BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Sistem Informasi Akuntansi
a. Pengertian Sistem
Menurut James A. Hall (2011:6) “Sistem adalah:
Kelompok dari dua orang atau lebih komponen atau subsistem
yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang
sama”.
Menurut Azhar Susanto (2008:22) sistem adalah:
“Kumpulan atau group dari sub sistem/bagian/komponen apapun
baik phisik atau non phisik yang saling berhubungan satu sama lain
dan bekerjasama secara harmonis untuk mencapai suatu tujuan
tertentu”.
Berdasarkan paparan tentang sistem di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa sistem adalah kumpulan dari prosedur-prosedur yang saling terkait
yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
b. Pengertian Data dan Informasi
Menurut James A. Hall (2011:15) “Data adalah fakta yang dimasukkan ke
dalam, disimpan, dan diproses oleh sebuah sistem informasi akuntansi” .
6
7
Sedangkan “Informasi adalah data yang lain diorganisasi, dan telah
memiliki kegunaan dan manfaat.
Dengan demikian dapat pula disimpulkan bahwa data adalah input bagi
sebuah sistem informasi, sedangkan sistem informasi merupakan output.
c. Pengertian Akuntansi
Menurut Rudianto (2012:4) “ pengertianAkuntansi adalah:
“Sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi suatu perusahaan”.
Menurut American Accounting Association yang diterjemahkan oleh
Soemarso S. R (2009:3) Akuntansi adalah:
“Proses mendefinisikan, mengatur dan melaporkan informasi
ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan
yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi
tersebut”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah sistem informasi yang
mendefinisikan, mengatur dan melaporkan informasi ekonomi untuk
sebuah penilaian dan pengambilan keputusan bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut.
d. Pengertian Sistem Informasi
Menurut Krismiaji (2010:16) Sistem Informasi adalah:
“Cara-cara
yang
diorganisasikan
untuk
mengumpulkan,
memasukan, mengolah dan menyimpan data, dan cara-cara yang
8
diorganisasikan untuk menyimpan, mengelola, mengendalikan, dan
melaporkan
infomasi
untuk
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan”.
Menurut Jogiyanto (2009:11) Sistem Informasi adalah:
“Suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan strategi suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang
diperlukan”.
Sistem disebuah organisasi untuk mengumpulkan, memasukan, mengolah
dan menyimpan data untuk kebutuhan pengolahan transaksi untuk
mendukung operasional dengan tujuan menyediakan laporan bagi pihak
luar organisasi.
e. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Samiaji Sarosa (2009:13) Sistem Informasi Akuntansi adalah:
“Sebuah sistem yang mngumpulkan mencatat, meyimpan dan
memproses data sehingga menghasilkan informasi yang berguna
dalam membuat keputusan”.
Menurut Faisal Amri (2009) Sistem Informasi Akuntansi adalah:
“Dalam melaksanakan suatu sistem informasi akuntansi unsurunsur yang terlibat adalah manusia sebagai pelaksana dari sistem,
organisasi atau perusahaan sebagai obyek yang membutuhkan
9
sistem, dan pengolahan data transaksi untuk menhasilkan
informasi.
2. Tujuan Sistem Informasi
Menurut
Hall
(2009:21),
setiap
organisasi
atau
perusahaan
harus
menyesuaikan sistem informasinya dengan kebutuhan pemakaiannya. Oleh karena
itu, tujuan sistem informasi yang spesifik dapat berbeda dari satu perusahaan ke
perusahaan lain. Namun demikian, terdapat tiga tujuan utama yang umum bagi
semua sistem, yaitu :
a. Untuk mendukung fungsi penyediaan (stewardship) manajemen.
Kepengurusan merujuk ke tanggung jawab manajemen untuk mengatur
sumber daya perusahaan secara benar. Sistem informasi menyediakan
informasi tentang kegunaan sumber daya ke pemakai eksternal melalui
laporan keuangan tradisional dan laporan-laporan yang diminta lainnya.
Secara internal, pihak manajemen menerima informasi kepengurusan dari
berbagai laporan pertanggung jawaban.
b. Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen.
