19 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering pula disebut lembaga kepercayaan. Sejalan dengan karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan secara ketat oleh penguasa moneter terhadap kegiatan perbankan ini tidak terlepas dari perannya dalam pelaksanaan kegiatan moneter. Bank dapat mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan salah satu sasaran pengaturan oleh penguasa moneter dengan menggunakan berbagai piranti kebijakan moneter. Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 adalah sebagai berikut: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi bank dari berbagai sumber lain. Pengertian bank menurut Dendawijaya (2005: 14) adalah sebagai berikut: Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak 20 yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. Pengertian bank menurut G. M. Verryn Stuart (dalam Dendawijaya, 2005: 14) adalah sebagai berikut: Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alatalat penukar baru berupa uang giral. Pengertian bank menurut Suyatno (dalam Dendawijaya, 2005: 14) ‘Bank adalah badan yang usaha utamanya menciptakan kredit’. Pengertian bank menurut A. Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan (dalam Dendawijaya, 2005: 14) adalah sebagai berikut: Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain Jadi dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan yang dapat menyediakan berbagai macam jasa keuangan terutama menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan. 2.1.2 Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan bank menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukan kinerja manajemen bank selama satu periode. 21 Sama seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK dan SKAPI. Menurut Kasmir (2007: 242), jenis-jenis laporan keuangan bank adalah sebagai berikut: 1. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan Bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksud adalah Aktiva (Harta), Pasiva (Kewajiban dan Ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. 2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (Irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repurchase Agrement (Repo), sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen dan kontinjensi disajikan tersendiri tanpa pos lama. 3. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. 22 4. Laporan Arus Kas Merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai posisi Devisa Neto menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya. 6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya. 2.1.3 Analisis Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan merupakan salah satu indikator pencapaian perusahaan dalam suatu periode yang perlu dianalisis untuk tujuan-tujuan tertentu. Analisis laporan keuangan merupakan suatu teknik untuk menelaah, membandingkan, serta mengevaluasi suatu laporan keuangan, yaitu dengan menguraikan pos-pos dalam laporan keuangan dan melihat hubungan yang terjadi diantara pos-pos tersebut, yang pada akhirnya dapat dijadikan dasar untuk menginterpretasikan kondisi keuangan perusahaan serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang tepat oleh berbagai pihak yang berkepentingan. 23 Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank menurut Kasmir (2007:241) adalah sebagai berikut: 1. Pemegang saham Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode. Kemajuan yang dilihat adalah kemampuan dalam menciptakan laba dan pengembangan aset yang dimiliki. Dari laporan ini pemilik juga dapat menilai sampai sejauh mana pengembangan usaha bank tersebut telah dijalankan pihak manajemen. Bagi pemilik dengan adanya laporan keuangan ini, akan dapat memberikan gambaran berapa jumlah dividen yang akan mereka terima. Kemudian adalah untuk menilai kinerja pihak manajemen dalam menjalankan kepercayaan yang diberikannya. 2. Pemerintah Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan. Kemudian pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam melaksankan kebijakan moneter yang telah ditetapkan. Pemerintah juga berkepentingan untuk mengetahui sampai sejauh mana peranan perbankan dalam pengembangan sektor-sektor industri tertentu. 3. Manajemen Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan. 24 Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari pertumbuhan laba yang diperoleh dan pengembangan aset-aset yang dimilikinya. Pada akhirnya laporan keuangan ini juga merupakan penilaian pemilik untuk memberikan kompensasi dan karir manajemen serta mempercayakan pihak manajemen untuk memimpin bank pada periode berikutnya. 