PENGARUH BIAYA EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN TANGGUHAN, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SELAMA PERIODE 2012-2014 ENI YULIANTI 120462201196 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau Email : enyuliantie7gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang tedaftar di BEI selama periode 2012-2014 yang berjumlah 40 perusahaan. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang sesuai dengan kriteria sampel dalam penelitian sehingga diperoleh sampel perusahaan pertambangan yang diamati sebanyak 12 perusahaan. Analisis data dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility. Debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility. Sedangkan secara stimultan biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek indonesia pada periode 2012-2014. Kata Kunci : Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Net Profit Margin dan Corporate Social Responsibility. PENDAHULUAN Saat ini, Corporate Social Responsibility (CSR) berkembang pesat seiring meningkatnya kepedulian dunia usaha terhadap masyarakat dan lingkungan. Perusahaan-perusahaan yang telah berkontribusi pada aspek ekonomi, pertambangan dan teknologi dinilai memberi dampak buruk bagi lingkungan sosial. Masalahmasalah seperti polusi, limbah, sumber daya yang semakin berkurang, kualitas produk dan keamanannya, status dari para pekerja dan kekuasaan perusahaan besar menjadi fokus dari banyak pihak. Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu : profit, lingkungan, dan masyarakat. Dengan lebih banyak memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar perusahaan, maka perusahaan ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusia dalam jangka panjang. Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan kurang diimbangi dengan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat serta lingkungan. Tidak sedikit perusahaan yang hanya berorientasi untuk maksimalisasi laba agar bisa menunjukkan kinerjanya terhadap investor. Isi tersebut tidak konsisten, . Oleh karna itu, peneliti menguji kembali pengaruh variabel Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Net Profit Margin terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014”. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS KAJIAN PUSTAKA Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja (stakeholder) perusahaan bertanggungjawab Freeman (2001) dalam Fahrizqi (2010). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007 dalam Fahrizqi, 2010). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan CSR, dengan pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability). Teori Agensi (Agency Theory) Dalam teori agensi, para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan, yaitu para pemegang saham, untuk membuat keputusan, di mana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan (Brigham dan Houston, 2006). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang di sebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang di sebut sebagai agen untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam kontrak ini agen berkewajiban untuk melakukan hal-hal yang memberikan manfaat dan meningkatkan kesejahteraan principal. Teori legitimasi (Legitimasi Theory) Menurut teori ini, suatu perusahaan beroperasi dengan izin dari masyarakat, dimana iziin ini dapat di tarik jika masyarakat menilai bahwa perusahaan tidak melakukan hal-hal yang diwajibkan kepadanya. Dalam konteks ini CSR di pandang sebagai suatu kewajiban yang di setujui antara perusahaan dengan masyarakat. Masyarakat yang telah memberikan izin kepada perusahaan untuk menggunakan sumber daya alam dan manusianya serta izin untuk menggunakan fungsi produksinya (Balbanes et al 1998 dalam Yuanita 2008). Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungannya, sehingga mereka diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Corporate Social Responsibility (Tanggungjawab Sosial) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya (Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 point 3). Pengertian ini mengandung arti bahwa perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap komunitas setempat dan lingkungan masyarakat umumnya. Implementasi atas peran tanggung jawab tersebut diatur dalam Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007, dan pelaksanaannya harus dilaporkan dalam laporan Tahunan perusahaan (pasal 66 ayat 2c). Tanggung jawab sosial dan lingkungan juga diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal terkait dengan perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Regulasi