Hubungan Karakteristik Personal Dan Perilaku

advertisement
5
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Komunikasi
Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi mengacu pada penggunaan media komunikasi
secara massa. Istilah massa menurut McQuail (1987) adalah khalayak yang
sangat luas maknanya dan seringkali lebih besar dari suatu kebanyakan
kelompok, kerumunan atau publik. Massa ditandai dengan adanya komposisi
yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula
serta terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khalayak tidak
bertindak untuk dirinya sendiri tetapi dikendalikan untuk melakukan suatu
tindakan. Para anggotanya berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok
demografis.
Selain itu McQuail menambahkan bahwa kata massa kadangkala
digunakan untuk menyebutkan para konsumen di pasar massal atau sejumlah
besar pemilih (khalayak pada pemberi suara). Kumpulan semacam itu seringkali
ada hubungannya dengan pengertian khalayak. Media massa digunakan untuk
mengarahkan atau mengendalikan perilaku konsumen dan perilaku politik
sejumlah besar pemilih. Pengembangan konsep massa mengandung pengertian
masyarakat secara keseluruhan atau masyarakat massa (McQuail, 1987).
Shannon dan Weaver melihat komunikasi dalam arti yang sangat luas
untuk menampung semua prosedur yang bisa digunakan oleh satu pikiran untuk
mempengaruhi pikiran lain. Selain itu komunikasi bertujuan sebagai suatu usaha
untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima
pesan) yang diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa sehingga komunikasi
dapat dilihat dalam berbagai bentuk hubungan (Shannon dan Weaver, diacu
dalam Severin dan Tankard 2005).
Secara lengkap Lasswell mengemukakan bahwa komunikasi adalah
menjawab pertanyaan sebagai berikut, who (siapa), says what (berkata apa), in
which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what
effect (dengan efek apa)? Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi dapat dibagi menjadi
dua kategori, yakni komunikasi interpersonal dan komunikasi massa (Lasswell
1948, diacu dalam Effendy 1988).
6
Dalam menggambarkan unsur penting dalam komunikasi massa
diperlukan gambaran institusi media massa. Unsur penting dalam proses
komunikasi massa dapat dibandingkan dengan komunikasi tatap muka antara
beberapa orang (antarpribadi dan komunikasi di dalam kelompok atau
komunikasi organisasi). Hal ini terkait dengan sumber dalam komunikasi massa
bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal dan pengirimnya
seringkali merupakan komunikator profesional (McQuail, 1987).
Sedangkan
Ardianto
dan
Erdinaya
(2004)
melihat
komunikasi
interpersonal sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya tatap
muka (face to face communication) dan di antaranya saling berbagi ide, informasi
dan berbagi sikap. Sedangkan komunikasi massa adalah bentuk komunikasi
yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan
komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh
(terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.
Lebih jauh Ardianto dan Erdinaya melihat bentuk komunikasi lain yang
tidak dapat dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal tetapi memiliki sifat
interpersonal karena komunikannya sering kali hanya satu orang dan dikenal
oleh komunikatornya. Bentuk komunikasi ini tidak dapat dikategorikan ke dalam
komunikasi massa meskipun memiliki situasi pada komunikasi massa. Bentuk
komunikasi tersebut adalah komunikasi medio (seperti telepon, teleks, faksimili,
dan sejenisnya).
Kata medio berasal dari bahasa Latin yang berarti tengah-tengah dan
mempunyai karakteristik yang berada di antara komunikasi interpersonal dan
komunikasi massa. Kategori komunikasi media dalam dunia periklanan adalah
poster, spanduk, transit/panel bis, pameran, direct mail, kalender, display.
Oleh karena itu Severin dan Tankard (2005) mendefenisikan komunikasi
massa secara lengkap sebagai berikut:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen,
dan anonim.
2. Pesan-pesan yang disebarkan bertujuan untuk mencapai sebanyak mungkin
anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
7
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi selalu mempunyai dampak atas satu atau lebih orang yang
terlibat dalam tindakan komunikasi. Dalam hubungan interpersonal yang
melibatkan komunikasi antara dua orang maka salah satunya bertujuan untuk
mempengaruhi dan membantu meningkatkan efektifitas komunikasi masingmasing individu (DeVito, 1997). Sedangkan Rakhmat (2001) menyatakan bahwa
ada tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu
1. Percaya.
Dalam
proses komunikasi, percaya dapat meningkatkan komunikasi
interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman
dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk
mencapai tujuannya.
2. Adanya sikap suportif.
Suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.
Sikap defensif ditandai dengan seseorang akan lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang
memahami pesan orang lain. Seperti dari faktor personal ditandai dengan
adanya ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, dan lainnya.
3. Adanya sikap terbuka.
Sikap yang ditandai dengan adanya dorongan untuk saling mengerti ataupun
saling menghargai.
