BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat diandalkan, saat ini sebuah perusahaan dituntut untuk dapat menyajikan sebuah laporan keuangan yang handal dengan memberikan informasi bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil sebuah keputusan. Laporan keuangan yang dapat diandalkan merupakan laporan keuangan yang terhindar dari salah saji dan salah hitung dalam jumlah yang material. Agar sebuah laporan keuangan tingkat keandalannya semakin tinggi, perusahaan dibantu oleh auditor eksternal untuk mengaudit dandibantu oleh komite audit untuk menjalankan peran pengawasannya. Berdasarkan SPAP seksi 110 (2011),audit atas laporan keuangan oleh auditor eksternal dilakukan untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Dengan adanya sebuah opini dari auditor eksternal tersebut dapat memberikan nilai tambah pada perusahaan, diantaranya dapat listing pada Bursa Efek Indonesia. Menurut Cadbury Committee (1992) auditor eksternal berperan dalam memberikan keyakinan yang memadai bahwa informasi dalam laporan keuangan dapat diandalkan dengan melakukan pemeriksaan secara objektif, baik laporan keuangan tahunan maupun laporan keuangan interim. 1 Selain bertanggung jawab dalam memberikan opini atas laporan keuangan sebuah perusahaan, auditor pun bertanggung jawab atas evaluasi kelangsungan usaha perusahaan. Opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan usahanya (SPAP, 2001). Opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha perusahaan ini diharapkan dapat memberikan early warning bagi para investor untuk mengambil keputusan investasi. Ada dua penyebab auditor mengalami dilema dalam memberikan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha. Pertama, adanya masalah selffulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha karena khawatir dapat mempercepat kegagalan perusahaan (Venuti, 2004). Meskipun demikian, opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah. Masalah kedua adalah tidak terstrukturnya prosedur penentuan untuk pemberian opini dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha bagi auditor. Dengan tidak adanya standar khusus dalam penetapan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha oleh auditor, maka terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi pertimbangan kuat untuk auditor menetapkan sebuah perusahaan mendapatkaan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha. Kondisi atau peristiwa tersebut, misalnya kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau 2 perjanjian serupa, pemogokan kerja, dan masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi (SPAP seksi 341). Kelangsungan hidup usaha perusahaan selalu dikaitkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini secara tidak langsung membuat manajemen bertanggung jawab untuk menjaga kegiatan operasi perusahaan agar dapatberlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Namun tanggung jawab tersebut juga berpotensi melebar ke auditor.Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (IAI, 2001). Januarti dan Fitrianasari (2008) mengungkapkan bahwa masa perikatan audit tidak signifikan terhadap opini dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha, sedangkan Junaidi dan Hartono (2010) menyatakan hal sebaliknya. Semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha. Bapepam dalam peraturan Kep-20/PM/2002 membatasi hubungan auditee dan auditor selama jangka waktu tertentu, yaitu emiten harus mengganti kantor akuntan tiap 5 (lima) tahun dan tiap 3 (tiga) tahun untuk auditor, untuk menjaga independensi akuntan dan meningkatkan kualitas audit. Opini yang diberikan oleh auditor mempunyai kandungan informasi, oleh sebab itu informasi yang ada harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Januarti (2009) menemukan bahwa informasi yang berkualitas hanya dapat 3 diberikan oleh auditor yang berkualitas pula. Kualitas auditor sering kali dihubungkan dengan ukuran dan reputasi KAP. Siregar dan Rahman (2012) menyatakan berdasarkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha. Hal ini berarti baik perusahaan yang diaudit oleh KAP besar atau kecil, ketika berpotensi mengalami kebangkrutan akan memiliki peluang yang sama untuk menerima opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha. Namun bertentangan dengan hasil penelitian tersebut, penelitian Geiger dan Rama (2006) menunjukkan reputasi auditor mempengaruhi opini dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha. Auditor dengan reputasi baik dan mempunyai spesialis pada industri tertentu akan memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan industri perusahaan tersebut. Dalam penelitian Geiger dan Rama (2006) menguji perbedaan kualitas audit antara KAP big four dan non big four. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kesalahan Tipe I dan II yang dihasilkan oleh Big four lebih rendah daripada non Big four. Dalam keputusan Bapepam nomor Kep-643/BL/2012 menyatakan bahwa perusahaan publik wajib memiliki komite audit. Komite audit diketuai oleh komisaris independen yang berasal dari pihak luar perusahaan. Komite audit berperan sebagai pengawas dan penjamin kredibilitas pelaporan keuangan. Independensi komite audit dapat mempengaruhi opini auditor eksternal. Bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan besarnya proporsi komite audit 4 yang terafiliasi diprediksi disebabkan oleh rendahnya dukungan komite kepada auditor untuk menerbitkan laporan audit yang tepat (Carcello dan Neal, 2000). Komite audit memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundangundanganyang berhubungan dengan kegiatan, dan memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan akuntan eksternal. Lin dan Liu (2009) menemukan bahwa perusahaan dengan tata kelola mekanisme internal yang lemah cenderung memilih auditor dengan kualitas yang rendah. Apabila peran komite audit dapat berjalan efektif diharapkan perusahaan akan cenderung mengeluarkan laporan keuangan dengan kualitas yang tinggi. Menurut Jensen dan Meckling (1976) kepemilikan manajerial dapat menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham sehingga berhasil menjadi mekanisme yang dapat mengurangi masalah keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan manajerial, pihak manajemen akan berusaha untuk tetap menjaga kelangsungan usaha perusahaan. Adanya kepemilikan manajerial membuat manajemen dapat merasakan manfaat atas pengambilan keputusansekaligus menanggung konsekuensi atas kesalahan pengambilan keputusan (Linoputri, 2011). Berbagai penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha telah banyak dilakukanbaik di dalam maupun di luar negeri.Penelitian tersebut menitikberatkan pada informasi finansial perusahaan seperti rasio keuangan dan 5 pertumbuhan perusahaan. Minimnya penelitian mengenai faktor-faktor nonfinansial menarik perhatian penulis untuk mengkaji mengenai tata kelola perusahaan dan kualitas audit,selain itu dikarenakan masih terdapat kekurangan bukti empiris karena diperoleh beberapa penelitian terdahulu yang menyimpulkan hasil tidak signifikan maupun hasil yang bertentangan. Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang: “Analisis Pengaruh Kualitas Audit dan Tata Kelola Perusahaan terhadap Kemungkinan Penerimaan Opini Audit dengan Penjelasan tentang Kelangsungan Usaha”. 1.2 Perumusan Masalah Adapun masalah yang akan dikemukakan olehpenulis sebagai dasar bahan penelitian adalah sebagai berikut: a. Apakah masa perikatan audit berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha? b. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha? c. Apakah hubungan afiliasi komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha? d. Apakah efektivitas komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha? 6 e. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha? 1.3 Batasan Masalah Penulisan ini dilakukan dengan membatasi penelitian pada kualitas audit dan tata kelola perusahaan dengan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha pada laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah diaudit dan dipublikasi pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada rentang waktu antara tahun 2008-2013. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian adalah: a. Menganalisis pengaruh masa perikatan kerja terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usahapada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013. b. Menganalisis pengaruh reputasi auditor terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usahapada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013. c. Menganalisis pengaruh hubungan afiliasi komite audit terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan 7 tentang kelangsungan usahapada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013. d. Menganalisis pengaruh efektivitas komite audit terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usahapada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013. e. Menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usahapada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013. 1.5 Manfaat Penelitian Dan dari hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis berharap dapat memberikan kegunaan-kegunaan sebagai berikut: a. Bagi Investor Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk mengukur kualitas informasi laporan keuangan yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil sebuah keputusan investasi. b. Bagi Akademisi Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai karya tulis ilmiah yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memahami pengaruh kualitas audit dan tata kelola perusahaan terhadap opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan usaha agar dapat 8 bermanfaat untuk pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi khususnya pengauditan. c. Bagi Perusahaan Hasilpenelitian dapat digunakan untuk referensi agar lebih memperhatikan dan memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan bagi auditor untuk pemberian opini audit dengan penjelasan tentang kelangsungan hidup sehingga perusahaan dapat meningkatkan tata kelola perusahaan dengan peningkatan pengendalian internaluntuk mencapai tujuan yang diharapkan. d. Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan wacana dibidang pengauditan bagi penelitian selanjutnya dengan mengembangkan hipotesis yang lebih luas. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bagian yang memiliki rincian sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Menjabarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah yang diteliti, tujuaan penelitian, manfaat dari penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini menjelaskan teori-teori yang melandasi penelitian, penelitian sebelumnya, dan hipotesis yang melandasi penelitian. 9 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai populasi, sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, pengukuran variabel, dan analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi objek penelitian, deskripsi stastistik, hasil analisis regresi, hasil tes hipotesis, dan temuan penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini akan membahas kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 10