Tujuan utama dari pelaporan laba bersih adalah memberikan informasi kepada mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keungan yang lebih khusus yaitu: 1. Sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan masa depan perusahaan atau dividen yang akan datang. 2. Untuk dijadikan pedoman pengambilan keputusan kepada manajerial dimasa mendatang. 3. Penggunaan laba sebagai dasar pengenaan pajak, sebagai alat pengawasan perusahaan yang berhubungan bagi perekonomian untuk mengevaluasi alokasi sumber daya ( Gitman, 2006 ). 2.1.8 Pengertian EPS Earning Per Share merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan perusahaan, semakin besar laba bersih yang diperoleh maka semakin baik pula nilai perusahaan tersebut dilihat dari pemanfaatan sumber dana yang tersedia dan penggunaannya dalam proses operasional perusahaan, sehingga mampu menghasilkan laba dan tingkat profitabilitas perusahaan yang baik. Menurut Weygant, et al (2002:620) EPS adalah Pendapatan bersih yang diterima oleh setiap satu saham biasa yang beredar. Menurut Griffin dan Elbert (2002:518) Earning per Share adalah laba bersih dibagi oleh jumlah saham biasa yang beredar. Menurut Fraser dan Ormiston (2004:109) Laba per saham adalah laba bersih yang tersedia untuk para pemegang saham untuk periode dibagi dengan angka rata-rata saham biasa beredar. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004, 561) laba per saham dengan ringkas menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan dengan saham beredar. Sehingga dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa earning per share adalah laba bersih setelah pajak perusahaan dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar. Menurut Fabozzi (2000:861) EPS dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan jumlah lembar saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan, yaitu : EPS = Laba tersedia bagi pemegang saham biasa Jumlah lembar saham beredar Semakin berfluktuasi laba bersih perusahaan maka akan semakin berfluktuasi nilai EPS. Nilai EPS merupakan merupakan alat manajemen yang digunakan untuk mengukur besarnya bagian keuntungan yang didapat oleh pemegang saham/investor dimana nilai EPS ini dipergunakan untuk menilai pertumbuhan/perkembangan perusahaan. Keuntungan perusahaan yang didapat semakin besar akan meningkatkan nilai EPS sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya, dengan semakin banyak orang berinvestasi akan mampu meningkatkan market price perusahaan tersebut. Nilai EPS mempunyai hubungan yang positif terhadap market price, dimana Semakin meningkat nilai EPS, maka akan semakin menarik bagi investor untuk menanamkan atas saham tersebut sehingga akan meningkatkan penjualan sahamnya dan sebaliknya bila nilai dari EPS semakin menurun maka akan menurunkan jumlah investor yang berniat menanamkan modalnya dalam saham tersebut sehingga akan menurunkan market price. 2.1.9 Profitability Tujuan dari setiap perusahaan adalah mendapatkan keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan tersebut perusahaan harus mengeluarkan dananya dalam rangka menjalankan operasionalnya. Oleh karena itu perusahaan harus memiliki modal yang optimal untuk berlangsungnya kegiatan tersebut. Jika profitability suatu perusahaan mengalami peningkatan maka struktur modal perusahaan akan mengalami penurunan. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat profitability yang tinggi akan menggunakan hutang yang lebih kecil, karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup melalui laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil. Ini terjadi karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup melalui laba yang di tahan. Hasil penelitian ini didukung oleh Amidu dan Abor (2006), yang melakukan penelitian terhadap 22 perusahaan yang tercatat pada Ghana Stock Exchanges, menemukan pengaruh positif dan signifiakan antara profitability dengan dividen payoff. Hal ini menjelaskan tingginya profitabilitas perusahaan menunjukan tingginya pembayaran dividen. Karena keuntungan perusahaan merupakan faktor penting dalam pembayaran dividen. Penelitian yang dilakukan oleh M. Amidu dan Joshua abor(2006) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi dividen payoff ratio antara lain Profitability. 