I. 1.1 PENDAHULUAN Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 2004–2008 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan pertumbuhan ekonomi negara di dunia periode 2004-2008. China, Hongkong, Singapura dan Vietnam mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode 2004 – 2008 (%) Negara 2004 2005 Dunia 4,1 3,6 Amerika Serikat 3,6 3,1 Uni Eropa 2,5 2,0 Asia Timur 6,5 6,1 China 10,1 11,3 Japan 2,7 1,9 Hong Kong 8,5 7,1 Korea Selatan 4,6 4,0 ASEAN 7,0 7,1 Indonesia 5,0 5,7 Malaysia 6,8 5,3 Philippines 6,4 5,0 Singapore 9,6 13,3 Thailand 6,3 4,6 Vietnam 7,8 8,4 Sumber : World Development Indicator, 2010 2006 4,0 2,7 3,2 6,7 12,7 2,0 7,0 5,2 6,5 5,5 5,8 5,3 8,6 5,1 8,2 2007 3,9 1,9 2,9 7,0 14,2 2,4 6,4 5,1 7,0 6,3 6,5 7,0 8,5 4,9 8,5 2008 1,5 0,0 0,6 3,2 9,6 -1,2 2,2 2,3 4,2 6,0 4,7 3,7 1,8 2,5 6,3 Perekonomian dunia selama periode 2004–2008 berada pada fase ekspansi dengan tingkat rata-rata pertumbuhan sebesar 3,43%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi periode 2004–2008 tersebut di atas tingkat rata-rata pada periode sebelumnya (2000–2004) yang hanya mencapai 2,92%. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh pertumbuhan pada negara-negara berkembang, khususnya negaranegara di kawasan Asia dengan rata-rata pertumbuhan 5,55 %. Pertumbuhan ekonomi global merupakan salah satu pendorong munculnya integrasi ekonomi di setiap kawasan. Negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asia Nations) membentuk suatu kawasan kerjasama yang besar seperti Eropa dengan European Union dan Amerika dengan NAFTA. Tujuan 2 dibentuknya integrasi ekonomi pada dasarnya adalah meningkatkan kesejahteraan setiap negara anggota. Demikian juga tujuan didirikannya ASEAN yaitu meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan sosial budaya antar negara di kawasan Asia Tenggara. Inti pokok dari kerjasama ekonomi antar negara ASEAN adalah peningkatan lalu lintas perdagangan antar negara anggota ASEAN dengan memberikan perhatian khusus kepada peningkatan kerjasama regional. Upaya tersebut ditunjukkan melalui penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Informal ketiga ASEAN di Manila, pada tanggal 27–28 November 1999. KTT tersebut menghasilkan Joint Statement on Cooperation in East Asia sebagai wujud komitmen ASEAN dalam mengembangkan kerjasama perdagangan. Lebih jauh komitmen ini mengarah pada upaya pembentukan integrasi ekonomi ASEAN. Ide penyatuan negara-negara ASEAN ini akhirnya terwujud dengan ditandatanganinya Bali Concorde II pada tanggal 7 Oktober 2003, yang menyepakati terbentuknya ASEAN Community pada tahun 2020. Selain berupaya mewujudkan integrasi ekonomi antar negara ASEAN, dilakukan juga kerjasama perdagangan dengan negara-negara di luar ASEAN. Kerjasama perdagangan dengan negara-negara di kawasan Asia Timur dipandang strategis karena kawasan Asia Timur dengan jumlah penduduk sekitar 3 miliar dan letak geografis yang berdekatan merupakan pasar yang potensial. Total nilai ekspor dan impor dari negara-negara ASEAN ke Asia Timur selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali tahun 2009 karena dampak krisis global yang terjadi di Amerika. Total nilai ekspor selalu lebih tinggi daripada total nilai impor. Pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2008. Total ekspor dari negaranegara ASEAN ke Asia Timur mencapai 289,3 milyar USD sedangkan total impor dari negara-negara Asia Timur ke ASEAN mencapai 205,7 milyar USD. Gambar 1 menunjukkan total nilai ekspor dan impor dari negara-negara ASEAN ke Asia Timur periode 2001-2009 dalam milyar USD. Total nilai ekspor dan impor tersebut merupakan total nilai ekspor dan impor seluruh komoditi 2 digit kode HS 1996 dari negara-negara ASEAN terhadap Asia Timur. 