Komunikasi interpersonal bisa lebih efektif dalam mempengaruhi
komunikan daripada media massa. Hal ini dinyatakan oleh Rivers at al. (2003)
bahwa komunikasi interpersonal dalam proses penyampaian pesan mempunyai
pengaruh yang cukup kuat dalam mempengaruhi seseorang. Faktor personal ini
terjadi (orang-orang dekat yang berpengaruh ataupun pembuat opini) ada di
antara pesan media dan respon individu. Sedangkan Middleton dan Clarke
(2001) memaknai komunikasi interpersonal sebagai komunikasi informal karena
dilakukan secara lisan dan terdiri dari teman maupun kelompok acuan.
Dalam usahanya untuk membujuk, media dihadapkan pada suatu
jaringan komplek yaitu adanya hubungan interpersonal yang bisa melemahkan
pesannya. Artinya masing-masing individu mempunyai gambaran yang berbeda
terhadap makna pesan yang disampaikan, dilihat, ataupun yang didengar
sehingga komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai aktivitas manusia
dalam menyampaikan dan menerima pesan dari orang lain. Aktivitas tersebut
8
dapat dilihat sebagai suatu situasi yang memungkinkan suatu sumber
menyebarluaskan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari
untuk mempengaruhi perilaku penerima (Miller, diacu dalam Mulyana 2001).
Sebelum pesan sampai pada penerima ada suatu proses yang dapat
mendukung berhasilnya suatu informasi. Hybels dan Weafer memaknai
komunikasi sebagai suatu proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan.
Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan
tulisan tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya, penampilan diri atau
menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan
(Hybels dan Weafer, diacu dalam Liliweri 2003).
Perilaku Komunikasi
Konfirmasi
Dalam lingkup pariwisata, informasi memegang peranan sangat penting.
Menurut Gunn (1994) istilah informasi berisikan tentang deskripsi mengenai peta,
buku panduan wisata, rekaman gambar dalam format video, artikel majalah,
narasi para pemandu wisata, dan brosur. Perpaduan antara informasi peta
(lokasi wisata) dengan buku panduan wisata dapat membantu wisatawan
menemukan kebutuhan informasi tentang perjalanan wisata apa yang ingin
mereka saksikan dan kerjakan.
Kolb (2006) menyatakan bahwa pencarian informasi dilakukan sebelum
membuat keputusan mengenai tujuan wisata. Wisatawan menggunakan
sejumlah waktu untuk mencari informasi melalui banyak sumber-sumber
informasi sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan pada berbagai pilihan
sebelum memutuskan apa yang akan dikunjungi. Sumber informasi tersebut
berisikan fakta tentang produk, jasa, dan keuntungan yang diperoleh melalui
internet, bertanya pada teman dan keluarga.
Pentingnya pencarian informasi dinyatakan juga oleh Ricci dan Werthner
(2001) bahwa wisatawan selalu berdasarkan informasi dalam menentukan
kebutuhan mengenai tempat yang dituju, aktivitas yang akan dilakukan,
pelayanan, pemilihan batasan waktu, dan anggaran. Contohnya pada perilaku
mencari informasi mengenai hotel yang menyangkut fasilitas dan restaurant pada
perencana perjalanan (agen perjalanan).
Selain itu informasi wisata dapat diperoleh melalui media informasi formal
yang bertujuan untuk membujuk wisatawan melalui brosur, promosi melalui
9
teknik penjualan langsung, aktivitas public relation dan Internet. Selain informasi
formal, wisatawan dapat memperoleh informasi secara informal melalui keluarga
mereka, para teman dan kelompok orang dengan siapa mereka saling
berhubungan di tempat kerja dan secara sosial melalui kelompok acuan atau
biasa dikenal sebagai pembentuk opini (Middleton dan Clarke, 2001).
Internet menjadi pilihan wisatawan dalam memperoleh informasi bisa
disebabkan mudah mengaksesnya dengan biaya yang relatif lebih murah.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Chang (Chang 1988, diacu dalam Severin
dan Tankard, 2005) bahwa untuk kategori daya akses atau jangkauan
pengunjung situs internet lebih melihat pada nilai ekonomisnya (gratis atau
murah) dibandingkan hanya untuk kesenangan (kemudahan mengakses
informasi). Selain itu negara-negara Eropa, Amerika, Australia, maupun sebagian
besar Asia menjadikan internet sebagai media informasi yang sangat populer
setelah buku ataupun media informasi lainnya.
Fitur
internet
yang
berisikan
informasi
wisata
diantaranya
www.travel.discovery.com atau www.travelchanel.com. Website ini mencakup
informasi perjalanan wisata di seluruh dunia dengan berbagai macam lokasi
tujuan wisata dan jenis wisata yang diinginkan. Informasi wisata yang bisa
diakses diantaranya adalah adventure travel & sports, beaches, budget travel,
museums & culture, romance & honeymoons, travel tips, world's best lists, dan
lainnya. Sedangkan situs resmi pariwisata Indonesia adalah www.budpar.go.id
yang menampilkan secara lengkap informasi wisata di seluruh Provinsi di
Indonesia
dalam
berbagai
bahasa
Internasional.