Sistem informasi memberikan para manajer informasi yang mereka
perlakuan untuk melakukan tanggung jawab pengambilan keputusan.
c. Untuk mendukung kegiatan operasional harian perusahaan.
Sistem informasi menyediakan informasi bagi personal operasi untuk
membantu mereka melakukan tugas mereka setiap hari dengan efisien dan
efektif.
10
3. Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Krismiaji (2010:16-17), menyatakan secara garis besar, sebuah
sistem informasi memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut
adalah:
a. Tujuan
Setiap sistem informasi dirancang untuk mencapai satu atau lebih tujuan
yang memberikan arah bagi sistem tersebut secara keseluruhan.
b. Input
Data input harus dikumpulkan dan dimasukkan sebagai input kedalam
sistem, sebagian besar input berupa data transaksi.
c. Output
Informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem disebut output. Output
dalam sebuah sistem informasi akuntansi biasanya berupa laporan
keuangan dan laporan internal seperti daftar umur piutang, anggaran, dan
proyeksi arus kas.
d. Penyimpan data
Data sering disimpan untuk dipakai lagi dimasa mendatang. Data yang
tersimpan ini harus diperbaharui (updated) untuk menjaga keterkinian
data.
e. Pemroses
Data harus diproses untuk menghasilkan informasi dengan menggunakan
komponen pemroses. Saat ini sebagian besar perusahaan mengolah
11
datanya dengan menggunakan komputer, agar dapat dihasilkan informasi
secara tepat dan akurat.
f. Instruksi dan prosedur
Sistem informasi tidak dapat memproses data untuk menghasilkan
informasi tanpa instruksi dan prosedur rinci. Perangkat lunak (program)
komputer dibuat untuk mengnstruksikan komputer melakukan pengolahan
data. Instruksi dan prosedur untuk para pemakai komputer biasanya
dirangkum dalam sebuah buku yang disebut buku pedoman prosedur.
g. Pemakai
Orang yang berinteraksi dengan sistem dan menggunakan informasi yang
dihasilkan oleh sistem disebut dengan pemakai. Dalam perusahaan,
pengertian pemakai termasuk didalamnya adalah karyawan yang
melaksanakan dan mencatat transaksi dan karyawan yang mengola dan
mengendalikan sistem.
h. Pengamanan dan pengawasan
Informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem informasi harus akurat,
bebas dari berbagai kesalahan, dan terlindungi dari akses secara tidak sah.
Untuk
mencapai kualitas
informasi
semacam
itu,
maka
sistem
pengamanan dan pengawasan harus dibuat melekat pada sistem.
4. Unsur Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mardi (2011:8), kegiatan SIA terdiri atas bebarapa unsur penting,
yaitu pelaku (orang) yang bertindak sebagai operator sistem atau orang yang
12
mengendalikan dan melaksanakan berbagai fungsi. Prosedur, baik manual
maupun yang terotorisasi, yang dalam kegiatan mengumpulkan, memproses,
meyimpan data tentang aktivitas bisnis perusahaan. Perangkat lunak (software)
dipakai untuk mengolah data perusahaan. Keberadaan perangkat komputer, alat
pendukung dan peralatan untuk komunikasi jaringan merupakan infrastruktur
teknologi informasi.
5. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit
Sistem Informasi Penjualan Kredit menurut Mulyadi (2008:211) fungsi yang
terkait dalam sisstem penjualan kredit adalah:
a. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:219-210) Jaringan prosedur yang membentuk
sistem penjualan kredit adalah sebagai berikut:
1) Prosedur order penjualan
Dalam prrosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli
dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli.
Fungsi penjualan kemudian membuat surat order pengiriman dan
mengirimkannya
memungkinkan
kepada
fungsi
berbagai
tersebut
melayani order dari pembeli.
fungsi
memberikan
yang
lain
untuk
kontribusi
dalam
13
2) Prosedur persetujuan kredit
Dalam prossedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan
kredit kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit.
3) Prosedur pengiriman
Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada
pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam surat order
pengiriman yang diterima dari fungsi pengiriman.