3 350 Milyar USD 300 250 200 150 ekspor 100 impor 50 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Sumber : COMTRADE, 2010 Gambar 1. Total Nilai Ekspor dan Impor Negara-negara ASEAN terhadap Asia Timur Periode 2001-2009 (Milyar USD) Terbukanya kerjasama perdagangan yang lebih luas pada negara-negara ASEAN dan Asia Timur semakin menunjukkan luasnya pasar antar negara ASEAN dan Asia Timur. Kerjasama perdagangan akan memberikan keuntungan sekaligus tantangan bagi setiap negara, juga menimbulkan persaingan global yang semakin ketat. Globalisasi membuat pasar antar negara menjadi semakin luas. Negara yang memiliki keunggulan kompetitif semakin dapat memperkaya negaranya dan meningkatkan nilai tukar perdagangannya. 1.2 Perumusan Masalah Salah satu indikator perkembangan perdagangan internasional suatu negara adalah nilai ekspor dan impornya. Kemampuan mengekspor dan sebaliknya yang dilakukan oleh suatu negara akan menentukan nilai tukar perdagangan (term of trade) negara tersebut terhadap negara lainnya. Nilai tukar perdagangan menggambarkan kesejahteraan suatu negara dari perspektif perdagangan internasional. Jika nilai tukar perdagangan meningkat maka hal tersebut mengindikasikan peningkatan posisi perdagangan negara tersebut melalui kemampuan mengekspor dibandingkan dengan impornya. Nilai tukar perdagangan memengaruhi pendapatan riil suatu negara dari sisi perdagangan internasional. Gambar 2 menunjukkan perbandingan nilai tukar perdagangan 4 berdasarkan net barter terms of trade, yaitu rasio indeks nilai ekspor terhadap indeks nilai impor (indeks dengan tahun dasar 2000) dikalikan seratus, untuk negara-negara ASEAN dan Asia Timur tahun 2009. Persen (%) 108.10 96.68 107.19 106.24 104.34 101.27 90.22 79.57 68.88 77.95 Sumber : World Development Indicators, 2010 Gambar 2. Nilai Tukar Perdagangan Negara-negara ASEAN dan Asia Timur Tahun 2009 (%, tahun dasar 2000) Negara dengan nilai tukar perdagangan yang tinggi adalah China, Singapura, Malaysia, Korea Selatan dan Thailand. Melalui kebijakan peningkatan ekspor, negara-negara tersebut secara signifikan berhasil meningkatkan nilai ekspornya. Nilai tukar perdagangan yang rendah dialami oleh Jepang, Indonesia dan Philipina. Rendahnya nilai tukar perdagangan Jepang disebabkan rendahnya indeks nilai ekspor. Nilai ekspor Jepang rendah karena Jepang juga mendirikan pusat industrinya di negara-negara yang menjadi pasar produknya, selain di negara Jepang sendiri, sehingga untuk memasarkan produknya Jepang tidak perlu melakukan ekspor. Indonesia dan Philipina mempunyai nilai tukar perdagangan yang rendah karena indeks nilai impornya lebih tinggi daripada indeks nilai ekspornya. Tinggi rendahnya nilai tukar perdagangan dipengaruhi oleh nilai ekspor dan nilai impor suatu negara terhadap negara lainnya, sehingga faktorfaktor yang memengaruhi ekspor maupun impor juga akan memengaruhi nilai tukar perdagangan. 5 Merujuk pada penelitian Shepherd dan Wilson (2008) mengenai fasilitas perdagangan di negara-negara ASEAN yang menyatakan bahwa arus perdagangan di Asia Tenggara sensitif dipengaruhi oleh sektor infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi, maka diduga keterkaitan faktor-faktor tersebut terhadap arus perdagangan akan memengaruhi nilai perdagangan yang pada akhirnya akan memengaruhi nilai tukar perdagangan. Dalam penelitian tersebut, infrastruktur didekati dengan kualitas infrastruktur pelabuhan, kualitas infrastruktur bandar udara dan juga kualitas penyediaan jasa internet. Karena arus perdagangan berkaitan erat dengan pelaksanaan ekspor dan impor, pendekatan melalui beberapa faktor yang berkaitan dengan pelaksanaan ekspor dan impor, seperti waktu ekspor/impor, biaya ekspor/impor per kontainer, dan lain sebagainya merupakan faktor yang diteliti. Infrastruktur transportasi memegang peranan yang penting dan strategis dalam menggerakkan roda perdagangan di suatu negara, baik perdagangan lokal maupun perdagangan internasional. Biaya distribusi barang memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam total biaya produksi. Kondisi infrastruktur transportasi juga merupakan daya tarik tersendiri bagi investor, yang pada akhirnya akan memengaruhi perekonomian secara luas. Penelitian yang dilakukan oleh Albarran