Situs
lainnya
adalah
www.indonesia-tourisminfo.co.id yang menampilkan informasi daerah tujuan
wisata seperti Sumatra, West Java, Central Java, Sumba, North Aceh, dan
Bengkulu. Website tersebut menggunakan lima bahasa yaitu Indonesia, Inggris,
Perancis, Belanda, dan Jerman (Astuty, 2002).
Adanya perilaku wisatawan ketika mencari informasi secara berulangulang dapat sebut sebagai konfirmasi. Pengertian konfirmasi merujuk pendapat
dari Rogers (Severin dan Tankard, 2005) bahwa konfirmasi merupakan
penguatan atau pembalikan keputusan inovasi yang dibuat. Sedangkan dari
kamus komunikasi istilah konfirmasi adalah penegasan yang mengandung
kenyakinan atau pengesahan sehingga tidak diragukan lagi (Effendy, 1989).
Dalam buku Psikologi Komunikasi yang ditulis oleh Rakhmat (2001)
bahwa dalam konteks hubungan interpersonal sangat diperlukan suatu
10
peneguhan yang terangkum dalam konteks respon yang tepat. Respon yang
tepat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan interpersonal
yang terjadi. Respon terbagi menjadi dua yaitu konfirmasi dan diskonfirmasi.
Konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal dan diskonfirmasi akan
merusak hubungan tersebut.
Respon dalam konfirmasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pengakuan langsung yaitu tahap dimana seseorang memberikan respon
segera yang ditandai dengan menerima informasi dari sumber dan bentuk
media komunikasi yang digunakan.
2. Perasaan positif yaitu tahap dimana seseorang menanggapi informasi
dengan bersikap positif.
3. Respon meminta (bertanya) yaitu tahap menggali informasi lebih banyak lagi.
4. Respon setuju yaitu sikap yang ditandai dengan kesetujuannnya terhadap
pilihan. Pada tahap ini terjadi peneguhan terhadap fakta tentang pilihan yang
telah diketahui.
5. Respon suportif yaitu ungkapan dalam bentuk pengertian, dukungan, atau
memperkuat keyakinan.
Sumber informasi wisata lainnya berupa media massa yang terdiri dari
media cetak dan elektronik. Adanya penggunaan berbagai sumber informasi
sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan tujuan wisata menunjukan
ketidakpuasan wisatawan dengan satu sumber informasi. Umumnya seseorang
merasa tidak puas hanya dengan satu jenis media saja dan jika seseorang ingin
mengetahui lebih jauh tentang sesuatu maka ia akan mencarinya dari macammacam media (Lazarfeld dan Merton, diacu dalam Rivers at al. 2003).
Media informasi tersebut salah satunya adalah buku panduan wisata.
Beberapa negara Eropa ada yang menerbitkan buku mengenai wisata dunia.
Negara-negara tersebut terdiri dari negara Jerman, Inggris, dan Perancis.
Negara Jerman dan Inggris mempunyai buku terbitan mengenai panduan wisata
yang memuat informasi secara menyeluruh mengenai wisata yang ada diseluruh
dunia termasuk Indonesia dengan berbagai daerah tujuan wisatanya. Sedangkan
Perancis belum mempunyai terbitan buku panduan (biasanya yang diterbitkan
berupa buku panduan informasi perhotelan yang cukup lengkap) dengan kualitas
setaraf dengan negara-negara seperti Jerman dan Inggris. Namun negara
Perancis cukup dikenal sebagai negara yang dapat memberikan informasi terbaik
mengenai informasi wisata (Wahab, 2003).
11
Selain
menggunakan
buku
panduan
wisata,
wisatawan
dapat
menggunakan brosur-brosur wisata. Dalam industri perjalanan (travelling),
pariwisata, taman bermain, daerah wisata, atraksi, dan perhotelan merupakan
pengguna brosur yang paling besar. Mereka menyebarkan informasi kepada
pebisnis, pencari kesenangan, dan profesional yang sering melakukan
perjalanan. Selain itu itu brosur mampu mengidentifikasi penempatan informasi
suatu produk atau jasa (Roman at al. 2005).
Terpaan (Exposure) Media Informasi
Terpaan (exposure) menurut Shimp (2003) adalah konsumen yang
berinteraksi dengan pesan dari pemasar (mereka melihat iklan di majalah,
mendengar iklan di radio, dan lainnya). Terpaan sendiri merupakan tahap awal
menuju tahap-tahap dalam proses informasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam
proses informasi dari tahapan sumber informasi yang digunakan hingga
bagaimana khalayak dapat menerima informasi yang dibutuhkan. Terpaan tidak
menjamin bahwa pesan akan menghasilkan efek tetapi ini merupakan tahapan
penting untuk taraf berikutnya dalam memproses informasi.
