskipun tidak signifikan berpengaruh, namun tingkat hasil pasar
(market return) mampu mendorong indeks perkembangan pasar modal,
untuk itu diupayakan peningkatan pengawasan terhadap seluruh pelaku
pasar modal oleh otoritas pasar modal dan SRO dan mendorong
pelaksanaan good corporate governance bagi di Indonesia.
c. Berkaitan dengan inflasi dan jumlah uang beredar, maka kebijakan
mengenai jumlah uang beredar perlu diperhatikan untuk mengendalikan
jumlah uang beredar sesuai dengan kebutuhan perekonomian dan menjaga
tingkat inflasi.
2) Berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari variabel tingkat bunga riil
deposito bank umum 1 bulan, dimana pengaruh variabel tingkat bunga riil
93
deposito bank umum 1 bulan positifterhadap indeks perkembangan pasar modal,
maka para pengambil kebijakan moneter agar mengupayakan tingkat bunga riil
selalu positif, sehingga mampu menarik tabungan dari masyarakat ke dalam
pasar keuangan (Financial Market), dana ini akan di investasikan di pasar modal.
Kebijakan untuk meningkatkan tingkat bunga riil ini akan mempengaruhi pasar
modal secara positif, dan berpotensi mempunyai dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dilain pihak, bagi investor yang beragam seperti fund
manager, portfolio manager, dan investor individu dan institusi akan memahami
ketika kebijakan pemerintah membiarkan tingkat bunga riil naik secara moderat,
ini merupakan tanda bahwa pengambil kebijakan akan mendorong aktivitas
perekonomian. Karenanya, suatu dampak positif akan terjadi di pasar modal, dan
investor mengharapkan kemungkinan perolehan tingkat pengembalian (return)
yang lebih baik dalam era kebijakan tersebut.
3) Peneliti selanjumya ada baiknya untuk melakukan penelitian mengenai hubungan
yang positif antara tingkat bunga riil dengan perkembangan pasar modal, dengan
melakukan penelitian data cross country, dan membuktikan apakah teori yang
menyatakan hubungan negatif antara tingkat bunga riil dengan perkembangan
pasar modal hanya terjadi pada negara industri atau negara maju.
4) Penelitian
lainnya
dapat
dilakukan
untuk. menguji
pengaruh
varibel
makroekonomi terhadap perkembangan pasar modal sebelum dan sesudah krisis
keuangan pada tahun 1997 serta pengaruh variabel makroekonomi terhadap
perkembangan pasar modal dalam hal ini perkembangan pasar obligasi.
DAFfAR PUSTAKA
Altay, Erdin9. 2003. The Effect of Macroeconomic Factors on Asset Returns: A
Comparative Analysis ofthe German and the Turkish Stock Markets
m
>
Melalui
Framework.
APT
an
hnp://www.econturk.org/Turkisheconomv/0307006.odf#search='macroecono
mic influence stock market'<29/06/05
Atsuyuki,l\.. Tarun, M., & Tufte, D. 2002. Macroeconomic Variables and
Performance
of
The
Indian
Stock
Market",
melalui<
http://www.uno.edu/-dtufte/bse-final.pdf#search='macroeconomic
influence stock market'< 23/04/05
Bapepam Annual Report, tahun 2004, 2003,2002,2001,2000.
Bapepam Technical Consultancy Program. 1999. Bond Market Development
Plan. World Bank.
Bencivenga. V.R.,Bruce, S.D .. & Ross, M.S. 1996. Equity Markets, Transactions
Costs, and Capital Accumulation: An Illustration. The World Bank
Economic Review 10 (2).
Bodie, Zui.1999.lnvestment ./'Ed McGraw-Hill,, New York.
Bradford Delong,J. 2002. Macroeconomics. McGraw-Hill, NewYork.
Brigham,E.F. and Gapenski.L.C. 1996. Intermediate Financial Management.
Fifth Edition, The Dryden Press International Edition, New York,
Chen N., Roll R., Ross S.1986. Economic Forces and The Stock Market Journal
ofBusiness 59, 383--W3.