4. Karyawan Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk mengtahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya. Dengan mengetahui ini mereka akan paham tentang kinerja mereka, sehingga mereka merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan dan sebaliknya perlu melakukan perbaikan jika bank mengalami kerugian. 5. Masyarakat Luas Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan, sehingga tetap mempercayakan dananya disimpan di bank yang bersangkutan atau tidak. 25 Laporan keuangan bank dapat dianalisis dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. Menurut Sawir (2005:28), perbankan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas dan diklasifikasikan menjadi lima kelompok rasio, yaitu: 1. Rasio Likuiditas, menunjukan kemampuan suatu bank memenuhi kewajiban utang, membayar kembali semua deposit serta memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. 2. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas, menunjukan kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, dan juga mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operaional bank. 3. Rasio Risiko Usaha Bank, menunjukan risiko yang mengukur kemungkinan interets yang diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan interest yang dibayar oleh bank. 4. Rasio Permodalan, menunjukan kemampuan bank menyerap kerugiankerugian yang tidak dapat dihindarkan. 5. Rasio Efisiensi Usaha, dapat mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna. Sedangkan menurut Dendawijaya (2005:114), analisis rasio keuangan bank terdiri dari: 1. Analisis Rasio Likuiditas, yaitu analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. 26 2. Analisis Rasio Rentabilitas/Profitabilitas, yaitu analisis yang dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. 3. Analisis Rasio Solvabilitas, yaitu analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. 2.2 Profitabilitas 2.2.1 Pengertian Profitabilitas Bank S. Munawir (2004 : 33) mengemukakan bahwa “Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Sedangkan menurut Hasibuan (2002 : 100) menyatakan bahwa “Profitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bank merupakan kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba selama peiode tertentu yang dinyatakan dalam persentase. 2.2.2 Manfaat Profitabilitas Bank Menurut Sastradipoera (2004:274), “Profitabilitas bisnis perbankan adalah kesanggupan bisnis perbankan untuk memperoleh laba berdasarkan investasi yang 27 dilakukannya”. Profitabilitas bisnis perbankan yang tinggi akan menguntungkan bank, karena: 1. Dapat menarik calon investor untuk menanamkan modal atau cadangannya dengan membeli saham yang diterbitkan bank. Dengan modal itu bisnis perbankan dapat memperbesar dayanya untuk melayani nasabah. Sebaliknya, profitabilitas yang rendah akan menyulitkan penjualan saham, atau mendorong para pesero yang ada bahkan menjual kembali sahamnya sehingga karenanya kurs saham akan tertekan di bursa efek. 2. Dapat menambah cadangan bisnis perbankan sehingga kredibilitas nasabah terhadap bank itu pun akan bertambah besar. Sebaliknya, profitabilitas yang rendah akan menurunkan kredibilitas nasabah terhadap manajemen bisnis perbankan. Profitabilitas bisnis perbankan yang baik tidak hanya menguntungkan bank itu sendiri, namun juga menguntungkan masyarakat, karena: 1. Bagi Debitur, yaitu mempunyai peluang yang lebih besar untuk memperoleh pinjaman. 2. Bagi nasabah penyimpan, yaitu semakin terjaminnya titipan para penyimpan 3. Bagi masyarakat keseluruhan, yaitu memperlancar arus uang yang dapat mendorong kelancaran arus barang. 4. Bagi personalia bank, yaitu diterimanya tanciem (laba bagi para karyawan) yang dapat meningkatkan motivasi kerja dan perasaan memiliki terhadap banknya. 28 2.2.3 Penilaian Profitabilitas Bank Menurut paket kebijaksanaan 28 Februari 1991 (Paktri 28/1991) dalam Hasibuan (2002:103), penilaian profitabilitas bank didasarkan pada ukuran ketiga faktor yaitu sebagai berikut: 1. Ditinjau dari posisi laba/rugi menurut pembukuan, profitabilitas bank dinilai: - Sehat apabila laba atau break even point. - Cukup sehat apabila rugi yang besarnya tidak melebihi 5% dari jumlah modal yang disetor. - Kurang sehat apabila rugi lebih dari 5% dari jumlah modal disetor tetapi tidak melebihi 25%. - Tidak sehat apabila rugi yang besarnya lebih dari 25% dari jumlah modal disetor. 