BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial, manusia dan masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia, dan juga merupakan alat manusia untuk bertahan hidup (Soemanagara, 2006:37). William Al Big (Siahaan,1990:3), mendefinisikan komunikasi sebagai “The process of transmitting meaningful symbols between individuals”. Penulis memahaminya sebagai komunikasi adalah suatu proses sosial yang terjadi antara sedikitnya dua orang, dimana salah seorang mengirimkan sejumlah simbol tertentu pada orang lain. Komunikasi terjadi jika kedua pihak sama-sama dapat mengolah sebuah pesan sehingga terjadi perubahan atau respon terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi tidak selalu dilakukan dengan tatap muka saja tetapi dapat pula dilakukan dengan menggunakan media (Soemanegara, 2006 : 2-3). Sementara itu, Hovland, Janis dan Kelley menyatakan komunikasi sebagai ”Communication is the process by which an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behaviour of the other individuals”. Penulis memahaminya sebagai komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya 1 2 dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Definisi tersebut mengimplikasikan bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial yang terjadi antara sedikitnya dua orang, dimana individu mengirim stimulus kepada orang lain. Stimulus dapat disebut sebagai pesan yang biasanya dalam bentuk verbal, dimana proses penyampaian dilakukan melalui saluran komunikasi, dan terjadi perubahan atau respons terhadap pesan yang disampaikan (Muhammad, 2009:2). Salah satu bentuk komunikasi dalam kehidupan manusia adalah pemasaran. Pemasaran dengan komunikasi memiliki hubungan yang erat. Dasar dari pemasaran adalah komunikasi, dan pemasaran itu sendiri adalah sebuah konsep komunikasi. Pemasaran bisa akan begitu powerful jika dipadukan dengan komunikasi yang efektif dan efisien. Tidak ada sebuah perusahaan akan berhasil menawarkan produk tanpa menetapkan strategi komunikasi yang baik kepada konsumen. Komunikasi membantu perusahaan menyampaikan pemikiran, pemahaman maupun pesan tentang suatu konsep ataupun produk untuk disampaikan kepada masyarakat ataupun konsumen (Prisgunanto, 2006:7-9). Komunikasi dalam kegiatan pemasaran bersifat kompleks, yang tidak sesederhana seperti berbincang-bincang dengan rekan sekerja atau keluarga. Bentuk komunikasi yang lebih rumit akan mendorong penyampaian pesan oleh komunikator pada komunikan, melalui strategi komunikasi yang tepat dengan proses perencanaan yang matang. Penggabungan kajian pemasaran dan komunikasi menghasilkan kajian yang dinamakan komunikasi pemasaran (marketing communication). Komunikasi pemasaran adalah aplikasi komunikasi 3 yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Aplikasi ini sangat dipengaruhi oleh berbagai bentuk media yang digunakan, daya tarik pesan dan frekuensi penyajian (Soemanagara dan Kennedy, 2006:4). Komunikasi pemasaran juga merupakan sarana perusahaan dalam kegiatan menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual. Dalam pengertian tertentu, komunikasi pemasaran menggambarkan “suara” merek dan merupakan sarana perusahaan yang dapat digunakan untuk membangun dialog dan membangun hubungan dengan konsumen. Komunikasi pemasaran membentuk banyak fungsi bagi konsumen. Konsumen dapat diberitahu atau ditunjuk bagaimana dan mengapa sebuah produk digunakan, oleh orang yang seperti apa, dimana dan kapan bisa digunakan. Konsumen dapat belajar tentang siapa yang membuat produk dan apa yang dipertahankan perusahaan dan merek. Komunikasi pemasaran memungkinkan perusahaan menghubungkan merek-merek mereka dengan orang lain, tempat, acara khusus, pengalaman merek, perasaan dan barang. Komunikasi pemasaran dapat berkontribusi pada ekuitas merek dengan membangun merek dalam ingatan konsumen dan menciptakan citra merek suatu produk (Kotler, 2006:204). Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi eksistensi sebuah perusahaan, dan bertujuan untuk dapat menghasilkan 3 (tiga) tahap perubahan, yaitu tahap pertama perubahan dimana konsumen mengetahui keberadaan suatu produk (knowledge), tahap kedua perubahan yang mengarah pada keinginan konsumen untuk mencoba produk (attitude), dan tahap ketiga 4 yaitu perubahan yang dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lain dan terbiasa menggunakannya (action) (Soemanegara, 2006:59-61). Bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) terdiri dari dari advertising, promosi penjualan, publicity, personal selling, dan direct selling. Bentuk-bentuk komunikasi pada tiap kegiatan tersebut akan berbeda satu dengan lainnya. Advertising merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan bentuk komunikasi massa melalui media. Promosi penjualan menggunakan berbagai kegiatan lapangan yang berhubungan langsung dengan sasaran. Publicity merupakan lingkup komunikasi andalan dari public relations, sementara public relations merupakan kegiatan komunikasi yang mengelola dan mengkomunikasikan citra produk dan citra perusahaan. Personal selling adalah wujud komunikasi yang berhadapan dengan konsumen secara tatap muka (Soemanagara dan Kennedy, 2006:39-41). Dalam komunikasi pemasaran, personal selling merupakan mitra penting yang tidak dapat digantikan dengan unsur promosi lainnya. Personal selling adalah improvisasi dari penjualan menggunakan komunikasi person to person dan merupakan mitra penting dalam komunikasi pemasaran (Soemanagara, 2006:33). Personal selling atau penjualan perorangan adalah bentuk komunikasi antar individu di mana tenaga penjual/wiraniaga menginformasikan, mendidik, dan melakukan persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan (Shimp, 2000:5). 5 Adapun Spiro dan Weitz (1990) mendefinisikan personal selling sebagai salah satu komunikasi yang membawa pesan sesuai dengan kebutuhan dan keyakinan spesifik dari setiap konsumen, sedangkan William G. Nickels (dalam Basu Swastha, 2009:10) menyebutnya bahwa istilah penjualan tatap-muka (personal selling) adalah sebagai berikut: “Penjualan tatap muka adalah interaksi antara individu, saling bertemu muka yang ditunjukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai, atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain”. Dalam buku “Advertising and Promotion (an Integrated Marketing Communications Perspective)”, George E. Belch & Michaeel A. Belch (2012, chapter 21 dalam www.mheducation.asia/olc/belch) mendefinisikan personal selling sebagai suatu proses komunikasi, atau dikenal dengan istilah dyadiccommunication yang melibatkan 2 (dua) orang atau lebih, yang memungkinkan untuk mengolah pesan melalui seorang marketer (group of senders) kepada konsumen (group of receivers) secara langsung (face-to-face) sehingga akan mendapatkan efek dan feedback yang secara cepat dan dapat ditindaklanjuti. Penjualan tatap muka dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti aktivitas door-to-door, mail order, telephone selling dan direct selling. Kegiatan penjualan tatap muka (personal selling) juga merupakan proses pendidikan pasar (market education), yakni menjadikan khalayak mengetahui keberadaan serta kegunaan produk-produk dari perusahaan dimana pada akhirnya akan memperkuat citra (produk maupun perusahaan) (Jefkins, 2003:15). Apakah benar personal selling berperan terhadap pembentukan citra produk 6 merupakan hal yang menarik untuk diteliti. 1.2. Fokus Penelitian PT. Antakesuma Inti Raharja adalah perusahaan yang bergerak dibidang penjualan mesin kapal merk MTU (Motoren Turbine Unit) yang digunakan oleh kapal-kapal milik Angkatan Laut Indonesia, Bea Cukai, Departemen Kelautan Perikanan maupun Polisi Air. PT Antakesuma Inti Raharja. dalam menjalankan aktivitas pemasarannya menggunakan tiga bauran komunikasi pemasaran yaitu sales promotion, personal selling dan direct marketing. Dari tiga bauran komunikasi pemasaran, PT. Antakesuma Inti Raharja saat ini memfokuskan personal selling sebagai strategi dalam memasarkan produknya, dengan menggunakan jasa tenaga penjual yang diangkat sebagai karyawan untuk menawarkan dan menjelaskan manfaat dan keunggulan tentang produknya, dari keunggulan brand MTU baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Tenaga penjual PT. Antakesuma Inti Raharja yang sebagian besar perempuan melakukan komunikasi dengan mengunjungi konsumen dan calon pembeli, bertatap muka dengan konsumen untuk mencari tahu