pengaruh biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to

advertisement
PENGARUH BIAYA EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN TANGGUHAN,
DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET DAN NET PROFIT
MARGIN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SELAMA PERIODE 2012-2014
ENI YULIANTI
120462201196
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Email : enyuliantie7gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh biaya eksplorasi dan pengembangan
tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin terhadap luas
pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Populasi pada penelitian ini adalah
perusahaan pertambangan yang tedaftar di BEI selama periode 2012-2014 yang berjumlah 40
perusahaan. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling
yang sesuai dengan kriteria sampel dalam penelitian sehingga diperoleh sampel perusahaan
pertambangan yang diamati sebanyak 12 perusahaan. Analisis data dengan menggunakan
metode regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial biaya eksplorasi dan
pengembangan tangguhan berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social
responsibility. Debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin tidak berpengaruh
terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility. Sedangkan secara stimultan
biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net
profit margin berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek indonesia pada periode 2012-2014.
Kata Kunci : Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Debt to Equity Ratio,
Return on Asset, Net Profit Margin dan Corporate Social Responsibility.
PENDAHULUAN
Saat ini, Corporate Social Responsibility (CSR) berkembang pesat seiring
meningkatnya kepedulian dunia usaha terhadap masyarakat dan lingkungan.
Perusahaan-perusahaan yang telah berkontribusi pada aspek ekonomi, pertambangan
dan teknologi dinilai memberi dampak buruk bagi lingkungan sosial. Masalahmasalah seperti polusi, limbah, sumber daya yang semakin berkurang, kualitas
produk dan keamanannya, status dari para pekerja dan kekuasaan perusahaan besar
menjadi fokus dari banyak pihak. Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya,
perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu : profit, lingkungan,
dan masyarakat. Dengan lebih banyak memberikan perhatian kepada lingkungan
sekitar perusahaan, maka perusahaan ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian
lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusia dalam jangka
panjang.
Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan kurang diimbangi dengan
kepedulian perusahaan terhadap masyarakat serta lingkungan. Tidak sedikit
perusahaan yang hanya berorientasi untuk maksimalisasi laba agar bisa menunjukkan
kinerjanya terhadap investor. Isi tersebut tidak konsisten, . Oleh karna itu, peneliti
menguji kembali pengaruh variabel Biaya Eksplorasi dan Pengembangan
Tangguhan, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Net Profit Margin
terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014”.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS KAJIAN
PUSTAKA
Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja
(stakeholder) perusahaan bertanggungjawab Freeman (2001) dalam Fahrizqi (2010).
Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan mengakomodasi
keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai
power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri
dan Ghozali, 2007 dalam Fahrizqi, 2010). Salah satu strategi untuk menjaga
hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan CSR,
dengan pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi
sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
stakeholdernya. Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat
mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability).
Teori Agensi (Agency Theory)
Dalam teori agensi, para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik
perusahaan, yaitu para pemegang saham, untuk membuat keputusan, di mana hal ini
menciptakan potensi konflik kepentingan (Brigham dan Houston, 2006). Hubungan
keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang di sebut
sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang di sebut sebagai agen
untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat
keputusan kepada agen tersebut. Dalam kontrak ini agen berkewajiban untuk
melakukan hal-hal yang memberikan manfaat dan meningkatkan kesejahteraan
principal.
Teori legitimasi (Legitimasi Theory)
Menurut teori ini, suatu perusahaan beroperasi dengan izin dari masyarakat,
dimana iziin ini dapat di tarik jika masyarakat menilai bahwa perusahaan tidak
melakukan hal-hal yang diwajibkan kepadanya. Dalam konteks ini CSR di pandang
sebagai suatu kewajiban yang di setujui antara perusahaan dengan masyarakat.
Masyarakat yang telah memberikan izin kepada perusahaan untuk menggunakan
sumber daya alam dan manusianya serta izin untuk menggunakan fungsi produksinya
(Balbanes et al 1998 dalam Yuanita 2008). Perusahaan menggunakan laporan tahunan
mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungannya, sehingga
mereka diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat
tersebut
diharapkan
dapat
meningkatkan nilai perusahaan
sehingga
dapat
meningkatkan laba perusahaan.
Corporate Social Responsibility (Tanggungjawab Sosial)
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya (Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 point 3). Pengertian ini mengandung
arti bahwa perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung
jawab sosial terhadap komunitas setempat dan lingkungan masyarakat umumnya.
Implementasi atas peran tanggung jawab tersebut diatur dalam Pasal 74 UU Nomor
40 Tahun 2007, dan pelaksanaannya harus dilaporkan dalam laporan Tahunan
perusahaan (pasal 66 ayat 2c).
