BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tanggapan konsumen terhadap iklan bergantung terhadap apa isi pesan yang ditampilkan dalam iklan tersebut. Pengiklan dengan kreativitasnya berusaha supaya pesan yang ditampilkan dalam iklan tersebut mendapat atensi dari setiap orang yang menyaksikan iklan tersebut. Dengan durasi yang terbatas, pada umumnya banyak orang hanya sekedar melihat iklan tanpa mengerti apa maksud dari pengiklan menampilkan iklan tersebut. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi pengiklan, supaya dapat membuat iklan yang lebih menarik dan dapat diingat oleh penonton. Menurut Kotler dan Amstrong (2012 : 454) iklan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Perusahaan tidak hanya membuat produk bagus tapi mereka juga harus menginformasikannya kepada konsumen mengenai kelebihan produknya dan dengan hati-hati memposisikan produknya dalam benak konsumen. Karena itu, mereka harus ahli dalam menggunakan promosi. Promosi ditujukan untuk mendapatkan pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan yang ada. Salah satu alat promosi massal adalah iklan.. Iklan dianggap sebagai salah satu media yang tepat karena mampu 1 2 menyebarkan informasi secara massif serta dapat mencapai audiens yang tersebar secara geografis. Persepsi konsumen terhadap sebuah isi iklan pada umumnya berbeda-beda. Menurut Ishak (1996:32), persepsi konsumen dan pertimbangan merek suatu produk lebih penting daripada kenyataan yang melekat pada produk. Kecanggihan teknologi saat ini, membuat konsumen memiliki akses yang tidak terbatas untuk mendapatkan informasi terhadap sebuah produk yang diminatinya. Semakin tingginya pengetahuan konsumen dengan adanya kemajuan teknologi, membuat konsumen semakin selektif dalam memilih sebuah produk. Hal ini membuat perusahaan mengatur strategi pemasaran yang lebih baik untuk merebut perhatian konsumen dengan menciptakan persepsi yang baik dan pesan yang menarik di mata konsumen terutama dalam periklanan. Antara tahun 2013-2015, periklanan merupakan salah satu media komunikasi pemasaran yang dianggap efektif. Pada masa-masa tersebut, tiap perusahaan memiliki anggaran tersendiri yang dialokasikan untuk periklanan dalam rangka meningkatkan kesadaran merek (brand awareness) terhadap suatu produk barang atau jasa. Iklan di Indonesia didominasi iklan televisi sebesar 64% (dari total belanja iklan), kemudian disusul oleh surat kabar sebesar 33%, dan media lain sebesar 3% (Marhaeni, 2013). Sebagai salah satu cara untuk mencapai efektivitas iklan adalah dengan menggunakan brand endorser. Brand endorser merupakan figur pendukung dalam komunikasi pemasaran. Belch dan Belch (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa brand endorser yang sering juga disebut sebagai direct source (sumber 3 langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan sebuah pesan dan atau memperagakan sebuah produk atau jasa. Supaya informasi produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan dapat sampai kepada konsumen, untuk itu baik perusahaan maupun pengiklan berusaha untuk mencari sosok yang tepat untuk mengkomunikasikan produknya. Pertimbangan untuk menggunakan jasa pendukung pesan dalam iklan / brand endorser muncul dengan harapan bahwa penggunaan brand endorser tersebut dapat mempengaruhi respon konsumen terhadap merek yang diiklankan. Selebriti dipandang sebagai individu yang digemari oleh masyarakat dan memiliki keunggulan atraktif yang membedakannya dari individu lain. Penggunaan selebriti sebagai endorser telah terbukti sangat efektif dalam pengiklanan beberapa produk (Asmai, 2008). Hal ini karena penggunaan selebriti sebagai endorser memiliki daya tarik, kepercayaan, dan keahlian. Dukungan selebriti memberikan sentuhan glamor dan diharapkan dengan popularitas serta kredibilitas yang dimiliki akan memberikan daya tarik tambahan dan pengakuan nama di pasar (Nelson, 2012). Diindikasikan bahwa promosi penjualan melalui iklan dengan menggunakan selebriti endorser dapat digunakan untuk mempengaruhi pembentukan sikap konsumen yang berpotensi untuk menciptakan preferensi konsumen terhadap keunggulan merek sehingga tercipta persepsi yang baik di mata konsumen. Penggunaan selebriti endorser di dalam periklanan merupakan cara produsen untuk membuat iklan menjadi