Terpaan membutuhkan beberapa hal diantaranya:
1. Saluran media yang ditayangkan atau didistribusikan (surat kabar, majalah,
radio, televisi dan sebagainya).
2. Konsumen menerima terpaan dari saluran media (dengan membaca surat
kabar, majalah, mendengarkan radio, menonton televisi dan sebagainya).
3. Konsumen menerima terpaan dari iklan tertentu dan pengiklan yang
disampaikan pada media yang ada melalui saluran media.
Jadi ketika individu menerima informasi dari penyampai pesan yang
memiliki tujuan tertentu dari saluran media yang dikonsumsi oleh individu, maka
keadaan ini disebut sebagai terpaan individu (Amini, 2004).
Donohew at al. (1980) dalam teorinya tentang Aktivasi Terpaan
Informasi (Activation Theory of Information Exposure) menjelaskan bahwa
seorang individu akan berusaha mencari (memenuhi) stimulasi dan informasi dari
suatu pesan yang sesuai dengan keinginannya, sebelum mereka memenuhi
kebutuhannya terhadap informasi itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dan
stimulasi bias berbeda untuk setiap individu. Oleh karena itu setiap orang akan
memilih
stimulasi
dan
informasinya itu sendiri.
informasi
yang
menarik
perhatiannya
daripada
12
Image Daerah Tujuan Wisata
Image muncul tidak lepas dari peranan sumber informasi yang
memberikan sebuah gambaran positif atau negatif tentang kawasan wisata. Hal
ini merupakan efek dari komunikasi massa dimana realitas yang terbentuk
merupakan gambaran yang mempunyai makna (Rakhmat, 2001) sehingga Yoety
(2002) menyatakan gambaran positif tentang produk daerah tujuan wisata
merupakan image atau citra positif terhadap daerah tujuan wisata.
Adanya gambaran positif tidak lepas dari peranan stimuli dan stimuli
merupakan setiap input yang dapat ditangkap oleh alat indra (Rakhmat, 2001).
Stimuli dapat juga dipahami dari konteks pemasaran yaitu stimuli merupakan hal
terpenting dari realitas artinya suatu proses dengan mana seseorang menyeleksi,
mengorganisasikan dan menginterpretasi stimuli kedalam suatu gambaran dunia
yang berarti (Simamora 2004). Gambaran realitas ini dapat dilihat pada bentuk
pilihan media seperti visual, visual gerak, audio, dan audiovisual. Media mampu
di terima oleh stimuli panca indra yang merespon bentuk media.
Panca indra akan cepat merespon bila terdapat warna-warna terang dan
adanya penggabungan dalam bentuk gerak. Kemampuan dalam menstimuli
pesan tidak lepas dari kemampuan masing-masing panca indra. Hal ini terlihat
pada panca indra penglihatan yang mampu menstimuli pesan lebih tinggi hingga
83% bila dibandingkan dengan panca indra pendengar yang hanya mencapai
11%. Sedangkan untuk panca indra penciuman hanya mencapai 3,5%, indra
perasa mencapai 1,5%, dan indra pengecap hanya 1% (Soedarmanto, 1998).
Dalam komunikasi periklanan penggunaan media (media massa,
elektronik) adalah hal yang sangat penting. Menurut Roman at al. (2005) image
adalah adanya interaksi langsung dengan konsumen. Interaksi langsung ini lebih
cepat mempengaruhi calon konsumen dan dalam ilmu komunikasi interaksi
langsung terjadi dalam komunikasi dua arah.
Gunn (1994) dalam bukunya tourism planning: basic, concepts melihat
gambaran wisata erat kaitannya dengan informasi pada media dan peranan para
biro perjalanan. Kaitan terhadap peranan tersebut lebih kepada pemberian
informasi positif tentang daerah tujuan wisata dengan segala fasilitas pendukung.
Selain itu pihak agen perjalanan lebih menekankan untuk merekomendasikan
kawasan wisata yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan ataupun kemampuan
dari calon wisatawan itu sendiri.
13
Peranan Agen Perjalanan
Sejarah mencatat orang pertama yang dianggap sebagai traveller
adalah Marcopolo pada tahun 1254-1374 yang melakukan perjalanan dari benua
Eropa ke daratan Tiongkok dan kembali ke Venesia. Awal abad ke-XIX ditandai
dengan kemajuan dalam bidang transportasi yang meliputi darat, laut dan udara
sehingga memungkinkan dan memudahkan seseorang untuk berkunjung antar
negara atau kota. Menurut Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) tercatat dalam
sejarah bahwa Thomas Cook dianggap sebagai orang pertama yang
menjalankan profesi travell agent atau agen perjalanan di tahun 1855 pada The
Paris Exhibition.