2. Ditinjau dari rata-rata dan perkembangannya selama tiga tahun terakhir - Sehat apabila selalu laba atau rata-rata laba dengan trend membaik, dengan catatan pada tahun buku kedua dan atau ketiga laba. - Cukup sehat apabila rata-rata laba dengan trend memburuk dengan catatan dalam tahun buku kedua dan atau ketiga rugi. - Kurang sehat apabila rata-rata rugi dengan trend membaik, dengan catatan setiap tahun kerugian berkurang atau dalam tahun buku kedua dan atau ketiga menunjukkan laba. - Tidak sehat apabila menunjukkan angka rata-rata rugi dengan trend konstan atau memburuk. 29 3. Ditinjau dari laba/rugi yang diperkirakan - Sehat apabila laba/rugi yang diperkirakan menunjukkan laba - Cukup sehat apabila laba/rugi yang diperkirakan pada bulan penilaian menunjukkan break even point atau rugi dalam jumlah yang sama atau lebih kecil dari rata-rata laba yang telah diperoleh pada bulan-bulan sebelumnya dalam tahun buku yang bersangkutan, sehingga dalam tahun buku tersebut diperkirakan tidak akan rugi - Kurang sehat apabila laba/rugi yang diperkirakan pada bulan penilaian menunjukkan rugi yang lebih besar dari rata-rata laba yang telah diperoleh pada bulan-bulan sebelumnya dalam tahun buku tersebut diperkirakan akan rugi, tetapi tidak dihapuskan laba yang diperoleh pada tahun-tahun yang lalu yang belum dibagikan - Tidak sehat apabila laba/rugi yang diperkirakan pada bulan penilaian menunjukkan rugi yang lebih besar dari rata-rata laba yang telah diperoleh pada bulan-bulan sebelumnya dalam tahun buku tersebut diperkirakan akan rugi yang dapat menghapuskan laba tahun-tahun lalu yang belum dibagikan. 2.2.4 Analisis Tingkat Profitabilitas Bank Menurut Dendawijaya (2005: 118) “Analisis tingkat profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan”. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. 30 Dalam perhitungan rasio-rasio profitabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Analisis tingkat profitabilitas suatu bank menurut Dendawijaya (2005 : 118) sebagai berikut: 1. Return on Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba Bersih x 100% Total Aktiva x 100% Dalam rangka mengukur kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoretis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoretis, laba diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL, laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. 2. Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 31 Laba Bersih x 100% Modal Sendiri ROA = x 100% Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). 3. Rasio Biaya Operasional Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan: Rasio Biaya Operasional = Biaya (Beban) Operasional Pendapatan Operasional x 100% Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh bunga dan hasil bunga. 4. Net Profit Margin (NPM) Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: NPM = Laba Bersih Pendapatan Operasional x 100% 32 Sebagaimana halnya dengan perhitungan rasio sebelumnya, rasio NPM pun mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko, seperti risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread) kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas), dan lain-lain. 2.3 Pasar Modal 2.3.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Kamus Pasar Uang dan Modal (dalam Siamat, 2004:249) ‘Pasar modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu dana satu tahun ke atas’. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti: menabung di Bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan intrumen jangka panjang seperti saham, obligasi, dan lainnya. 33 Pasar Modal Efek Dana Efek Pemodal/Investor yang memiliki kelebihan dana Dana Perusahaan/Instansi pemerintah yang membutuhkan dana tambahan Sumber: Rusdin (2006:1) Gambar 2.1 Diagram Aliran Dana dan Efek pada Pasar Modal 2.3.2 Peran Pasar Modal di Indonesia Menurut Rusdin (2006:2), dalam bukunya yang berjudul Pasar Modal menyebutkan bahwa peranan pasar modal diantaranya: 1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efekefek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di pasar modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui pasar modal tersebut. 2. Pasar modal sebagai alternatif investasi, memudahkan berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu. 3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. Perusahaan yang sehat dan memiliki prospek yang baik, 34 sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang-orang tertentu saja, karena penyebaran kepemilikan secara luas akan medorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan. 4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan. Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih profesional, efisien, dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi ”good corporate governance” serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor. 5. Dengan keberadaan pasar modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah. 2.4 Saham 2.4.1 Pengertian Saham Menurut istilah yang ada di masyarakat, definisi saham sangat beragam. Salah satunya mengatakan bahwa “ saham adalah surat berharga yang merupakan instrument bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu atau institusi dalam suatu perusahaan”. Menurut istilah umum, saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu kepemilikan saham perusahaan. Menurut Rusdin (2006: 68) “Saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”. 35 Sedangkan Menurut Tandelilin, (2001:18), saham dapat didefinisikan sebagai berikut: Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaan semua kewajiban perusahaan. 2.4.2 Jenis-Jenis Saham Menurut Rusdin (2005:69) ada berbagai jenis saham yang dapat di perdagangkan di bursa. Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Saham atas unjuk (Bearer Stock), adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. 2. Saham atas nama (Registered Stock), adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah mendapatkan penggantinya. 36 Tabel 2.1 Perbedaan Bearer Stock dan Registered Stock Saham atas unjuk Saham atas nama (Bearer Stock) (Registered Stock) 1. Prosedur perdagangan mudah dan cepat. 1. Prosedur perdagangan perlu waktu, karena perlu pemindahan nama kepemilikan (Registrasi). 2. Tidak perlu daftar pemilik saham. 2. Harus ada pihak yang mencatat nama atau daftar pemilik saham. 3. Sulit diketahui dan dipantau. 3. Nama pemilik saham mudah diketahui dan dipantau. 4. Sulit diganti jika terjadi 4. Kalau hilang mudah diganti. kehilangan. 5. Lebih mudah dipalsukan. 5. Lebih sulit dipalsukan. Sumber: Rusdin, (2006:69) Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi: 1. Saham Biasa (Common Stock) Jenis saham ini dikenal dengan istilah saham biasa. Investor yang memiliki jenis saham ini akan mendapatkan bagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam bentuk dividen. Pembagian dividen oleh perusahaan akan dilakukan apabila kinerja keuangan perusahaan cukup bagus dan sudah mampu membayar kewajiban keuangan lainnya. 37 2. Saham Preferen (Prefern Stock) Saham ini mempunyai karakteristik umum yang berbeda dengan saham biasa. Pada saham preferen, dividen dibayar dalam jumlah atau nilai yang tetap. Selain itu, saham preferen dapat dikonversikan menjadi jenis saham biasa. Apabila perusahaan mengalami likuidasi, pemegang saham preferen mempunyai hak klaim lebih dahulu dibandingkan dengan jenis saham biasa. Perbedaan yang paling mencolok, saham preferen tidak diperdagangkan di bursa efek seperti halnya saham biasa. 2.4.3 Keuntungan dan Kerugian Investasi Saham Dalam berinvestasi di pasar modal, investor harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tetapi juga kemungkinan akan mengalami kerugian. Menurut Rusdin (2006: 65) terdapat beberapa keuntungan dan kerugian yang dapat diperoleh oleh investor apabila melakukan investasi pada instrumen saham, yaitu: 1. Keuntungan Investasi Saham: - Capital Gain, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari pada nilai beli saham. - Dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham. - Saham Perusahaan, seperti juga tanah atau aktiva berharga sejenis, nilainya akan meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan 38 perkembangan atau kinerja perusahaan. Pemodal jangka panjang mengandalkan kenaikan nilai saham ini untuk meraih keuntungan dari investasi saham. Pemodal seperti ini membeli saham dan menyimpannya untuk jangka waktu lama (tahunan) dan selama masa itu mereka memperoleh manfaat dari dividen yang dibayarkan perusahaan setiap periode tertentu. - Saham juga dapat dijaminkan ke Bank untuk memperoleh kredit sebagai agunan tambahan dari agunan pokok. 