9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Kehamilan 1. Definisi Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal yaitu 280 hari (40 minggu atau 9bulan 7hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo,2009;H.90). Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (Minggu) atau 10 bulan (Lunar Months). Kehamilan dibagi atas triwulan (Trimester) : 1 antara minggu 0-12, II antara minggu 12-28, III antara minggu 28-40 (Mochtar,2012;H.69). kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu(minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40). (Prawirohardjo, 2010;h.213). Beberapa definisi kehamilan diatas dapat disimpulkan kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin yang normalnya berlangsung selama 280 hari atau 40 minggu. Selama kehamilan terbagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama 0-12 minggu, trimester kedua 12-28 minggu, dan trimester ketiga 28-40 minggu. 9 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 10 2. Etiologi Konsepsi terjadi ketika sperma dan ovum menyatu, dan ini menandai kemungkinan dimulainya kehidupan yang baru. Konsepsi terjadi sebagai dampak beberapa peristiwa kompleks yang mencakup proses pematangan akhir spermatozoa dan oosit, transpor gamet didalam saluran genetalia wanita, selanjutnya peleburan gamet pria dan wanita, pembentukan jumlah kromosom diploid. (Holmes, 2012; h. 17). Penyatuan ovum dan sperma saat fertilisasi merupakan proses yang penting. Peristiwa ovulasi akan membebaskan oosit sekunder dan sel-sel adheren kompleks kemulut oosit dan ovarium. Fertilisasi umumnya terjadi di tuba uterina. Spermatozoa harus telah berada di tuba saat oosit tiba. Setelah fertilisasi dalam tuba uterina, ovum yang matang akan menjadi zigot sel diploid (Cuningham. Leveno. Bloom. Hauth. Rouse. Spong. 2013;h. 49) 3. Tanda dan Gejala a. Tanda dugaan kehamilan 1) Amenore. 2) Mual dan muntah (emesis). 3) Ngidam. 4) Sinkope atau pingsan. 5) Payudara tegang. 6) Sering miksi. 7) Konstipasi atau obstipasi. 8) Pigmentasi kulit. 10 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 11 9) Epulsi. 10) Varises atau oenampakan pembuluh darah vena. b. Tanda tidak pasti kehamilan 1) Rahim membesar, sesuai tuanya hamil. 2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicsk, dan teraba ballottement. 3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. c. Tanda pasti kehamilan 1) Gerakan janin dalam rahim. 2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin. 3) Denyut jantung janin. Didngar dengan stetoskop Leannec, alat kardiotokografi, alat Dopoler. Dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi.(Manuaba,2010) 4. Pembagian Kehamilan a. Trimester Pertama Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Seluruhperiode zigot dan embrionik dan dua minggu pertama periode janin (dari total 10 minggu kehidupan setelah fertilisasi) berada pada 12 minggu pertama kehamilan dihitung dari masa menstruasi terahir, yang merupakan trimester pertama (Varney, 2007;h.501;h.504). 11 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 12 b. Trimester Kedua Trimester kedua sering dikenal sebai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur kedalam dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase : pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri yang berbeda dari ibunya. Trimester kedua, yang berlangsung 15 minggu, mencakup minggu ke13 hingga minggu ke-27 mengacu pada LMP (Last Menstrual Periode). Usia kehamilan ini ekuivalen dengan minggu ke-11 hingga minggu ke25 sejak pascafertilisasi (Varney, 2007;h.502;h.511). c. Trimester Ketiga Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Trimester ketiga, berlangsung 13 minggu, mencakup minggu ke-28 hingga minggu ke-40 mengacu pada LMP. Usia ini ekuivalen dengan minggu ke-26 hingga minggu ke-38 sejak pascafertilisasi (Varney, 2007;h. 503;h. 511). 12 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 13 5. Perubahan Fisiologi dalam Kehamilan a. Sistem Reproduksi 1) Uterus Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 Liter bahkan dapat mencapai 20 Liter atau lebih. Pada akhir kehamilan uterus berkapasitas 500 sampai 1000 kali lebih besar daripada keadaan tidak hamil. Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat peregangan dan hipertrofi mencolok sel-sel otot, sementara produksi miosit baru terbatas. Peningkatan ukuran sel otot diiringi oleh akumulsi jaringan fibrosa, terutama di lapisan otot eksternal, dan peningkatan jaringan elastik. Anyaman yang terbentuk ikut memperkuat dinding uterus. Pembesaran uterus paling mencolok terjadi di fundus. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, tuba uterina serta ligamentum ovarii proprium dan ligamnetum teres uteri melekat sedikit di bawah apeks fundus. Selanjutnya struktur-struktur tersebut terletak sedikit di atas bagian tengah uterus. Susunan sel otot uterus selama kehamilan terdiri dari tiga lapisan, yaitu: 13 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 14 a) Suatu lapisan luar berbentuk tudung, yang melengkung menutupi fundus dan meluas kedalam berbagai ligamentum b) Lapisan tengah, yang terdiri dari anyaman padat serta otototot yang ditembus disegala arah oleh pembuluh darah. c) Lapisan dalam, dengan serat-serat mirip sfingter mangelilingi orifisium tuba uterina dan ostrium internum servisis. Bagian utama dinding uterus di bentuk oleh lapisan tengah. Setiap sel dilapisan ini memiliki dua lengkungan sehingga persilangan antara dua otot akan menghasilkan bentuk mirip angka delapan. Susunan ini sangat penting karena ketika kontraksi setelah pelahiran, sel-sel ini memeras pembuluh darah sehingga berfungsi sebagai pengikat. Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk asli seperti buah pir. Seiring dengan perkembangan kehamilan, daerah fundus dan korpus akan membulat. Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal, 2) Serviks Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan vaskularisasi dan terjadinya ini terjadi akibat penambahan edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. 14 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 15 3) Ovarium Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relatif minimal. 4) Vagina dan Perineum Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick. Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang mengalami peregangan pada waktu perslinan dan meningkatnya kekebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel polos. Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat dlikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidophilus. b. Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae 15 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 16 gravidarum. Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau melasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan dan daerah genetalia juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi ini biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang setelah persalinan. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya. c. Payudara Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar montgmmery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara makin besar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran payudra sebelum kehamilan tidan mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu yang akan dihasilkan setelah bersalin. 16 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 17 d. Perubahan Metabolik Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih penambahan berat badan per minggu 0,5 kg dan 0,3 kg. Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis. Minimal penambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 l. WHO mengajurkan asupan protein per hari pada ibu hamil 51 g. Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apoliprotein dalam plasma akan meningkat selama kehamilan. Selama kehmailan ibu akan menyimpan 30 gram kalsium yang sebagian besar akan digunakan untuk pertumbuhan janin. Jumlah itu diperkirakan hanya 2,5 % dari total kalsium ibu. Zinc (Zn) sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada perempuan hamil dianjurkan asupan mineral ini 7,3-11,3 mg/hari. Asam folat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel dalam sintesis DNA/RNA. Mengkonsumsi asam folat dianjurkan sampai usia kehamilan 12 minggu, karena defisiensi asam folat selama kehamilan akan menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik. 17 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 18 e. Sistem Kardiovaskuler Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vascular sistemik. Volume darah akan meningkat secara progesif mulai minggu ke 6-8 kehamilan dan mecapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kra-kira 4045%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit. Eritropetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6% perempuan bisa mencapai di bawah 11 g/dl. Kebutuhan zat besi selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari. Hipervolemia selama kehamilan mempunyai fungsi berikut: a) Untuk menyesuaikan pembesaran uterus terhadap hipertrofi system vaskuler. b) Untuk melindungi ibu dan janin terhadap efek yang merusak dari arus balik vena dalam posisi terlentang dan berdiri. c) Untuk menjaga ibu dari efek kehilangan darah yang banyak pada saat persalinan. 18 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 19 Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada 2-6 minggu setelah persalinan. Kehamilan juga mempengaruhi keseimbangan koagulasi intravaskuler dan fibrinolisis sehingga menginduksi suatu keadaan hiperkoagulasi. f. Sistem Endokrin Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135%. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm. Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari hormon paratiroid adalah untuk memasok janin dengan kalsium yang adekuat. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon androstenodion, testosterone, dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat, sementara itu, dehidrosteron sulfat akan menurun. g. Sistem muskuloskeletal Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya barat ke belakang kearah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya 19 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 20 menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan (cuningham. Leveno. Bloom. Hauth. Rouse. Spong. 2013, H.112-135) 6. Pemeriksaan Penunjang 1). Deteksi HCG Pada hari ke 14 setelah fertilisasi, korion pada blastokista mensekresikan hormon chorionic gonadotrophin (HCG) yang dapat dideteksi dari darah ibu atau urin ibupada saat terhentinya haid. Uji kehamilan modern mengidentifikaso swubunit beta HG secara spesifik dan subunit ini dapat didetekdi meskipun kadarnya hanya 25 IU/l atau 2mIU/mL HCG. Uji ini tersedia secara komersil berupa seperangkat alat tes berbentuk slide yang sederhana. 2). USG Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kantong gestasi di dalam uterus dalam waktu 5-6 minggu setelah amenore. Pemeriksaan melalui vagina dapat mengidentifikasi janin secara dini pada usia kehamilan 6 minggu. Pemeriksaan melalui abdomen pada usia kehamilan 7 minggu. USG adalah satu-satunya teknik yang dapat mengkonirmasi viabilitas janin pada awal kehamilan.(Harnetty,2010 h.63-64) 7. Ketidaknyamanan Kehamilan a. Nausea Nausea dengan atau tanpa disertai muntah-muntah, ditafsirkan keliru sebagai morning sickness, tetapi paling sering terjadi pada siang 20 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 21 atau sore atau bahkan sepanjang hari. Nausea lebih kerap terjadi pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari (Varney, 2007;h. 536). b. Ptialisme (Salivasi Berlebihan) Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut atau peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami salivasi berlebihan (Varney, 2007;h. 537). c. Keletihan Keletihan dialami pada trimester pertama, namun alasannya belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan diakibatkan oleh penurunan dratis laju metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas. Dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan tidur. Metode untuk meredakannya adalah meyakinkan kembali bahwa keletihan adalah hal yang normal dan bahwa keletihan akan hilang secara spontan pada trimester ke dua. Latihan ringan dan nutri yang baik juga dapat membantu mengatasi keletihan (Varney, 2007;h. 537538). d. Nyeri Punggung Bagian Atas Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara menjadi berat. Pemberasan ini dapat mengakibatkan tarikan otot 21 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 22 jikapayudara tidak disokong adekuat. Metode untuk mengurangi nyeri ini ialah menggunakan BH yang berukuran sesuai ukuran payudara (Varney, 2007;h. 538). e. Leukorea Leukore adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi tental atau cair, yang dimulai pada trimester pertama. Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil Doderlin. (Varney, 2007;h. 538). f. Peningkatan Frekuensi Berkemih (Nonpatologis) Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi akibat peningkatan berat badan pada fudus uterus. Hal ini menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Tekanan ini akan berkurang seiring uterus terus membesar dan keluar dari panggul sehingga menjadi salah satu organ abdomen. Sementara kandung kemih merupakan organ panggul. Metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi berkemih ini adalah menjelaskan mengapa hal tersebut menjadi terjadi dan mengurangi asupan cair sebelum tidur sehingga wanita tidak perlu bolak balik kemar mandi pada saat mencoba tidur (Varney, 2007;h. 538). g. Nyeri Ulu Hati Timbul menjelang akhir trimester ke dua dan bertahan hingga trimester ke tiga. Nyeri ulu hati adalah kata lain untuk regurgitasi atau 22 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 23 refluks isi lambung yang asam menuju asofagus bagian bawah akibat peristaltis balikan. (Varney, 2007;h. 538-539). h. Flatulen Peningkatan gastrointestinal. flatulen Hal ini diduga akibat kemungkinan penurunan merupakan motilitas akibat efek peningkatan progesteron yang merelaksasi otot halus dan akibat pergeseran serta tekanan pada usus halus karena pembesaran uterus. Cara untuk mengurangi flatulen. (Varney, 2007;h. 539). i. Konstipasi Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada saluran gatrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi. (Varney,2007;h. 539). j. Hemoroid Semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemeroid. Progesteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu, pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemeroid. Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan kongestian pada vena panggul. (Varney,2007;h. 539-540). 23 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 24 k. Dispareunia Nyeri saat berubungan seksual dapat berasal dari sejumlah penyebab selama kehamilan. Perubahan fisiologis dapat menjadi penyebab, seperti kongesti vagina/panggul akibat gangguan sirkulasi yang dikarenakan tekanan uterus yang membesar atau tekanan bagian presentasi. (Varney, 2007;h. 540-541). Kebutuhan psikologis ibu hamil 8. Kebutuhan psikologis ibu hamil menurut (Kuswanti, 2014;h.135-138) adalah sebagai berikut: a. Support keluarga Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh, sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keluarga. Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga dan diikuti oleh stress dan kecemasan.Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikan dalam adaptasi terhadap kehamilan dan menjadi ibu. Keberadaan ibu disamping anak perempuannya selama masa kanak-kanak. b. Support dari tenaga kesehatan 1) Trimester I a) Menjelaskan dan meyakinkan pada ibu bahwa apa yang terjadi padanya adalah suatu yang normal. b) Membantu untuk untuk memahami setiap perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. 24 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 25 c) Meyakinkan bahwa ibu akan mulai merasa lebih baik dan berbahagia pada trimester kedua. 2) Trimester II a) Mengajarkan ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tandatanda bahaya. b) Bersama ibu dan keluarga dalam merencanakan kelahiran dan rencana kegawatdaruratan. 3) Trimester III a) Memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan oleh ibu adalah normal b) Menenangkan ibu. c) Membicarakan kembali dengan ibu bagaimana tanda-tanda persalinan yang sebenarnya. d) Meyakinkan bahwa anda akan selalu berada bersama ibu untuk membantu melahirkan bayinya. c. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan Selama kehamilan mungkin ibu mengeluhkan bahwa ia mengalami berbagai ketidaknyamanan, meskipun bersifat umum dan tidak mengancam keselamatan jiwa, tetapi dapat saja menjemukan dan menyulitkan bagi ibu. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus mendengarkan ibu, membicarakan tentang berbagai macam keluhan dan membantunya mencari cara untuk mengatasinya sehingga ibu dapat menikmati kehamilannya dengan aman dan nyaman. Keluarga 25 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 26 dapat memberikan perhatian dan dukungan sehingga ibu merasa aman dan tidak sendiri dalam menghadapi kehamilannya. d. Persiapan menjadi orang tua Persiapan menjadi orang tua sangat penting karena setelah bayi lahir akan banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah dan keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama mempunyai anak, persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang mampu untuk membagi pengalamannya dan memberikan nasehat mengenai persiapan menjadi orang tua.Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih dari satu anak, dapat belajar dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya. e. Persiapan sibling Sibling rilvary adalah rasa persaingan diantara saudara kandung akibat kelahiran anak berikutnya. Biasanya terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Sibling rivalry biasanya ditunjukan dengan penolakan terhadap kelahiran adiknya, menangis, menarik diri dari lingkungannya, menjauh dari ibunya atau melakukan kekerasan terhadap adiknya. Kehadiran seorang adik yang baru dapat merupakan krisi utama bagi seorang anak. 9. Penatalaksanaan Medis a. Tujuan asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2009. Hal 90) 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 26 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 27 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan bayi. 3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi ekslusif. 6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. b. Kebijakan program menurut (Prawirohardjo, 2009. 90) Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dua kali pada triwulan ketiga. c. Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit dan komplikasi oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu dan sesuai standar pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas, yaitu; a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; b. Pengukuran tekanan darah; c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA); d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); 27 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 28 e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toxoid sesuai status imunisasi; f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan; g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ); h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk Keluarga Berencana); i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); j. Tatalaksana kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2015; h. 56; h.57) 10. Asuhan kebidanan kehamilan fisiologis 1. Data Subjektif a. identitas klien: nama, umur, ras/suku, alamat, agama pekerjaan maksud pertanyaan ini adalah untuk identifikasi penderita dan menentukan status sosial ekonominya yang harus kita ketahui, misalnya untuk menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan. Umur juga hal yang penting karena ikut menentukan prognosis kehamilan. b. Riwayat pernikahan jika orang hamil sudah lama menikah, nilai anak tentu besar sekali dan ini harus diperhitungkan dalam persalinan (anak mahal). 28 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 29 c. Riwayat kesehatan Berhubungan dengan masalah kesehatan pada klien, d. Riwayat obstetri pertanyaan ini sangat mempengaruhi prognosis persalinan dan pimpinan persalinan, karena jalannya persalinan yang lampau adalah hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan. e. Riwayat menstruasi Memberikan kesan tentang faal alat reproduksi f. Riwayat KB Untuk mengetahui KB terakhir dan KB yang akan datang. menurut Ummi Hani,dkk 2010 h.86-103. 2. Data objektif a. Tanda-tanda vital 1) Tekanan darah Menurut Prawirohardjo (2010;h.135) selama kehamilan tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar, tekanan darah yang adekuat mempertahankan fungsi plasenta, kenaikan tekanan darah normal selama kehamilan pada sistolik tidak lebih dari 20 mmHg dan pada diastolik tidak lebih dari 10-15 mmHg. Sehingga tidak ada komplikasi atau masalah pada tekanan darahnya. 29 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 30 2) Nadi Menurut Varney (2007;h.687) frekuensi denyut nadi akan mengalami sedikit kenaikan saat ada kontraksi dan akan kembali rendah saat penurunan his. Sehingga tidak terdapat masalah pada frekuensi nadinya. 3) Pernafasan Menurut Varney (2007;h.687) saat menjelang persalinan akan sedikit terjadi peningkatan dikarenakan adanya peningkatan metabolisme. Sehingga tidak terdapat masalah pada respirasinya. 4) Suhu Menurut Manuaba (2010) menyebutkan bahwa suhu aksila dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 ºC. Sehingga pada kasus tidak terdapat masalah pada suhunya. b. Palpasi abdomen 1) Leopold I Tujuan dari pemeriksaan Leopold I adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan umur kehamilan. Selain itu, dapat juga ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri. Teknik pelaksanaan: a) Kedua telapak tangan pemeriksaan dletakkan pada puncak fundus uteri. 30 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 31 b) Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan. c) Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau kosong). 2) Leopold II Palpasi Leopold II ini bertujuan untuk mengetahui bagian yang ada di sebelah kanan atau kiri perut ibu. Teknik pelaksanaan: a) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan kanan umbilikus. b) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya. c) Tentukan bagian-bagian kecil janin. 3) Leopold III Palpasi Leopold III ini bertujuan untuk bagian janin yang berada di sebelah bawah uterus ibu. Teknik pelaksanaan : a) Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien. b) Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan. c) Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah mengalami enggagement atau belum. 31 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 32 4) Leopold IV Pada Leopold IV, selain bertujuan untuk menentukan bagian janin mana yang terletak dibawah, juga dapat menentukan bagian berapa bagian dari kepala janin yang telah masuk dalam pintu atas panggul. Teknik pelaksanaan: a) Pemeriksaan mengubah posisi sehingga menghadap ke arah kiri pasien. b) Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin. c) Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin. (Kuswanti 2014;h.104-108) 3. Menentukan usia kehamilan menurut menurut Ummi Hani,dkk h.79 80 a. Rumus Naegele HPHT adalah tanggal dimana ibu bau mengeluarkan darah menstruasi dengan frekuensi dan lama seperti menstruasi yang seperti biasa. HPL tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT dikurangi 3, tahun HPHT ditambahkan 1. Menentukan umur kehamilan dihitung secara rinci hari-hari yang sudah dilalui dimulai dari HPHT sampai tanggal waktu perhitungan. 