Peranan Agen perjalanan sangat penting dalam memberikan informasi
tentang daerah tujuan wisata dan Wahab (2003) menyatakan bahwa agen
perjalanan menangani kira-kira 70 % usaha perjalanan. Profesi agen perjalanan
bertumpu pada kepercayaan yaitu kepercayaan pelaku perjalanan tentang
bentuk
pelayanan
dan
macam
wisata
yang
diinginkan.
Wahab
juga
menambahkan bahwa profesi agen perjalanan sifatnya sangat kompleks karena
variasi jasa dan pelayanannya kepada pelanggan menyebabkan agen perjalanan
menjadi salah satu sektor penting dalam industri pariwisata.
Hal ini dikarenakan agen perjalanan menjadi salah satu tempat
mengakses hampir semua produk di dalam pariwisata dan traveling (Middleton
dan Clarke, 2001). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Gunn (1994)
bahwa agen perjalanan mempunyai keleluasaan yang lebih luas dibandingkan
dengan sumber informasi lainnya dalam hal mempengaruhi calon wisatawan
tentang lokasi wisata yang dapat dikunjungi. Lebih jauh lagi Gunn menyatakan
dari sudut bisnis, lokasi bangunan ataupun gedung-gedung yang dimiliki suatu
kawasan daerah tujuan wisata kedudukannya sedikit lebih penting dari seluruh
produk wisata yang dapat ditawarkan. Wisatawan lebih mementingkan di mana
letak lokasi wisata yang akan di kunjunginya.
Komponen dalam Kegiatan Pariwisata
Batasan dan Lingkup Wisatawan
Pariwisata pada umumnya adalah suatu hal yang berhubungan dengan
perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Hal ini dipertegas oleh
Gunn (1994) bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan yang merangkum
seluruh perjalanan dengan tujuan menikmati keindahan suatu tempat pada saat
14
liburan ataupun menikmati sebuah perjalanan yang menyenangkan. Istilah lain
yang berhubungan dengan pariwisata adalah wisatawan. Orang yang datang ke
lokasi wisata tidak semuanya dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan. Hal
ini berdasarkan pengertian akan makna dari wisatawan itu sendiri.
Menurut Wahab (2003), Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) dapat
dirangkum makna wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang menetap sekurangkurangnya 24 jam disuatu negara dan maksud mereka berkunjung dapat
didasarkan atas dua hal yaitu 1). Waktu luang seperti berekreasi, cuti, untuk
kesehatan, studi, dan olah raga; 2). Bisnis, keluarga, misi, rapat dinas.
Jadi seseorang dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan jika
memiliki masa tinggal selama 24 jam atau lebih yang tersebar di seluruh
kawasan wisata dengan tujuan untuk berlibur, usaha perdagangan, dinas
(bekerja) ataupun datang untuk mengunjungi kerabat atau handai tolan mereka.
Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata
Masing-masing wisatawan mempunyai masa tinggal yang berbeda pada
daerah tujuan wisata. Salah satu prinsip dasar dari pariwisata adalah masa
tinggal karena akan diperoleh informasi mengenai jumlah masa tinggal
wisatawan dari yang terendah hingga jumlah maksimum (Cooper dan Hall,
2008).
Para pemasar yang bergerak dalam bidang pariwisata menganggap
penting data mengenai jumlah kedatangan dan masa tinggal wisatawan. Dengan
adanya informasi tersebut maka akan mudah bagi para pemasar untuk
mengetahui kegiatan wisata dan jumlah penerimaan yang dihasilkan dari
pengeluaran wisatawan. Menurut Wahab (2003) dalam mengukur lalu lintas
wisata dibutuhkan informasi mengenai jumlah masa tinggal wisatawan yang
diketahui dari penjumlahan seluruh lamanya malam wisatawan menginap di
hotel.
Untuk menentukan rata-rata lama tinggal para wisatawan dapat
dilakukan dengan lebih sederhana yaitu dengan mengelompokan wisatawan
berdasarkan asal negaranya dengan memberikan suatu batasan atau kategori
mengenai lama tinggalnya. Misalnya saja kurang dari tujuh hari, delapan hari
sampai lima belas hari, dan seterusnya.
Ada juga yang membagi jumlah malam menginap dengan jumlah
wisatawan pada daerah tujuan wisata. Namun penghitungan tersebut sangat
15
lemah karena dapat terjadi penghitungan jumlah masa tinggal pada wisatawan
yang sama. Hal ini disebabkan sebagian wisatawan suka berpindah tempat
menginap dari hotel A ke hotel B.
Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata
Pengertian Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur
pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran. Menurut Shimp (2003) pemasaran
merupakan sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya
mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya.
Pemasaran lebih umum pengertiannya daripada komunikasi pemasaran
namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas komunikasi. Jika
digabungkan maka komunikasi pemasaran dapat merepresentasikan gabungan
semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya
pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada
pelanggan atau kliennya.