4) Prosedur penagihan
Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan
mengirimkannya kepada pembeli. Dalam metode tertentu faktur
penjualan dibuat oleh fungsi penjualan sebagai tembusan pada waktu
bagian ini membuat surat order pengiriman.
5) Prosedur pencatatan piutang
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur
penjualan ke dalam kartu piutang atau dalam metode pencatatan
tertentu mengarsibkan dokumen tembusan menurut abjad yang
berfungsi sebagai catatan piutang.
6) Prosedur distribusi penjualan
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan
menurut informasi yang diperlukan oleh manajemen.
7) Prosedur pencatatan harga pokok penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik total
harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.
14
b. Fungsi yang Terkait
Menurut Mulyadi (2008:226) Fungsi yang Terkait dalam sistem penjualan
kredit yaitu:
1) Fungsi Penjualan
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk
menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut (seperti
spesifikasi barang dan rute pengiriman), meminta otorisasi kredit,
menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan
dikirim, dan mengisi surat order pengiriman.
2) Fungsi Kredit
Fungsi ini berada dibawah fungsi keuangan yang dalam transaksi
penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit
pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.
3) Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan
barang yang dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang ke fungsi
pengiriman.
4) Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat
order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan. Fungsi ini
bertanggung jawab untuk menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar
dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang berwenang.
15
5) Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur
penjualan kepada pelanggan, serta menyediakan Fungsi ini bertanggung
jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada
pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan
transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.
6) Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari
transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan pernyataan
piutang kepada para debitur, serta membuat laporan penjualan
c. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:214) Dokumen yang digunakan dalam sistem
penjualan kredit adalah:
1) Surat order pengiriman dan tembusannya.
2) Faktur dan tembusannya.
3) Rekapitulasi harga pokok penjualan.
4) Bukti memorial.
16
d. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:218) Catatan akuntansi yang digunakan dalam
sistem penjualan kredit adalah:
1) Jurnal Penjualan
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan,
baik secara tunai maupun kredit.
2) Kartu piutang
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian
mutasi piutang perusahaan kepada tiap-tiap debiturnya.
3) Kartu Persediaan
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian
mutasi setiap jenis persediaan.
4) Kartu Gudang
Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi
dan persediaan fisik barang yang disimpan di gudang.
5) Jurnal Umum
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat harga pokok produk
yang dijual selam periode akuntansi tertentu.
17
e. Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen
Menurut Mulyadi (2008:213) Informasi yang diperlukan oleh manajemen
dari kegiatan penjualan kredit adalah:
1) Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok
produk selama jangka waktu tertentu.
2) Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit.
3) Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.
4) Nama dan alamat pembeli.
5) Kuantitas produk yang dijual.
6) Nama wiraniaga yang melakukan penjualan.
7) Otorisasi pejabat yang berwenang.
f. Unsur Pengendalian Intern
Menurut
Mulyadi
(2008:220-221)
untuk
merancang
unsur-unsur
pengendalian intern yang diterapkan pada sistem penjualan kredit, unsur
pokok pengendalian intern yang terdiri dari organisasi, sistem otorisasi dan
prosedur pencatatan, dan praktik yang sehat.
Organisasi
1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.
2. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit.
3. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.
18
4. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,
fungsi kredit, fungsi pengiriman, fungsi penaihan, dan fungsi akuntansi.
Tidak ada transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan secara lengkap
hanya oleh satu fungsi tersebut.
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
5. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan
menggunakan formulir surat order pengiriman.
6. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan
membubuhkan tanda tangan pada credit copy (yang merupakan tembusan
surat order pengiriman).
7. Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman
dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap “ sudah dikirim”
pada copy surat order pengiriman.
8. Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang, dan
potongan penjualan berada ditangan Direktur Pemasaran dengan
penerbitan surat keputusan mengenai hal tersebut.
9. Terjadinya
piutang
diotorisasi
oleh
fungsi
penagihan
dengan
membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan.
10. Pencatatan ke dalam kartu piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal
penerimaan kas, dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan
cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur penjualan,
bukti kas masuk, dan memo kredit).
19
11. Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang
didukung dengan surat order pengiriman dan surat muat.