2. Kerugian Investasi Saham - Capital loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah dari pada nilai beli saham. - Opportunity Loss, yaitu kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total hasil yang diperoleh dari investasi saham. - Kerugian karena perusahaan dilikuidasi, namun nilai likuidasinya lebih rendah dari harga beli saham. Selain keuntungan mendapatkan penghasilan seperti yang telah disebutkan di atas, menurut Sapto Rahardjo (2006:32) ada beberapa keuntunagn nonfinansial yang bisa diperoleh dari berinvestasi saham, seperti hak voting, hak klaim aset, dan beberapa keuntungan lainnya. 39 2.4.4 Sifat Saham Menurut Rahardjo (2006: 32), setiap saham memiliki sifat spesifik, yaitu: 1. Voting Rights Setiap pemegang saham mempunyai hak mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jadi, dalam setia proses keputusan pengambilan suara, satu pemegang saham mempunyai satu hak suara saat melakukan voting. Oleh karena itu, posisi mayoritas pemegang saham dalam suatu perusahaan sering diinginkan investor besar dengan harapan bisa menguasai manajemen dan strategi perusahaan. 2. Claims on Income Pemegang saham berhak mendapatkan bagian keuntungan yang dibagikan, biasanya dalam bentuk dividen tunai atau saham bonus. Satu alasan penting bagi investor mengapa harus memiliki saham perusahaan adalah karena adanya hak untuk mendapatkan pembagian keuntungan. 3. Claims on Assets Pemegang saham berhak mendapatkan aset perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi. Ini tentu dapat dilakukan setelah aset perusahaan tersebut dikurangi dengan berbagai pembayaran kewajiban perusahaan, seperti pelunasan utang supplier, utang bank, pelunasan utang obligasi atau pihak ketiga lainnya. 4. Limited Liability Pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas nilai saham yang dimilikinya. Jadi, setiap pemegang saham tidak bertanggung jawab atas risiko 40 kerugian perusahaan secara pribadi, tetapi hanya berdasarkan porsi kepemilikan saham yang dimilikinya. 5. Preemptive Rights Setiap pemegang saham berhak memesan efek terlebih dahulu atas setiap pengeluaran saham baru oleh perusahaan. Biasanya, untuk menambah permodalan, perusahaan kadang menerbitkan saham baru atau dikenal dengan istilah right issue. Di pasar modal Indonesia, hak ini dikenal dengan istilah HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu). Penawaran saham baru ini diutamakan kepada para pemegang saham yang sudah ada, dan seterusnya kepada investor baru lainnya. 2.5 Harga Saham 2.5.1 Pengertian Harga Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001 : 87), ”Dalam proses tawar menawar atas jual dan beli sistem perdagangan di pasar reguler mengacu kepada prioritas harga dan selanjutnya adalah pada prioritas waktu”. Harga adalah batasan nilai tawar menawar atau suatu efek yang ditentukan oleh bursa efek. Jadi harga saham adalah harga yang tercatat di bursa yang terbentuk dari adanya proses tawar-menawar atas jual dan beli yang terjadi dalam perdagangan saham di pasar reguler. 41 2.5.2 Jenis-Jenis Harga Saham Ada beberapa jenis harga saham, yaitu: 1. Harga Nominal Saham Harga nominal adalah harga par value (pari) yang besarnya tergantung dari keinginan emiten. Jadi emiten bebas menetapkan harga saham. 2. Harga Perdana Saham Harga perdana saham adalah harga saham sebelum dicatatkan (didaftarkan) di bursa efek. Setelah bernegosiasi dengan penjamin emisi (underwriter) barulah diketahui jumlah saham yang akan dijual kepada masyarakat. Harga saham di pasar perdana tergantung dengan persetujuan antara emiten dan penjamin emisi dengan mempertimbangkan beberapa hal: goodwill, kondisi pasar, dan prospek perusahaan. 3. Harga Pasar Saham Harga pasar adalah harga jual saham antar investor. Harga saham akan terbentuk setelah saham tercatat di bursa dan transaksi tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. 4. Harga Pembukaan Saham Harga perdana terjadi setelah saham tercatat di bursa dan diperdagangkan setiap hari terkecuali terdapat hal-hal tertentu yang membuat saham tersebut dilarang untuk diperdagangkan, seperti pemalsuan saham. Harga pasar berbeda dengan harga perdana. Harga pasar adalah jumlah nilai uang yang disepakati antara penjual dan pembeli pada saat terjadi transaksi. 42 Sedangkan harga pembukaan adalah harga yang diminta oleh penjual dan penjual pada saat jam bursa dibuka. 5. Harga Penutupan Saham Harga penutupan saham adalah harga yang diminta oleh penjual dan pembeli pada akhir hari bursa (penutupan bursa). Harga penutupan merupakan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli. Harga penutupan ini disebut harga pasar yang sekaligus menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut. 6. Harga Tertinggi dan Terendah Saham Harga tertinggi adalah harga penawaran tertinggi selama periode tertentu, misal: hari, minggu, bulan, dan tahun selama hari bursa. Sedangkan harga terendah merupakan harga penawaran yang paling murah atau yang paling kecil nilainya. 