32 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 33 b. Gerakan pertama fetus pada primigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu, sedangkan pada mltigravida sekitar 16 minggu. c. Perkiraan TFU a. 1/3 atas symfisis atau 3 jari diatas simfisis (uk 12 minggu). b. ½ simpisis-pusat (uk 16 minggu) c. 2/3diatas simpisis atau 3 jari dibawah pusat (20 minggu) d. Setinggi pusat (24 minggu) e. 1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat (uk 28 minggu) f. ½ pusat-procesus xipoideus (uk 32 minggu) g. Setinggi procesus xipoideus (uk 36 minggu) B. Persalinan 1. Definisi Persalinan adalah proses ketika kontraksi teratur, ritmik, dan nyeri menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks dan penurunan bagian presentasi. Mengakibatkan ekspulsi janin dan plasenta dari ibu (Harnetty,2012, h.217) Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kebawah jalan lahir, kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo 2009, h. 100) Persalinan dan kelahiran normal adalah ketika proses peneluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 33 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 34 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Prawirohardjo 2009, h.100). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah suatu proses yang normal pada kehamilan cukup bulan (37-42 minngu) dengan tanda yaitu kontraksi yang kuat dan teratur yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks sehingga presentasi terbawah janin dapat turun dan lahir dari jalan lahir. Persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: a. Persalinan spontan Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. b. Persalinan buatan Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar. c. Persalinan anjuran Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditambahkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Johariyah, 2012) 2. Kala dalam Persalinan Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu Kala I Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm, Kala II pengeluaran janin sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir, Kala III Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri, Kala IV Mulai dari lahirnya uri, selama 1-2 jam. 34 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 35 a. Kala I (kala pembukaan) Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu: 1) Fase laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam 2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase: a) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4. b) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. c) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap) b. Kala II (kala pengeluaran janin) Kala II adalah kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melauli lengkung ferleks menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ jam, pada multu ½-1 jam 35 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 36 c. Kala III ( kala pengeluaran uri) Setelah bayi lahir, kontraksi Rahim bersifat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi 2 kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. d. Kala IV Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. (Mochtar, 2012;h.34) 3. Proses adaptasi fisiologi a. Perubahan organ reproduksi 1) . Otot uterus (a) Distribusi otot polos tidak merata di uterus (b) Paling banyak di segmen atas Rahim (SAR) perbandingan otot polos : jaringan ikat = 90:10. (c) Di segmen bawah Rahim (SBR) 20:80, sehingga kontraksi uterus paling kuat pada SAR. 36 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 37 (d) Memiliki 3 lapisan anatomis: paling luar (longitudinal dan srikuler), lapisan tenga berbentuk spiral dan banyak terdapat vaskularisasi, lapisan dalam berbentuk longitudinal. 2) Kontraksi uterus. (a) Pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul kontraksi (b) Kontraksi Braxton hicks mulai dirasakan pada akhir kehamilan. (c) Mulai usia kehamilan 7 minggu, ireguler, tidak tersinkronasi, fokal, frekueensi tinggi, intensitas jarang. (d) Pada pertengahan kehamilan sampai dengan minggu sebelum aterm, intensitas emakin meningkat. 3) Perubahan bentuk Rahim. Pada setiap kontraksi sumbu panjang Rahim bertambah panjang sedangkan ukuran melintang berkurang. Pertumbuhan uterus pada kehamilan dan persalinan. (a) Berat uterus. (i) Pada saat sebelum hamil berat uterus sekitar 50 gram pada nulipara, dan 60-70 gram pada multipara. (ii) Pada saat hamil berat uterus akan meningkat menjadi 20 kali lipat menjadi sekitar 1000 gram. (iii) Pada kehamilan dikarenakan uterus adanya mengalami pengaruh hyperplasia estrogen, yang kemudian mengalami hipertrofi sehingga terjadi perubahan bentuk bundar menjadi silindris. 