kebutuhan-kebutuhan dan menginformasikan keunggulan produk yang ditawarkan. PT. Antakesuma Inti Raharja mempekerjakan perempuan sebagai tenaga penjualnya karena dirasa perempuan bisa lebih luwes dalam berkomunikasi, bisa membujuk dan bisa lebih mendapatkan respon dan feed back yang positif dari konsumen yang kebanyakan terdiri dari kaum pria. 7 Dari fakta yang terlihat dalam keseharian kegiatan perusahaan PT. Antakesuma Inti Raharja yang penjualannya meningkat pesat setelah PT ini menurunkan tenaga penjualnya ke lapangan, peneliti tertarik untuk mengetahui implementasi komunikasi pemasaran personal selling dalam membentuk citra produk. Personal selling juga menjadi amat menarik untuk diteliti karena selain terkait pembentukan citra produk, kegiatan personal selling juga berkaitan dengan meningkatkan volume penjualan. Yaitu, jika citra produk terbentuk secara positif maka penjualan perusahaan akan meningkat. Dan sebaliknya, jika citra produk yang terbentuk negatif maka akan membuat penjualan tidak akan meningkat ataupun akan menurun. Sehingga penelitian ini akan memfokuskan pertanyaan penelitiannya kepada : 1) Bagaimana implementasi personall selling yang dilakukan oleh PT Antakesuma Inti raharja terhadap pembentukan citra sebuah produk? 2) Bagaiamana tahapan pembentukan citra sebagai akibat dari implementasi personal selling yang dilakukan oleh PT. Antakesuma Inti Raharja? Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Peneliti berupaya secara seksama dengan berbagai cara mengkaji semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian. Peneliti bertujuan memberikan uraian lengkap dan mendalam mengenai subyek yang diteliti. (Kriyantono, 2006:66-67). 8 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang, maka tujuan penelitian adalah: 1) Untuk mengetahui implementasi personal selling terhadap pembentukan citra sebuah produk 2) Untuk mengetahui tahapan citra yang terbentuk akibat implementasi personal selling pada sebuah produk. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademik Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan atau memberi masukan terhadap penelitian-penelitian terkait komunikasi pemasaran, khususnya tentang implementasi personal selling terhadap pembentukan citra produk. Sedangkan secara teoritis sendiri penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu komunikasi secara umum dan khususnya pada sub pembahasan mengenai komunikasi perusahaan dalam rangka kerangka kerja marketing communication, khususnya dalam kegiatan personal selling. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberi warna baru sekaligus memperkaya penelitian yang berbasis kepada metode penelitian studi kasus. Sehingga melalui penelitian ini semakin bertambah varian penelitian studi kasus khususnya menegenai implementasi personal selling yang memberikan andil dalam pembentukan citra sebuah produk. 9 1.4.2. Manfaat Praktis Dalam menghadapi era globalisasi dan persaingan bisnis yang kian berat, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemikiran dan membuka wawasan bagi perusahaan dalam upaya meningkatkan daya saing positif terkait komunikasi pemasaran, khususnya penggunaan bauran komunikasi pemasaran dalam bentuk personal selling. Yaitu, bagaimana implementasi personal selling berperan terhadap pembentukan citra sebuah produk. Bagi tim marketing sendiri, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih pemikiran mengenai kegiatan personal selling. Sehingga apabila akan dilakukkan kegiatan personal selling kembali, maka tim marketing yang bersangkutan akan memiliki rujukannnya, sebagai usaha meminimalisir kesalahan dan melesetnya pencapaian target yang dicanangkan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Studi ini diharapkan dapat memberikan penjelasan menyeluruh tentang penerapan personal selling melalui 7 langkah proses personal selling, yaitu: menentukan dan menilai proyek, pendekatan, pra pendekatan, presentasi dan demonstrasi, mengatasi keberatan, penutupan, tindak lanjut dan pemeliharaan konsumen. 2) Studi ini juga diharapkan dapat memperoleh penjelasan atau gambaran menyeluruh tentang pengembangan implementasi personal selling dalam pembentukan citra sebuah produk.