7. Harga Rata-rata Harga rata-rata merupakan harga tertinggi ditambah harga terendah dibagi dua. 2.5.3 Penilaian Harga Saham Menurut Rahardjo (2006:35), ada tiga metode penilaian harga saham, yaitu: 1. Nilai Nominal (Nilai Pari) Merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang bersangkutan. Di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal 43 dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal. 2. Nilai Dasar Pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham, antara lain: Right Issue, Stock Split, Warant, dan lain-lain. 3. Nilai Pasar Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa telah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya. Harga pasar memiliki ketergantungan terhadap kekuatan penawaran dan permintaan. 2.5.4 Analisis Harga Saham Sesuai dengan berjalannya waktu, harga pasar suatu saham dapat bergerak naik, turun ataupun tetap. Hal ini diakibatkan oleh mekanisme pasar, perkembangan harga saham tersebut selalu menjadi objek yang menarik untuk di prediksi dan dianalisis. Keberhasilan dan ketepatan prediksi perkembangan harga saham merupakan tujuan yang diharapkan oleh para investor yang bermain di pasar modal. Dalam kaitannya dengan analisis harga saham ada dua jenis analisis yaitu: 44 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental ini digunakan untuk mengevaluasi prospek masa mendatang, pertumbuhan dan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam kaitannya dengan perusahaan secara makro, sosial ekonomi, perkembangan bidang industri perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri. Secara teoritis dapat dikatakan bahwa analisis fundamental ini terdiri dari tiga langkah proses: - Mengevaluasi bagaimana lingkungan bisnis di masa mendatang. - Membuat estimasi tentang seberapa baik atau seberapa buruk kinerja perusahaan yang di evaluasi di dalam lingkungan bisnis di masa mendatang. - Membuat estimasi tentang berapa harga yang harus dibayar investor terhadap saham perusahaan di masa mendatang. 2. Analisis Teknikal Pemikiran yang mendasari dalam penilaian harga saham dengan menggunakan analisis teknikal adalah bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, informasi tersebut ditunjukan oleh perubahan harga saham pada waktu yang lalu dan perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan kembali berulang. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (ke luar dari pasar) dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun grafis. 45 2.5.5 Penentu Pergerakan Harga Saham Menurut Rusdin (2006: 66) pergerakan harga suatu saham dalam jangka pendek tidak dapat diterka secara pasti. Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual saham, maka harga saham tersebut akan bergerak turun. Namun dalam jangka panjang, kinerja perusahaan emiten dan pergerakan harga saham umumnya akan bergerak searah. Meskipun demikian perlu diingat, tidak ada bursa saham yang terus-menerus naik dan juga tidak ada bursa saham yang terus-menerus turun. Pergerakan harga saham selama jangka waktu tertentu umumnya membentuk suatu pola tertentu. 2.5.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Pergerakan harga saham dalam jangka pendek tidak dapat diterka secara pasti. Menurut Arifin (2007: 115) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, ada faktor yang bersifat mikro, ada juga yang bersifat makro. Yang dimaksud dengan mikro adalah faktor-faktor yang dampaknya hanya terhadap beberapa jenis saham saja sedangkan faktor makro adalah faktor yang berdampak pada semua saham (keseluruhan bursa) termasuk juga perekonomian secara menyeluruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham tersebut adalah sebagai berikut: 46 1. Kondisi fundamental emiten. Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Selain itu keadaan emiten akan menjadi tolak ukur seberapa besar risiko yang akan ditanggung oleh investor. Saham-saham yang bagus atau saham blue chip, tentu memiliki risiko yang lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis saham lainnya. Ini karena faktor fundamental perusahaan penerbitnya yang sangat bagus, baik itu kondisi keuangannya, strategi bisnisnya, produk atau layanannya, maupun manajemennya. Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi yang baik atau buruk, kita dapat melakukan pendekatan analisis rasio pada laporan keuangan perusahaan. 