TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman durian

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom: Plantae;
Divisi:
Magnoliophyta;
Kelas:
Magnoliopsida; Ordo:
Malvales;
Famili:
Bombacaceae; Genus: Durio; Spesies: Durio zibethinus Murr (Steenis, 1992).
Akar durian merupakan akar banir atau akar papan. Akar banir ini
berbentuk seperti papan-papan yang diletakkan miring untuk memperkokoh
berdirinya batang pohon yang tinggi besar. Akar durian 72-87% berada di dekat
permukaan tanah sampai kedalaman 45 cm. Akar durian akan terus tumbuh
memanjang tanpa batas selama tanaman masih hidup hingga puluhan meter di luar
daerah tajuk tanaman (Setiawan, 2015).
Durian merupakan tanaman berkayu berbatang tunggal. Batang durian
umumnya berbentuk silindris dan dapat mencapai tinggi 40-50 m dengan diameter
batang lebih dari 100 cm. Pada bagian bawah batang tanaman dewasa yang
berasal dari biji, tumbuh banir-banir yang merupakan perkembangan lanjut dari
akar sekunder yang berhubungan dengan batang. Kulit batang umumnya kasar
karena adanya kerak. Pada batang utama tumbuh cabang primer ke samping yang
berselang-seling
tanpa
pola
sampai
ke
bagian
pucuk
tanaman
(Tirtawinata et al., 2016).
Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai alat fotosintesis.
Dalam proses fotosintesis menghasilkan energi yang dapat dimanfaatkan
tumbuhan dalam pertumbuhannya. Daun durian umumnya berbentuk bulat
memanjang (oblongus) dengan bagian ujung meruncing, yang mana letaknya
5
Universitas Sumatera Utara
berselang-seling dan pertumbuhannya secara tunggal setelah itu struktur daun
agak tebal dengan permukaan daun sebelah atas berwarna hijau mengkilap dan
bagian bawah berwarna cokelat atau kuning keemasan (Setiawan, 2015).
Bunga durian tersusun dalam tangkai agak panjang bergerombol. Bunga
durian berkelamin sempurna, artinya dalam satu bunga terdapat kelamin betina
dan jantan. Setiap kuntum bermahkota lima helai yang terlepas satu sama lain dan
memiliki benang sari 3-12 helai yang berwarna putih atau kuning. Kuncup bunga
berbentuk bulat panjang dengan ukuran sekitar 2 cm. Benang sarinya berukuran
3-5 cm dengan putik di ujungnya. Sejak bunga muncul sampai mekar diperlukan
waktu sekitar enam minggu (Wiryanta, 2008).
Buah durian merupakan organ yang paling bervariasi mulai dari bulat,
oval, lonjong, berbelimbing, jantung, sampai tidak beraturan. Warna kulit buah
umumnya hijau-coklat, juga bervariasi mulai dari kuning pada D. kutujensis
sampai merah pada spesies D. dulcis. Buah durian juga bervariasi pada ukuran
dan bobot buah. Pada durian-durian edible, bobot buah umumnya 0,5-7 kg bahkan
ada beberapa yang mencapai belasan kilogram. Sementara itu, pada durian nonedible umumnya berukuran kecil (Tirtawinata et al., 2016).
Setiap buah berisi 5 juring yang di dalamnya terletak 1-5 biji yang
diselimuti daging buah yang berwarna putih, krem, kuning, atau kuning tua.
Bentuk biji lonjong, berwarna cokelat, berbuah setelah berumur 5-12 tahun
(Soedarya, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman durian akan tumbuh secara optimal di daerah tropis. Untuk
6
Universitas Sumatera Utara
bertanam durian
secara
intensif dibutuhkan
tempat
dengan ketinggian
50-600 mdpl (dari permukaan laut). Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap
waktu pembungaan dan kematangan buah. Durian yang ditanam ditempat yang
tinggi akan lebih lambat waktu berbunganya dibandingkan dengan yang ditanam
di dataran rendah. Begitu pula dengan proses kematangan buah. Buah yang
ditanam di tempat yang tinggi akan lebih lambat masaknya dibandingkan dengan
yang ditanam di tempat yang rendah (Wiryanta, 2008).
Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan
minimal 1500-3000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan
kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga. Intensitas matahari yang dibutuhkan adalah
60-80%. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30°C, pada suhu 15°C
durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal, jika suhu mencapai 35°C
menyebabkan daun akan terbakar (Widia, 2015).
Tumbuhan ini pada umumnya memerlukan ketersediaan air yang cukup
sehingga jenis-jenis tumbuhan ini banyak ditemukan didaerah dengan tipe iklim A
dan B. Kedua tipe iklim ini memiliki 7-10 bulan basah dengan 2-4 bulan kering.
Intensitas cahaya matahari yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
Durio spp. sekitar 40-50% (Priyanti, 2012).
Tanah
Durian menghendaki tanah yang subur dan kaya bahan organik, partikel
penyusun yang seimbang antara pasir, tanah liat dan debu sehingga mudah
membentuk remah. Tanah yang cocok adalah jenis tanah grumosol dan andosol,
memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur lapisan atas bebutirbutir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi
7
Universitas Sumatera Utara
(Widia, 2015).
Perakaran durian mampu menembus kedalaman tiga meter, sehingga
lokasi yang dipilih idealnya adalah yang memiliki kedalaman air tanah
50-300 cm. Daerah yang terlalu rendah air tanahnya sangat mengganggu akar
durian. Akibatnya akan terjadi kebusukan pada akar. Selain itu, sebaiknya tanah
yang dipilih memiliki pH 6,0-7,0. Jika kurang dari itu, kapur dolomite dapat
digunakan untuk menetralkannya (Wiryanta, 2008).
Karakteristik Durian dan Penyebarannya
Durian (Durio zibenthinus Murr.) merupakan buah-buahan tropis yang
berasal dari Asia Tenggara. Nama durian diambil dari ciri khas kulit buahnya
yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Durian pertama
kali ditemukan oleh Murray di hutan Malaya atau Malaysia dan oleh Wallace
disebut sebagai “King of the Fruit”. Penyebaran durian meluas ke berbagai negara
yaitu Indonesia, Thailand, Myanmar, India dan Pakistan (Nafsi, 2007).
Durian dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan
berbagai ragam varietas. Sampai tahun 2011, tidak kurang dari 76 varietas unggul
hasil seleksi indigenus telah dilepas oleh Kementerian Pertanian. Beberapa
varietas yang
banyak dikenal antara lain:
Matahari (Bogor), Perwira
(Majalengka), Petruk (Jepara), Sitokong (Jakarta), Sunan (Boyolali), Sukun
(Karanganyar), Ripto (Trenggalek), Tembaga (Kampar), Bakul (Muara Enim),
Namlung Petaling (Bangka), Salisun (Nunukan), Sijapang (Karang Intan) dan
Aspar (Mabah) (Sinartani, 2013).
Tercatat ada sembilan jenis Durio di Indonesia yang dapat dimakan,
masing-masing adalah Durio dulcis (lahong), D. excelsus (apun), D. grandiflorus
8
Universitas Sumatera Utara
(sukang), D. graveolens (tuwala), D. kutejensis (lai), D. lowianu s(teruntung),
D. oxleyanus (kerantungan), D. testudinarum (durian sekura) dan D. zibethinus
(durian). Lima jenis diantaranya telah dibudidayakan, yaitu D. dulcis, D.
grandiflorus, D. kutejensis, D. oxleyanusdan D. zibethinus.Di Indonesia juga
dapat ditemukan puluhan bahkan bisa mencapai ratusan kultivar (varietas) durian
(Durio zibethinus) lokal. Kultivar-kultivar durian lokal tersebut sangat beragam
baik dalam rasa, bau, tekstur dan warna daging buahnya, juga variasi dalam
bentuk dan ukuran buah, duri-duri pada kulit buah dan bijinya (Uji, 2007).