37 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 38 (iv) Otot uterus dipersyarafi oleh serat adrenergic, kolinergik, peptidergik. (v) Faal ligamentum rotundum dalam persalinan adalah pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung pindah ke depan mendesak dinding perut depan ke depan. (b) Perubahan pada serviks. Terjadi pendataran dan pembukaan serviks (i) Pendataran adalah : pemendekan dari canalis servikalis, yang semula berupa saluran yang panjangnya beberapa mm sampa 3 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis. (ii) Pembukaan adalah : pembesaran dari ostium externum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa mm menjadi lubang yang dapat dilalui janin. (iii) Serviks mengandung konsentasi kolagen yang sangat tinggi, dan kondisi serviks menutup rapat sampai sebelum pengeluaran janin. (iv) Setelah persalinan, serviks kembali kaku karena ikatan antara glikopretein dengan kolagen. (c) Perubahan vagina dan dasar panggul. Dalam kala I ketuban ikut merenggangkan bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalami perubahan sehingga dapat di lalui oleh anak. Setelah ketuban pecah, segala perubahan akan 38 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 39 terjadi, terutama pada dasar panggul di timbulkan oleh bagian depan janin. Oleh bagian depan janin yang maju, dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis. b. Perubahan system kardiovaskuler. 1) Tekanan darah. a) Pada setiap kontraksi 400 ml darah di keluarkan dari uterus ke dalam system vaskuler maternal. Sehingga meningkatkan cardiac output / curah jantung (volume) darah yang di pompa keluar oleh jantung) 10-15% pada kala I. b) Kenaikan terjadi selama kontraksi (sistolik rata-rata naik 15, 10-15 mmHg. Diastolic 5-10 mmHg antara kontraksi tekanan darah normal kembali. c) Rasa sakit, takut dan cemas akan meningkatkan tekanan darah. 2) Detak jantung. a) Berhubungan dengan peningkatan metabolism, detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi detak jantung sedikit meningkat daripada sebelum persalinan. b) Denyut nadi pada kala I adalah <100x/menit. c. Perubahan metabolism. Metabolism aerobic dan anaerobic akan secara berangsur meningkat disebabkan kekhawatiran dan aktivitas otot skeletal. Peningkatan ini direfleksikan dengan peningkatan suhu tubuh, denyut 39 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 40 nadi, output kardiak, pernafasan dan kehilangan cairan yang mempengaruhi fungsi renal. d. Perubahan suhu tubuh. (1) Berhubungan karena peningkatan metabolism, pengeluaran energy ekstra (berasal dari metabolism glikogen di dalam otot) terutama saat terjadi kontraksi. Suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan terutama selama dan setelah persalinan. (2) Kenaikan suhu tidak boleh lebih dari 1-2 F (0,5-1 C). (3) Suhu tubuh kala I berkisar <38 C. e. Perubahan pernafasan. (1) Berhubungan dengan peningkatan metabolism, kenaikan kecil pada laju pernafasan dianggap normal. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal. (2) Sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang akurat mengenai pernafasan karena angka dan iramanya di pengaruhi oleh rasa tegang, rasa nyeri, kekhawatiran, serta penggunaan teknik-teknik bernafas. f. Perubahan system renal. (1) Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan output kardiak, peningkatan angka filtrasi glomerular dan peningkatan aliran plasma renal. Protein urin dianggap biasa dalam persalinan. (2) Kandung kemih harus sering di evaluasi setiap 2 jam untuk melihat apakah kandung kencing penuh dan harus dikosongkan 40 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 41 karena akan memperlambat penurunan bagian terendah. Selain itu trauma terhadap kandung kemih dari tekanan yang terus berlangsung akan menyebabkan hipotoni kandung kemih serta retensi urin selama masa segera setelah pasca persalinan. g. Perubahan gastrointestinal. (1) Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansial berkurang selama persalinan. (2) Pengeluaran getah pencernaan hamper perut kurang menyebabkan aktivitas berhenti dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. (3) Rasa mual dan muntah-muntah biasa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan. h. Perubahan hematologi. Haemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pascapersalinan kecuali ada perdarahan post partum. i. Perubahan endokrin. System endokrin akan di aktifkan selama persalinan dimana terjadi penurunan kadar progesterone dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin dan oksitosin. j. Perubahan system musculoskeletal. Akibat peningkatan aktivitas otot menyebabkan terjadinya nyeri pinggang dan sendi, yang merupakan akibat dari peningkatan 41 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 42 kelemahan sendi saat kehamilan aterm. Pada saat persalinan ibu bersalin dapat merasakan kram kaki. (Johariyah, 2012. Hal 39) 4. Mekanisme persalinan (Cuningham. Leveno. Bloom. Hauth. Rouse. Spong, 2013;h.57) Pada awitan persalinan, posisi janin terhadap jalan lahir penting untuk mengetahui rute kelahiran. Sehingga, posisi janin di dalam rongga uterus harus ditentukan