2.1.10 Rasio Pembayaran dividen (Dividend Payoff Ratio/DPR) Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividen disebut dengan dividend payoff ratio (Lloyd, Jahera, Page, 1985). Menurut Gitman (2006), dividend payoff ratio mengindikasikan presentase dari setiap pendapatan yang dihasilkan untuk di distribusikan pada pemilik saham dalam bentuk cash. Menurut Levy & Sarnat (1990), kebijakan dividen tentang pembayaran dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan. Menurut Fama & French (1993), dividend payoff ratio merupakan hasil pengukuran dari apa yang dibayarkan perusahaan pada investor dalam bentuk dividen. Dividen yang diberikan oleh perusahaan merupakan hal yang penting bagi pemilik dan pemegang saham. Dalam hal ini, dividen menggambarkan sumber perputaran kas pada pemegang saham dan menyediakan informasi mengenai perusahaan saat ini dan masa yang akan datang. Menurut Richard, Brealey & Stewart (1991), dividend payoff ratio ini diukur dengan membandingkan deviden per share perusahaan terhadap earnings per share. Dividend per share adalah rasio antara jumlah deviden yang dibagikan perusahaan dibagi sejumlah saham biasa yang beredar Earnings per share diukur dari earning available for common stock holders dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar. Berdasarkan penelitian sebelumnya Amidu & Abor (2006), Faktorfaktor yang mempengaruhi dividend payoff ratio, yaitu: a. Profitability (keuntungan) Pengertian kuntungan menurut Chen & Strange (2005), adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri sehingga semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin baik perusahaan tersebut. Menurut Amidu (2007), keuntungan dapat dilihat dari kinerja atau hasil bersih yang didapatkan oleh perusahaan yang bersangkutan dari kegiatan operasinya. Menurut Naeem&Nasr (2007), yang melakukan penelitian di Karachi stock exchange terhadap 108 perusahaan juga menemukan pengaruh positif antara profitability dengan dividend payoff ratio. Perusahaan yang memiliki keuntungan yang lebih besar biasanya akan membayar deviden yang tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang memperoleh keuntungan sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Hasil penilitian ini didukung oleh Amidu&Abor (2006), yang melakukan penelitian terhadap 22 perusahaan yang tercatat pada Ghana Stock Exchanges, menemukan pengaruh positif dan signifikan antara profitabilitas perusahaan menunjukan tingginya pembayaran deviden. Karena keuntungan perusahaan merupakan faktor penting dalam pembayaran deviden. b. Risk (Risiko) Menurut Reilly&Brown (2000), risiko merupakan suatu ketidakpastian dimana investasi akan pembayaran expected rate of return. Menurut Brigham&Ehrhadt (2005), risiko adalah suatu keadaan dimana terjadi penyimpangan antara return yang diharapkan (expected return) dengan return yang diperoleh (actual return). Pruitt&Gitman (1991) melakukan penelitian terhadap 114 responden dari 1000 perusahaan-perusahaan terbesar di U.S. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa ada pengaruh positif antara risiko dengan dividend payoff ratio. Menurut mereka risiko merupakan (variability in profit dari tahun ke tahun) yang juga menentukan kebijakan deviden perusahaan. Perusahaan yang memiliki pendapatan yang relatif stabil terkadang mampu untuk memprediksi pendapatan dimasa depan. Hal ini bertentangan dengan penelitian Collins et.al (1996) yang melakukan penelitian terhadap 500 perusahaan yang tercatat dalam Value Line Investment Survey. Mereka menyatakan risiko sistematis perusahaan (BETA) menggambarkan operasi perusahaan dan risiko financial. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan pengaruh negatif antara dividend payoff ratio dan beta. Dimana kebijakan deviden dapat mempengaruhi total risiko dan risiko sistematis perusahaan sehingga semakin tinggi dividend payoff maka akan semakin rendah total risiko dan risiko sistematis. Jadi dapat disimpulkan risiko juga memiliki pengaruh terhadap dividend payoff ratio. Penelitian ini didukung oleh D’Souza (1999) yang meneliti factor-faktor yang mempengaruhi DPR pada 349 perusahaan dari tahun 1995-1997, yang diambil dari data stream dan worldscopedisclosure di Universitas Mercer, Georgia. Penelitian ini mengemukakan bahwa terdapat pengaruh negative secara signifikan antara risiko dan dividend payoff ratio. Mereka menggunakan nilai beta dari suatu perusahaan sebagai indicator dari market risknya dan menemukan bahwa ada pengaruh negatif secara signifikan antara beta dan dividend payoff. Hasil penelitiannya adalah bahwa perusahaan yang memiliki risiko pasar yang tinggi akan membayar dividend payoff yang lebih rendah. Amidu & Abor (2006), yang melakukan penelitian terhadap 22 perusahaan yang tercatat pada Ghana Stock Exchanges, menemukan pengaruh negatif namun tidak signifikan antara risk dengan dividend payoff ratio. c. Cash flow Pengertian cashflow menurut Kieso&Weygandt (2005) penerimaan, pembayaran kas dan perubahan kas dari hasil kegiatan opersai, investasi dan keuangan dalam suatu perusahaan selama satu periode. Menurut Gitman (2006) Net cash flow adalah kas yang dapat diperoleh dari pengurangan pengeluaran kas yang berasal dari penerimaan kas setiap periode. Menurut Alli et.al (1993), yang melakukan terhadap 105 perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE). Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh positif antara cash flow dengan dividend payoff ratio. Semakin tinggi tingkat cashflow perusahaan maka akan semakin besar pembayaran deviden kepada pemegang saham. Karena perusahaan yang memiliki cashflow yang baik, pembayaran devidennya akan semakin baik. Amidu dan Abor (2006) yang melakukan penelitian terhadap 22 perusahaan di Ghana Stock Exchange (GSE) menemukan hal yang serupa. Hasil penelitian menunjukan pengaruh positif dan signifikan antara cash flow dengan dividend payoff ratio. Likuiditas atau cash flow adalah salah satu faktor penting dari rasio dari pembayaran dividen, buruknya likuiditas berarti semakin sedikitnya dividen yang dibayarkan karena tipisnya ketersediaan uang tunai. Likuiditas dalam posisi baik akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk cash flow membayar dividen. Secara umum perusahaan yang memiliki stabilitas cash flow yang baik akan mampu membayar dividen lebih mudah dibandingkan perusahaan yang memilki cash flow yang tidak stabil. Akan tetapi penelitian ini tidak didukung oleh Bradley, Capozza dan Seguin (1998) yang menggunakan data REIT dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di National Association of Real Estate Investment Firms (NAREIT) selama tahun 1985-1992. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh negatif antara cash flow dengan dividend payoff ratio. Peningkatan cashflow yang tidak pasti akan menyebabkan rendahnya penbayaran dividen. Hal ini dapat terjadi ketika manager mengantisipasi ketidakpastian cash flow dimasa depan, yang akan menyebabkan pengurangan ratio pembayaran deviden dimasa yang akan datang. d. Tax ( Pajak ) Dinegara manapun termasuk Indonesia, pemerintah mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap perekonomian Negara. Pengaruh tersebut diwujudkan baik dalam pemasukan pemerintah dari dana yang tersedia dari perekonomian dalam negeri berupa pajak, retribusi maupun iuran. Kedudukan pajak dari para pemilik perusahaan sangat mempengaruhi kebijakan akan dividen. Menurut Amidu&Abor (2006) melakukan penelitian terhadap 22 perusahaan yang terdaftar di Ghana Stock Exchange (GSE) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara tax dengan dividend payoff ratio. Sehingga semakin besar tax maka semakin besar dividend payoff ratio. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Gordon dan Litner, yang menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembayaran deviden yang lebih besar, untuk mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang. e. Institutional holdings Sebagian besar perusahaan-perusahaan Indonesia yang termasuk kedalam kategori perusahaan public memiliki potensi kepemilikan manajerial yang lebih kecil bila dibandingkan dengan presentase kepemilikan saham oleh pihak institutional. Namun ada juga perusahaan public yang hanya menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat dengan pertimbangan semakin sedikit saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar maka semakin kecil pengaruh pihak luar tersebut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Menurut Bathala (1994), kepemilikan institutional adalah besarnya kepemilikan investor diluar perusahaan terhadap keseluruhan modal suatu perusahaan public. Semakin besar kepemilikan saham oleh pihak institutional (investor yang berasal dari luar perusahaan) pada suatu perusahaan, maka semakin besar pula peran pihak institutional dalam pengambilan keputusan, sehingga semakin kecil pengaruh pihak manajerial atau pengelola perusahaan dalam pemgambilan keputusan perusahaan tersebut. Crutchly (1999), menyatakan bahwa pengaruh kepemilikan institutional terhadap deviden adalah negatif. Semakin tinggi kepemilikan institutional maka akan semakin kuat kontral eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi biaya keagenan, sehingga perusahaan cenderung untuk menggunakan deviden yang rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Collin et.al(1996) yang melakukan penelitian terhadap 500 perusahaan yang diambil dari ValueLine Investment Survey selama tahun 1989-1990. Hasil penelitian juga menyatakan hal yang serupa, yaitu ada pengaruh negatif antara institutional holding dengan dividend payoff ratio. D’Souza (1999) yang melakukan penelitian pada 349 perusahaan dari tahun1995-1997, yang diambil dari datastream worldscopedisclosure di Universitas Mercer, Georgia juga menemukan pengaruh negatif dan signifikan antara dividend payoff ratio dengan kepemilikan institutional. f. Sales Growth Pertumbuhan penjualan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi kebijakan pembayaran deviden, karena semakin besar pertumbuhan penjualannya maka akan semakin besar pula keuntungan