tersebut menjelaskan kewajiban bagi setiap penanam modal untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal, dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan (Laksmitaningrum, 2012). Corporate Social Responsibility Disclosure (Pengungkapan Tangguang Jawab Sosial Perusahaan) Hendriksen, 1997 dalam Purwanto, 2011 mendefinisikan pengungkapan (disclosure) sebagai penyajian informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan yang dilakukan perusahaan dapat bersifat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pada peraturan atau standar tertentu dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Chariri dan Ghozali, 2007 dalam Fahrizqi 2010, menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu sosial (dan lingkungan) jika pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikatagorikan ke dalam kelompok berikut ini : 1. Lingkungan 2. Energi 3. Praktik bisnis yang wajar (fair) 4. Sumber daya manusia 5. Keterlibatan masyarakat 6. Produk yang dihasilkan 7. Umum Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan Biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan adalah biaya yang dikeluarkan untuk setiap usaha dalam rangka mencari dan menemukan cadangan minyak dan gas bumi di daerah-daerah yang belum terbukti mengandung minyak dan gas bumi lalu biaya tersebut dikapitalisasi menjadi aset pada periode berjalan. Biaya eksplorasi muncul atas dasar dilakukannya riset dan analisis area yang diekplorasi, studi atas topografi, geologi, geokimia dan geofisika serta eksplorasi atas pengeboran, penggalian dan pengambilan sampel (Yuningsih, 2012). PSAK 48 (revisi 2010), menyatakan biaya untuk eksplorasi dan evaluasi diukur pada biaya perolehan yaitu entitas mengklasifikikasi asset eksplorasi dan evaluasi sebagai asset berwujud (sarana dan drilling rigs) sedangkan asset tidak berwujud (hak pengeboran) sesuai dengan sifat asset yang diperoleh dan menerapkan klasifikasi tersebut secara konsisten. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio hutang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proposi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total hutang dengan modal. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang (Kasmir, 2016). Return on Asset (ROA) Return on asset merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi asset dalam menciptakan jumlah laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset. (Hery, 2015) Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Laba setelah pajak ini dianggap sebagai laba bersih. Karena itu dibeberapa literatur ditemukan jika pajak setelah pajak maka yang diambil adalah laba bersih (Fahmi, 2010). Kerangka Pemikiran Gambar 2.2 Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan ( X1) H1 Debt to Equity Ratio (X2) H2 H3 Return on Asset (X3) Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Y) H4 Net Profit Margin (X4) H5 Sumber: dikembangkan dalam penelitian ini Pengembangan Hipotesis Pengaruh Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan terhadap Pengungkapan CSR Biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan pada perusahaan merupakan biaya yang cukup besar dikeluarkan oleh perusahaan namun biaya ini akan dikapitalisasi menjadi aset dan diamortisasi setiap periodenya. Biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan ini muncul ketika perusahaan melakukan survey, perizinan dan pengambilan hak atas eksplorasi suatu lahan tambang. Biaya yang dikapitalisasi ini belum mempunyai kepastian apakah hasil sumber daya alam tersebut dapat mengahasilkan laba ekonomi atau tidak karena masih dalam tahap eksplorasi dan pengembangan (Prayudiawan, 2011 dalam Kinantika 2012). Tingginya biaya yang dikapitalisasi ini akan meningkatkan luas pengungkapan CSR dari perusahaan. Logika ini muncul dikarenakan semakin tinggi biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan ini akan meningkatkan resiko yang dimiliki oleh perusahaan karena kegiatan eksplorasi sendiri rentan akan kecelakaan dan tingginya kebelumpastian dari hasil tambang yang didapatkan oleh perusahaan tambang. Hal ini sejalan dengann penelitian yang dilakukan Kinantika (2013), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh positif signifikan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility. H1: Biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Debt to Equity Ratio memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan. Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Perusahaan dengan rasio leverage yang terlalu tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. mempunyai kewajiban lebih untuk Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnasiwi (2013), hasil penelitian menyatakan bahwa rasio leverage (DER) memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan CSR, dimana perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi kepada para stakeholdernya untuk menghilangkan keraguan dan menimbulkan kepercayaan akan kemampuan perusahaan karena keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan agar mendapatkan citra yang bagus H2: Debt to equity ratio berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR Pengaruh return on asset Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Hasil pengambilan atas aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset, (Hery, 2015). Pernyataan tersebut dapat sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahrizqi (2010), Putri (2013), dan Rambe & Wira (2013), dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnasiwi (2011), Wakid (2011) dan Putri & Cristiawan (2014) bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. H3: Return on asset berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR Pengaruh net profit margin Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih. Net profit margin menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Rasio yang tinggi menunjukkan tingkat penjualan yang tinggi. Ini berarti menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan. Semakin besar NPM berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013), hasil penelitian menyatakan net profit margin berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility. Namun, berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Rambe & Wira (2013), yang menyatakan NPM tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. H4: Net profit margin berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR Pengaruh Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Debt to Equity Ratio, Retun on Asset dan Net Profit Margin Terhadap Luas Pengungkapan CSR Dalam penelitian ini selain melihat pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, penelitian ini juga melihat mengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. H5: Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Debt to Equity Ratio, Retun on Asset dan Net Profit Margin berpengaruh Terhadap Luas Pengungkapan CSR Metode Penelitian Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah hasil pengamatan yang disajikan dalam bentuk angka yang diolah menggunakan metode statistic (SPSS). Variabel Dependen atau terikat (Y) Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang menjadi fokus penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini ialah luas pengungkapan corporate social responsibility Menurut Almiyanti (2014), Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di nyatakan dalam Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) yang di rumuskan sebagai berikut: πΆππ π·πΌ = ∑×ij nj Keterangan : ο§ CSRDIj = indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan ο§ Xij = Dummy variable: 1 = jika item i di ungkapkan;0 = jika item i tidak diungkapkan. ο§ nj = jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78 Variabel Independen (X) Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan Rumus yang digunakan dalam mengukur sebagai berikut : Kinantika (2013) Ln_Total Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan Debt to Equity Ratio (DER) Rumus yang digunakan dalam mengukur debt to equity ratio adalah sebagai berikut : (Brigham & Houston, 2005 dalam Kurniawati, 2013) : Debt to equity ratio = Total Hutang Total Ekuitas Retun on Asset (ROA) Return on asset dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut : (Munawir, 2004 dalam Kurniawati, 2013) ; Retun on asset = Laba bersih Total asset Net Profit Margin (NPM) Ukuran perusahaan dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut : (Fahmi, 2012); Net Profit Margin : Laba Bersih Setelah Pajaπ πππππ’ππππ Tabel 3.2 Hasil seleksi sampel penelitian No. Kriteria Jumlah Perusahaan 1. Perusahaan Pertambangan di BEI periode 2012-2014 40 2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan tahunan di BEI periode 2012-2014 (12) 3. Perusahaan yang tidak mencantumkan full cost method berupa Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan pada laporan (16) keuangan tahunan JUMLAH 12 Perusahaan Berdasarkan kriteria di atas perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014 berjumlah 40 dan yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 12 perusahaan. Hasil dan Pembahasan Uji Statistik Deskriptif Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N CSR Ln_By_Eksplo_dan_Peng_Tan gguhan DER