menarik dan kreatif sehingga iklan yang ditampilkan kepada audience menjadi efektif. Perusahaan-perusahaan pada saat ini rela 4 mengeluarkan biaya lebih untuk menggunakan selebriti endorser sebagai komunikator dalam iklan produk atau jasanya. Penggunaan selebriti sebagai brand endorser tersebut merupakan keputusan yang kritikal bagi para pemasar. Bila diputuskan secara tepat maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat penjualan produk. Di sisi lain, membutuhkan biaya yang cukup tinggi ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk merekrut selebriti menjadi brand endorser. Konsekuensinya adalah pemilihan brand endorser perlu mempertimbangkan kredibilitas terutama kesesuaian antara citra brand endorser, kredibilitas perusahaan, persepsi terhadap iklan dan persepsi terhadap brand yang akan dibangun Belch dan Belch (2009). Terutama terkait dengan produk teknologi karena produk jenis ini sangat berarti bagi konsumen, harganya mahal, dan/atau cukup rumit dan mutakhir dalam hal teknologinya (technologically complex), seperti produk telepon seluler. Perkembangan pasar penyedia alat komunikasi (telepon selular) di Indonesia tumbuh semakin pesat bersamaan dengan tumbuhnya pasar permintaan akan telekomunikasi. Persaingan yang terjadi saat ini tidak hanya berkompetisidari segi produknya saja, tetapi lebih ditekankan pada fungsi - fungsi tambahan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan seperti model kemasan, layanan purna jual, pelayanan yang diberikan, promosi, iklan dan fitur lainnya yang cukup dihargai oleh konsumen. Tingkat persaingan yang terjadi antar perusahaan telekomunikasi kususnya smartphone semakin tinggi karena semakin banyaknya produsen - produsen smartphone yang masuk ke pasar. Merek smartphone yang telah masuk ke pasar 5 Indonesia antara lain: Samsung, Nokia, Apple, LG, Cross, Mito, dan Blackberry (RIM) (Kompasiana.com, 14 November 2013). Kebutuhan akan alat komunikasi seperti smartphone sendiri selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun terutama untuk jenis-jenis smartphone dengan merekmerek tertentu. Diketahui 9 dari 10 smartphone Android paling laris di Indonesia didominasi oleh produk Samsung. Pada saat itu market share smartphone Android di Indonesia sudah mencapai 50-60% disusul oleh BlackBerry dengan market share sebesar 30%. Namun dalam kenyataannya walaupun market share Samsung meningkat tapi belum ada penghargaan bagi samsung smartphone merek android ini seperti Black Berry yang telah menerima anugrah Muri sebagai smartphone terlaris di Indonesia (tekno.kompas.com, 14 September 2012) Tabel 1.1 Indonesia Smartphone Shipment Share (%) Rank 1 2 3 4 5 Indonesia Smartphone Shipment Share (%) Samsung Eversross Advan Smartfren Asus Others Total 1Q 2015 32,9% 13,1 % 7,1 % 12,9 % 6,0 % 28,0 % 100 % Sumber : www.gartner.com Pada Tabel 1.2, penjualan pada beberapa perusahaan smartphone mengalami peningkatan dari tahun 2012–2013. Perusahaan tersebut antara lain, Samsung yang mengalami peningkatan penjualan dari 90,432.1 jutaan meningkat menjadi 107,526.0 atau dalam persen saham 21,5% menjadi 24,7 %. Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan Apple, LG dan beberapa merek lainnya. Pasar telepon seluler Nokia 6 mengalami penurunan baik dari segi penjualan. Penjualan pada tahun 2012 sebesar 83,420.1 juta, sedangkan pada tahun berikutnya mengalami penurunan yang cukup besar menjadi sebesar 60,953.7 juta atau dalam saham 19,9 % menjadi 14,0. Tabel 1.2 Data Penjualan Smartphone di Indonesia Perusahaan Samsung Nokia Apple LG Electronics ZTE Huawei Lenovo TCL Communication Sony Yulong Lainnya TOTAL Kuartal 2 2015 (Unit) 141.713,8 16.020,9 37.829,1 22.358,4 11.445,7 12.036,9 19.221,0 Kuartal 2 2015 (Persen) 30,46 3,44 8,13 4,81 2,46 2,59 4,13 Kuartal 2 2014 (Unit) 124.619,9 38.487,3 34.864,4 19.687,4 13.363,2 11.656,0 15.087,9 Kuartal 2 2014 (Persen) 27,7 8,5 7,7 4,4 3,0 2,6 3,4 11.691,5 2,51 10.912,9 2,4 13.820,5 15.702,1 163.395,3 465.235,2 2,97 3,38 35,12 100,00 11.662,6 11.806,8 158.048,4 450.196,8 2,6 2,6 35,1 100,0 Sumber : www.gartner.com Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, terlihat adanya perubahan komposisi market share dari tahun 2014 ke 2015, dimana perusahaan seperti Samsung, Apple, LG Electronics mengalami kenaikan market