Claessens,S.,D.Kiingebiel, and S, Schmukler.2004.Stock Market Development
and Internationali:ation : Do Economic Fundamental Spur Both
Similarly?, Mimeo. World Bank.
Demirgii9-Kunt, A. and R. Levine. 1996.,Stock Market Development and
Financial Intermediaries: Stylized Facts. World Bank Economic Review.
10: 291-322.
94
Dunnett, Adrew. 1997. The Macroeconomic Environtment. Addison Wesley
Longman Ltd., London.
Elton, Edwin J. & Martin J. Gruber.1995. Modern Portfolio Theory and
Investment Analysis 5th Ed. John Willey & Sons, Inc., Canada,
Fabozzi, Frank J. & Franco Modigliani 1996.Capital Market, 2nd Ed. PrenticeHall International Inc.
Fama E.F, 1981. Stock Returns, Real Activity, Inflation And Money. American
Economic Review 71, n4, 545-65.
Farrell, James L. Jr.1997. Portfolio Management : Theory and Application 2 nd
Ed. Me Graw-Hill, New York.
Fitch, Thomas P.1993. Dictionary of Banking Term 2nd Ed. Baron's Educational
Series, Inc., New York.
Gallinger G.W. 1994.Causalty Tests Of The Real Stock Return-Real Activity
Hypothesis. Journal of Financial Research 17,n2, 271-88.
Garcia, F Valeriano and Lin, Liu. 1999. Macroeconomic Determinants of Stock
Market Development. Journal ofApplied Economics, p : 25-59.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics, 4rd Ed. McGraw Hill,
NewYork.
Gunasekarage, A., Pisedtasalasai. A. & Power, M.D. 2004. Macroeconomic
Influence on the Stock .l\larket: Evidence from an Emerging Market in
South Asia. Journal of Emerging Market Finance, Vol. 3. No. 3, 285304.
Gurley, John., & Shaw, Edward. 1967., Financial Structure and Economic
Development. Economic Development and Cultural Change 34 (2), pp.
333-346.
Gwartney, D. James and Stroup, L. Richard.1997. Economic : Private and Public
Choice 8th Ed. The Dryden Press, Orlando,
Hondroyiannis G., Papapetrou E. (200 1)., "Macroeconomic Influences On The
Stock Market", Journal o_f Economics and Finance 25 n 1, 33-49.
I Putu Gede Ary Suta. 2000. Foundations Of Our Capital Market. 'Yayasan Sad
Satria Bhakti, Jakarta.
95
IFC, 1995. Domestic Capital Market De,•elopment:Promotion Of Institutional
Investor. IFC, Tokyo.
King, R.G., & Levine, R. 1993b.Finance, Entrepreneurship. and Growth: Theory
and Evidence. Journal ofMonetmy Economics, 32: 513-542.
King, R. G. and Levine. R. 1993a. Finance and Growth: Schumpeter Might Be
Right.
Quarter~\' Journal
of Economics, I 08: 717-738.
Koetin. E,A (1996), "Suatu Pedoman Investasi dalam Efek di Indonesia"
Levine. Ross. 1991. Stock Markets, Growth, and Tax Policy. Journal of Finance
46 (4): 1445-65.
Lovatt D. Parikh A. 2000. Stock Returns And Economic Activity, The UK Case.
European Journal ofFinance 6 n3, 280-297.
Mankiw, N. Gregory, (2000).,"Macroeconomics, 4th Ed", Worth Publisher..
Marzuki Usman., Riphat Singgih., & Syahril Ika. editor.l997. Peluang Dan
Tantangan Pasar Modal Indonl!sia Menghadapi Era Perdagangan
Bebas. lnstitut Bankir Indonesia dan Jurnal Keuangan dan Moneter,
Jakarta.
McKinnon,
R,l.
1973 ..\1oney and Capital in
Economic
Development.
Washington, DC: Brookings Institution.
Mishkin. Frederic, S. 1998. The Economics of Money, Banking & Financial
.\farkets, 5th Ed". Addison-Wesley.
Musilek. P. 1997. Changes In Macroeconomic Variables And The Stock Market.
Finance a Uver 47 , n3, 150-162.