Tanggung jawab sosial dan lingkungan juga diatur dalam UU Nomor 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal terkait dengan perusahaan yang terdaftar di
pasar modal. Regulasi tersebut menjelaskan kewajiban bagi setiap penanam modal
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, menghormati tradisi budaya masyarakat
sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal, dan mematuhi semua ketentuan
peraturan perundang-undangan (Laksmitaningrum, 2012).
Corporate Social Responsibility Disclosure (Pengungkapan Tangguang Jawab
Sosial Perusahaan)
Hendriksen, 1997 dalam Purwanto, 2011 mendefinisikan pengungkapan
(disclosure) sebagai penyajian informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian
secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan yang dilakukan perusahaan
dapat bersifat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yaitu pengungkapan
informasi wajib dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pada peraturan atau standar
tertentu dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
Chariri dan Ghozali, 2007 dalam Fahrizqi 2010, menemukan bahwa
pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu sosial (dan lingkungan) jika
pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikatagorikan ke dalam kelompok
berikut ini :
1. Lingkungan
2. Energi
3. Praktik bisnis yang wajar (fair)
4. Sumber daya manusia
5. Keterlibatan masyarakat
6. Produk yang dihasilkan
7. Umum
Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan
Biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan adalah biaya yang
dikeluarkan untuk setiap usaha dalam rangka mencari dan menemukan cadangan
minyak dan gas bumi di daerah-daerah yang belum terbukti mengandung minyak dan
gas bumi lalu biaya tersebut dikapitalisasi menjadi aset pada periode berjalan. Biaya
eksplorasi muncul atas dasar dilakukannya riset dan analisis area yang diekplorasi,
studi atas topografi, geologi, geokimia dan geofisika serta eksplorasi atas pengeboran,
penggalian dan pengambilan sampel (Yuningsih, 2012).
PSAK 48 (revisi 2010), menyatakan biaya untuk eksplorasi dan evaluasi
diukur pada biaya perolehan yaitu entitas mengklasifikikasi asset eksplorasi dan
evaluasi sebagai asset berwujud (sarana dan drilling rigs) sedangkan asset tidak
berwujud (hak pengeboran) sesuai dengan sifat asset yang diperoleh dan menerapkan
klasifikasi tersebut secara konsisten.
Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio hutang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya proposi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil
bagi antara total hutang dengan modal. Debt to equity ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain
rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan hutang (Kasmir, 2016).
Return on Asset (ROA)
Return on asset merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi
asset dalam menciptakan jumlah laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan
untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
bersih terhadap total aset. (Hery, 2015)
Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang
diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain rasio
ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Laba setelah pajak ini
dianggap sebagai laba bersih. Karena itu dibeberapa literatur ditemukan jika pajak
setelah pajak maka yang diambil adalah laba bersih (Fahmi, 2010).
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2
Biaya Eksplorasi dan
Pengembangan
Tangguhan
( X1)
H1
Debt to Equity Ratio
(X2)
H2
H3
Return on Asset
(X3)
Luas Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
(Y)
H4
Net Profit Margin
(X4)
H5
Sumber: dikembangkan dalam penelitian ini
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh
Biaya
Eksplorasi
dan
Pengembangan
Tangguhan
terhadap
Pengungkapan CSR
Biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan pada perusahaan merupakan
biaya yang cukup besar dikeluarkan oleh perusahaan namun biaya ini akan
dikapitalisasi menjadi aset dan diamortisasi setiap periodenya. Biaya eksplorasi dan
pengembangan tangguhan ini muncul ketika perusahaan melakukan survey, perizinan
dan pengambilan hak atas eksplorasi suatu lahan tambang. Biaya yang dikapitalisasi
ini belum mempunyai kepastian apakah hasil sumber daya alam tersebut dapat
mengahasilkan laba ekonomi atau tidak karena masih dalam tahap eksplorasi dan
pengembangan (Prayudiawan, 2011 dalam Kinantika 2012).
Tingginya biaya yang dikapitalisasi ini akan meningkatkan luas pengungkapan
CSR dari perusahaan. Logika ini muncul dikarenakan semakin tinggi biaya eksplorasi
dan pengembangan tangguhan ini akan meningkatkan resiko yang dimiliki oleh
perusahaan karena kegiatan eksplorasi sendiri rentan akan kecelakaan dan tingginya
kebelumpastian dari hasil tambang yang didapatkan oleh perusahaan tambang. Hal ini
sejalan dengann penelitian yang dilakukan Kinantika (2013), hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh
positif signifikan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility.