share, sedangkan Nokia, ZTE mengalami penurunan market share. Kondisi ini menunjukkan ketatnya persaingan antara perusahaan penghasil smartphone. Untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan market share nya, perusahaan dituntut untuk melakukan cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap merk. Salah satu cara kreatif dalam beriklan adalah dengan menggunakan selebriti endorser. Pemakaian selebriti pendukung harus melalui beberapa pertimbangan, diantaranya adalah tingkat 7 popularitas selebriti dengan permasalahan, apakah selebriti yang dipilih dapat mewakili karakter produk yang sedang diiklankan. Sudarti (2012) menyatakan selebriti endorser sangat berperan penting dalam meningkatkan minat pembelian konsumen. Lebih lanjut dinyatakan oleh Hariyana (2013) bahwa penggunaan endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif terhadap kaitan antara selebriti dan produk yang ditawarkan. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen. Citra yang baik merupakan salah satu cara yang efektif di dalam menjaring konsumen, karena konsumen dengan sadar atau tidak sadar akan memilih suatu produk yang memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta persepsi yang baik di mata konsumen, dan akan mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian yang pada akhirnya dapat menciptakan loyalitas terhadap suatu merek produk tertentu. Sementara itu, Soliha dan Zulfa (2009) menunjukkan terdapat perbedaan persepsi risiko konsumen pada iklan dengan menggunakan selebriti endorser dan iklan yang tanpa menggunakan selebriti endorser. Konsumen merasakan persepsi risiko yang lebih rendah dengan selebriti endorser. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penggunaan selebriti endorser yang lebih efektif daripada iklan tanpa selebriti endorser. Dengan demikian, dapat ditarik simpulan bahwa perusahaan penghasil smartphone yang menggunakan selebriti endorser akan cenderung meningkat 8 penjualannya dibandingkan perusahaan yang tidak menggunakan selebriti endorser karena penggunan selebriti endorser akan mengurangi persepsi resiko dan meningkatkan minat beli konsumen. Disamping itu, kredibilitas perusahaan juga berperan penting dalam upaya perusahaan untuk dapat memenangkan persaingan. Kredibilitas perusahaan memiliki pengaruh langsung terhadap keputusan membeli (Lafferty dan Goldsmith, 2000). Dalam menilai produk perusahaan dan menentukan apakah mereka ingin membelinya, konsumen menggunakan persepsi mereka terhadap kejujuran dan keahlian perusahaan sebagai sumber informasinya (Fombrun, 1996). Penelitian yang dilakukan oleh Goldsmith, et al (2000) juga mendukung hubungan langsung antara kredibilitas perusahaan dan keputusan membeli. Keputusan pembelian produk sebagian dipengaruhi oleh kredibilitas perusahaan (Davis, 1994) Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh Kredibilitas Selebritis dan Kredibilitas Perusahaan terhadap Persepsi Resiko dan Tingkat Kepercayaan Konsumen untuk membeli, jika dilakukan dengan memasangkan endorser dengan tingkat kredibilitas yang berbeda (tinggi atau rendah), dan kredibilitas perusahaan dengan tingkat yang berbeda pula (kredibilitas tinggi atau kredibilitas rendah) dalam sebuah iklan pada produk berorientasi teknologi tinggi (smartphone). 9 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat jelas bagaimana ketatnya persaingan antara produk Smartphone di Indonesia, tiga pemain besar yang menguasai industri Smartphone di Indonesia saat ini adalah Samsung, Nokia, dan Apple. Tiga perusahaan ini terlibat persaingan yang cukup ketat, hal ini terlihat dari angka kenaikan penjualan produk Samsung dari tahun 2014 sebesar 27,7 % meningkat menjadi 30,46 % di tahun 2015, namun sebaliknya produk Nokia penjualannya mengalami penurunan dari 8.5 % di tahun 2014 menurun menjadi 3m44% di tahun 2015. Sedangkan Apple mengalami kenaikan yang tidak begitu signifikan yaitu dari 7,7% di tahun 2014 meningkat menjadi 8,13% di tahun 2013. Mengamati fenomena data penjualan produk Samsung, Nokia, dan Apple di atas, dapat disimpulkan bahwa terlihat cukup besar perbedaan capaian market share antara Samsung, Nokia dan Apple. Menurut Soliha dan Zulfa (2009) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen adalah peran selebriti endorser, sebagaimana ditemukan Soliha dan Zulfa (2009) bahwa terdapat perbedaan persepsi risiko konsumen pada iklan dengan menggunakan selebriti endorser dan iklan yang tanpa menggunakan selebriti endorser. Konsumen merasakan persepsi risiko yang lebih rendah dengan selebriti endorser. Faktor lain yang juga berperan penting dalam mempengaruhi minat beli adalah kredibilitas perusahaan, seperti yang dinyatakan dalam penelitian Goldsmith, et al (2000) bahwa terdapat hubungan langsung antara kredibilitas perusahaan dan keputusan membeli. 