BAB 1

advertisement
6
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Manajemen SDM
2.1.1 Pengertian Manajemen
Sadili Samsudin (2006, p15). Konsep manajemen tidaklah mudah untuk didefinisikan.
Sampai sekarang belum ditemukan definisi manajemen yang benar–benar dapat diterima
secara universal.
Apabila kita membuat suatu pembatasan atau definisi tentang manajemen, dapatlah
dikemukakan sebagai berikut, ”Bekerja dengan orang – orang untuk mencapai tujuan
organisasi dengan pelaksanaan fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling)“.
Manajemen
perencanaan
organisasi
penyusunan
pengarahan
pengendalian
Organisasi
Tujuan
Organisasi
Gambar 2.1 Proses Manajemen
Sumber : Manajemen SDM (Sadili Samsudin, 2006, p16)
Apakah efisiensi dan efektivitas itu ? Efisien adalah suatu keadaaan ketika
penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan secara tepat dan akurat tanpa membuang
waktu, tenaga, dan biaya. Seorang manajer yang efisien adalah manajer yang dapat
mencapai hasil kerja yang maksimal dengan menggunakan sumber daya terbatas
menurut cara – cara yang benar. Efektif adalah suatu keadaan dalam memilih cara
7
peralatan yang digunakan dengan tepat sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai
dengan hasil yang memuaskan. Jelaslah bahwa manajemen adalah suatu kerja sama dari
orang – orang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama dengan cara – cara yang sistematis, efisien, dan efektif.
Alasan diperlukan manajemen adalah sebagai berikut.
1)
Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan pribadi, kelompok, organisasi, atau
perusahaan
2)
Manajemen dibutuhkan untuk menciptakan keseimbangan di antara tujuan–tujuan,
sasaran–sasaran, dan kegiatan–kegiatan dari pihak–pihak yang berkepentingan
dalam organisasi atau perusahaan, seperti pengusaha dan karyawan, kreditur dan
nasabah, atau masyarakat dan pemerintah.
3)
Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan produktivitas kerja organisasi
atau perusahaan.
2.1.2 Pengertian Manajemen SDM
Malayu S.P. Hasibuan (revisi 2007, p10). Manajemen SDM adalah ilmu dan seni
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Menurut Willy Susilo (2003, p4-5) manajemen sumber daya manusia adalah proses
sistematis untuk mencapai tujuan – tujuan pengelolaan sumber daya manusia dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan organisasi
R Wayne Mondy & Robert M Noe dalam bukunya personnel, The Management of
Human Resorce mendefinisikan manajemen SDM adalah Human Resource Management
is the utilization of the firm’s human assets to achieve organizational objectives.
(Manajemen sumber daya manusia adalah pengelolaan/pemanfaatan aset manusia untuk
mencapai tujuan–tujuan organisasi).
8
Noe, Hollenbeck, Gerhart and Wright dalam bukunya Human Resource Management
– Gaining a Competitive Advantage merumuskan manajemen sumber daya manusia
adalah : HRM refers to the policies and system that influence employes’ behavior,
attitudes, and performance. (manajemen sumber daya manusia mengaju kebijakan,
pelaksanaan dan sistem yang memengaruhi perilaku, sikap dan kinerja karyawan).
Fungsi – fungsi manajemen SDM terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, pengembangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan dan pemberhentian. Tujuannya adalah agar perusahaan mendapatkan
rentabilitas laba yang lebih besar dari persentase tingkat bunga bank. Karyawan
bertujuan mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya. Masyarakat bertujuan memperoleh
barang atau jasa yang baik dengan harga yang wajar dan selalu tersedia di pasar,
sedang pemerintah selalu berharap mendapatkan pajak.
2.1.3 Komponen Manajemen SDM
H. Malayu Hasibuan (2007, p12-13). Tenaga kerja manusia pada dasarnya di
bedakan atas pengusaha, karyawan, dan pemimpin.
1. Pengusaha
Pengusaha adalah setiap orang yang menginvestasikan modalnya untuk memperoleh
pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu tergantung pada laba yang
dicapai perusahaan tersebut.
2. Karyawan
Karyawan
merupakan
kekayaan
utama
suatu
perusahaan,
karena
tanpa
keikutsertaan, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif
dalam menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin dicapai.
Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapatkan
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Mereka wajib dan
9
terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh
kompensasi sesuai dengan perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu perusahaan
dibedakan atau karyawan operasional dan karyawan manejerial (pimpinan).
3. Pemimpin atau Manajer
Pemimpin
adalah
seseorang
yang
mempergunakan
wewenang
dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan adalah gaya
seorang pemimpin memengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja
efektif sesuai dengan perintahnya. Asas – asas kepemimpinan adalah bersikap tegas
dan rasional, bertindak konsisten dan berlaku adil dan jujur
2.1.4 Fungsi Manajemen SDM
Hasibuan (2007, pp21-22). Fungsi manajemen sumber daya manusia meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
pengembangan,
kompensasi,
pengarahan,
pengintegrasian,
pengendalian,
pemeliharaan,
pengadaan,
kedisiplinan,
dan
pemberhentian.
1) Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja secara
efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu
terwujudnya
tujuan.
Perencanaan
dilakukan
dengan
menetapkan
program
kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan
pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
10
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan
menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang integrasi, dan
koordinasi dalam organisasi (organization chart). Organisasi hanya merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan secara efektif.
3) Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau
bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pimpinan dengan
menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
4) Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar
menaati peraturan – peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana.
Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan,
perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan
pekerjaan.
5) Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi,
dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan
6) Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan
11
pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
masa kini maupun masa depan
7) Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang
diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Diartikan
sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan serta
berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan
eksternal konsistensi.
8) Pengintegrasian
Pengintegarasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan
perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan
saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi
kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan
sulit dalam manajemen sumber daya manusia, karena mempersatukan dua
kepentingan yang bertolak belakang.
9) Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama
sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan
yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada
internal dan eksternal konsistensi.
10) Kedisplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang terpenting
dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan
12
yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk menaati
peraturan – peraturan perusahaan dan norma – norma sosial.
11) Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu
perusahaaan.
Pemberhentian
ini
disebabkan
keinginan
karyawan,
keinginan
perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab – sebab lainnya.
2.1.5 Tujuan Manajemen Sumber daya Manusia
Willy Susilo (2003, p5-6). Manajemen sumber daya manusia dalam suatu organisasi
atau perusahaan hanyalah merupakan infrastruktur, bukan tujuan. Tujuan utama
manajemen SDM adalah mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Secara spesifikasi tujuan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi adalah
mengelola dan/atau mengembangkan kompetensi personil agar mampu merealisasikan
misi organisasi. Konsep ini dikenal sebagai Competency Based Human Resource
Management, artinya aktivitas manajemen SDM berorientasi pada pengembangan dan
pemanfaatan kompetensi karyawan. Misalnya proses penilaian kinerja berdasarkan
kompetensi, pelatihan berorientasi pada kompetensi, rekrutmen berdasarkan kompetensi
sistem remunerasi berbasis kompetensi tersebut.
Pengertian kompetensi dapat dibedakan menjadi 3 macam: kompetensi individu,
kompetensi kelompok dan kompetensi inti , yang masing – masing dapat dijelaskan
secara singkat sebagai berikut :
Kompetensi individu adalah kombinasi pengetahuan, kemampuan/keterampilan dan
sikap yang dimiliki seorang karyawan sehingga ia mampu melaksanakan pekerjaan yang
telah dirancang bagi dirinya baik untuk soal ini maupun dimasa akan datang.