Praktik yang Sehat
12. Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan.
13. Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggung
jawabkan oleh fungsi penagihan.
14. Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang (account
receivable statement) kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian
catatan piutang yang diselenggarakan oleh fungsi tersebut.
15. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening
kontrol piutang dalam buku besar.
g. Flowchart Prosedur Penjualan Kredit
Bagian Penjualan:
1.
Menerima Surat Pesanan Pembelian dari pembeli
2.
Atas dasar surat pesanan tersebut, membuat Surat Order Penjualan
sebanyak 6 lembar dan didistribusikan sebagai berikut:
Lembar ke-1 dan Order Pelanggan, diserahkan kebagian Penagihan
untuk diarsipkan sementara
20
Lembar ke-2 diserahkan ke Bagian Pengiriman
Lembar ke-3 dan ke-4 dimintakan persetujuan ke Bagian Kredit
Lembar ke-5 di kirimkan ke pelanggan
Lembar ke-6 diarsipkan urut nomor
Bagian Kredit:
3.
Atas dasar Surat Order Penjualan lembar ke-3 dan ke-4 yang
diterima dari Bagian Penjualan, bagian ini memeriksa data kredit
pelanggan, yang mencakup sejarah kredit dan batas kredit (credit
limit) pelanggan tersebut. Selanjutnya, bagian ini memberikan
persetujuan (tanda tangan)
terhadap Surat Order Penjualan
tersebut dan meneruskannya ke Bagian Gudang.
Bagian Gudang:
4.
Atas dasar Surat Order Penjualan lenbar ke-3 dan ke-4 yang telah
diotorisasi, bagian gudang mempersiapkan barang yang akan
dikirim. Selanjutnya bagian ini mendistribusikan Surat Order
Penjualan sebagai berikut:
Lembar ke-3 bersama dengan barangnya diserahkan ke Bagian
Pengiriman
Lembar ke-4 diarsipkan urut nomor.
21
Bagian Pengiriman:
5.
Setelah menerima Surat Order Penjualan (yang telah diotorisasi)
dan barang dari bagian Gudang, bagian ini mengeluarkan Surat
Order Penjualan lembar ke-2 dari arsipnya.
6.
Atas dasar kedua dokumen tersebut, bagian ini membuat nota
pengiriman sebanyak 3 lembar, dan didistribusikan sebagai berikut:
Lembar ke-1 bersama-sama dengan Surat Order Penjualan yang
telah diotorisasi, diserahkan ke Bagian Penagihan.
Lembar ke-2 bersama-sama dengan Surat Order Penjualan lembar
ke-2 diarsipkan urut tanggal.
Lembar ke-3 bersama-sama dengan barangnya, dikirimkan kepada
pelanggan.
Bagian Penagihan:
7.
Setelah menerima Surat Order Penjualan (yang telah diotorisasi)
dan nota pengiriman lembar ke-1 dari bagian pengiriman, bagian
ini mengeluarkan Surat Order Penjualan lembar ke-1 dan Surat
Pesanan Pembelian Pelanggan dari arsipnya.
8.
Atas dasar keempat dokumen
ini, bagian penagihan membuat
Faktur Penjualan sebanyak 3 lembar, dan didistribusikan sebagai
berikut:
22
Lembar ke-1, dikirimkan kepada pelanggan
Lembar ke-2, diserahkan ke Bagian Piutang
Lembar ke-3, diarsipkan urut nomor bersama-sama dengan Surat
Order Penjualan lembar ke-3 yang telah diotoriasi, nota pengiriman
lembar ke-1, Surat Pesanan Pembelian Pelanggan, dan Surat Order
Penjualan lembar ke-1, setelah sebelumnya digunakan sebagai
dasar untuk mencatat Jurnal Penjualan.
Bagian Piutang:
9.
Setelah menerima Faktur Penjualan lembar ke-1 dari Bagian
Penagihan, bagian ini memeriksa nomor seri faktur. Selanjutnya
bagian ini akan memposting transaki tersebut ke rekening
pelanggan yang bersangkutan, dan mengarsipkan faktur penjualan
tersebut urut tanggal.