ROA NPM Valid N (listwise) Minimum Maximum 36 36 .12821 16.29 36 36 36 36 .18572 .00148 .00201 Sumber: Data sekunder yang diolah (2016) .44872 31.11 Mean .2841880 22.5325 Std. Deviation .08874378 3.98082 3.94493 1.1684748 1.21186217 .30015 .0728018 .06581352 .29763 .0828158 .07545166 Berdasarkan tabel 4.6 diatas, diketahui jumlah data yang dimasukkan sebanyak 36 data. Dengan nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata, dan nilai standar deviasi adalah sebagai berikut : 1. Corporate social responsibility (CSR) memiliki nilai minimum sebesar 0,12821 yaitu perusahaan (CTTH), nilai maksimum sebesar 0.44872 yaitu perusahaan (KKGI) nilai rata-rata sebesar 0,2841880 dan nilai standar deviasi sebesar 0,08874378. 2. Biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan memiliki nilai minimum sebesar 16,29 yaitu perusahaan (INCO), nilai maksimum sebesar 31,11 pada perusahaan (BIPI), nilai rata-rata sebesar 22,5325 dan nilai standar deviasi sebesar 3,98082. 3. DER memiliki nilai minimum sebesar 0,18572 yaitu perusahaan (GEMS), nilai maksimum sebesar 3,94493 yaitu pada perusahaan (ESSA), nilai rata-rata sebesar 1,1684748 dan nilai standar deviasi sebesar 1,21186217. 4. ROA memiliki nilai minimum sebesar 0,00148 yaitu pada perusahaan (CTTH), nilai maksimum sebesar 0,30015 yaitu perusahaan (HRUM), nilai rata-rata sebesar 0,0728018 dan nilai standar deviasi sebesar 0,06581352. 5. NPM memiliki nilai minimum sebesar 0,00201 yaitu perusahaan (MYOH), nilai maksimum sebesar 0,29763 yaitu pada perusahaan (ESSA), nilai rata-rata sebesar 0,0828158 dan nilai standar deviasi sebesar 0,07545166. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik atau dengan melihat histogram dari residulnya. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa penyebaran plot mengikuti garis diagonalnya dan dapat dikatakan data berdistribusi normal. Grafik 4.1 Normal Plot Sumber : Data Sekunder yang Diolah (2016) Tabel 4.7 Kolmogorov- Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 36 .0000000 .07453620 .112 .112 -.078 .674 .754 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data Sekunder yang Diolah (2016) Berdasarkan tabel 4.7 di atas, hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,674 dan signifikansi sebesar 0,754 sehingga dapat disimpulkan nilai (Asymp. Sig. (2-tailed) 0,754 > 0,05), maka H0 didukung yang artinya data residual berdistribusi normal. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini : independen. Hasil uji Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model Unstandardize d Coefficients B (Constant) Std. Error -.001 .088 Ln_By_Eksplo _dan_Peng_Ta ngguhan .012 .004 DER .003 ROA NPM Standardized Coefficients t Sig. Beta Collinearity Statistics Toleran ce VIF -.013 .989 .559 3.428 .002 .854 1.170 .012 .043 .253 .802 .790 1.266 .223 .249 .166 .895 .378 .665 1.504 -.188 .207 -.160 -.908 .371 .737 1.356 1 a. Dependent Variable: CSR Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016) Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance > 0,10. Hasil perhitungan nilai VIF menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF < 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi sehingga persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas multikolinieritas. Uji Heteroskedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut ini: Grafik 4.2 Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016) Berdasarkan grafik 4.2 scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik kurang menyebar secara acak dan tersebar dengan baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2013), analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang menjamin keakuratan hasil. Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah uji glejser. Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser Model (Constant) Ln_By_Eksplo_dan_ Peng_Tangguhan 1 DER ROA NPM a. Dependent Variable: Ab_sut Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Beta Error .021 .055 .002 .002 .157 -.010 .008 .156 -.108 .156 .129 t Sig. .382 .848 .705 .403 1.244 .209 .999 -.167 -.838 .223 -.239 .326 .409 Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016) Berdasarkan tabel 4.9 di atas hasil uji glejser menunjukkan semua variabel bebas memiliki nilai probabilitas signifikansi > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan model regresi bebas dari heterokedastisitas. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW) sebagai berikut (Ghazali, 2013) : - du<DW<(4-du), berarti tidak ada autokorelasi - DW<dl, berarti ada autokorelasi positif - DW>(4-dl), berarti ada autokorelasi negative - dl<DW<du atau (4-dl)<DW,(4-du), maka tidak dapat di simpulkan. Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi Model R R Square Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the Square Estimate Durbin-Watson 1 .543a .295 .204 .07919913 2.060 a. Predictors: (Constant), NPM, Ln_By_Eksplo_dan_Peng_Tangguhan, DER, ROA b. Dependent Variable: CSR D-W Du 4-du Keterangan 2.060 1,82 2,18 Bebas Autokorelasi Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016) Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh nilai Durbin-Watson 2,060, dan nilai Du dari du-tabel sebesar 1,82. Dengan demikian diperoleh bahwa nilai DW berada diantara nilai Du dan (4-du) yang berarti tidak terjadi autokorelasi sehingga persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas autokorelasi. Uji Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang dilihat dari nilai koefisien korelasinya. Persamaan regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan SPSS Versi 21.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardize Standardized d Coefficients Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B (Constant) Std. Error -.001 .088 Ln_By_Eksplo _dan_Peng_Ta ngguhan .012 .004 DER .003 ROA NPM Beta Tolera nce VIF -.013 .989 .559 3.428 .002 .854 1.170 .012 .043 .253 .802 .790 1.266 .223 .249 .166 .895 .378 .665 1.504 -.188 .207 -.160 -.908 .371 .737 1.356 1 a. Dependent Variable: CSR Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016) Berdasarkan tabel 4.11 di atas diperoleh hasil persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = - 0,001 + 0,012(X1) + 0,003(X2) + 0,223(X3) – 0,188(X4) + e Keterangan : 1. Angka konstanta sebesar -0,001 menyatakan bahwa jika nilai biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin sama dengan nol, maka luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014 berkurang sebesar 0,001. 2. Jika koefisien regresi variabel biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan sebesar 0,012 nilai tersebut berarti bahwa setiap peningkatan biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan sebesar satu poin, maka luas pengungkapan corporate social responsibility akan naik sebesar 0,012. 3. Jika koefisien regresi variabel debt to equity ratio sebesar 0,003 nilai tersebut berarti bahwa setiap peningkatan debt to equity ratio sebesar satu poin, maka luas pengungkapan corporate social responsibility akan naik sebesar 0,003. 4. Jika koefisien regresi variabel return on asset sebesar 0,223 nilai tersebut berarti bahwa setiap peningkatan return on asset sebesar satu poin, maka luas pengungkapan corporate social responsibility akan naik sebesar 0,223. 5. Jika koefisien regresi variabel net profit margin sebesar -0,188 nilai tersebut berarti bahwa setiap peningkatan net profit margin sebesar satu poin, maka luas pengungkapan corporate social responsibility akan berkurang sebesar 0,188. Uji Hipotesis Uji t (Uji Parsial) Uji parsial bertujuan untuk menunjukkan pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel dengan menggunakan level of confidence 95% (α = 0,05) dan degree of freedom (n-k), dimana n adalah banyak sampel dan k adalah banyak variabel. Tabel 4.12 Hasil Uji Parsial (Uji t) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. B (Constant) 1 Std. Error -.001 .088 Ln_By_Eksplo_dan_ Peng_Tangguhan .012 .004 DER .003 ROA NPM a. Dependent Variable: CSR Beta -.013 .989 .559 3.428 .002 .012 .043 .253 .802 .223 .249 .166 .895 .378 -.188 .207 -.160 -.908 .371 Sumber: Data sekunder yang diolah (2016) Dari tabel 4.12 menunjukkan biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan memiliki nilai t-hitung sebesar 3,428 > 2,039 (t-tabel α= 0,05, df = (36-5) = 31). Sedangkan nilai (p-value = 0,02 < α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha didukung dan H0 tidak didukung, yang berarti bahwa (H1) biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa debt to equity ratio memiliki nilai thitung sebesar 0,253 < 2,039 (t-tabel α= 0,05, df = (36-5) = 31). Sedangkan nilai (pvalue = 0,802 > α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha tidak didukung dan H0 didukung, yang berarti bahwa (H2) debt to equity ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa return on asset memiliki nilai t-hitung sebesar 0,895 < 2,039 (t-tabel α= 0,05, df = (36-5) = 31). Sedangkan nilai (p-value = 0,378 > α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha tidak didukung dan H0 didukung, yang berarti bahwa (H3) return on asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa net profit margin memiliki nilai t-hitung sebesar -0,908 < -2,039 (t-tabel α= 0,05, df = (36-5) = 