Mengembangkan
kompetensi
berarti
merubah
pengetahuan,
kemampuan,
keterampilan dan sikap karyawan agar semakin senantiasa sejalan dengan rancangan
13
atau tuntutan kebutuhan pekerjaan. Seorang karyawan dikatakan kompeten, artinya
karyawan yang bersangkutan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan segala tantangan dan permasalahan yang dihadapi.
Secara sinergis kompetensi individu membentuk kompetensi kelompok. Kompetensi
kelompok adalah perpaduan kompetensi – kompetensi dalam suatu kelompok atau unit
kerja
yang
secara
keseluruhan
membentuk
kekuatan
sinergistik
yang
dapat
didayagunakan untuk menjawab tuntutan dan tantangan pekerjaan yang dibebankan
kepada kelompok. Kelompok dikatakan kompeten bila mampu melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai seperti apa yang diharapkan.
Kompetensi kelompok pada akhirnya mendukung pembentukan kompetensi inti
organisasi. Kompetensi inti organisasi (company core competence) adalah keunggulan –
keunggulan sinergis yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan sehingga
mampu mencapai tujuannya dan menjawab permasalahan tantangan bisnis yang
dihadapi.
Jadi tujuan manajemen sumber daya manusia pada akhirnya adalah mengelola
dan/atau mengembangkan kompetensi individu menjadi kompetensi inti organisasi agar
organisasi mampu menjalankan misi mewujudkan visinya melalui pencapaian tujuan –
tujuan organisasi yang direncanakan.
Dampak manajemen sumber daya manusia adalah akibat yang secara langsung atau
tidak langsung ditimbulkan dari aktivitas manajemen sumberdaya manusia. Willy Susilo
(2003, pp7-8).
2.1.6 Model Manajemen SDM
Ada banyak model manajemen sumber daya manusia yang secara teori bisa
dibandingkan dalam berbagai literatur yang jumlahnya banyak sekali. Meskipun setiap
model berbeda dalam hal – hal tertentu, namun pada umumnya semua berangkat dari
14
pemikiran yang sama yaitu pemikiran tentang pengelolaan dan pengembangan
kompetensi.
Pada kenyataannya tidak ada dua organisasi yang menggunakan model manajemen
sumberdaya manusia yang identik. Setiap organisasi mempunyai budaya dan perilaku
kerja yang berbeda. Seperti kata pepatah “lain padang lain belalang, lain lubuk lain
ikan.” Karena itu dalam kenyataannya tidak ada dua organisasi yang menerapkan model
manajemen sumberdaya manusia yang sama dan sebangun. Willy Susilo (2003,p8-9).
Tasks
Responsibilitis
Duties
Human
Resorce
Planning
Recruitment
Job
Description
Job
Analysis
Selection
Training &
develpment
Job
Specification
Performance
Appraisal
Compensation
Knowledge
Skills
Abilities
Safety and
Helty
Employee
and Labor
Human
Resource
Research
Gambar 2.2 Model Manajemen SDM
Sumber : Willy Susilo 2003, p9
Equal
Employment
15
2.1.7 Istilah – istilah Manajemen SDM
Sadili Samsudin (2006, pp24-24). Istilah manajemen sumber daya manusia banyak
disamakan dengan istilah personnel administration, personnel management, manajemen
personalia, dan sebagainya. Dalam praktiknya, istilah–istilah tersebut diidentikan,
walaupun seharusnya tidak demikian. Management personalia adalah sama. Istilah
menpower management secara umum mulai digunakan sejak akhir Perang Dunia II
mengingat semakin banyak perhatian yang diarahakan pada manpower atau sumber
daya manusia, baik untuk kebutuhan perang maupun industri.
Istilah labour relation dan labour relation management tidaklah sama dengan ketiga
istilah tersebut di atas. Labour relation menitikberatkan pada hubungan–hubungan
antara manajemen dengan serikat pekerja.
2.1.8 Sejarah Manajemen SDM
Manajemen ilmiah (scientific management) lahir sebelum manajemen sumber daya
manusia (manajemen personalia). Sadili Samsudin (2006, p25-26), Manajemen sumber
daya manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pada
umumnya, yang tumbuh dan berkembang sejak adanya hubungan antara atasan dengan
bawahan. Sejak permulaan abad dua puluhan, perhatian terhadap faktor produksi tenaga
kerja sebagai sumber daya manusia menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Pada
mulanya, manusia di pandang sebagai barang dagangan atau faktor produksi maka
memasuki awal abad dua puluhan, manusia dianggap sebagai manusia yang mempunyai
perasaan, pikiran, dan kebutuhan psikologis. Manusia tidak lagi dianggap sebagai suatu
benda mati yang dapat diperlakukan sekehendak hati oleh majikan, melainkan benar –
benar sebagai sumber daya yang memiliki kebutuhan untuk mendapatkan perhatian dari
pihak majikan agar prestasi mereka dapat dilipatgandakan.
16
2.1.9 Aktivitas Manajemen SDM
Sadili Samsudin (2006, p33-34). Untuk mencapai tujuannya, departemen sumber
daya manusia membantu para manajer dalam merekrut, melatih, mengembangkan,
mengevaluasi, memelihara, dan mempertahankan para karyawan yang berkualitas.
Aktivitas manajemen sumber daya manusia adalah kegiatan untuk menyediakan dan
mempertahankan tenaga kerja yang efektif dan berkualitas bagi organisasi atau
perusahaan.
1) Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia harus berfokus pada cara organisasi atau
perusahaan bergerak dan kondisi sumber daya manusia yang ada pada saat ini
menuju kondisi sumber daya manusia yang dikehendaki. Perencanaan sumber daya
manusia harus mampu menciptakan hubungan antara seluruh strategi organisasi
atau perusahaan dengan kebijakan sumber daya manusianya. Perencanaan sumber
daya manusia senantiasa konsisten dengan arah strategi dan tujuan organisasi atau
perusahaan
2) Rekrutmen
Perusahaan akan mencari tenaga baru apabila terjadi kekurangan karyawan atau
tenaga kerja yang diperlukan oleh perusahaan. Efektivitas sebuah perusahaan
bergantung pada efektivitas dan produktivitas para karyawannya. Tanpa didukung
oleh tenaga kerja yang berkualitas maka prestasi organisasi atau perusahaan tidak
akan menonjol. Oleh karena itu, rekrutmen sumber daya manusia menjadi aktivitas
departemen sumber daya manusia yang penting. Rekrutmen merupakan aktivitas
yang dirancang untuk memperoleh pelamar kerja yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan perusahaan. Meskipun aktivitas rekrutmen biasanya diselanggarakan oleh
17
departemen sumber daya manusia, departemen lainnya dapat pula dilibatkan dalam
hal penyediaan deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan guna membantu
kelancaraan upaya rekrutmen.
3) Seleksi
Dalam menyeleksi karyawan baru, departemen sumber daya manusia biasanya
menyaring pelamar melalui wawancara, tes, dan menyelidiki latar belakang pelamar.
Selanjutnya, merekomendasikan pelamar yang memenuhi persyaratan pada manajer
untuk diambil keputusan pengangkatan terakhir.