Penyusunan Deskripsi
Menurut SK. Menteri Pertanian Nomor : 700/Kpts/OT.320/D/12/2011
menyatakan bahwa deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter penciri
varietas yang dapat digunakan untuk identifikasi dan pengenalan varietas yang
dimaksud, pembanding dalam uji kebenaran varietas, serta acuan pengamatan
morfologis tanaman dalam proses sertifikasi atau pemurnian varietas. Tiap
karakter yang tercantum didalam deskripsi varietas merupakan hasil pengamatan
dari uji keunggulan varietas yang dilaksanakan dalam bentuk adaptasi atau
observasi. Mengingat bahwa karakter varietas untuk setiap komoditas tanaman
berbeda, sehingga untuk memudahkan dalam penyusunan deskripsi perlu dibuat
standar minimal parameter yang harus dicantumkan dalam deskripsi masingmasing komoditas.
Tahapan dalam pemuliaan tanaman yang umum dilakukan yaitu:
1) mengenali karakter morfologi dan fisiologi serta respon secara pathologi dari
satu spesies tanaman yang penting untuk adaptasi terhadap lingkungan, hasil dan
kualitas tanaman tersebut, 2) merancang teknik yang akan mengevaluasi potensi
9
Universitas Sumatera Utara
genetik untuk karakter-karakter tersebut dalam proses penapisan spesies yang
diinginkan, 3) untuk mencari sumber-sumber gen untuk karakter yang diinginkan
yang bisa digunakan dalam program pemuliaan tanaman dan mengkombinasikan
potensi genetik untuk karakter-karakter ini ke dalam varietas atau kultivar baru
(Robi’ah, 2004).
Menurut Herwati et al., (2011), karakterisasi adalah penyusunan deskripsi
varietas yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai pemulia
yang menangani komoditas tertentu dan telah memiliki pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan menjelaskan tentang asal-usulatau silsilah, metode pemuliaan,
ciri-ciri morfologis dan sifat-sifat penting lainnya dari plasma nutfah yang
dikoleksi.
Penanda morfologis merupakan penanda yang sudah lama digunakan
dalam melakukan deskripsi taksonomi karena lebih mudah, cepat, sederhana dan
relatif lebih murah. Karakter morfologis yang diamati di lapangan terdiri atas
karakter morfologis yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Karakter yang diamati
hendaknya tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Penanda morfologis digunakan
untuk mengidentifikasi variasi yang selanjutnya diseleksi sebagai materi
perbaikan
sifat
suatu
tanaman
pada
program
pemuliaan
tanaman
(Aktrinisia, 2010).
10
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Dairi yaitu Kecamatan Tigalingga
dan Kecamatan Pegagan Hilir, Sumatera Utara. Penelitian dimulai dari bulan
Desember 2016 sampai Januari 2017.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis letak Kabupaten Dairi berada diantara 8°00’-98°30’
Bujur Timur dan 2°15’-3°00’ Lintang Utara, dengan luas 192.780 ha atau sekitar
2,69% dari luasProvinsi Sumatera Utara dengan Ibukota Kabupaten adalah
Sidikalang.Wilayah Kabupaten Dairi berada pada ketinggian 400-1.700 meter di
atas permukaan laut (dpl) atau sekitar 200 meter diatas permukaan Danau Toba.
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Aceh Tenggara
Provinsi Aceh, sebelah selatan dengan Kabupaten Pakpak Bharat, sebelah timur
dengan Kabupaten Samosir dan sebelah barat dengan Provinsi Aceh. Kabupaten
Dairi terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan, 169 desa/kelurahan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 genotipe durian
yang ada di Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten Dairi
Sumatera Utara.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera, haga meter,
meteran, GPS (Global Positioning System), timbangan, label, kain putih,
kuesioner dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan
11
Universitas Sumatera Utara
metode survei di Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan Pegagan Hilir di
Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Data primer diperoleh secara langsung melalui
responden di lapangan berupa observasi dan hasil kuisioner. Selain itu diperlukan
juga data sekunder berupa uraian, data angka, atau peta mengenai keadaan
wilayah penelitian untuk mendukung data primer yang diperoleh dari berbagai
sumber antara lain studi pustaka, Dinas Pertanian maupun instansi terkait.