31). Sedangkan nilai (p-value = 0,371 > α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha tidak didukung dan H0 didukung, yang berarti bahwa (H4) return on asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Uji F (Uji Simultan) Uji simultan bertujuan untuk menguji pengaruh biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin secara bersama-sama terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility yaitu dengan membandingkan f-tabel dangan f-hitung dengan menggunakan level of confidence 95% (α = 0,05) dan degree of freedom (df pembilang = k) dan (df penyebut = n-k-1) dan melihat nilai probabilitas signifikansinya. Tabel 4.13 Hasil Uji Simultan (Uji f) ANOVAa Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression .081 4 .020 Residual .194 31 .006 F 3.236 Sig. .025b Total .276 35 a. Dependent Variable: CSR b. Predictors: (Constant), NPM, Ln_By_Eksplo_dan_Peng_Tangguhan, DER, ROA Sumber: Data sekunder yang diolah (2016) Berdasarkan tabel 4.13 di atas diperoleh nilai f-hitung sebesar 3,236 > f-tabel 2,52 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,025 < α = 0,05, dan dapat disimpulkan H0 tidak didukung dan Ha didukung, maka (H5) yang artinya biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin secara simultan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 20122014. Uji Koefisien Determinan Dari hasil pengujian dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.0, juga dapat dilihat nilai koefisien determinasi. Bagian ringkasan model menunjukkan besarnya koefisien determinasi yang berfungsi untuk mengetahui besarnya variabilitas variabel dependen. Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1 R .543 R Square a Adjusted R Square .295 .204 Std. Error of the Estimate .07919913 a. Predictors: (Constant), NPM, Ln_By_Eksplo_dan_Peng_Tangguhan, DER, ROA b. Dependent Variable: CSR Sumber: Data sekunder yang diolah (2016) Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R square) sebesar 0,204 × 100% = 20,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 20,4% luas pengungkapan corporate social responsibility dipengaruhi oleh variabel independen biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin. Sedangkan sisanya 79,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Pembahasan Pengaruh Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Berdasarkan hasil uji persial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2012-2014. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya yang dikapitalisasi tersebut akan meningkatkan luas pengungkapan CSR dari perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan ini akan meningkatkan risiko yang dimiliki oleh perusahaan karena kegiatan eksplorasi tersebut sangat rentan akan kecelakaan serta hasil tambang yang belum pasti didapat oleh perusahaan tambang tersebut. Selain itu, bahan galian yang bersifat deplesi dan tidak dapat diperbarui yang dimulai dari tahap eksplorasi sampai dengan tahap pengolahannya yang membutuhkan biaya investasi yang sangat besar, serta kegiatan pertambangan yang berlokasi didaerah terpencil dan kegiatannya menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, sehingga setiap perusahaan pertambangan wajib memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku mengenai lingkungan hidup yaitu mengenai konsep pasca tambang yang jelas. Oleh karena itu, agen merasa perlu untuk menambah item yang dilaporkan pada pelaporan sosial karena untuk menstabilkan nilai investasi yang dihasilkan oleh prinsipal. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kinantika (2013), yang menyatakan biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Berdasarkan hasil uji persial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama peiode 2012-2014. Hal ini berarti bahwa posisi hutang yang lebih besar pada perusahaan sampel tidak secara langsung berkaitan dengan pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Posisi DER yang tinggi di satu sisi dipandang sebagai kondisi yang kurang menguntungkan perusahaan karena perusahaan memiliki tekanan yang besar dalam kewajiban keuangan perusahaan untuk membayar beban kewajiban dan bunganya sehingga manajemen mungkin akan mengungkapkan laporan lebih sedikit. Tidak adanya pengaruh yang signifikan mengindikasikan bahwa besar kecilnya rasio leverage suatu perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal ini diduga sudah terjadi hubungan yang baik antara perusahaan dengan debtholders, yang mengakibatkan debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverege perusahaan. Dengan demikian manajemen perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi cenderung mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial agar tidak menjadi sorotan para debtholdersnya (Sembiring, 2005). Alasan yang melandasi ditolaknya hipotesis ini adalah masih dianggapnya pelaporan CSR perusahaan sebagai voluntary disclosure mengindikasi adanya pengaruh antara variabel tersebut, sedangkan sekarang pelaporan CSR sudah menjadi mandatory disclosure yang diatur oleh UU PT No. 25 dan 40 tahun 2007 sehingga dengan tingkat hutang tinggi maupun rendah, perusahaan akan tetap melaporkan pelaporan CSR untuk para pemangku kepentingan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fahrizqi (2010), dan Kinantika (2013) yang tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio terhadap luas pengungkapan CSR. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rambe & Wira (2013) yang menyatakan ada pengaruh antara DER terhadap pengungkapan CSR. Pengaruh Return on Asset Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Berdasarkan hasil uji persial dalam penelitian ini return on asset (ROA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa profitabilitas ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2012-2014. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang lebih baik tidak berarti akan mengungkapkan CSR yang lebih sempit. Tidak berpengaruhnya profitabilitas (ROA) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial karena pelaksanaan aktivitas sosial dan pengungkapan tanggung jawab sosial sangat tergantung dari kesadaran manajemen perusahaan, bukan dari kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Dan juga perusahaan yang mampu menghasilkan profit yang tinggi namun kurang tanggap terhadap masalah sosial, hanya akan menganggap bahwa pengungkapan sosial akan meningkatkan biaya sehingga perusahaan kurang dapat bersaing dengan perusahaan lain. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kinantika (2013), Purnasiwi (2013) dan Putri (2014) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara return on asset terhadap luas pengungkapan CSR. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Putri (2013) dan Rambe & Wira (2013) yang menyatakan adanya hubungan antara ROA terhadap pengungkapan CSR. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Berdasarkan hasil uji persial dalam penelitian ini net profit margin (NPM). Hasil pengujian menunjukkan bahwa profitabilitas NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2012-2014. Hal ini berarti bahwa laba yang dihasilkan dari penjualan dari perusaahaan bernilai tinggi tidak berarti perusahan akan mengungkapkan tanggungjawab sosial perusahaan. Hasil dari penelitian tidak berpengaruhnya variabel ini digambarkan bahwa pihak perusahaan yang mempunyai sifat progresif yaitu perusahaan menerapkan corporate social responsibility (CSR) untuk tujuan promosi dan sekaligus pemberdayaan untuk kemajuan perusahaan agar mendapatkan citra yang bagus dari masyarakat. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Rambe & Wira (2013), yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara net profit margin terhadap luas pengungkapan CSR. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) bahwa NPM berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Pengaruh Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Net Profit Margin Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Berdasarkan hasil uji simultan, diketahui bahwa biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini diperkuat dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,204 yang berarti pengungkapan corporate social responsibility dipengaruhi oleh biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin sebesar 20,4% dan sisanya 70,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2012 -2014. 2. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2012 -2014. 3. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa return on asset tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2012 -2014. 4. Berdasakan hasil pengujian dengan regresi linier berganda menunjukkan bahwa net profit margin tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2012 -2014. 5. Hasil uji hipotesis dengan Uji Simultan (Uji F), penelitian ini membuktikan bahwa biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin secara bersama-sama berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan dari penelitian ini untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya adalah: 1. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel perusahaan yang berbeda selain perusahaan pertambangan. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperpanjang periode pengamatan lebih dari tiga tahun. 