4) Pelatihan dan pengembangan
Perkembangan organisasi atau perusahaan terkait erat dengan kualitas sumber daya
manusianya. Apabila sumber daya manusia kualitasnya rendah, stagnasi organisasi
atau perusahaan kemungkinan besar akan terjadi. Program pelatihan dan
pengembangan
merupakan
serangkaian
aktivitas
yang
dirancang
untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap dan kinerja sumber
daya manusia. Aktivitas ini mengajarkan keahlian baru, memperbaiki keahlian yang
ada, dan memengaruhi sikap dan tanggung jawab para karyawan.
5) Penilaian prestasi kerja
Penilaian prestasi kerja (performance apprasial), merupakan salah satu faktor kunci
dalam mengembangkan suatu organisasi atau perusahaan secara efektif dan efisien.
Dengan dilakukannya penilaian prestasi kerja berarti suatu organisasi atau
perusahaan telah memanfaatkan secara baik sumber daya manusia yang ada dalam
organisasi. Informasi yang relevan dan reliable tentang prestasi kerja sangat
diperlukan untuk meningkatkan kinerja para karyawan karena akan mempermudah
18
perumusan akan memungkinkan dilaksanakan perencanaan karier bagi mereka.
Penilaian prestasi kerja secara individual akan sangat bermanfaat bagi kemajuan
organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Suatu permasalahan yang perlu
dikemukakan di sini adalah bagaimana suatu obyektivitas penilaian dapat dicapai
dengan baik. Perlu dihindari adanya like dan dislike dari tim penilai prestasi kerja.
6) Kompensasi
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, terutama perusahaan yang profit-making,
maka pengaturan kompensasi merupakan faktor penting untuk dapat memelihara
dan mempertahankan prestasi kerja para karyawan. Suatu kompensasi dapat berupa
finansial ataupun non finansial. Pada umumnya, istilah kompensasi dipakai dalam
pengertian proses pengadminstrasian gaji dan upah. Suatu kompensasi akan dapat
meningkatkan maupun menurunkan prestasi kerja atau memotivasi karyawan. Oleh
karena itu, penting sekali perhatian organisasi atau perusahaan terhadap pengaturan
kompensasi secara benar dan adil. Suatu kompensasi harus memiliki dasar yang
logic dan rational. Dalam hal ini, masih saja mengandung banyak faktor emosional
dipandang dari segi karyawan. Sebab, jika para karyawan memandang kompensasi
mereka tidak memadai, prestasi kerja, motivasi maupun kepuasan kerja dapat
menurun
drastis.
Program–program
kompensasi
sangatlah
penting
untuk
mendapatkan perhatian yang sungguh–sungguh karena mencerminkan adanya
usaha organisasi atau perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja
sumber daya manusia.
19
7) Pemeliharaan Keselamatan Tenaga Kerja
Setiap organisasi atau perusahaan bisnis diharapkan memiliki program keselamatan
kerja guna mengurangi kecelakaan kerja dan kondisi kerja yang tidak sehat. Setiap
karyawan perlu secara terus – menerus diingatkan dan dijamin tentang pentingnya
keselamatan kerja dan diinstruksikan agar menghindari kecelakaan kerja. Program
keselamatan kerja yang efektif dapat mengurangi jumlah kecelakaan kerja dan
meningkatkan kesehatan tenaga kerja. Hampir sebagian besar departemen sumber
daya manusia memiliki tanggung jawab atas penyediaan pelatihan keselamatan
kerja, penentuan dan perbaikan kondisi kerja yang tidak sehat, serta pelaporan
kecelakaan kerja
8) Hubungan Karyawan
Organisasi atau perusahaan bisnis tentu saja tidak semata – mata ingin memenuhi
atau mencapai tujuan dengan mengorbankan kepentingan karyawan sebab manusia
sebenarnya merupakan penentu akhir dari keberhasilan suatu organisasi. Untuk
menghindarkan kemungkinan perlakuan yang tidak manusiawi dari pihak pimpinan
(manajemen) maka biasanya para karyawan membentuk semacam perserikatan atau
serikat pekerja. Dengan pembentukan serikat pekerja berarti adanya kegiatan
kolektif yang terkoordinir dari pihak pimpinan (manajemen) apabila memang
diperlukan. Kegiatan kolektif semacam itu dapat mencipatakan konflik dan berbagai
kendala bagi pihak manajemen terutama manajemen personalia, yang kadang –
kadang sukar diterima oleh pihak manajemen. Untuk itu, peranan pemerintah, dalam
hal ini Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menjadi sangat penting sebagai
penengah.
20
2.1.10 Ruang Lingkup Proses Manajemen SDM
Sadili Samsudin (2006, p49-50). Proses dalam ruang lingkup manajemen sumber
daya manusia adalah proses yang dinamis mengikuti perubahan yang terjadi dalam
suatu pemerintahan. Keadaan yang dinamis tersebut akan banyak berpengaruh pada
teknologi sistem informasi yang akan digunakan. Oelh sebab itu, proses yang dapat
dilakukan oleh sebuah sistem sumber daya manusia akan sangat banyak bergantung
pada model data yang dibentuk untuk kebutuhan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, umumnya pada sebuah sistem kepegawaian terdapat
suatu bentuk model data, yang pada dasarnya mencakup proses – proses yang
berhubungan dengan istilah sebagai berikut :
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia
2. Administrasi Personalia
3. Kompensasi dan Benefit
4. Kinerja Personel
5. Pendidikan dan Pelatihan
6. Pemutusan Hubungan Kerja atau Pensiun
Keenam proses tersebut adalah proses – proses yang berhubungan dengan kegiatan
manajemen kepegawaian disuatu pemerintahan. Dimulai sejak menentukan kebutuhan
tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan tersebut (recruitment), sampai dengan berakhirnya
masa kerja seorang pegawai. Untuk lebih jelasnya lagi, keenam proses tersebut akan
dibahas di bawah ini :
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Masalah yang dihadapi manajemen sumber daya manusia saat ini adalah cepatnya
perubahan yang terjadi pada bidang pemerintahan yang berdampak pula pada
perencanaan tenaga manusia yang dimiliki. Adapun yang dimaksud dengan proses
perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses analisis dan simulasi
21
kebutuhan SDM sesuai dengan data rekapitulasi kekuatan SDM yang dimiliki
organisasi, dikaitkan dengan rencana pengembangan aktivitas departemen masa
mendatang. Pada dasarnya proses perencanaan tenaga manusia terdiri dari 3
subproses, yaitu :
1. Proses pembentukan data rekapitulasi untuk analisis dan simulasi; pada
prinsipnya
akan
diolah
dari
data
administrasi
yang
dimiliki
untuk
mendapatkan gambaran kekuatan SDM saat ini, dan juga dari segi
availabilitas SDM tersebut.
2. Proses pengadaan sumber daya manusia (recruitment); pada prinsipnya
hampir sama seperti pada pengumpulan biodata, tetapi dalam ruang lingkup
informasi yang lebih kecil dan diikuti cara penilaian/kriteria penerimaan
3. Proses alokasi/ realokasi sumber daya manusia atau redeployment, yang
mana dengan menggunakan data administrasi yang ada, dapat dianalisis
informasi kebutuhan penempatan atau realokasi seorang personel ke tempat
yang lebih tepat.
2. Administrasi Personalia
Pada dasarnya proses ini adalah proses yang paling dasar dalam pengumpulan
informasi yang berhubungan dengan sistem kepegawaian. Dalam proses ini
dilakukan pengumpulan informasi yang berhubungan dengan kelengkapan atau
pelengkap dari proses administrasi umum yang berhubungan dengan seorang
personel.