10 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kredibilitas selebriti endorser dan kredibilitas perusahaan produsen pada tingkat yang berbeda dapat membentuk dan mempengaruhi risiko yang dipandang konsumen melekat pada produk (perceived risk) terhadap pembelian produk smartphone? 2. Bagaimanakah kredibilitas selebriti endorser dan kredibilitas perusahaan produsen pada tingkat yang berbeda dapat membentuk dan mempengaruhi tingkat keyakinan atau kepercayaan konsumen untuk membeli (consumer confidence level of buying) terhadap pembelian produk smartphone? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan topik permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari penggunaan selebriti endorser (kredibilitas tinggi dan rendah) dan kredibilitas perusahaan (kredibilitas tinggi dan rendah) dalam mempengaruhi persepsi resiko konsumen terhadap pembelian produk smartphone. 2. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari penggunaan selebriti endorser (kredibilitas tinggi dan rendah) dan kredibilitas perusahaan (kredibilitas tinggi dan 11 rendah) dalam mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap keputusan pembelian produk smartphone. 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan berguna untuk berbagai pihak. 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan sumber ilmu pengetahuan di bidang manajemen pemasaran, khususnya bagi akademis yang tertarik meneliti berkaitan dengan pengaruhk kredibilitas selebriti endorser dan kredibilitas perusahaan terhadap persepsi risiko dan tingkat kepercayaan konsumen dalam produk berteknologi tinggi. 2. Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau bahan acuan bagi perusahaan mengenai pemasangan iklan yang menggunakan selebriti endorser. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian dengan kriteria: 1. Data akan didapatkan dari responden yang berdomisili di kota Jakarta di Indonesia. 12 2. Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen berbasis skenario. 3. Penelitian akan terdiri dari dua tahap: pilot study untuk menentukan stimuli (stimuli test) dan eksperimen. Sample untuk pilot study dibatasi sampai 30 responden, sedangkan untuk eksperimen 60 responden. 4. Responden mencakup perempuan maupun laki-laki yang mengenal produk smartphone. 5. Variabel independen dibatasi pada kredibilitas selebriti endorser dan kredibilitas perusahaan produsen; sedangkan variabel dependen dibatasi pada persepsi konsumen terhadap risiko pada produk smartphone dan tingkat keyakinan konsumen terhadap keputusan pembeliannya. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pembahasan penelitian ini dibagi menjadi 5 Bab yang terdiri dari: Bab I: Pendahuluan Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. 13 Bab II: Landasasan Teori Dalam Bab ini, peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori yang digunakan dalam membahas penelitian ini, hipotesis penelitian dan model penelitian, yang berasal dari buku-buku ataupun jurnal yang dapat dipertanggungjawabkan. Bab III: Metode Penelitian Bab ini akan menguraikan mengenai metode yang digunakan oleh peneliti seperti lokasi penelitian, objek dan subjek penelitian, variabel penelitian, teknik sampling dan teknik pengumpulan data serta metode analisa data yang akan digunakan dalam penelitian. Bab IV: Analisis Data dan Temuan Pada bab ini berisi mengenai hasil dan pembahasan dari pengolahan data yang sudah dilakukan peneliti dengan menggunakan metode penelitian yang sudah ditentukan berdasarkan pada bab sebelumnya. Bab V: Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil dan diskusi yang sudah dibuat pada bab sebelumnya sehingga dapat disimpulkan apa hasil dari analisis yang didapat dan juga dapat ditentukan saran apa yang tepat untuk penelitian selanjutnya.