H1: Biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh terhadap luas
pengungkapan CSR
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Debt to Equity Ratio memberikan gambaran mengenai struktur modal yang
dimiliki perusahaan. Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat
resiko tak tertagihnya suatu utang. Perusahaan dengan rasio leverage yang terlalu
tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak
luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Oleh karena itu, perusahaan
dengan
rasio
leverage
yang
tinggi
mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.
mempunyai
kewajiban
lebih
untuk
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnasiwi
(2013), hasil penelitian menyatakan bahwa rasio leverage (DER) memiliki pengaruh
terhadap luas pengungkapan CSR, dimana perusahaan yang memiliki tingkat
leverage yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi kepada para
stakeholdernya untuk menghilangkan keraguan dan menimbulkan kepercayaan akan
kemampuan perusahaan karena keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan agar mendapatkan citra yang
bagus
H2: Debt to equity ratio berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR
Pengaruh return
on asset Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Hasil pengambilan atas aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa
besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Semakin tinggi hasil
pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset, (Hery, 2015).
Pernyataan tersebut dapat sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fahrizqi (2010), Putri (2013), dan Rambe & Wira (2013), dimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap luas pengungkapan
CSR. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnasiwi (2011),
Wakid (2011) dan Putri & Cristiawan (2014) bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR.
H3: Return on asset berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR
Pengaruh net profit margin Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih. Net profit margin
menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan. Rasio yang tinggi menunjukkan tingkat penjualan yang tinggi. Ini berarti
menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan. Semakin besar NPM berarti semakin
efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan
kegiatan operasinya.
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri
(2013), hasil penelitian menyatakan net profit margin berpengaruh terhadap luas
pengungkapan corporate social responsibility. Namun, berbeda dengan penelitian
yang di lakukan oleh Rambe & Wira (2013), yang menyatakan NPM tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
H4: Net profit margin berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR
Pengaruh Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Debt to Equity
Ratio, Retun on Asset dan Net Profit Margin Terhadap Luas Pengungkapan CSR
Dalam penelitian ini selain melihat pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen, penelitian ini juga melihat mengaruh variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
H5: Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Debt to Equity Ratio,
Retun on Asset dan Net Profit Margin berpengaruh Terhadap Luas
Pengungkapan CSR
Metode Penelitian
Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah hasil pengamatan yang disajikan dalam bentuk angka
yang diolah menggunakan metode statistic (SPSS).
Variabel Dependen atau terikat (Y)
Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang menjadi
fokus penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini ialah luas pengungkapan
corporate social responsibility Menurut Almiyanti (2014), Pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan di nyatakan dalam Corporate Social Responsibility
Disclosure Index (CSRDI) yang di rumuskan sebagai berikut:
𝐢𝑆𝑅𝐷𝐼 =
∑×ij
nj
Keterangan :

CSRDIj = indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

Xij = Dummy variable: 1 = jika item i di ungkapkan;0 = jika item i
tidak diungkapkan.

nj = jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78
Variabel Independen (X)
Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan
Rumus yang digunakan dalam mengukur sebagai berikut : Kinantika (2013)
Ln_Total Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan
Debt to Equity Ratio (DER)
Rumus yang digunakan dalam mengukur debt to equity ratio adalah sebagai
berikut : (Brigham & Houston, 2005 dalam Kurniawati, 2013) :
Debt to equity ratio =
Total Hutang
Total Ekuitas
Retun on Asset (ROA)
Return on asset dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut :
(Munawir, 2004 dalam Kurniawati, 2013) ;
Retun on asset =
Laba bersih
Total asset
Net Profit Margin (NPM)
Ukuran perusahaan dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut :
(Fahmi, 2012);
Net Profit Margin :
Laba Bersih Setelah Pajaπ‘˜
π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘›
Tabel 3.2
Hasil seleksi sampel penelitian
No.
Kriteria
Jumlah
Perusahaan
1.
Perusahaan Pertambangan di BEI periode
2012-2014
40
2.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan
laporan tahunan di BEI periode 2012-2014
(12)
3.
Perusahaan yang tidak mencantumkan full
cost method berupa Biaya Eksplorasi dan
Pengembangan Tangguhan pada laporan
(16)
keuangan tahunan
JUMLAH
12 Perusahaan
Berdasarkan kriteria di atas perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014 berjumlah 40 dan yang memenuhi kriteria
penelitian sebanyak 12 perusahaan.