Omran. \1., & J. Pointon. 200l.Does the Inflation Rate Affect the Performance of
the Stock Market? The Case of Egypt. Emerging Market Review, 2 (3),
263-279.
Omran. \ttohammed. 2003. Time Series Analysis of the Impact of Real Interest
Rates on Stock Market Activity and Liquidity in Egypt: Co-integration
and Error Correction Model Approach. International Journal Of
Business, 8(3).
Pagano. Marco. 1993. Financial Markets and Growth An Overview. European
Economic Review 37, pp. 613-22.
96
Reilly, Frank K., & Keith C. Brown. 1997. Investment Analysis and Portfolio
Management, 5 th Ed", The Dryden Press, Orlando.
Rose, Peter S. 2000. Money and Capital Market, Financial Institutions and
Instruments in a Global Market Place, 7th Ed", McGraw Hill- IRWIN.,
Newyork.
Ross, S. 1976. The Arbitrage Theory of Capital Asset Pricing. Journal of
Economic Theory, 13, 341-360.
Sadono Sukirno. 1995. Pengantar Teori Ekonomi Makro, edisi 2, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Shaw, Edward S. 1973. Financial Deepening in Economic Development. New
York: Oxford University Press.
Sjahril. 1994Analisis Bursa Efek. Gramedia, Jakarta.
Solnik, Bruno. 1996. International Investment
3rd
Ed". Addison-Wesley
Publishing Company, New York.
Spiro, P,S. 1990.The Impact of Interest Rate Changes on Stock Prices Volatility.
Journal of Portfolio Afanagement, 16 (2 ). 63-68.
Suad Husnan. 1998.Dasar-dasar Teori Portofolio.UPP AMP YKPN, Yokjakarta.
Tedy Fardiansyah.2002, Kiat dan Strategi Menjadi Investor Pimrai. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Ulrich, Josh. 2002. Influences of Macroeconomic Factors on the U.S. Stock
Market.
Melalui
>http://www.umsl.edu/-nabe/ulrich.pdf=search='macroeconomic
influence stock market'<29/06/05
Undang-Undang Republik Indonesia No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Y.B. Kadarusman., Silvia Mila Arlini., & Bernadetta Dwi Suatmi. 2004. Makro
Ekonomi Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama dan Lembaga Penelitian
Ekonomi IBII,Jakarta.
97
98
Lampiran:
Lampiran I. Data Tahunan Makroekonomi Dan Indeks
obs
INDEKS
%
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
0
0
0.02
0.01
0.02
0.02
0.02
0.01
0.01
0
0.01
0.02
0.57
2.18
1.32
1.71
3.55
5.18
5.94
9.38
10.91
7.58
15.58
11.94
7.7
7.92
9.89
15.19
ER
Rp/US$
420
440
620
630
630
660
910
1026
1111
1283
1644
1686
1770
1843
1950
2030
2087
2161
2249
2342
2909
10014
7855
9525
10265
9261
8571
8939
IR
IN
M2GDP
RM
%
%
%
%
-7.9
-5.3
-13.3
-14.7
-9.6
-6.3
3.6
6.1
9.3
8.1
7.1
10.2
9.7
10.3
13.4
10.7
3.8
3.8
7.3
8.9
11.9
-25.9
22
1.8
1.9
4.9
4.8
0.99
10.9
8.3
16.3
17.7
12.6
9.3
11.9
10.4
4.6
5.9
9.1
8.2
6.3
7.9
9.3
7.6
9.6
8.6
9.4
8
11.1
77.6
2
9.4
12.6
10
5.1
6.4
0.87
0.94
1.15
1.49
1.72
1.9
2.29
2.62
3.3
3.73
4.35
5.1
6.63
8.91
9.73
11.01
12.64
14.08
16.61
19.98
23.51
43.93
48.78
53.75
58.49
58.76
60.79
62.53
-2
17.34
-4.31
-5.9
-3.17
-5.25
-9.87
-20.95
-1.7
4.75
18.5
269.48
30.99
4.53
-40.79
10.89
114.62
-20.23
9.41
24.05
-36.98
-0.92
70.07
-38.5
-5.83
8.39
62.82
44.56
DUMMY
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
99
Lampi ran 2. Analisa Deskriptif Statistik
Sample: 1977 2004
INDEKS