23
Gambar 2.1 Flowchart Prosedur Penjualan Kredit
Sumber : Krismiaji (2010:309)
24
6. Sistem Informasi Akuntansi Penagihan Piutang
a. Fungsi yang Terkait
Menurut
Mulyadi (2008:487) Fungsi yang terkait dalam sistem
penerimaan kas dari piutang adalah:
1) Fungsi Sekretariat
Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, fungsi sekretariat bertanggung
jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan melalui pos dari
para debitur perusahaan. Fungsi sekretariat bertugas untuk membuat daftar
surat pemberitahuan atas dasar surat pemberitahuan yang diterima bersama
cek dari para debitur.
2) Fungsi Penagihan
Jika perusahaan melakukan penagihan piutang langsung kepada debitur
melalui penagih perusahaan, fungsi penagih bertanggung jawab untuk
melakukan penagihan kepada para debitur perusahaan berdasarkan daftar
piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
3) Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi sekretariat
(jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui pos) atau dari
fungsi penagihan (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui
penagih perusahaan). Fungsi kas bertanggung jawab untuk menyetorkan
kas yang diterima dari berbagai fungsi tersebut segera ke bank dalam
jumlah penuh.
25
4) Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas
dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke
dalam kartu piutang.
5) Fungsi Pemeriksa Intern
Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, fungsi pemeriksa intern
bertanggung jawab dalam melaksanakan perhitungan kas yang ada
ditangan fungsi kas secara periodik. Disamping itu, fungsi pemeriksa
intern bertanggung jawab dalam melakukan rekonsiliasi bank, untuk
mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi.
b. Dokumen yang Digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dalam piutang
adalah:
1) Surat pemberitahuan
Dokumen ini dibuat oleh debitur untuk memberi tahu maksud pembayaran
yang dilakukannya. Surat pemberitahuan biasanya berupa tembusan bukti
kas keluar yang dibuat oleh debitur, yang disertakan dengan cek yang
dikirimkan oleh debitur melalui penagih perusahaan atau pos. Bagi
perusahaan yang menerima kas dari piutang, surat pemberitahuan ini
digunakan sebagai dokumen sumber dalam pencatatan berkurangnya
piutang didalam kartu piutang.
26
2) Daftar Surat Pemberitahuan
Daftar surat pemberitahuan merupakan rekapitulasi penerimaan kas yang
dibuat oleh fungsi sekretariat atau fungsi penagihan. Jika penerimaan kas
dari piutang perusahaan dilaksanakan melalui pos, fungsi sekretariat
bertugas membuka amplop surat memisahkan surat pemberitahuan dengan
cek, dan membuat daftar surat pemberitahuan yang diterima setiap hari.
Jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui penagih
perusahaan, pembuatan daftar surat pemberitahuan dilakukan oleh fungsi
penagihan. Daftar surat pemberitahuan dikirimkan ke fungsi kas untuk
kepentingan pembuatan bukti setor bank dalam pencatatan penerimaan kas
ke dalam jurnal penerimaan kas.
3) Bukti Setor Bank
Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas yang
diterima dari piutang ke bank. Bukti setor dibuat 3 lembar dan diserahkan
oleh fungsi kas ke bank, bersamaan dengan penyetoran kas dari piutan ke
bank. Dua lembar tembusannya diminta kembali dari bank detelah
ditandatangani dan dicap oleh bank sebagai bukti penyetoran kas ke bank.
Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas kepada fungsi akuntansi, dan
dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen pendukung bukti setor
bank dalam pencatatn penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas.
4) Kuitansi
Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh
perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang
27
mereka. Kuitansi sebagai tanda penerimaan kas ini dibuat dalam sistem
perbankan yang tidak mengembalikan cancelled check kepada check
issuer. Jika cancelled check dikembalikan kepada check issuer, kuitansi
sebagai tanda penerimaan kas digantikan fungsinya oleh cancelled check
(Mulyadi, 2008:488).
c. Catatan Akuntansi
Menurut Mulyadi (2008:260) catatan akuntansi yang digunakan dalam
penagihan piutang adalah:
1) Jurnal Penjualan
Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan ini digunakan untuk mencatat
timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit.