Hasil dan Pembahasan
Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
CSR
Ln_By_Eksplo_dan_Peng_Tan
gguhan
DER
ROA
NPM
Valid N (listwise)
Minimum Maximum
36
36
.12821
16.29
36
36
36
36
.18572
.00148
.00201
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
.44872
31.11
Mean
.2841880
22.5325
Std.
Deviation
.08874378
3.98082
3.94493 1.1684748 1.21186217
.30015 .0728018 .06581352
.29763 .0828158 .07545166
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, diketahui jumlah data yang dimasukkan
sebanyak 36 data. Dengan nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata, dan nilai
standar deviasi adalah sebagai berikut :
1. Corporate social responsibility (CSR) memiliki nilai minimum sebesar 0,12821
yaitu perusahaan (CTTH), nilai maksimum sebesar 0.44872 yaitu perusahaan
(KKGI) nilai rata-rata sebesar 0,2841880 dan nilai standar deviasi sebesar
0,08874378.
2. Biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan memiliki nilai minimum sebesar
16,29 yaitu perusahaan (INCO), nilai maksimum sebesar 31,11 pada perusahaan
(BIPI), nilai rata-rata sebesar 22,5325 dan nilai standar deviasi sebesar 3,98082.
3. DER memiliki nilai minimum sebesar 0,18572 yaitu perusahaan (GEMS), nilai
maksimum sebesar 3,94493 yaitu pada perusahaan (ESSA), nilai rata-rata sebesar
1,1684748 dan nilai standar deviasi sebesar 1,21186217.
4. ROA memiliki nilai minimum sebesar 0,00148 yaitu pada perusahaan (CTTH),
nilai maksimum sebesar 0,30015 yaitu perusahaan (HRUM), nilai rata-rata
sebesar 0,0728018 dan nilai standar deviasi sebesar 0,06581352.
5. NPM memiliki nilai minimum sebesar 0,00201 yaitu perusahaan (MYOH), nilai
maksimum sebesar 0,29763 yaitu pada perusahaan (ESSA), nilai rata-rata sebesar
0,0828158 dan nilai standar deviasi sebesar 0,07545166.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
dependen dan variabel independen, keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal atau grafik atau dengan melihat histogram dari
residulnya. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa penyebaran plot mengikuti
garis diagonalnya dan dapat dikatakan data berdistribusi normal.
Grafik 4.1
Normal Plot
Sumber : Data Sekunder yang Diolah (2016)
Tabel 4.7
Kolmogorov- Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
36
.0000000
.07453620
.112
.112
-.078
.674
.754
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Normal Parametersa,b
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,674 dan signifikansi sebesar 0,754 sehingga dapat
disimpulkan nilai (Asymp. Sig. (2-tailed) 0,754 > 0,05), maka H0 didukung yang
artinya data residual berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya
tidak
terjadi
korelasi
antara
variabel
multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :
independen.
Hasil
uji
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardize
d Coefficients
B
(Constant)
Std.
Error
-.001
.088
Ln_By_Eksplo
_dan_Peng_Ta
ngguhan
.012
.004
DER
.003
ROA
NPM
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Beta
Collinearity
Statistics
Toleran
ce
VIF
-.013
.989
.559
3.428
.002
.854 1.170
.012
.043
.253
.802
.790 1.266
.223
.249
.166
.895
.378
.665 1.504
-.188
.207
-.160
-.908
.371
.737 1.356
1
a. Dependent Variable: CSR
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh hasil perhitungan nilai tolerance
menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance > 0,10. Hasil
perhitungan nilai VIF menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF
< 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas
dalam model regresi sehingga persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas
multikolinieritas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut ini:
Grafik 4.2 Scatterplot
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016)
Berdasarkan grafik 4.2 scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik kurang
menyebar secara acak dan tersebar dengan baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Ghozali (2013), analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh sebab
itu diperlukan uji statistik yang menjamin keakuratan hasil. Uji statistik yang
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah uji glejser.
Tabel 4.9
Hasil Uji Glejser
Model
(Constant)
Ln_By_Eksplo_dan_
Peng_Tangguhan
1
DER
ROA
NPM
a. Dependent Variable: Ab_sut
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
Beta
Error
.021
.055
.002
.002
.157
-.010
.008
.156
-.108
.156
.129
t
Sig.
.382
.848
.705
.403
1.244
.209 .999
-.167 -.838
.223
-.239
.326
.409
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas hasil uji glejser menunjukkan semua variabel
bebas memiliki nilai probabilitas signifikansi > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
model regresi bebas dari heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW) sebagai berikut
(Ghazali, 2013) :
- du<DW<(4-du), berarti tidak ada autokorelasi
- DW<dl, berarti ada autokorelasi positif
- DW>(4-dl), berarti ada autokorelasi negative
- dl<DW<du atau (4-dl)<DW,(4-du), maka tidak dapat di simpulkan.