Secara garis besar konsep produk dalam pemasaran dapat dibedakan
menjadi dua yaitu produk berupa barang berwujud (tangible products) dan
barang tidak berwujud (intangible products). Menurut Yoety (2002) produk
industri pariwisata lebih bersifat intangible products. Selain sifatnya tidak nyata,
dalam produk industri pariwisata terdapat bermacam-macam kegiatan yang
harus dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi. Namun prinsip pemasaran
dalam pariwisata umumnya tetap sama untuk pemasaran jasa (marketing of
service) dengan pemasaran barang (marketing of goods).
Lebih jauh Yoety (2002) membagi beberapa karakteristik produk industri
pariwisata yang berbeda dengan sifat barang-barang manufaktur diantaranya:
1. Tourism is a servise.
Produk industri pariwisata tidak berwujud karena itu produk tersebut tidak
dapat dipindahkan, dicoba, ataupun dikumpulkan. Pada barang berwujud
terjadi pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli terjadi setelah
transaksi selesai dilakukan. Tidak demikian dengan produk industri pariwisata
dimana pembeli sangat bergantung pada penjual untuk mengkonsumsinya.
Dalam transaksi tersebut tidak mengakibatkan terjadinya pemindahan hak
milik tetapi hanya ada hak pakai untuk sementara waktu. Hal ini terlihat ketika
wisatawan membeli paket wisata. Pada saat itu wisatawan tersebut tidak
16
menerima apapun kecuali selembar kuitansi sebagai bukti bahwa ia telah
membelinya tetapi apa yang dibelinya tidak bisa dikonsumsi sendiri tanpa
bantuan penjual (tour operator) yang biasanya diwakili oleh pemandu wisata.
2. Travel motivations are heterogeneous.
Motivasi perjalanan wisata yang dilakukan seseorang berbeda satu dengan
yang lain. Diantaranya ada yang ingin menyaksikan hasil kebudayaan,
kesenian, adat istiadat atau kebiasaan hidup masyrakat. Selain itu ada juga
yang bertujuan untuk menyaksikan keindahan alam atau melakukan kegiatan
olah raga.
3. Fragmented supply vs composite demand
Produk industri pariwisata merupakan kumpulan dari beberapa produk
perusahaan-perusahaan termasuk kelompok industri pariwisata dalam hal ini
bertindak sebagai penyedia jasa (supplier). Penyedia jasa tersebut terdiri dari
akomodasi hotel, restauran, entertainment, maupun pusat perbelanjaan
dimana antara yang satu dan lainnya terpisah (fragmanted) dan berbeda
dalam hal lokasi, fungsi, pemilik, manajemen, dan produknya. Sedangkan
dalam hal permintaan selalu dalam bentuk kombinasi atau campuran
(composite) dari beberapa produk seperti produk transportasi, kamar untuk
menginap di hotel, dan sarapan pagi di hotel.
Bauran dalam Komunikasi Pemasaran
Bentuk bauran komunikasi pemasaran dalam konteks pariwisata
meliputi
price, promotion, place, product (Yoety, 2002). Produk (product)
merupakan keseluruhan totalitas produk yang akan ditawarkan meliputi jenis,
bentuk dan nama produk, kwalitas produk dan desain produk. Harga (price)
merupakan keseluruhan aspek yang menyangkut kebijakan mengenai harga dari
produk. Umumnya konsumen menggunakan harga sebagai referensi untuk
memberikan perhatian terhadap sesuatu produk. Bagi konsumen harga sering
dikonotasikan dengan kualitas produk yang ditawarkan. Biasanya konsumen
akan berfikir apakah harga sesuai dengan nilai produk tersebut bagi dirinya.
Tempat (place) menyangkut kebijakan penentuan tempat penawaran
produk untuk membentuk citra positif mengenai tempat di dalam hati sanubari
dan pikiran konsumen. Citra yang dimaksud meliputi lokasi (jauh dekat dari
konsumen), bentuk bangunan (arsitektur, desain eksterior dan interior), logo,
pegawai/pelayan toko, tata cara pelayanan angkutan barang, dan lainnya.
17
Promosi (promotion) bertujuan untuk menginformasikan produk kepada
konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk membelinya. Promosi yang
dilakukan oleh pemasar ataupun suatu agen priklanan lebih sering menggunakan
media massa yang dapat mencakup khalayak lebih luas.
Gunn (1994) melihat pasar wisata dari sudut demand (markets) dan
supply (development) seperti dalam gambar 1 dibawah ini.
Transportsi
Pelayanan
Promosi
Atraksi
Informasi
Gambar 1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata
Dari pendapat Gunn (1994) akan diketahui why (alasan, motif) dari
wisatawan ketika datang mengunjungi daerah atau negara tujuan wisata.
Kemudian akan diketahui what (apa saja) macam-macam obyek wisata yang
tersedia. Satu hal yang terpenting disini adalah mengetahui where (dimana) para
wisatawan mengetahui informasi tentang obyek wisata yang akan dikunjungi.
Secara keseluhan hal tersebut merupakan bagian dari komunikasi pemasaran
yang lebih menekankan pada makna persuasion atau membujuk.