et al, (2009) menyatakan bahwa investasi di bidang infrastruktur transportasi dapat menurunkan biaya transportasi terutama untuk perusahaan yang melakukan ekspor di Spanyol. Pada akhirnya, penurunan biaya transportasi membantu perusahaan kecil dan menengah untuk masuk ke dalam pasar ekspor. Studi ini menggunakan variabel indeks kualitas infrastruktur transportasi sebagai pendekatan untuk variabel infrastruktur transportasi. Gambar 3 menggambarkan hubungan antara indeks kualitas infrastruktur transportasi dengan nilai tukar perdagangan di negara yang diteliti tahun 2009. Indonesia, Philipina dan Vietnam dengan indeks kualitas infrastruktur transportasi rendah cenderung mempunyai nilai tukar perdagangan yang rendah. Hongkong, Malaysia dan Singapura dengan indeks kualitas infrastruktur transportasi tinggi cenderung mempunyai nilai tukar perdagangan yang tinggi. Terdapat hubungan yang positif antara indeks kualitas infrastruktur transportasi dengan nilai tukar perdagangan. 120 100 80 60 40 20 0 7 6 5 4 3 2 1 0 Nilai Tukar Perdagangan Indeks Persen (%) 6 Indeks Kualitas Infrastruktur Transportasi Sumber : World Development Indicators, 2010 Hubungan Nilai Tukar Perdagangan dengan Indeks Kualitas Infrastruktur Transportasi Negara-negara ASEAN dan Asia Timur Tahun 2009 120 100 80 60 40 20 0 30 25 20 15 10 5 0 Nilai Tukar Perdagangan (%) Hari Persen (%) Gambar 3. waktu Ekspor Sumber : World Development Indicators, 2010 Gambar 4. Hubungan Nilai Tukar Perdagangan dengan Waktu Ekspor Negara-negara ASEAN dan Asia Timur Tahun 2009 Kondisi infrastruktur transportasi akan memengaruhi waktu ekspor/impor dan pada akhirnya memengaruhi biaya ekspor/impor. Gambar 4 menggambarkan hubungan antara nilai tukar perdagangan dengan waktu ekspor. Hongkong, Korea Selatan dan Singapura dengan waktu ekspor rendah cenderung mempunyai nilai tukar perdagangan yang tinggi. Indonesia, Philipina dan Vietnam dengan waktu 7 ekspor yang lama cenderung mempunyai nilai tukar perdagangan yang rendah. Terdapat hubungan yang negatif antara waktu ekspor dengan nilai tukar 120 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Persen (%) 100 80 60 40 20 0 Nilai Tukar Perdagangan (%) USD perdagangan. Biaya Ekspor (USD) Sumber : World Development Indicators, 2010 Gambar 5. Hubungan Nilai Tukar Perdagangan dengan Biaya Ekspor Negara-negara ASEAN dan Asia Timur Tahun 2009 Gambar 5 menggambarkan hubungan antara nilai tukar perdagangan dengan biaya ekspor. China, Malaysia dan Singapura dengan biaya ekspor rendah cenderung mempunyai nilai tukar perdagangan yaang tinggi. Indonesia dan Philipina dengan biaya ekspor yang tinggi cenderung mempunyai nilai tukar perdagangan yang rendah. Terdapat hubungan yang negatif antara nilai tukar perdagangan dengan biaya ekspor. Gambar 6 menggambarkan hubungan antara nilai tukar perdagangan dengan biaya impor. Malaysia dan Singapura dengan biaya impor rendah cenderung mempunyai nilai tukar perdagangan yaang tinggi. Indonesia dan Philipina dengan biaya impor yang tinggi cenderung mempunyai nilai tukar perdagangan yang rendah. Terdapat hubungan yang negatif antara nilai tukar perdagangan dengan biaya impor. 120 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Persen (%) 100 80 60 40 20 0 Nilai Tukar Perdagangan (%) USD 8 Biaya Impor (USD) Sumber : World Development Indicators, 2010 Gambar 6. Hubungan Nilai Tukar Perdagangan dengan Biaya Impor Negara-negara ASEAN dan Asia Timur Tahun 2009 Teknologi informasi komunikasi mempunyai peran yang penting terhadap perekonomian. Aplikasi teknologi informasi komunikasi sangat berperan dalam proses penciptaan produk/jasa, aplikasi properti, forwarding, penggudangan, sistem operasi, basis data, network management, sistem akuntansi, penggajian dan keuangan. Teknologi informasi komunikasi merupakan alat bantu untuk memenangkan persaingan bisnis, efisiensi dan pendorong multiplier efek pertumbuhan ekonomi suatu negara. Penelitian yang dilakukan oleh Vemuri dan Siddiqi (2009) menggunakan data perdagangan 