BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Kondisi umum tingkat kedewasaan implementasi manajemen proyek perusahaan konstruksi di Indonesia berada pada level 3 dengan persentase sebesar 41%. Level 3 merupakan level singular methodology artinya perusahaan telah memahami efek sinergis dari penggabungan semua metodologi perusahaan kedalam satu metodologi tunggal yaitu manajemen proyek. Efek sinergis ini antara lain membuat kontrol terhadap proses jadi lebih mudah dengan satu metodologi tunggal dibandingkan dengan menggunakan beberapa metodologi. Persebaran tingkat kedewasaan implementasi manajemen proyek perusahaan konstruksi di Indonesia yaitu pada level 1 sebesar 6%, level 2 sebesar 23%, level 3 sebesar 41%, level 4 sebesar 21%, dan level 5 sebesar 9%. Skala perusahaan secara umum berbanding lurus dengan tingkat kedewasaan implementasi manajemen proyek. Skala perusahaan berbanding terbalik dengan tingkat kedewasan implementasi manajemen proyek pada dimensi SDM proyek, komunikasi proyek, dan stakeholder proyek. 2. Hubungan antara square root nilai implementasi manajemen proyek terhadap square root kinerja perusahaan konstruksi di Indonesia mengikuti persamaan √𝒚=-0.849+1.545√𝒙. Variabel dependent Y merupakan kinerja perusahaan dan variabel independent X merupakan nilai implementasi manajemen proyek. Interpretasi dari persamaan 104 105 tersebut adalah apabila nilai implementasi manajemen proyek meningkat sebesar satu, maka akan terjadi peningkatan kinerja perusahaan sebesar 1.545 poin dengan mempertimbangkan konstanta sebesar -0.849. Variabel independent X memiliki nilai positif maka nilai implementasi manajemen proyek berbanding lurus dengan kinerja perusahaan. 6.2 Saran Pada penelitian ini model matematis yang terbentuk memiliki nilai R2 sebesar 4.2%. Nilai R2 tersebut masih tergolong sangat rendah. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya diperlukan tambahan variabel agar nilai dari R2 dapat meningkat. Variabel yang dapat ditambahkan antara lain kompleksitas, knowledge management, dan leadership profile. Pada penelitian selanjutnya proses pengambilan data dapat diperluas wilayah pengambilan sampel dari responden sehingga lebih merepresentasikan kondisi konstruksi di Indonesia. Pengembangan instrumen pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menghindari pertanyaan yang memiliki sifat multidimensi. Pertanyaan multidimensi adalah pertanyaan yang mencakup beberapa aktivitas dalam satu pertanyaan.