Menurut Fill (1999) dari sudut pemasaran, kegiatan pameran secara
tidak langsung sudah mengarah pada penjualan langsung terhadap image wisata
yang ditawarkan. Penjualan langsung sebagai respon dari komunikasi langsung
dapat membangun hubungan antar orang perorang ataupun membangun
hubungan kemitraan. Terpenting pada penjualan langsung adalah adanya
interaksi dalam berkomunikasi dengan masing-masing pelanggan.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan
Konsumen dapat mengetahui informasi suatu produk tidak lepas dari
peranan sebuah iklan. Dikalangan praktisi bisnis, iklan difungsikan sebagai
perangsang dan pembentuk perilaku konsumen sehingga dapat dirumuskan
18
beberapa tujuan dan fungsi penyajian iklan. Menurut Wibowo (2003) tujuan dan
fungsi penyajian iklan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menarik perhatian masyarakat calon konsumen.
2. Menjaga atau memelihara citra nama (brand image) yang terpatri dibenak
masyarakat.
3. Menggiring citra nama itu hingga menjadi perilaku konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk maupun jasa termasuk
proses keputusan yang mendahului dan setelah tindakan ini. Lebih jauh lagi
Engel menyatakan bahwa akar utama dari perilaku konsumen adalah ekonomi
dan pemasaran. Selain itu proses pembelian lebih menjadi perhatian para
pemasar (profit atau nonprofit) daripada proses konsumsi (Engel at al. 1994).
Keputusan berarti pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan
yang diambil biasanya berdasarkan pertimbangan situasional bahwa keputusan
tersebut adalah keputusan terbaik. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002)
keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan
yang
terjadi
setelah
dikesampingkan.
satu
kemungkinan
Pertimbangan
disini
dipilih
adalah
sementara
yang
menganalisa
lain
beberapa
kemungkinan atau alternatif lalu memilih satu di antaranya.
Menurut Wahab (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan berwisata adalah yaitu:
1. Produk wisata yang ditawarkan.
Jenis produk wisata yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata yang terdiri dari
seni tradisional, pengunungan, alam pedesaan, pantai, dan lainnya.
2. Sarana dan prasarana.
Hal ini mencakup pelayanan dari tempat penginapan (hotel, villa, losmen,
bungalow),
sarana
transportasi
(pelabuhan
laut,
udara,
kendaraan),
restauran, pusat perbelanjaan, pusat informasi pariwisata, art shop, dan
lainnya.
3. Situasi politik.
Faktor keamanan pada negara tujuan wisata yang umumnya berkaitan
dengan situasi politik, seperti adanya peperangan, kerusuhan, dan lainnya.
Selain itu Middleton dan Clarke (2001) menambahkan bahwa keamanan dan
keselamatan berkaitan dengan keputusan memilih obyek wisata pada daerah
tujuan wisata. Faktor keselamatan tersebut meliputi adanya perasaan
19
ancaman dari kejahatan, resiko kesehatan (kondisi kesehatan), dan
ketidakstabilan politik daerah tujuan wisata.
4. Pola hidup masyarakat.
Hal ini bisa dilihat dari sikap masyarakat terhadap wisatawan, makanan yang
menjadi ciri khasnya, dan yang terpenting adalah keramahan masyarakat
daerah tujuan wisata.
Adapun model keputusan secara lengkap dapat dilihat dalam gambar 2.
Pengaruh Lingkungan
yang meliputi:
Budaya, kelas sosial,
pengaruh sosial,
keluarga, dan sosial
Perbedaan Individu
yang meliputi:
Sumber daya
konsumen, motivasi &
keterlibatan,
pengetahuan, sikap,
kepribadian, gaya
hidup, demografi
Proses
Keputusan
Pengenalan
Proses
Psikologi
meliputi:
Pengolahan,
informasi,
pembelajaran,
perubahan, dan
sikap/perilaku
Pencarian
informasi
Evaluasi
Pembelian
Hasil
Gambar 2 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Engel at al. (1994)
20
Keputusan berarti pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan
yang diambil biasanya berdasarkan pertimbangan situasional bahwa keputusan
tersebut adalah keputusan terbaik. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002)
keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan
yang
terjadi
setelah
dikesampingkan.
satu
kemungkinan
Pertimbangan
disini
dipilih
adalah
sementara
yang
menganalisa
lain
beberapa
kemungkinan atau alternatif lalu memilih satu di antaranya.
Menurut Wahab (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan berwisata adalah sebagai berikut:
a. Produk wisata yang ditawarkan.
Jenis produk wisata yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata yang terdiri dari
seni tradisional, pengunungan, alam pedesaan, pantai, dan lainnya.
b. Sarana dan prasarana.
Hal ini mencakup pelayanan dari tempat penginapan (hotel, villa, losmen,
bungalow),
sarana
transportasi
(pelabuhan
laut,
udara,
kendaraan),
restauran, pusat perbelanjaan, pusat informasi pariwisata, art shop, dan
lainnya.
c. Situasi politik.