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Model
R
R Square
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
Durbin-Watson
1
.543a
.295
.204
.07919913
2.060
a. Predictors: (Constant), NPM, Ln_By_Eksplo_dan_Peng_Tangguhan, DER, ROA
b. Dependent Variable: CSR
D-W
Du
4-du
Keterangan
2.060
1,82
2,18
Bebas Autokorelasi
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh nilai Durbin-Watson 2,060, dan nilai
Du dari du-tabel sebesar 1,82. Dengan demikian diperoleh bahwa nilai DW berada
diantara nilai Du dan (4-du) yang berarti tidak terjadi autokorelasi sehingga
persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas autokorelasi.
Uji Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
yang dilihat dari nilai koefisien korelasinya. Persamaan regresi linier berganda yang
dilakukan dengan bantuan SPSS Versi 21.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardize Standardized
d Coefficients Coefficients
t
Sig.
Collinearity
Statistics
B
(Constant)
Std.
Error
-.001
.088
Ln_By_Eksplo
_dan_Peng_Ta
ngguhan
.012
.004
DER
.003
ROA
NPM
Beta
Tolera
nce
VIF
-.013
.989
.559
3.428
.002
.854
1.170
.012
.043
.253
.802
.790
1.266
.223
.249
.166
.895
.378
.665
1.504
-.188
.207
-.160
-.908
.371
.737
1.356
1
a. Dependent Variable: CSR
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.11 di atas diperoleh hasil persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
Y = - 0,001 + 0,012(X1) + 0,003(X2) + 0,223(X3) – 0,188(X4) + e
Keterangan :
1. Angka konstanta sebesar -0,001 menyatakan bahwa jika nilai biaya eksplorasi dan
pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit
margin sama dengan nol, maka luas pengungkapan corporate social responsibility
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014
berkurang sebesar 0,001.
2. Jika koefisien regresi variabel biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan
sebesar 0,012 nilai tersebut berarti bahwa setiap peningkatan biaya eksplorasi dan
pengembangan tangguhan sebesar satu poin, maka luas pengungkapan corporate
social responsibility akan naik sebesar 0,012.
3. Jika koefisien regresi variabel debt to equity ratio sebesar 0,003 nilai tersebut
berarti bahwa setiap peningkatan debt to equity ratio sebesar satu poin, maka luas
pengungkapan corporate social responsibility akan naik sebesar 0,003.
4. Jika koefisien regresi variabel return on asset sebesar 0,223 nilai tersebut berarti
bahwa setiap peningkatan return on asset sebesar satu poin, maka luas
pengungkapan corporate social responsibility akan naik sebesar 0,223.
5. Jika koefisien regresi variabel net profit margin sebesar -0,188 nilai tersebut
berarti bahwa setiap peningkatan net profit margin sebesar satu poin, maka luas
pengungkapan corporate social responsibility akan berkurang sebesar 0,188.
Uji Hipotesis
Uji t (Uji Parsial)
Uji parsial bertujuan untuk menunjukkan pengaruh variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel dengan menggunakan level of
confidence 95% (α = 0,05) dan degree of freedom (n-k), dimana n adalah banyak
sampel dan k adalah banyak variabel.
Tabel 4.12
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t
Sig.
B
(Constant)
1
Std.
Error
-.001
.088
Ln_By_Eksplo_dan_
Peng_Tangguhan
.012
.004
DER
.003
ROA
NPM
a. Dependent Variable: CSR
Beta
-.013
.989
.559
3.428
.002
.012
.043
.253
.802
.223
.249
.166
.895
.378
-.188
.207
-.160
-.908
.371
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Dari tabel 4.12 menunjukkan biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan
memiliki nilai t-hitung sebesar 3,428 > 2,039 (t-tabel α= 0,05, df = (36-5) = 31).
Sedangkan nilai (p-value = 0,02 < α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha
didukung dan H0 tidak didukung, yang berarti bahwa (H1) biaya eksplorasi dan
pengembangan tangguhan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate
social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
2012-2014.
Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa debt to equity ratio memiliki nilai thitung sebesar 0,253 < 2,039 (t-tabel α= 0,05, df = (36-5) = 31). Sedangkan nilai (pvalue = 0,802 > α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha tidak didukung dan H0
didukung, yang berarti bahwa (H2) debt to equity ratio tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa return on asset memiliki nilai t-hitung
sebesar 0,895 < 2,039 (t-tabel α= 0,05, df = (36-5) = 31). Sedangkan nilai (p-value =
0,378 > α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha tidak didukung dan H0 didukung,
yang berarti bahwa (H3) return on asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa net profit margin memiliki nilai t-hitung
sebesar -0,908 < -2,039 (t-tabel α= 0,05, df = (36-5) = 31). Sedangkan nilai (p-value
= 0,371 > α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha tidak didukung dan H0 didukung,
yang berarti bahwa (H4) return on asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
Uji F (Uji Simultan)
Uji simultan bertujuan untuk menguji pengaruh biaya eksplorasi dan
pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin
secara bersama-sama terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility
yaitu dengan membandingkan f-tabel dangan f-hitung dengan menggunakan level of
confidence 95% (α = 0,05) dan degree of freedom (df pembilang = k) dan (df
penyebut = n-k-1) dan melihat nilai probabilitas signifikansinya.
Tabel 4.13
Hasil Uji Simultan (Uji f)
ANOVAa
Model
1
Sum of
Squares
Df
Mean Square
Regression
.081
4
.020
Residual
.194
31
.006
F
3.236
Sig.
.025b
Total
.276
35
a. Dependent Variable: CSR
b. Predictors: (Constant), NPM, Ln_By_Eksplo_dan_Peng_Tangguhan, DER, ROA
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.13 di atas diperoleh nilai f-hitung sebesar 3,236 > f-tabel
2,52 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,025 < α = 0,05, dan dapat disimpulkan
H0 tidak didukung dan Ha didukung, maka (H5) yang artinya biaya eksplorasi dan
pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan corporate social
responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 20122014.
Uji Koefisien Determinan
Dari hasil pengujian dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.0,
juga dapat dilihat nilai koefisien determinasi. Bagian ringkasan model menunjukkan
besarnya koefisien determinasi yang berfungsi untuk mengetahui besarnya
variabilitas variabel dependen.
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
1
R
.543
R Square
a
Adjusted R Square
.295
.204
Std. Error of the Estimate
.07919913
a. Predictors: (Constant), NPM, Ln_By_Eksplo_dan_Peng_Tangguhan, DER, ROA
b. Dependent Variable: CSR
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R
square) sebesar 0,204 × 100% = 20,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 20,4% luas
pengungkapan corporate social responsibility dipengaruhi oleh variabel independen
biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset
dan net profit margin. Sedangkan sisanya 79,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak terdapat dalam penelitian ini.
Pembahasan
Pengaruh Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan Terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Berdasarkan hasil uji persial variabel independen dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh
terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2012-2014. Hal ini disebabkan
oleh tingginya biaya yang dikapitalisasi tersebut akan meningkatkan luas
pengungkapan CSR dari perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi biaya
eksplorasi dan pengembangan tangguhan ini akan meningkatkan risiko yang dimiliki
oleh perusahaan karena kegiatan eksplorasi tersebut sangat rentan akan kecelakaan
serta hasil tambang yang belum pasti didapat oleh perusahaan tambang tersebut.
Selain itu, bahan galian yang bersifat deplesi dan tidak dapat diperbarui yang
dimulai dari tahap eksplorasi sampai dengan tahap pengolahannya yang
membutuhkan biaya investasi yang sangat besar, serta kegiatan pertambangan yang
berlokasi didaerah terpencil dan kegiatannya menimbulkan kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup, sehingga setiap perusahaan pertambangan wajib
memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku mengenai lingkungan hidup yaitu
mengenai konsep pasca tambang yang jelas. Oleh karena itu, agen merasa perlu untuk
menambah item yang dilaporkan pada pelaporan sosial karena untuk menstabilkan
nilai investasi yang dihasilkan oleh prinsipal. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Kinantika (2013), yang menyatakan biaya eksplorasi
dan pengembangan tangguhan berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR.
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Berdasarkan hasil uji persial variabel independen dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap luas
pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI selama peiode 2012-2014. Hal ini berarti bahwa posisi hutang yang
lebih besar pada perusahaan sampel tidak secara langsung berkaitan dengan
pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Posisi DER yang tinggi di satu
sisi dipandang sebagai kondisi yang kurang menguntungkan perusahaan karena
perusahaan memiliki tekanan yang besar dalam kewajiban keuangan perusahaan
untuk membayar beban kewajiban dan bunganya sehingga manajemen mungkin akan
mengungkapkan laporan lebih sedikit.