3. Kompensasi dan Benefit
Salah satu masalah yang dihadapi dalam manajemen sumber daya manusia adalah
antara menentukan kriteria jenis pekerjaan dan pembayaran yang diterima personel
dan fasilitas lain non operasional seperti medikal dan pensiun. Pada umumnya hal
tersebut sangat variatif bergantung dari banyak hal, seperti besarnya organisasi,
22
pendidikan, pengalaman, tanggung jawab, lokasi geografis penempatan, masa kerja
dan tanggungan keluarga.
Ruang lingkup proses yang termasuk dalam kompensasi dan benefit adalah sebagai
berikut:
1. Proses penentuan gaji dan transaksinya, yang termasuk dalam hal ini adalah
proses penggunaan ‘merit payment‘ dalam hal penentuan gaji dan juga
pendapatan gaji dan juga pendapatan lain yang berhubungan dengan
penghasilan tambahan seperti lembur, uang perumahan, insentif daerah
terpencil, uang makan, supervisor dan sejenisnya.
2. Proses pemberian fasilitas yang berhubungan dengan kebutuhan di luar
ruang lingkup kerja dan bertujuan untuk memberikan jaminan rasa aman
selama bekerja di perusahaan, seperti fasilitas medikal dan tabungan
pensiun.
4. Evaluasi Kinerja Personel
Sistem penilaian yang baik dalam menilai kinerja personel adalah pengkajian dan
umpan balik. Dalam melakukan pengkajian, digunakan kriteria–kriteria dasar yang
telah ditentukan sebelumnya oleh manajemen dan juga berdasarkan hasil kajian
yang umumnya dilakukan oleh suatu tim. Hal ini dapat di informasikan dan
didiskusikan bersama dengan personel tersebut untuk mengetahui apresiasi lebih
lanjut mengenai cara pengkajian dan harapannya dalam melaksanakan pekerjaan.
5. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan adalah salah satu rangka keberhasilan personel dalam menunjang
strategi departemen di unit organisasinya. Adapun yang termasuk dalam sistem
kepegawaian ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
jadwal
pendidikan,
yang
berhubungan
pendidikan yang akan diselenggarakan oleh organisasi.
dengan
jadwal
23
2. Perencanaan kebutuhan pendidikan, yang berhubungan dengan rencana
pendidikan yang akan diikuti oleh personel yang berhubungan dengan tugas
dan tanggung jawabnya.
3. Realisasi pendidikan, yang bertujuan mencatat informasi yang berhubungan
dengan kesetaraan personel pada pendidikan yang diikutinya.
6. Pemutusan Hubungan Kerja/Pensiun
Diperlukan pula sebuah proses yang bertujuan untuk menangani hal – hal yang
berhubungan dengan selesainya masa kerja personel, baik secara normal, ataupun
karena hal lainnya. Sistem menangani penyimpanan informasi dari seluruh personel
yang pernah bekerja pada perusahaan, sehubungan dengan kewajiban dan juga hak
– hak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, seperti uang pensiun, pesangon, dan
sebagainya.
2.2 Penilaian Performance atau Kinerja
Tan
dan
Torrington
seperti
yang
dikutip
oleh
Ruky
(http://www.manbisnis2.tripod.com/2_2_1.pdf) melaporkan bahwa berdasarkan hasil
penelitian mereka terhadap 25 perusahaan Inggris dan 26 perusahaan Amerika yang
beroperasi di Malaysia, alasan terpenting bagi perusahaan Amerika untuk menerapkan
sistem penilaian prestasi kerja karyawan adalah dasar bagi :
• Kenaikan gaji (81%)
• Keputusan promosi (77%)
• Pelatihan dan Pengembangan (68%)
• Pembinaan (60%)
Berdasarkan hal tersebut di atas, menjadi pertanyaan bagi sejumlah pimpinan
perusahaan yang ada di Indonesia dan tentunya bagi kita semua, apakah kondisi itu juga
terdapat di Indonesia, khususnya di lingkungan perusahaan kita?
24
2.2.1 Pengertian Performance
Motivasi karyawan untuk bekerja, mengembangkan kemampuan pribadi, dan
meningkatkan kemampuan di masa mendatang dipengaruhi oleh umpan balik mengenai
kinerja atau performance masa lalu dan pengembangan. Pada organisasi yang modern
penilaian memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam
menjelaskan tujuan-tujuan dan standar-standar performance dan untuk memotivasi
performance individu di waktu berikutnya.
Istilah kinerja atau prestasi kerja sebenarnya pengalihbahasaan dari kata inggris
“performance”. Kamus The New Webster Dictionary (2008) memberikan tiga arti bagi
kata performance yang akan disebutkan dibawah ini :
1. Adalah prestasi yang digunakan dalam konteks atau kalimat misalnya tentang
mobil yang sangat cepat.
2. Adalah Pertunjukan yang biasanya digunakan dalam kalimat “Folk Dance
Performance” atau “Pertunjukan Tari-tarian Rakyat”.
3. Adalah “Pelaksanaan Tugas” misalnya dalam kalimat “In performing his/her
duties”.
Sedangkan Benardin dan Russel yang dikutip oleh Artur W. Sherman dan George W.
Bohlander (2007, p79) memberikan defenisi tentang performance sebagai berikut:
”Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function
or activity during a specified time period”. (Prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil
yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun
waktu tertentu).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa performance atau prestasi
adalah hasil atau apa yang keluar (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi
mereka pada organisasi.
25
2.2.2 Mengukur Performance
Departemen sumber daya manusia menggunakan informasi yang dikumpulkan
melalui penilaian performance untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan rekruitmen,
seleksi, orientasi, penempatan, pelatihan dan pengembangan, serta kegiatan lainnya.
Meskipun penilaian informal selama kegiatan berlangsung hari demi hari adalah penting
bagi kegiatan yang cepat.
Noe, Hollenbeck, Gerhart and Wright. (2007) menyatakan bahwa : “Pendekatan
penilaian performance hendaknya mengidentifikasi standar performance yang terkait,
mengukur kriteria, dan kemudian memberikan umpan balik pada karyawan dan
Departemen Sumber Daya Manusia”. Untuk lebih jelasnya berikut illustrasi gambar
elemen-elemen kunci sistem penilaian performance:
Gambar 2.3 Elemen-elemen kunci sistem penilaian performance
Sumber : Noe, Hollenbeck, Gerhart and Wright. (2007, p123)
Jika standar performance atau perhitungan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan,
evaluasi dapat mengarah pada ketidakakuratan atau hasil yang bias, merenggangkan
hubungan manajer dengan karyawan, dan memperkecil kesempatan kerja yang sama.
Tanpa umpan balik, perbaikan dalam perilaku sumber daya manusia tidaklah
mungkin terjadi dan departemen tidak akan memiliki catatan akurat dalam sistem
26
informasi sumber daya manusianya. Dengan demikian, keputusan-keputusan dasar
dalam membuat rancangan pekerjaan sampai kompensasi akan terganggu.
Departemen sumber daya manusia biasanya merancang dan mengelola sistem
penilaian performance perusahaan. Sentralisasi menjamin terjadinya keseragaman.
Meskipun departemen sumber daya manusia dapat mengembangkan pendekatan yang
berbeda untuk para manajer, profesional, pekerja, dan kelompok lain. Namun
keseragaman dalam tiap kelompok dibutuhkan untuk menjamin hasil yang dapat
dibandingkan. Departemen itu sendiri bisa jadi jarang menilai performance secara aktual.