64 negara menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari infrastruktur teknologi informasi komunikasi dan ketersediaan internet untuk transaksi komersial pada volume perdagangan internasional. Penelitian yang dilakukan oleh Chung et al, (2010) menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi komunikasi digital memiliki efek positif yang signifikan dalam perdagangan sayur dan buah di antara negara anggota APEC yang pada akhirnya meningkatkan nilai perdagangan produk sayur dan buah. Studi ini menggunakan variabel indeks pengguna internet dan ekspor/impor barang teknologi informasi komunikasi sebagai pendekatan untuk variabel teknologi informasi komunikasi. Penggunaan teknologi informasi komunikasi termasuk internet sudah sedemikian luas dan berpengaruh terhadap 9 hampir semua aspek kehidupan. Negara yang mampu mengekspor barang teknologi informasi komunikasi mengindikasikan bahwa negara tersebut mampu memenuhi kebutuhan barang teknologi informasi komunikasi dalam negeri dan penguasaan teknologi secara umum, tidak hanya sebagai pemakai produk teknologi. Penguasaan teknologi dapat meningkatkan kinerja perekonomian suatu negara dan pada akhirnya dapat memengaruhi nilai tukar perdagangan negara tersebut. Gambar 7 menggambarkan hubungan antara nilai tukar perdagangan dengan pengguna internet. Terdapat hubungan positif antara nilai tukar perdagangan dengan pengguna internet. Indonesia dan Philipina dengan pengguna internet yang rendah mempunyai nilai tukar perdagangan yang cenderung rendah. Singapura dan Korea Selatan dengan pengguna internet yang tinggi mempunyai 120 100 80 60 40 20 0 100 80 60 40 20 Persen (%) Persen (%) nilai tukar perdagangan yang cenderung tinggi. 0 Nilai Tukar Perdagangan (%) Pengguna Internet Sumber : World Development Indicators, 2010 Gambar 7. Hubungan Nilai Tukar Perdagangan dengan Pengguna Internet Negara-negara ASEAN dan Asia Timur Tahun 2009 Penggunaan internet mengharuskan ketersediaan perangkat pendukung internet yang memadai di negara tersebut. Jika ketersediaan barang teknologi informasi komunikasi sudah cukup, maka negara tersebut akan melakukan ekspor. 120 100 80 60 40 20 0 60 50 40 30 20 10 0 Persen (%) Persen (%) 10 Nilai Tukar Perdagangan (%) Ekspor Barang Teknologi Informasi Komunikasi (%) Sumber : World Development Indicators, 2010 Gambar 8. Hubungan Nilai Tukar Perdagangan dengan Ekspor Barang Teknologi Informasi Komunikasi Negara-negara ASEAN dan Asia Timur Tahun 2009 Gambar 8 menggambarkan hubungan antara nilai tukar perdagangan dengan ekspor barang teknologi informasi komunikasi. Singapura, Hongkong, Malaysia dan China dengan ekspor barang teknologi informasi komunikasi tinggi mempunyai nilai tukar perdagangan yang relatif tinggi. Indonesia dengan ekspor barang teknologi informasi komunikasi rendah mempunyai nilai tukar perdagangan yang rendah. Philipina dengan ekspor barang teknologi informasi komunikasi tinggi tetapi mempunyai nilai tukar perdagangan yang rendah, hal ini disebabkan karena secara total ekspor Philipina lebih rendah dibandingkan impornya. Secara umum terdapat hubungan yang positif antara nilai tukar perdagangan dengan ekspor barang teknologi informasi komunikasi. Hasil kajian empiris di atas secara umum menunjukkan pentingnya peran infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi dalam meningkatkan arus perdagangan internasional yang selanjutnya memengaruhi nilai tukar perdagangan suatu negara dalam perdagangan internasional. Dengan terbukanya perdagangan di kawasan ASEAN, tentu akan berdampak pada kinerja perdagangan masing-masing negara. Dalam kondisi demikian, pengaruh infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi terhadap nilai tukar perdagangan antar negara ASEAN dan Asia Timur menjadi penting untuk diidentifikasi. 