2) Jurnal Retur Penjualan
Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini dugunakan
untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan.
3) Jurnal Umum
Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini digunakan untuk
mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang yang
tidak lagi dapat ditagih.
4) Jurnal Penerimaan Kas
Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini digunakan untuk
mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.
28
5) Kartu Piutang
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo piutang
kepada setiap debitur.
d. Unsur Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2008:490-491), unsur pengendalian intern pada
penagihan piutang adalah sebagai berikut:
Organisasi
1. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi
penerimaan kas.
2. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
3. Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas
nama atau dengan cara pemindah bukuan (giro bilyet).
4. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang
yang harus ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
5. Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (Bagian
Piutang) harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari
debitur.
29
Praktik yang Sehat
6. Hasil penghitungan kas harus direkam dalam berita cara perhitungan kas
dan di setor penuh ke bank dengan segera.
7. Para penagih dan kasir harus diasuransikan (fidelity bond insurance).
8. Kas dalam perjalanan (baik yang ada ditangan Bagian Kasa maupun di
tangan penagih perusahaan) harus diasuransikan (cash-in-safe dan cash-intransit insurance).
30
d. Flowchart Penagihan Piutang Melalui Penagih Perusahaan
Gambar 2.2 Sistem Penagihan Piutang melalui Penagih Perusahaan
Sumber: Mulyadi (2008:495)
31
Menurut Mulyadi (2008:494), dalam bagan alir tersebut, Bagian Penagihan
melaksanakan penagihan piutang berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang
dibuat oleh Bagian Piutang atas dasar kartu piutang atau arsip faktur yang belum
dibayar. Hasil penagihan dari debitur dilaporkan oleh Bagian Penagihan melalui
daftar surat pemberitahuan. Daftar surat pemberitahuan dilampiri dengan surat
pemberitahuan diserahkan oleh Bagian Penagihan kepada Bagian Piutang. Bagian
Piutang membandingkan hasil penagihan yang dilaporkan dalam daftar surat
pemberitahuan dengan daftar piutang yang ditagih. Dengan cara ini kegiatan
Bagian Penagihan dicek oleh Bagian Piutang.
Daftar surat pemberitahuan dilampiri dengan cek diserahkan oleh Bagian
Penagihan ke Bagian Kasa. Bagian Kasa melakukan endorsement atas cek dan
kemudian penagih perusahaan ini di dalam jurnal penerimaan kas berdasarkan
bukti setor bank. Jurnal yang dibuat oleh Bagian Jurnal adalah:
Kas
xxx
Piutang Usaha
xxx
7. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan judul ini yang
dapat dijadikan sebagai acuan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dessy dan
Rika (2013) dengan judul “Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Pada
CV Kobin Pratama Sukses Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
32
1)Tidak ada prosedur penjualan tertulis, 2)Penawaran produk yang hanya
dilakukan satu kali dalam setahun, 3)Pencatatan manual yang tidak berjalan.
Henny, I Gusti, dan Ferdinandus (2009) dengan judul “Analisis dan
Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan”. Hasil penelitiannya
menununjukkan bahwa, 1) Dengan sistem informasi ini, maka laporan yang
dihasilkan lebih banyak dan bervariasi sehingga informasi yang dihasilkan
mempermudah Top Manajemen untuk mengambil keputusan. 2) Mempermudah
proses transaksi yang ada. 3) Adanya otorisasi berupa login dan password bagi
pihak-pihak tertentu yang mau menggunakan sistem informasi ini, sehingga
manipulasi data dan kecurangan oleh orang yang tidak berwenang dapat
terhindari.
Vini Mariani (2010) dengan judul “Analisis dan Perancangan Sistem
Informasi
Akuntansi
Penjualan,
Piutang
dan
Penerimaan
Kas
Pada
CV.Dekatama”. hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, pada transaksi sistem
yang sedang berjalan, terdapat beberapa masalah seperti tidak lengkapnya
dokumen pencatatan, lemahnya pendendalian internal pada bagian akuntansi dan
otorisasi kredit serta belum adanya kriteria limit kredit bagi setiap pelanggan.