Sejumlah penyebab umum yang sering menimbulkan kegagalan dan harus
dihindarkan di sebutkan oleh Dessler (2003) sebagai berikut:
1. Tidak adanya standar
Tanpa adanya standar berarti tidak terjadi penilaian prestasi yang obyekif. Yang
ada hanyalah penilaian subyektif yang mengandalkan perkiraan dan perasaan.
2. Standar yang tidak relevan dan bersifat subyektif
Standar seharusnya ditetapkan melalui proses analisa pekerjaan/jabatan untuk
menentukan hasil atau output yang diharapkan dari pekerjaan tersebut.
3. Standar yang tidak realistis
Standar adalah sasaran-sasaran yang berpotensi merangsang motivasi. Standar
yang masuk akal dan menantang akan lebih berpotensi untuk merangsang
motivasi.
4. Ukuran prestasi yang tidak tepat
Obyektivitas dan perbandingan memerlukan bahwa kemajuan terhadap standar
dan pencapaian standar dapat diukur dengan mudah dan transparan. Contoh:
ukuran yang bersifat kuantitatif adalah misalnya: 1% tingkat kegagalan produksi
karena kualitas, 10 order penjualan dari setiap 100 kunjungan. Sedangkan yang
bersifat kualitatif misalnya; “penyelesaian proyek pada tanggal yang ditetapkan”.
27
5. Kesalahan penilai
Termasuk dalam kesalahan penilai adalah “keberpihakan” (bias), perasaaan
salah sangka, “Halo effect” (terpengaruh oleh yang dinilai), kecenderungan
untuk “pelit” atau sebaliknya, kecenderungan untuk memilih nilai tengah dan
takut untuk menghadapi bawahan.
6. Pemberian umpan balik secara buruk
Pada awal proses manajemen performance, standar harus dikomunikasikan
kepada karyawan yang dinilai untuk diketahui dan disepakati. Demikian pula
seluruh proses penilaian dan hasil penilaian harus dikomunikasikan pula kepada
mereka sesuai dengan prinsip dan tujuan program, khusunya program
manajemen performance.
7. Komunikasi yang negatif.
Proses evaluasi ternyata terganggu oleh komunikasi yang didasari dengan sikap
negatif seperti arogansi dan keakuan pada pihak penilai dan sikap membela diri
dan ketertutupan pada pihak yang dinilai. Penilaian seharusnya menciptakan
gambaran akurat dari performance perorangan. Penilaian tidak dilakukan hanya
untuk mengetahui performance buruk. Hasil-hasil yang baik dan dapat diterima
harus diidentifikasi sehingga dapat dipakai sebagai dasar penilaian hal lainnya.
Untuk mencapai tujuan ini, sistem penilaian hendaknya terkait dengan pekerjaan
dan praktis, termasuk standar, dan menggunakan ukuran-ukuran yang terukur.
Pekerjaan terkait berarti bahwa sistem mengevaluasi perilaku-perilaku kritis yang
mengandung keberhasilan pekerjaan. Jika evaluasi tidak terkait dengan
pekerjaan, hal ini tidaklah absah. Tanpa keabsahan dan derajat kepercayaan,
sistem bisa jadi mendiskriminasi kesempatan penerapan hukum yang ada secara
adil.
28
Seperti yang dikutip oleh Robert L. Mathis. (2006, p23), Calcio menyarankan agar
sebuah program manajemen performance efektif hendaknya memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Relevance
Hal-hal atau faktor-faktor yang diukur adalah relevan (terkait) dengan
pekerjaannya, apakah itu outputnya, prosesnya atau inputnya.
2. Sensitivity
Sistem yang digunakan harus cukup peka untuk membedakan antara karyawan
yang berprestasi dan tidak berprestasi.
3. Reliability
Sistem yang digunakan harus dapat diandalkan, dipercaya bahwa menggunakan
tolok ukur yang objektif, sahih, akurat, konsisten dan stabil.
4. Acceptability
Sistem yang digunakan harus dapat dimengerti dan diterima oleh karyawan yang
menjadi penilai maupun yang dinilai dan memfasilitasi komunikasi aktif dan
konstruktif antara keduanya.
5. Practicality
Semua instrumen, misalnya formulir yang digunakan, harus mudah digunakan
oleh kedua pihak, tidak rumit, mengerikan dan berbelit-belit.
2.2.3 Indikator Penilaian Performance
1.
Proses Bisnis
Definisi: Mengerti mengenai nilai dari proses kreatif bisnis. Dapat membuat dan melihat
kesempatan
dari
pengembangan
bisnis
berjalan
produk/jasa
dan
secara
efektif.
Tetap
berfokus
pada
perubahan keadaan pasar dan pesaing.
29
Membangun dan mengatur jaringan dengan group-group diluar organisasi, dan
mampu menjadi nilai penting untuk yang lainnya.
Penting karena: "Proses Bisnis" penting karena kemampuan ini akan menjadi persiapan
informasi tentang isu-isu terkini dan tantangan masa depan khususnya
dalam bidang usaha pelayanan jasa perparkiran.
2.
Based on Customer (Customer Oriented)
Definisi: Mengenali tipe customer, kebutuhan customer sebagai kebutuhan dan fokus utama
untuk bertindak. Berpikir dan bertindak dengan keinginan pikiran customer.
Membuat dan mengelola hubungan saling menguntungkan dengan customer.
Penting karena: Sebagai perusahaan perparkiran yang bergerak dalam bidang jasa,
pelayanan terhadap customer tentunya menjadi penting karena jika
customer puas, maka customer tersebut akan kembali dan terus
menggunakan jasa perusahaan.
3.
Adaptasi
Definisi: Menjaga agar tetap stabil ketika mengalami perubahan dalam tugas kerja (termasuk
tekanan dateline ataupun pekerjaan yg ambigu) termasuk perubahan lingkungan
kerja. Beradaptasi secara cepat dan efektif dalam bekerja di struktur baru, proses,
kebutuhan atau budaya.
Penting karena: Sikap ini penting untuk merespon perbedaan dan perubahan permintaan.
Untuk mampu bekerja dimana saja dan dengan siapa saja.
4.
Perencanaan
Definisi: Membuat perencanaan untuk diri sendiri dan lainnya untuk memastikan bahwa
pekerjaan selesai efektif dan efisien. Menyelesaikan dan mengawasi pekerjaan,
berdasarkan level jabatan.
Penting karena: Kompetensi ini penting untuk membantu pekerja menyusun tujuan kerja
mereka. Dengan persiapan perencanaan dan pengaturan, pekerja dapat
30
mengatur dan menjalankan pekerjaan sampai selesai. Karyawan juga
dapat
membuat
rencana
cadangan
untuk
mengantisipasi
dalam
menyelesaikan suatu tugas. Selain itu pekerjaan dapat selesai dengan
waktu yang efektif.
5.
Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan
Definisi: Identifikasi dan mengerti isu, dan peluang. Berpikir kritis. Membandingkan data dari
sumber yang berbeda untuk dapat menarik kesimpulan. Menggunakan pendekatan
yang efektif untuk memilih tindakan atau solusi pengembangan yang akan
dilakukan.
Penting karena: Kemampuan untuk menyelesaikan masalah dalam dunia kerja sangat
penting karena ini akan mendukung seseorang untuk dapat menghadapi
masalah dan menemukan solusinya. Ini juga akan membantu orang tidak
mudah menyerah ketika menghadapi berbagai macam persoalan didalam
dunia kerja. Dan juga mereka dapat lebih produktif dan bekerja secara
efektif di perusahaan.