ER
IR
IN
M2GDP
RM
DUMMY
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
4.17
1.52
15.58
0.00
5.09
0.89
2.50
3386.82
1896.50
10265
420
3500.31
1.09
2.40
2.77
4.85
22
-25.9
10.12
-0.94
3.87
11.65
9.3
77.6
2
13.33
4.54
23.04
19.27
9.32
62.53
0.87
22.19
1.01
2.35
17.64
1.81
269.48
-40.79
59.62
2.92
12.65
0.57
1
1
0
0.50
-0.29
1.08
Jarque-Bera
Probability
4.02
0.13
5.92
0.05
5.01
0.08
564.51
0
5.26
0.07
148.22
0
4.68
0.10
28
28
28
28
28
28
28
Observations
IUU
Lampiran 3. Hasil Regresi
Dependent Variable: INDEKS
Method: Least Squares
Date: 01/01/02 Time: 02:46
Sample(adjusted): 1978 2004
Included observations: 27 after adjusting endpoints
Variable
c
ER(-1)
IR(-1)
IN(-1)
M2GDP(-1)
RM(-1)
DUMMY
R-squared
Adjusted Rsquared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson
stat
Coefficient
-1.40072707189
-0.00353007206798
0.116849592094
0.290360743583
0.714778539286
0. 00553050965287
0. 777980644724
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
0.528318825905 -2.65129123403
0.0153232269289
0.000585681290725 -6.02729184606 6.8228503807e-06
0. 0518531 068342
2.25347330619
0.0356090068219
6.14526720414 5.27295386614e-06
0.04724949037
7.53060589777 2.9285150539e-07
0.0949164713954
1.08226196215
0.00511013954688
0.292012835534
0.993672800191 0.782934427282
0.442838289287
0.937944187204
0.919327443366
Mean dependent var
S.D.dependentvar
1.453154918
42.2331843141
-44.3508264564
1.83386440642
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
4.32148148148
5.116217581
3.80376492269
4.13972262869
50.3817528636
4.97673122505e-11
101
Lampiran 4. Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
Probability
F-statistic
3.63127 42
0555
Obs*R-squared
19.628860 Probability
6556
Test Equation:
Dependent Variable: RESID 112
Included observations: 27
Variable
Coefficient
c
ER(-1)
ER(-1) 11 2
IR(-1)
IR(-1 )112
IN(-1)
IN(-1) 112
M2GDP(-1)
M2GDP(-1) 11 2
RM(-1)
RM(-1 )11 2
DUMMY
R-squared
Adjusted Rsquared
S.E. of regression
Sum squared
resid
Log likelihood
Durbin-Watson
stat
0.0112712772981
0.0506979077091
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
-1.05045218328
2.32474249787
-0.00341928043186 0.00233591604202
1.24277779271 e-07 1.62537301619e-07
0.168375864421
0.0917821091302
0.00320300745724 0.00321950028373
0.319475726682
0.199481572053
-0.00277782656395 0.00210450923502
0.20242784 7468
0.532620118591
-0.0029877 4688206 0.00253483285691
0.0134259630246
-0.0146774370996
7 .8453415244e-05 5.62094 728623e-05
1.38337020993
-0.253630027389
-0.451857 435496
-1.46378567138
0.764610818768
1.83451727157
0.994877209181
1.60153002302
-1.31994030614
2.63116031344
-1.17867609058
-1.09321298388
1.39573298323
-0.183342120257
0.657836811001
0.163892988984
0.456364515368
0.0864883791026
0.335575025807
0.130105038463
0.206645054741
0.018888744959
0.256887117235
0.291546716479
0.18311320559
0.856984852515
0. 726994839097
0.526791054435
Mean dependent var
S.D. dependentvar
1.56419201163
2.07090722336
1.42458089558
30.4414609206
Akaike info criterion
Schwarz criterion
3.84673454818
4.42266204418
-39.9309164004
2.20461531568
F-statistic
Prob(F-statistic)
3.63127 420555
0.0112712772981
Download