Pembuatan lapora-laporan yang terkait dihasilkan dalam waktu lama, sehingga
informasi yang diberikan juga tidak akurat atau kurang lengkap. Selain itu,
dirancang sistem dengan menggunakan level akses yang berbeda sesuai dengan
jabatan yang didudukinya jadi pengendalian internal dalam perusahan juga dapat
ditingkatkan. Dirancang juga penentuan kriteria limit kredit bagi setiap pelanggan
baik pelanggan lama maupun pelanggan baru, serta adanya prosedur otorisasi
33
kredit. Dengan adanya sistem baru, diharapkan permasalahan-permasalahan yang
ada pada saat ini dapat diatasi dan pencarian informasi serta pembuatan laporan
dapat dihasilkan lebih cepat, sehingga informasi yang diberikan lebih bisa
diandalkan untuk pengambilan keputusan lebih lanjut.
Yanuarti Wahyu Perwitasari (2013) dengan judul “Analisis Sistem
Informasi Akuntansi Siklus Penjualan dan Persediaan (Studi Kasus PT. Bahana
Nusa Lubrindo)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Sistem informai
akuntansi dalam siklus penjualan yang diterapkan pada perusahaan dilaksanakan
secara komputerisasi. 2) Sistem informasi akuntansi dalam siklus penjualan yang
diterapkan perusahaan sebagian besar sudah tepat dan efektif karena sudah sesuai
dengan teori sehingga dapat mendukung pengendalian intern penjualan dan
penerimaan kas. 3) Siklus persediaan diperusahaan ini masih menggunakan sistem
yang manual dan belum terintegrasi dengan sistem penjualan.
Tan Kwang En dan Jane Dorothy (2011) dengan judul “Peranan Sistem
Informasi Akuntansi Penjualan untuk Meminimalisasi Piutang Tak Tertagih
(Studi Kasus pada Perusahaan Sepatu “X”)”. hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa, sistem informasi akuntansi penjualan yang diterapkan oleh perusahaan
telah memadai, hal ini dapat dilihat dari adanya prosedur penjualan kredit
perusahaan. Pengendalian internal penjualan telah diterapkan dengan baik, hal ini
terbukti dengan adanya penggunaan dokumen dan catatan akuntansi dalam usaha
membantu pelaksanaan prosedur penjualan kredit yang telah ditetapkan
perusahaan. Perusahaan Sepatu “X” juga telah memiliki struktur organisasi yang
34
cukup baik, dimana telah ada uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas dari
setiap bagian.
Hastoni dan Dewi (2008) dengan judul “Peranan Sistem Informasi
Akuntansi Penjualan Kredit dalam Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Intern
Piutang dan Penerimaan Kas (Studi Kasus pada PT. Trinunggal Komara)”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, Prosedur pengendalian intern piutang yang telah
dilaksanakan oleh PT. Trinunggal Komara secara umum telah memadai, ini
terlihat dari hal-hal sebagai berikut: persetujuan kredit telah dianalisa oleh
manajer piutang, piutang yang sukar ditagih atau tidak tertagih akan mendapatkan
perhatian yang khusus untuk diteliti sebab-sebabnya, perusahaan telah
mengadakan penyisihan untuk piutang yang tidak tertagih. Sementara itu
penerimaan kas yang telah dilaksanakan oleh PT. Trinunggal Komara secara
umum telah memadai, ini terlihat dari hal-hal sebagai berikut: uang tunai yang
diterima yang berasal dari hasil penagihan piutang kepada pelanggan disetorkan
seluruhnya ke bank pada hari yang bersangkutan atau selambat-lambatnya
keesokan harinya, uang tunai yang ada di perusahaan disimpan di brankas,
dokumen-dokumen penerimaan seperti bukti penerimaan kas dan bukti
penerimaan bank telah bernomor urut, dan telah dilakukan rekonsiliasi rekening
Koran dengan laporan bank yang dicatat oleh kasir.
Shierly (2012) dengan judul “Perancangan Sistem Penjualan dalam
Rangka Meningkatkan Ketertagihan Piutang pada Usaha Percetakan di Surabaya”.