Tidak adanya pengaruh yang signifikan mengindikasikan bahwa besar
kecilnya rasio leverage suatu perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan CSR
yang dilakukan perusahaan. Hal ini diduga sudah terjadi hubungan yang baik antara
perusahaan dengan debtholders, yang mengakibatkan debtholders tidak terlalu
memperhatikan rasio leverege perusahaan. Dengan demikian manajemen perusahaan
dengan tingkat utang yang tinggi cenderung mengurangi pengungkapan tanggung
jawab sosial agar tidak menjadi sorotan para debtholdersnya (Sembiring, 2005).
Alasan yang melandasi ditolaknya hipotesis ini adalah masih dianggapnya pelaporan
CSR perusahaan sebagai voluntary disclosure mengindikasi adanya pengaruh antara
variabel tersebut, sedangkan sekarang pelaporan CSR sudah menjadi mandatory
disclosure yang diatur oleh UU PT No. 25 dan 40 tahun 2007 sehingga dengan
tingkat hutang tinggi maupun rendah, perusahaan akan tetap melaporkan pelaporan
CSR untuk para pemangku kepentingan.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fahrizqi (2010), dan
Kinantika (2013) yang tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
debt to equity ratio terhadap luas pengungkapan CSR. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rambe & Wira (2013) yang menyatakan ada pengaruh antara
DER terhadap pengungkapan CSR.
Pengaruh Return on Asset Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Berdasarkan hasil uji persial dalam penelitian ini return on asset (ROA). Hasil
pengujian menunjukkan bahwa profitabilitas ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode
2012-2014. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang lebih baik tidak
berarti akan mengungkapkan CSR yang lebih sempit. Tidak berpengaruhnya profitabilitas
(ROA) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial karena pelaksanaan aktivitas
sosial dan pengungkapan tanggung jawab sosial sangat tergantung dari kesadaran
manajemen
perusahaan,
bukan
dari
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan. Dan juga perusahaan yang mampu menghasilkan profit yang tinggi
namun kurang tanggap terhadap masalah sosial, hanya akan menganggap bahwa
pengungkapan sosial akan meningkatkan biaya sehingga perusahaan kurang dapat
bersaing dengan perusahaan lain.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kinantika (2013),
Purnasiwi (2013) dan Putri (2014) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara return on asset terhadap luas pengungkapan CSR. Namun penelitian
ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Putri (2013) dan Rambe & Wira (2013)
yang menyatakan adanya hubungan antara ROA terhadap pengungkapan CSR.
Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Berdasarkan hasil uji persial dalam penelitian ini net profit margin (NPM).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa profitabilitas NPM tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
selama periode 2012-2014. Hal ini berarti bahwa laba yang dihasilkan dari penjualan
dari perusaahaan bernilai tinggi tidak berarti perusahan akan mengungkapkan
tanggungjawab sosial perusahaan. Hasil dari penelitian tidak berpengaruhnya variabel
ini digambarkan bahwa pihak perusahaan yang mempunyai sifat progresif yaitu
perusahaan menerapkan corporate social responsibility (CSR) untuk tujuan promosi
dan sekaligus pemberdayaan untuk kemajuan perusahaan agar mendapatkan citra
yang bagus dari masyarakat. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
Rambe & Wira (2013), yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan
antara net profit margin terhadap luas pengungkapan CSR. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) bahwa NPM berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR.
Pengaruh Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Tangguhan, Debt to Equity
Ratio, Return on Asset dan Net Profit Margin Terhadap Luas Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
Berdasarkan hasil uji simultan, diketahui bahwa biaya eksplorasi dan
pengembangan tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin
berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini diperkuat
dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,204 yang berarti pengungkapan
corporate social responsibility dipengaruhi oleh biaya eksplorasi dan pengembangan
tangguhan, debt to equity ratio, return on asset dan net profit margin sebesar 20,4%
dan sisanya 70,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda
menunjukkan bahwa biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan
berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2012 -2014.
2.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda
menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap luas
pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI selama periode 2012 -2014.
3.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda
menunjukkan bahwa return on asset tidak berpengaruh terhadap luas
pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI selama periode 2012 -2014.
4.
Berdasakan hasil pengujian dengan regresi linier berganda menunjukkan
bahwa net profit margin tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan
corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
di BEI selama periode 2012 -2014.
5.
Hasil uji hipotesis dengan Uji Simultan (Uji F), penelitian ini membuktikan
bahwa biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan, debt to equity ratio,
return on asset dan net profit margin secara bersama-sama berpengaruh
terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dari penelitian ini untuk
kesempurnaan penelitian selanjutnya adalah:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel perusahaan yang berbeda
selain perusahaan pertambangan.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperpanjang periode pengamatan lebih
dari tiga tahun.