11 Berdasarkan uraian dan beberapa hasil penelitian di atas, studi mengenai faktor-faktor yang dapat mendorong peningkatan nilai tukar perdagangan (kinerja perdagangan) menjadi penting dilakukan. Penelitian yang mengaitkan antara infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi dengan kinerja perdagangan internasional diperlukan untuk mengetahui perannya terhadap nilai tukar perdagangan suatu negara. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, penelitan ini akan meneliti pengaruh infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi terhadap kinerja perdagangan internasional. Penelitian ini akan difokuskan pada pengaruh infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi terhadap nilai tukar perdagangan di negara-negara ASEAN dan Asia Timur. Beberapa permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi infrastruktur transportasi dan teknologi komunikasi informasi serta nilai tukar perdagangan di negara-negara ASEAN dan Asia Timur? 2. Bagaimana pengaruh infrastruktur transportasi terhadap nilai tukar perdagangan di negara-negara ASEAN dan Asia Timur? 3. Bagaimana pengaruh teknologi informasi komunikasi terhadap nilai tukar perdagangan di negara-negara ASEAN dan Asia Timur? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis perkembangan infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi dan nilai tukar perdagangan di negara-negara ASEAN dan Asia Timur. 2. Menganalisis pengaruh infrastruktur transportasi terhadap nilai tukar perdagangan di negara-negara ASEAN dan Asia Timur. 3. Menganalisis pengaruh teknologi informasi komunikasi terhadap nilai tukar perdagangan di negara-negara ASEAN dan Asia Timur. 12 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan pengaruh infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi terhadap nilai tukar perdagangan di negara-negara ASEAN dan Asia Timur. Selain itu, temuan yang didapat diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Indonesia dalam memodelkan skenario pengembangan infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi serta kebijakan perdagangan internasional. Lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat pula digunakan oleh kalangan swasta dalam rangka menghadapi persaingan perdagangan internasional yang semakin ketat. 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada studi kasus infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi serta kaitannya dengan nilai tukar perdagangan di negara-negara ASEAN dan Asia Timur. Negara-negara ASEAN yang diteliti adalah Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Singapura dan Vietnam. Sedangkan negara-negara Asia Timur yang diteliti adalah China, Jepang, Hongkong dan Korea Selatan. Idealnya semua negara-negara di kawasan ASEAN dan Asia Timur masuk dalam cakupan penelitian. Karena keterbatasan ketersediaan data menyebabkan tidak semua negara-negara di kawasan ASEAN dan Asia Timur masuk dalam cakupan penelitian. Total nilai eksport dan impor enam negara ASEAN ke empat negara Asia Timur yang diteliti selalu mengalami peningkatan dalam periode 2001-2009. Variabel yang digunakan dikelompokkan menjadi dua variabel, 1) infrastruktur transportasi dan 2) teknologi informasi komunikasi. Variabel infrastruktur transportasi meliputi: indeks kualitas infrastruktur transportasi, biaya ekspor per kontainer, biaya impor per kontainer, waktu ekspor dan waktu impor. Sedangkan variabel teknologi informasi komunikasi yang digunakan terdiri atas pengguna internet, ekspor barang teknologi informasi komunikasi dan impor barang teknologi informasi komunikasi. Sumber utama data pada penelitian ini berasal dari COMTRADE, World Development Indicator, Global Competitiveness Report, dan Doing Business – World Bank. Mengingat ketersediaan data, maka data yang digunakan dalam 13 penelitian ini merupakan data tahunan. Adapun periode penelitian antara tahun 2006 sampai dengan 2009. Periode ini dipilih untuk menghindari imbas krisis tahun 1998 dan juga karena masalah ketersediaan data. Untuk memenuhi syarat analisis dan upaya menjawab tujuan penelitian, maka kombinasi series data tahunan pada negara-negara ASEAN dan Asia Timur (cross section) dibangun menjadi data panel.