2. Hukum Permintaan dan Penawaran. Faktor hukum permintaan dan penawaran berada di urutan kedua setelah faktor fundamental, karena begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan, tentunya mereka akan melakukan transaksi jual maupun beli. Transaksi –transaksi inilah yang akan mempengaruhi pergerakan harga saham. Harga pasar saham akan terbentuk melalui jumlah permintaan dan penawaran terhadap suatu efek. Jumlah permintaan dan penawaran akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah 47 permintaan, pada umumnya harga saham akan turun. Sebaliknya, jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran, maka pada umumnya harga saham akan naik. 3. Tingkat suku bunga. Faktor suku bunga ini penting untuk diperhatikan, karena investor saham selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Yang dimaksud suku bunga di sini adalah suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral dengan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pemerintah melalui BI akan menaikan tingkat suku bunga guna mengontrol peredaran uang di masyarakat atau dalam arti luas mengontrol perekonomian Indonesia. Ini yang disebut dengan kebijakan moneter. Bunga yang tinggi tentunya akan berdampak pada alokasi dana investasi. Para investor akan beralih ke deposito atau tabungan yang risikonya lebih kecil dibanding investasi dalam bentuk saham. Karenanya investor akan menjual sahamnya dan dananya kemudian akan ditempatkan di bank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. 4. Valuta Asing. Dalam kehidupan perekonomian global dewasa ini, hampir tidak ada satupun negara di dunia yang bisa menghindari perekonomiannya dari pengaruh 48 pergerakan valuta asing, khususnya terhadap pengaruh US Dollar. Karena dollar Amerika telah menjadi semacam mata uang internasional maka mau tidak mau setiap negara harus mengandalkan mata uang ini. Ketika suku bunga dollar naik, maka para investor akan menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam bentuk dollar karena mereka mengharapkan hasil investasi yang lebih tinggi dari sarana investasi yang ada. Jika hal itu terjadi maka otomatis harga saham akan turun. 5. Dana Asing di Bursa. Besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham. Jika investor asing tidak berkurang dananya di bursa maka bisa diambil kesimpulan bahwa hasil investasi saham tetap lebih menguntungkan. Ini berarti akan ada gejala kenaikan harga saham, namun jika investasi asing berkurang sudah dapat dipastikan harga saham akan ikut merosot. 6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan maupun penurunan harga saham. Karena bursa saham merupakan salah satu indikator perekonomian sebuah negara, maka diperlukan sebuah standar perhitungan tentang transaksi yang sedang terjadi di bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan ini akan digunakan sebagai tolak ukur kondisi perekonomian dan investasi sebuah negara. 49 7. News dan Rumors. Yang dimaksud news dan rumors di sini adalah berita yang beredar di tengah masyarakat yang menyangkut mengenai berbagai hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, keamanan hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dan pergerakan harga saham dapat berubah dari berita tersebut. 2.6 Pengaruh Tingkat Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perbankan merupakan usaha jasa yang tergolong dalam industri ”kepercayaan”. Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitas yang tinggi akan mendapatkan kepercayaan yang besar dari masyarakat terutama investor. Investor tentunya akan memilih untuk berinvestasi pada bank yang memiliki kinerja yang baik karena semakin baik kinerja suatu bank, maka semakin tinggi laba usaha. Apabila laba usaha bank semangkin meningkat maka kepercayaan investor untuk melakukan investasi saham pada bank tersebut akan meningkat pula. Selanjutnya permintaan terhadap saham akan naik dan pada akhirnya harga saham pun akan ikut naik. Seperti yang dikemukakan Weston dan Bringham (dalam Agustina, 2007: 36), bahwa Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba yang didapat oleh perusahaan (Tingkat profitabilitas perusahaan). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haryanto dan Sugiharto S. (2003) menyatakan bahwa: 50 Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Jadi dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu, maka harga saham perusahaan itupun akan semakin meningkat.