6.
Inovasi dan Pengembangan Diri
Definisi: Pengembangan secara inovatif/solusi kreatif dalam setiap situasi kerja. Melihat
setiap aktivitas sebagai bagian dari proses yang dapat dibuktikan. Mengidentifikasi
peluang, mencoba secara berbeda dan arah baru untuk pelaksanaan penyelesaian
masalah kerja, solusi implementasi, dan mengukur seberapa besar akibatnya.
Menjabarkan kemampuan untuk memperhitungkan resiko yang harus diambil.
Penting karena: Kemampuan ini penting untuk mengembangkan budaya inovasi yang dapat
menopang pertumbuhan perusahaan. Meskipun demikian inovasi harus
disertai dengan kesadaran untuk selalu mengembangkan diri dalam
mempersiapkan peningkatan nilai perusahaan. Tidak hanya membuat
31
sesuatu yang baru, tetapi juga membuat sesuatu yang baru yang mampu
membuat nilai yang lebih lagi.
7.
Team Work
Definisi: Bekerja sama dengan yang lain secara efektif. Menghargai setiap nilai kontribusi dari
setiap orang dalam team. Membuat dan menjaga hubungan baik dengan kelompok
lain dalam perusahaan dan bersikap sebagai salah satu sumber daya yang
berharga untuk lainnya.
Penting karena: Kerja team penting karena ini akan menumbuhkan kerjasama saling
membutuhkan antara departemen kerja yang saling berhubungan. Dengan
team kerja yang tepat, rantai tugas yang harus selesai dapat selesai
secara efektif sesuai rangka waktu dan berdasarkan tujuan.
8.
Komunikasi
Definisi: Komunikasi penting antara satu dengan yang lain. Berbeda orang beda gaya
komunikasi tetapi komunikasi yang baik selalu tahu waktu dan tempat yang tepat.
Penting karena: Komunikasi sebagai sarana berhubungan.
2.2.4 Meningkatkan Performance Karyawan
Jurnal Proquest menyatakan 7 (tujuh) cara meningkatkan kinerja karyawan menurut
Howard Hyden, yaitu :
1. Mengubah perilaku manajemen.
Jika manajemen tidak mau mengubah perilakunya mengapa kamu mengharapkan
hasil yang berbeda dari karyawanmu. Komunikasi adalah strategi yang penting untuk
meminimalkan resiko kehilangan konsumen. Dengan kata lain, jika konsumenmu
puas maka mereka akan memberikan promosi gratis mengenai produk kamu dengan
PWOM (Positive Word of Mouth) jadi kamu mampu menarik konsumen baru.
32
2. Mempekerjakan yang terbaik.
Jika kamu ingin memperoleh kinerja yang terbaik rekrutlah karyawan yang terbaik,
jangan sampai kesalahan perekrutan satu karyawan mempengaruhi kinerja karyawan
lainnya. Jadi rekrutlah karyawan dengan sifat dan pandangan positif baik sikap
maupun pandangan hidup mereka.
3. Semaikan benih di kebunmu.
Strategi disini adalah menggaji yang terbaik dan melepaskan lainnya.
4. Menyediakan lingkungan yang tepat termasuk dalam hal peralatan maupun
perlengkapan.
5. Menggunakan WIIFM (what’s in it for me) sebagai strategi kunci untuk meningkatkan
semangat karyawanmu.
Menghargai karyawan dapat meningkatkan kinerja karyawan anda.
6. Pelatihan.
Dalam periode yang sulit, pelatihan terkadang dianggap sebagai biaya dalam
pemasaran yang harus dikurangi terlebih dahulu, mungkin dengan anggapan yang
berlawanan merupakan pendekatan yang terbaik. Karyawan seharusnya dilihat
sebagai aset yang dihargai, ini berarti seharusnya kemampuan mereka ditingkatkan
sebagai salah satu unsur investasi. Pelatihan juga dapat menarik talenta-talenta
terbaik dipasar tenaga kerja. Karyawan terbaik ingin bekerja untuk organisasi yang
membantu mereka untuk bertumbuh.
7. Merayakan atau memberikan penghargaan.
Jangan menunggu sampai akhir bulan atau tahun untuk merayakan kesuksesan.
Buat pertemuan kecil untuk merayakan suatu keberhasilan kecil, ini tidak hanya
memberikan penghargaan kepada karyawan tetapi juga menyemangati karyawan
lainnya untuk sukses.
33
2.3 Motivasi Karyawan
Motivasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi para karyawan, serta menemukan cara untuk mempengaruhi para karyawan
agar melakukan tugasnya secara ikhlas dan bekerja lebih giat untuk mencapai hasil
optimal dikenal dengan motivasi. Sebelum dibahas lebih lanjut, maka terlebih dahulu
dibahas pengertian dari para ahli tentang motivasi.
Menurut Winardi (1980; p18), Motivasi adalah perilaku yang dilaksanakan guna
memenuhi kebutuhan tertentu yang dirasakan. Sedangkan menurut Sarwoto (1985;
p136), motivasi adalah proses pemberian motif (penggerak) bekerja pada para bawahan
sedemikian rupa sehingga mereka bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi secara efisiensi. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
motivasi sangat penting bagi suatu perusahaan, karena merupakan salah satu faktor
yang dapat mendorong karyawan untuk bertindak secara ikhlas sesuai perusahaan agar
tujuannya dapat tercapai secara efisien. Pada dasarnya, salah satu pelaksanaan motivasi
dapat dilakukan dengan cara pemberian kompensasi.
Adapun faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan pedoman
untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan menurut Alex. S. Nitisemito (1984; p170)
adalah:
a. Gaji yang cukup, maksudnya jumlah yang mampu dibayarkan tanpa
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
b. Memperhatikan
kebutuhan
rohani
yaitu,
menyediakan
tempat
untuk
menjalankan ibadah, rekreasi, partisipasi dan sebagainya.
c.
Sekali-kali perlu menciptakan suasana santai, maksudnya perusahaan perlu
sekali kadang-kadang (waktu tertentu ) menciptakan suasana santai.
34
d. Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan, maksudnya
mereka mempunyai perasaan aman terhadap masa depan profesi mereka.
Bila terikat pada asuransi yang menjamin masa depan mereka.
e. Usahakan karyawan mempunyai loyalitas, maksudnya kesetiaan/loyalitas
karyawan terhadap perusahaan akan dapat menimbulkan rasa tanggung
jawab.
f.
Sekali-kali karyawan perlu diajak berunding, maksudnya karyawan yang
mempunyai
sangkut
paut
dengan
masalah
pekerjaan
yang
akan
dilaksanakannya.
g. Pemberian insentif yang terarah, maksudnya perusahaan akan memberikan
insentif kepada karyawan yang mempunyai prestasi yang baik terhadap hasil
pekerjaan mereka, yang tidak terlalu banyak membuat kerusakan pada
produk.
h. Dari faktor-faktor di atas dapat dijadikan sebagai suatu pedoman untuk
mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi para karyawan. Serta
dapat digunakan untuk memotivasi semangat dan kegairahan kerja para
karyawan.
Jurnal proquest memberikan 20 cara efektif untuk memotivasi karyawan, yaitu :
1. Beri karyawan informasi yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
dengan baik.
2. Memberikan tanggapan / feedback secara rutin.
3. Menanyakan kepada karyawan untuk masukan mereka dan menyertakan mereka
dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kerja mereka.