Hasil penelitianya menunjukkan bahwa, pengelolaan dokumen pada sistem
penjualan dan pembayaran CV Diamond Printing kurang baik, tidak adanya
35
kontrol secara berkala dari pemilik terhadap piutang karena CV Diamond Printing
tidak mempunyai laporan database piutang, CV Diamond Printing tidak
menerapkan kebijakan otorisasi pemberian kredit sehingga pelanggan dapat terus
melakukan order tanpa batas, CV Diamond Printing sedang melakukan perluasan
usaha, sehingga sistem penjualan dan sistem pembayaran yang terkomputerisasi
dan menggunakan database mulai dibutuhkan.
Kwa Kim Lian (2013) dengan judul “Analisis Sistem Informasi Akuntansi
Penjualan Kredit Untuk Meningkatkan Penjualan Pada PT.GEO ENERGY
COALINDO”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Sistem Informasi Akuntansi
penjualan kredit mempunyai hubungan dengan meningkatnya volume penjualan
perusahaan. Karena dengan pemberian kredit kepada pelanggan akan timbul
kepercayaan dari pelangan untuk bertransaksi dengan perusahaan.
Rizki Ade (2004) dengan judul “Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan
Penagihan Piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang
sudah cukup memadai dimana kelima unsur dari sistem akuntansi talah ada;
dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penjualan kredit dan
penagihan piutang seperti daftar piutang, daftar persediaan rumah, jurnal umum,
perjanjian pemesanan rumah, akta jual beli, ikhtisar penerimaan mingguan dan
laporan penjualan sudah memadai untuk mencatat seluruh transaksi secara
lengkap; perusahaan dalam melakukan berbagai prosedur penjualan kredit dan
penagihan piutang belum memisahkan seluruh fungsi yang ada.
36
Elfin Wijaya (2005) dengan judul “Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan
Penagihan Piutang pada PT. Bingei Agung Medan”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa, otorisasi pemberian kredit dilakukan oleh bagian order
penjualan karena tidak adanya bagian kredit dalam struktur organisasi perusahaan
dan penerbitan kredit terutama untuk pelanggan yang berada diluar Sumatera
Utara dilakukan tanpa mengetahui secara jelas kondisi keuangan pelanggan
karena jarak yang jauh. Penagihan piutang untuk pelanggan yang berada di luar
Sumatera Utara sering mengalami kredit macet karena perusahaan kurang
mengetahui kondisi keuangan pelanggan yang diberikan kredit.
B. RERANGKA PEMIKIRAN
Konsep
sia penjualan
memberikan gambaran
bahwa perusahaan
mengirimkan barang hasil produksi kepada konsumen sesuai order pembeli yang
disepakati sebelumnya. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan memiliki tagihan
kepada pembeli yang disebut sebagai piutang.Para pelanggan umumnya lebih
menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan secara kredit, karena
pembayarannya dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan kredit pada
banyak perusahaan biasa jauh lebih besar dari penjualan tunai. Dimana penjualan
kredit menimbulkan piutang. Sehingga penjualan kredit dan piutang menjadi satu
kesatuan yang tak terpisahkan sehingga perlu dilakukan pengendalian piutang
dengan cara melakukan penagihan piutang secara berkala ke pihak terkait.
Sedangkan konsep SIA penagihan piutang dapat dilakukan dengan cara :
1) Fungsi yang terkait dalam sistem penagihan dari penjualan kredit. 2) Dokumen
37
yang digunakan dalam sistem penagihan piutang. 3) Sistem penagihan piutang
melalui penagih perusahaan dilaksanakan dengan prosedur. Cara terbaik untuk
mengetahui penagihan piutang dagang adalah dengan menganalisa umur piutang.
Semakin tua umur piutang, semakin kecil kemungkinan tertagihnya analisis umur
piutang mempunyai tujuan untuk meyakinkan tertagih atau tidaknya piutang dan
menunjukan efektifitas pengendalian piutang.
Berdasarkan uraian kerangka di atas, maka peneliti dapat menggambarkan skema
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.3 Rerangka Pemikiran
Download