3. Menambah variabel lain yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate social
responsibility
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2013. Pengaruh Net Profit Margin, Debt Ratio, Current Ratio, Umur
Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Industri Barang
Konsumsi yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2012
Almiyanti, V. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage,
Likuiditas Dan Basis Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Pada
Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
2009-2012. UMRAH.
Anggraini Putri, Rafika.& Yulius Jogi Cristiawan 2014. Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang
Mendapat Penghargaan ISRA dan Listed Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Bussiness Accounting Review, Vol 2, No 1, 2014 Universitas Kristen
Petra.
Brigham & Houston. 2006. Fundamentals of Financial Management (Dasar-dasar
Manajemen Keuangan), Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat
Destya Romia Abriyani, S. K. 2012. The Effect Of Good Corporate Governance And
Financial Performance on the Corporate Social Responsibility Disclosure
Of Telecommunication Company In Indonesian. Journal Of
Administration, Vol 1, No 5, 2012. Institute Teknologi Bandung,Indonesia
.
Fahmi, Irham 2012. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab,
Bandung: Alfabeta
----------, 2012. Analisis Laporan Keuangan, Bandung: Alfabeta
Fahrizqi, A. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate
Social Responsibility dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2008). Skripsi Universitas Diponegoro Semarang .
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19
Edisi 5. Jogjakarta: Universitas Diponegoro.
Hery. 2015. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: PT.Grasindo.
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi (Pedomaan Dan Contoh
Melakukan Penelitian Di Bidang Sistem Teknologi Informasi).
Yogyakarta: CV.Andi Offset.
John J Wild, K. R. 2005. Financial Statement Analysis Edisi 8. Jakarta: Salemba
Empat.
Kinantika, Ervanti Kusuma Ayu. 2013. Pengaruh Biaya Eksplorasi dan
Pengembangan Tangguhan, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010-2011. Skripsi Universitas Diponegoro.
Laksmitaningrum, C. F. 2012. Analisis Pengaruh Kerakteristik Perusahaan, Ukuran
Dewan Komisaris Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Skripsi Universitas Diponegoro
Semarang .
Ulfa, Maria. 2015. Pengaruh kinerja Keuangan Terhadap Pengungkapan CSR pada
Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar Di BEI Tahun 20102012. Universitas Sumatera Utara.
Nadiah Luthfi Wakid, I. T. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Universitas
Brawijaya .
PSAK 48 (Revisi 2010) Tentang Aset Eksplorasi dan Evaluasi
PSAK 33 Tahun 2010 Tentang Pengelupasan Lapisan Tanah Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pada Pertambangan Umum
Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas
Terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Universitas Diponegoro.
Vol.8. No. 1. 1-94.
Purnasiwi, J. 2011. Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Universitas Diponegoro
Semarang .
Putri, Rani Widyasari Eko. 2013. Pengaruh Profitanilitas Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Peiode 2010-2012. Universitas
Brawijaya.
Putri, C. D. 2013. Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam
Sustainability Report (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia). Universitas Negeri Padang .
Rambe & Wira. 2013. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Corporate
Social Responsibility pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar Di
BEI
Raharjaputra, H. S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Jakarta: Salemba
Empat.
Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Respati, R. D. 2015. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Tipe Industri dan Pengungkapan Media Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibiity (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia tahun 2014) . Skripsi
UNDIP Semarang , 38.
Subramanyam K.R,& John. J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan Edisi 10.
Jakarta: Salemba Empat
Suharto, E. 2008. CSR & COMDEV (investasi kreatif perusahaan di Era
Globalisasi). Bandung: alfabeta.
Sumanto. 2014. Statistika Terapan. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic
Publishing Service).
Trihendradi, C. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis data Statistik. Yogyakarta: Andi
UU Mineral dan Batu Bara No. 4 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Pertambangan
Umum
UU Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Widagdya, F. P. 2009. Peranan PSAK No.33 pada Perusahaan Pertambangan di
Indonesia. Universitas Negeri Surabaya .
Yuningsih, S. H. 2012. Prosedur Audit dalam Menilai Kewajaran Akun Biaya
Eksplorasi dan Pengembangan yang Di Tangguhan Pada Industri Batu
Bara (Studi Kasus: PT ABC). Depok: Skripsi Universitas Indonesia.
http://www.idx.co.id. Diakses tanggal 7 Januari 2016
http://www.jembatantiga.com.Menakar CSR, Memetakkan Potensi Pendanaan CSR
dan Peluang Berkolaborasi dengan CSO. Diakses tanggal 12 Juni 2016.
Download