4. Membangun hubungan komunikasi yang berguna dan mudah.
5. Menemukan langsung dari pernyataan karyawan apa yang dapat memotivasi
mereka.
35
6. Pelajari aktivitas kerja karyawan yang dipilih ketika mereka memiliki waktu
senggang dan ciptakan kesempatan untuk mereka lakukan aktivitas yang
bermanfaat.
7. Berikan ucapan selamat secara langsung atas kinerja yang baik.
8. Kenali kelebihan dari karyawan tersebut.
9. Tulis pesan personal mengenai kinerja mereka.
10. Publikasikan kinerja terbaik dari karyawan.
11. Termasuk pengakuan sebagai bagian dari perayaan kesuksesan.
12. Berikan mereka pekerjaan yang baik untuk dilakukan.
13. Berikan peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
14. Berikan perhatian terhadap kebutuhan karyawan.
15. Gunakan kinerja sebagai dasar promosi kenaikan jabatan.
16. Buat kebijakan dalam hal promosi.
17. Demostrasikan komitmen jangka panjang perusahaan kepada karyawannya.
18. Berikan perhatian terhadap komunitas.
19. Bayar mereka sesuai pekerjaan mereka dengan kata lain hargai karyawan
dengan sesuai.
20. Tawarkan karyawan dalam hal pembagian keuntungan.
2.4 Jasa dan Kepuasan Konsumen
Berdasarkan Jurnal Online Proquest (http://proquest.umi.com/) pengertian customer
satisfaction adalah : “accepted as a critical component in marketing thought and
consumer research, even though some researchers regard this notion as confounding
and prefer a concept similar to the concept of perceived service quality. Service quality
literature indicated that perceptions of high service quality and high service satisfaction
resulted in a very high level of purchase intentions (Taylor, 1997; Taylor & Baker, 1994;
36
Zeithaml, Berry, & Parasuraman, 1996)”. Penerimaan komponen kritis dalam pengertian
pemasaran dan riset konsumen, meskipun melalui beberapa hasil penelitian yang
ditemukan, dibandingkan dan dipilih konsep yang sama dengan penerimaan konsep
kualitas jasa. Literatur kualitas jasa mengidikasikan bahwa persepsi dari kualitas yang
tinggi dan kepuasan terhadap jasa yang tinggi pula sebagai hasil dari pengaruh level
keputusan pembelian menurut Taylor, 1997; Taylor & Baker, 1994; Zeithaml, Berry, &
Parasuraman, 1996.
“Customer satisfaction has been a critical research area for more than forty years.
The first research of customer satisfaction was in the mid-1960s by Cardozo (1965),
indicating that customer satisfaction was influenced by both perceived product or service
quality and the shopping experience. Customer satisfaction has traditionally been
regarded as a fundamental determinant of a long-term consumer behavior (Oliver,
1980). While satisfaction has been summarized in the traditional business literature
(Zeithaml et al., 1996), customer satisfaction with Internet business has become an
attraction in the marketing literature (Szymanski & Hise, 2000). Customer satisfaction
refers as the consumer's response to the evaluation of the perceived discrepancy
between expectations and perceived performance of the product or service in terms of
antecedents and as the generator of repeated purchase (Dubrovski, 2001) in terms of
consequence. Westbrook (1987) observes that satisfaction "usually is regarded as the
central mediator of post-purchase behavior, linking pre-choice product beliefs to postchoice cognitive structure, consumer communications, and repurchase behavior." On the
other hand, Kondo (2001) suggested that customer satisfaction is to reduce customer
complaints associated with dissatisfaction whereas Oliver (1997) described satisfaction as
the consumer's fulfillment response. It is a judgment that a product or service provides a
pleasurable level of consumption-related fulfillment. Yet, Oliver's definition used in his
1997 study seems to hold more consistency with the theoretical and empirical evidence.
37
Zeithaml and Bitner (2000) indicated that satisfaction is the customers' evaluation of a
product or service in terms of whether product or service has met their expectations.
Also, McKinney et al. (2002) defines overall satisfaction as an affective state,
representing an emotional reaction to the entire Web site search and experience, which
focuses on the evaluation of the process associated with the purchase behavior as
opposed to the outcome-oriented approach, emphasizing the buyer's cognitive state
resulting from the consumption experience. Although satisfying customers may not be
the ultimate goal for businesses, customer satisfaction is essentially associated with the
financial performance. These outcomes generally fall into two main categories:
complaints and loyalty”.
=> Kepuasan konsumen area penelitian kritis selama lebih dari empat puluh tahun.
Penelitian kepuasan konsumen pertama kali dilakukan oleh Cardozo pada pertengahan
tahun 1960, mengidikasikan bahwa kepuasan konsumen meningkat karena penerimaan
produk, kualitas jasa dan pengalaman pembelian. Kepuasan konsumen secara tradisional
telah dikenal sebagai determinan fundalmental jangka panjang perilaku konsumen
(Oliver, 1980). Ketika kepuasan telah dijabarkan dalam literatur bisnis tradisional
(Zeithaml et al., 1996), kepuasan konsumen secara internet telah daya tarik dalam
literatur pemasaran (Szymanski & Hise, 2000). Kepuasan konsumen diartikan sebagai
respon konsumen dalam mengevaluasi pandangan antara harapan dan kinerja aktual
atau penerimaan dalam produk atau jasa sebagai pengulangan pembelian (Dubrovski,
2001) sebagai hasil konsenkuensi hal tersebut. Westbrook (1987) mengamati bahwa
kepuasan biasanya diartikan sebagai perilaku utama perantaraan tindakan selanjutnya
setelah pembelian, berakibat terhadap kepercayaan akan produk untuk struktur
keputusan pembelian, komunikasi konsumen, dan pembelian ulang. Dengan kata lain,
Kondo (2001) menyarankan kepuasan konsumen dengan mengurangi keluhan konsumen
berhubungan dengan ketidakpuasan dimana Oliver (1997) mendeskripsikan kepuasan
38
sebagai respon penuh konsumen. Ini sebagai pembelaan bahwa produk atau penyediaan
pelayanan adalah level kesenangan dalam tindakan konsumsi. Dan lagi definisi oleh
Oliver lebih digunakan dalam pembelajaran tahun 1997 terlihat lebih memiliki
konsenkuensi antara teori dan bukti nyata praktek lapangan. Zeithaml dan Bitner (2000)
mengidikasikan bahwa kepuasan adalah evaluasi konsumen terhadap produk dan jasa
meskipun telah sesuai dengan harapan mereka. Juga McKinney dkk. (2002)
mendefinisikan keseluruhan kepuasan sebagai pernyataan afektif, memperlihatkan reaksi
emosional terhadap pencarian informasi website dan pengalaman, yang berfokus pada
evaluasi proses hubungan dengan perilaku pembelian sebagai lawan dari pendekatan
orientasi penerimaan, hasil pernyataan penolakan sebagai pengalaman penggunaan.
Meskipun kepuasan konsumen bukanlah tujuan utama bisnis, kepuasan konsumen
secara esensial berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan. Penerimaan ini
umumnya dikenal dengan 2 kategori : keluhan dan loyalitas.