Pengamatan data dilakukan dengan pengumpulan data terhadap sampel
berdasarkan buku panduan descriptors for durian (Bioversity Internasional 2007).
Karakter morfologis yang diamati berupa karakter kualitatif dan kuantitatif.
Hasil pengukuran sifat kuantitatif dalam penelitian ini dibagi dalam tiga
kategori dengan pembagian berdasarkan tiga interval kuartil yang disesuaikan
dengan distribusi data pada ke 20 genotipe durian, sehingga menunjukkan pola
distribusi yang tetap (Syahruddin, 2012). Penentuan letak kuartil ini dihitung
menurut Sudjana (2008) sebagai berikut :
Letak Ki = data ke (n +1)
4
Letak Ki = letak kuartil ke i
i
= 1, 2, 3
Analisis data fenotipe pada karakter kuantitatif dilakukan untuk melihat
keragaman yang ada pada populasi. Analisis perbandingan keragaman juga
dilakukan dengan melihat perbandingan fenotipe dengan standar deviasi
keragaman fenotipe.
Nilai keragaman fenotipe dihitung menurut Steel and Torrie (1995)
sebagai berikut:
Σ(xi − x)2
𝜎𝜎 𝑝𝑝 =
𝑁𝑁
2
12
Universitas Sumatera Utara
𝜎𝜎 2 p
= keragaman fenotipee
xi
= nilai sampel ke-i
x
= nilai rata-rata sampel ke-i
n
= jumlah populasi yang diuji
Selanjutnya standar deviasi keragaman fenotipe di hitung berdasarkan
rumus:
𝑆𝑆𝑆𝑆𝜎𝜎 2 𝑝𝑝 = �𝜎𝜎 2 𝑝𝑝
𝑆𝑆𝑆𝑆𝜎𝜎 𝑝𝑝 = standar deviasi keragaman fenotipe
Kriteria penilaian terhadap luas dan sempitnya keragaman dihitung
2
berdasarkan Mansyah et al., (2003) sebagai berikut:
-
Apabila 𝜎𝜎 2 𝑝𝑝> 2 𝑆𝑆𝑆𝑆𝜎𝜎 2 𝑝𝑝 berarti bahwa keragaman luas
Apabila 𝜎𝜎 2 𝑝𝑝< 2 𝑆𝑆𝑆𝑆𝜎𝜎 2 𝑝𝑝 berarti bahwa keragaman sempit
Data 40 karakter kualitatif dan kuantitatif ditabulasikan kemudian
dilakukan analisis hubungan kekerabatan menggunakan program IBM SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences) versi 21 dengan analisis gerombol
(cluster) untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar genotipe dari masing-masing
tanaman yang diidentifikasi. Analisis gerombol (cluster) digunakan untuk
memvisualisasikan data yang multivarians (dari parameter yang diukur). Analisis
cluster menghasilkan dendogram yang digunakan untuk menilai pola keragaman
dari data survey (Sutanto, 2009).
Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian dilakukan sebagai berikut :
1. Dilakukan pengkodean terhadap tiap-tiap karakter dalam bentuk angka
berdasarkan ketentuan yang ada.
2. Dilakukan analisis cluster dengan metode Agglomerative Hierarchical
Clustering menggunakan rumus :
13
Universitas Sumatera Utara
𝑝𝑝
𝑑𝑑𝑖𝑖,𝑗𝑗 = ��(𝑥𝑥𝑖𝑖𝑖𝑖 − 𝑥𝑥𝑗𝑗𝑗𝑗 )2
𝑘𝑘 =1
Dimana :
di,j
: jarak antara objek i dengan objek j
xik
: nilai objek i pada peubah ke k
xjk
: nilai objek j pada peubah ke k
p
: jumlah variable cluster
(Mongi, 2015)
3. Menginterpretasikan cluster yang terbentuk dalam dendogram.
14
Universitas Sumatera Utara
Download