3. Menambah variabel lain yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate social responsibility DAFTAR PUSTAKA Agustina. 2013. Pengaruh Net Profit Margin, Debt Ratio, Current Ratio, Umur Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2012 Almiyanti, V. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas Dan Basis Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2009-2012. UMRAH. Anggraini Putri, Rafika.& Yulius Jogi Cristiawan 2014. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Mendapat Penghargaan ISRA dan Listed Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bussiness Accounting Review, Vol 2, No 1, 2014 Universitas Kristen Petra. Brigham & Houston. 2006. Fundamentals of Financial Management (Dasar-dasar Manajemen Keuangan), Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat Destya Romia Abriyani, S. K. 2012. The Effect Of Good Corporate Governance And Financial Performance on the Corporate Social Responsibility Disclosure Of Telecommunication Company In Indonesian. Journal Of Administration, Vol 1, No 5, 2012. Institute Teknologi Bandung,Indonesia . Fahmi, Irham 2012. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab, Bandung: Alfabeta ----------, 2012. Analisis Laporan Keuangan, Bandung: Alfabeta Fahrizqi, A. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008). Skripsi Universitas Diponegoro Semarang . Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 Edisi 5. Jogjakarta: Universitas Diponegoro. Hery. 2015. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: PT.Grasindo. Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi (Pedomaan Dan Contoh Melakukan Penelitian Di Bidang Sistem Teknologi Informasi). Yogyakarta: CV.Andi Offset. John J Wild, K. R. 2005. Financial Statement Analysis Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. Kinantika, Ervanti Kusuma Ayu. 2013. Pengaruh Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011. Skripsi Universitas Diponegoro. Laksmitaningrum, C. F. 2012. Analisis Pengaruh Kerakteristik Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang . Ulfa, Maria. 2015. Pengaruh kinerja Keuangan Terhadap Pengungkapan CSR pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar Di BEI Tahun 20102012. Universitas Sumatera Utara. Nadiah Luthfi Wakid, I. T. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Universitas Brawijaya . PSAK 48 (Revisi 2010) Tentang Aset Eksplorasi dan Evaluasi PSAK 33 Tahun 2010 Tentang Pengelupasan Lapisan Tanah Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Pertambangan Umum Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Universitas Diponegoro. Vol.8. No. 1. 1-94. Purnasiwi, J. 2011. Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Universitas Diponegoro Semarang . Putri, Rani Widyasari Eko. 2013. Pengaruh Profitanilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Peiode 2010-2012. Universitas Brawijaya. Putri, C. D. 2013. Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability Report (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Universitas Negeri Padang . Rambe & Wira. 2013. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar Di BEI Raharjaputra, H. S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Bandung: Alfabeta. Respati, R. D. 2015. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Tipe Industri dan Pengungkapan Media Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibiity (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia tahun 2014) . Skripsi UNDIP Semarang , 38. Subramanyam K.R,& John. J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat Suharto, E. 2008. CSR & COMDEV (investasi kreatif perusahaan di Era Globalisasi). Bandung: alfabeta. Sumanto. 2014. Statistika Terapan. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service). Trihendradi, C. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis data Statistik. Yogyakarta: Andi UU Mineral dan Batu Bara No. 4 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Pertambangan Umum UU Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Widagdya, F. P. 2009. Peranan PSAK No.33 pada Perusahaan Pertambangan di Indonesia. Universitas Negeri Surabaya . Yuningsih, S. H. 2012. Prosedur Audit dalam Menilai Kewajaran Akun Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Di Tangguhan Pada Industri Batu Bara (Studi Kasus: PT ABC). Depok: Skripsi Universitas Indonesia. http://www.idx.co.id. Diakses tanggal 7 Januari 2016 http://www.jembatantiga.com.Menakar CSR, Memetakkan Potensi Pendanaan CSR dan Peluang Berkolaborasi dengan CSO. Diakses tanggal 12 Juni 2016.