Menurut Irawan (2007, p3), kepuasan konsumen didefinisikan sebagai persepsi
terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapan konsumen. Karena itu
konsumen tidak akan puas, apabila konsumen mempunyai persepsi bahwa harapannya
belum terpenuhi. Konsumen akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari
yang diharapkan. Definisi kepuasan menurut Alma (2002, p231) yang mengutip dari
Zeithmal, et, al adalah respons konsumen yang sudah terpenuhi keinginannya. Ada
perkiraan terhadap features barang dan jasa, yang telah memberikan tingkat
kesenangan tertentu dan konsumen betul-betul puas. Tjiptono (2002, p24) yang
mengutip pendapat dari Wilkie mendefinisikan kepuasan sebagai suatu tanggapan
emosional pada terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Sedangkan
menurut Kotler (2002, p42), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/ kesannya terhadap kinerja (atau
39
hasil) suatu produk dan harapan- harapannya. Menurut Kotler (2002, p45) alat-alat
untuk melacak dan mengukur kepuasan konsumen yaitu:
1) Sistem keluhan dan saran.
Sebuah
perusahaan
yang
berfokus
pada
pelanggan
mempermudah
pelanggannya untuk memberikan saran dan keluhan.
2) Survei kepuasan pelanggan.
Perusahaan-perusahaan yang responsif memperoleh ukuran kepuasan
konsumen secara langsung dengan melakukan survei berkala. Mereka
mengirimkan daftar pertanyaan atau menelepon pelanggan-pelanggan
terakhir mereka sebagai sampel acak dan menanyakan apakah mereka amat
puas, puas, biasa saja, kurang puas, atau amat tidak puas terhadap aspek
kinerja perusahaan. Mereka juga meminta pendapat pembeli tentang kinerja
para pesaing mereka.
3) Belanja siluman
Perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak sebagai pembeli
potensial guna melaporkan hasil temuan mereka tentang kekuatan dan
kelemahan yang mereka alami ketika membeli produk perusahaan dan
produk pesaing.
4) Analisis pelanggan yang hilang
Perusahaan-perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti
membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya.
40
2.4.1 Strategi Kepuasan Konsumen
Strategi kepuasan pelanggan menyebabkan para pesaing harus berusaha keras dan
memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan suatu perusahaan. Ada
beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan
kepuasan
konsumen yang dikemukakan oleh Tjiptono (2002, p40) yaitu:
1) Strategi dimana transaksi pertukaran antara pembeli dan strategi pemasaran
berupa
Relationship
Marketing
yang
dikemukakan
oleh
penjual
berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai.
2) Strategi Superior Customer Service, yaitu menawarkan pelayanan yang lebih
baik dari pada pesaing.
3) Strategi Unconditional Guarantees atau Extraordinary Guarantees, yang
intinya
menyatakan
konsumen
yang
komitmen
pada
untuk
gilirannya
memberikan
akan
menjadi
kepuasan
sumber
kepada
dinamisme
penyempurnaan mutu produk atau jasa dan kinerja perusahaan.
4) Strategi penanganan keluhan yang efisien, teori ini menyatakan bahwa
penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah seorang
pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan produk perusahaan yang
puas (atau bahkan menjadi ‘ pelanggan abadi’).
5) Strategi peningkatan kerja perusahaan, meliputi berbagai upaya seperti
melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan secara
berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut
komunikasi, salesmanship, dan public relations kepada pihak manajemen
dan
karyawan,
memasukkan
unsur
kemampuan
untuk
memuaskan
pelanggan (yang penilaiannya bisa didasarkan pada survei pelanggan) ke
dalam sistem penilaian prestasi karyawan, dan memberikan empowerment
yang lebih besar kepada karyawan dalam melaksanakan tugasnya.
41
6) Menerapkan Quality Function Deployment (QFD), yaitu praktik untuk
merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan konsumen.
2.4.2 Definisi dan Karakteristik Jasa
Menurut Kotler (2007, pp446-449) Jasa (service) adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Oleh sebab itu,
karakteristik jasa terdiri dari:
a. Tidak berwujud (Intangibility)
Jasa bersifat tidak berwujud, maksudnya jasa tidak berbentuk sehingga tidak
dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Maka
tidak
ada
kepastian
atas
mutu
dari
jasa
tersebut.
Untuk
mengurangi
ketidakpastian, konsumen akan berusaha mencari tanda atau bukti dari mutu jasa
lewat tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol dan harga yang mereka
lihat.
b. Tidak terpisahkan (Inseparability)
Pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Tidak seperti
barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan melewati
berbagai penjual, kemudian baru dikonsumsi.
c. Bervariasi (Variability)
Karena tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan di mana jasa itu
dilakukan, maka jasa sangat bervariasi.
d. Mudah lenyap (Perishability)
Jasa tidak bisa disimpan dan mudah lenyap. Tetapi hal itu tidak akan menjadi
masalah bila permintaan tetap karena mudah untuk lebih dahulu mengatur staf
untuk melakukan jasa itu.
42
2.4.3 Unsur - Unsur Menentukan Kualitas Jasa
Berdasarkan pendapat Zeithaml, et al. (Umar, 2005, pp38-40) ada lima dimensi
dalam menentukan kualitas jasa, yaitu :
a. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan janji yang ditawarkan.
b. Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu
konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi
kesigapan karyawan dalam menangani konsumen, kecepatan karyawan dalam
menangani transaksi, dan penanganan keluhan konsumen.
c. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap
produk secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan
dalam memberi pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi,
kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang
ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan
terhadap perusahaan.
Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi :
y
Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan.
y
Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para
karyawan.
y
Kredibilitas (Credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
kepercayaan
kepada
perusahaan,
seperti
reputasi,
prestasi,
dan
sebagainya.
d. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada
pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan
43
karyawan untuk berkomunikasi dengan konsumen, dan usaha perusahaan
untuk memahami keinginan dan kebutuhan konsumennya.
Dimensi Emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi :
y
Akses (Access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang
ditawarkan perusahaan.
y
Komunikasi
(Communication),
merupakan
kemampuan
melakukan
komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau
memperoleh masukan dari pelanggan.
y
Pemahaman pada pelanggan (Understanding the customer), meliputi
usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan
keinginan pelanggan.
e. Tangibles, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan
front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan
ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.
2.4.4 Dimensi Kualitas Jasa
Menurut Fandy Tjiptono (2004: p69), Ada sepuluh kriteria umum atau standar
yang menentukan kualitas suatu jasa yaitu:
•
Realibility (keandalan), mencakup dua hal pokok, yaitu konsitesi kerja
(Performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability).
•
Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan
untuk memberikan jasa yang dibutuhkan konsumen
•
Competence (kemampuan), artiya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki
ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa
tertentu.
•
Access (mudah diperoleh), meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui.
44
•
Courtesy (keramahan), meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian, dan
keramahan yang dimiliki para contact personnel (seperti resepsionis operator
telepon, dan lain-lain)
•
Commnication (komunikasi), artinya memberikan informasi kepada konsumen
dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran da
keluhan konsumen.
•
Credibility (dapat dipercaya), yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.
•
Security (keamanan), yaitu aman dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan.
•
Understanding
(memahami),
yaitu
usaha
untuk
memahami
kebutuhan
konsumen.
•
Tangibles (bukti nyata), yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik
peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa.
45
2.5 Kerangka Pemikiran
SDM SUNPARKING
Penilaian Performance
•
•
•
•
•
•
•
•
Motivasi Karyawan
Proses bisnis
Customer oriented
Adaptasi
Perencanaan
Penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan
inovasi dan pengembangan diri
team work
dan komunikasi
Analisis Pengaruh dan Hubungan
[Regresi Korelasi]
Terhadap Kepuasan Konsumen
SUNPARKING
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Sumber : Konsep Rencana Arah Analisa Skripsi
Download