Faktor keamanan dalam di negara tujuan wisata.
d. Pola hidup masyarakat.
Hal ini bisa dilihat dari sikap masyarakat terhadap wisatawan, makanan yang
menjadi ciri khasnya, dan yang terpenting adalah keramahan masyarakat
daerah tujuan wisata.
Faktor Demografi dan Psikografi
Segmentasi sangat berguna secara efektif bagi pemasar ketika
digunakan
untuk
membantu
perencanaan
dan
mendorong
peningkatan
penjualan guna memperoleh keuntungan bagi perusahaan. Secara khusus
segementasi dapat mengindentifikasi prospek atau peluang pada kelompok kecil
konsumen sehingga secara garis besarnya, segmentasi mempunyai dua tujuan
utama yaitu mengidentifikasi kelompok konsumen di dalam pasar dan
memposisikan produk-produk pariwisata dan kesenangan dengan melibatkan
periklanan (Morgan dan Pritchard, 1999). Selain itu segmentasi sangat relevan
digunakan untuk memberi batasan mengenai motivasi dan perilaku individu
dalam melakukan pembelian (Middleton dan Clarke, 2001).
21
Segmentasi tersebut diantaranya faktor demografi, gaya hidup dan
lainnya. Engel at al. (1994) menyatakan bahwa para pemasar dapat
mengkonsentrasikan penggunaan bagian-bagian dari perilaku konsumen melalui
bagian mana saja dalam model perilaku pengambilan keputusan konsumen pada
Gambar 2. Segmentasi lainnya yaitu geografi yang merupakan salah satu faktor
utama dalam menentukan adanya permintaan dalam suatu perjalanan dan
pariwisata (Middleton dan Clarke, 2001).
Lebih jauh Engel at al. (1994) menjelaskan bahwa faktor demografi
merupakan mata pencarian dari penelitian pemasaran sejak tahun 1920-an
dimana sasarannya adalah mendeskripsikan pangsa konsumen dalam istilah
seperti usia, pendapatan, pekerjaan, ukuran keluarga, tempat tinggal, geografi,
ukuran kota, dan pendidikan. Selain itu faktor demografi dan gaya hidup
merupakan hal terpenting dalam pemasaran. Selain itu bagian demografi bila
disertai dengan psikografi dapat memberikan keterangan mengenai sifat dan
komposisi pasar.
Psikografi digunakan sebagai ukuran dalam operasional dari gaya hidup
yang mengacu pada aktivitas (tindakan nyata), sikap, dan minat konsumen.
Aktivitas tersebut meliputi hobi, liburan, hiburan, kerja, dan lainnya (Engel at al.
1994). Selain itu Yoety (2002) menyatakan bahwa psikografi sangat bermanfaat
bagi para pemasar karena dapat diketahui alasan penting mengapa wisatawan
tertarik datang berkunjung pada daerah tujuan wisata.
Adapun karakteristik demografi secara umum yaitu usia, pendapatan,
jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan kelas sosial. Selain itu demografi dapat
menginformasikan makna dari usia seperti apakah seseorang masih tergolong
anak-anak, orang dewasa muda yang masih tinggal di rumah, orang dewasa
yang telah menikah tetapi tanpa anak-anak, ataupun lanjut usia (Middleton dan
Clarke, 2001)
Jenis kelamin yang merupakan salah satu variabel dalam kependudukan
yang mudah ditetapkan atau diukur daripada segmen lainnya. Hal ini memberi
peluang untuk membagi segmen pasar dalam mengelompokan dengan cara
yang lebih efisien (Mill dan Morrison 1985, diacu dalam Yoety 2002). Dalam
pemasaran faktor jenis kelamin sangat membantu dalam berhasil tidaknya suatu
produk dipasarkan.
22
Hal ini dikarenakan para pemasar sangat menyakini bahwa produk
tertentu mempunyai hubungan dengan adanya perbedaan jenis kelamin
sehingga dalam promosipun para pemasar menggunakan gaya dan teknik yang
berbeda pula (Engel at al.1994 ).
Hal tersebut tidak lepas dari faktor psikologis seseorang yang ingin
diperlakukan sesuai dengan jenisa kelaminnya. Menurut teori perkembangan
kognitif tentang identitas jenis yang dikembangkan oleh Kohlberg menyatakan
bahwa setelah anak dapat mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki atau
perempuan maka mereka termotivasi untuk mendapatkan perilaku yang sesuai
dengan jenis kelaminnya. Perlakuan itu akan digunakan hingga dewasa dan teori
tersebut didukung oleh Piaget dalam teorinya tentang pemahaman kekonstanan
jenis kelamin yaitu menyadari bahwa jenis kelamin seseorang tetap tidak
berubah walaupun usia dan penampilan berubah (Atkinson at al. 1993).
Download