saat awitan persalinan. Orientasi janin sehubungan dengan pelvis maternal di bahas dalam kaitannya dengan letak, presentasi, sikap, dan posisi janin. a. Letak janin Hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu disebut dengan istilah letak janin dan terbagi menjadi memanjang atau melintang. Kadang-kadang, aksis janin dan maternal dapat melewati sudut 45 derajat, membentuk letak oblik, yang tidak stabil dan selalu menjadi letak memanjang atau melintang saat persalinan. Factor predisposisi letak melintang meliputi multiparitas, plasenta previa, hidramnions, dan anomaly uterus. b. Presentasi janin Bagian terpresentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah di dalam maupun di bagian terdekat jalan lahir. Bagian tersebut dapat dirasakan melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Maka, pada letak memanjang, bagian yang terpresentasi adalah kepala atau bokong, sehingga disebut (secara berurutan) presentasi kepala dan 42 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 43 bokong. Ketika letak janin pada aksis panjangnya adalah transversal, bahu merupakan bagian yang terpresentasi dan di rasakan melalui serviks pada pemeriksaan vagina. c. Postur atau sikap janin Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin membentuk postur khusus yang disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya, janin membentuk massa ovoid yang secara kasar sesuai dengan bentuk rongga Rahim. Janin menjadi terlipat atau membungkuk kearah dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga bagian punggung menjadi berbentuk cembung, kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hamper menyentuh dada, paha terfleksi di depan abdomen, dan tungkai tertekuk pada lutut. Pada semua presentasi kepala, lengan biasanya menyilang di depan dada atau sejajar pada masing-masing sisi. Umbilicus terletak pada celah diantaranya dan ekstremitas bawah. Postur yang khas ini disebabkan oleh cara pertumbuhan janin dan penyesuaian dirinya terhadap rongga Rahim. Pengecualian yang abnormal terhadap sikapn ini terjadi ketika kepala janin meluas secara progresif dari presentasi verteks ke presentasi wajah. Akibatnya terjadi perubahan progresif sikap janin dari kontur kolumna vertebralis yang konveks (fleksi) menjadi konkaf (ekstensi) d. Posisi janin Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang di anggap sebagai bagian presentasi janin terhadap sisi kanan atau kiri jalan lahir. Dengan demikian, masing-masing presentasi dapat memiliki 43 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 44 dua posisi kanan atu kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sacrum janin masing-masing adalah titik penentu pada presentasi verteks, wajah, atau bokong. Karena bagian presentasi janin dapat berada baik di posisi kanan ataupun kiri, terhadap presentasi oksipital kanan dan kiri, presentasi dagu kanan dan kiri, presentasi sacrum kanan dan kiri, yang masing-masing disingkat menjadi LO dan RO (Left and Right Occiput), LM dan RM (Left and Right Mental) serta LS dan RS (Left and Right Sacral) 5. Tanda gejala persalinan (Varney, 2008) a. Lightening Adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefaalik, kepala bayi biasanya menancap (engaged) setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi sudah turun”. Lightening dapat menimbulkan rasa tidak nyaman akibat tekanan bagian presentasi pada struktur di area pelvis minor seperti: 1) Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih di tekan sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang. 2) Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu di keluarkan atau ia perlu defekasi. 44 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 45 3) Kram pada tungkai, yang di sebabkan oleh tekanan bagian presentasi pada saraf yang menjalar melalui foramen iskiadikum mayor dan menuju ke tungkai. 4) Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik darah dari ekstremitas bawah. Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini, anda tidak lagi dapat melakukan pemeriksaan ballotte terhadap kepala janin yang sebelumnya dapat di gerakan di atas simfisis pubis pada palpasi abdomen. Padalangkah keempat pemeriksaan leopold ini, jari-jari anda yang sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar. Pada primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan. Hal ini kemungkinan di sebabkan peningkatan intensitas kontraksi Braxton hicks dan tonus otot abdomen yang baik, yang memang lebih sering di temukan pada primigravida. Dengan mengetahui lightening sudah terjadi, bidan mendapat kepastian bahwa perubahan tubuh yang di alami ibu normal sehingga bidan dapat menjelaskan mengapa hal itu terjadi` b. Perubahan serviks Mendekati persalinan, serviks semakin matang selama masa hamil serviks dalam keadaan menutup, panjang, dan lunak, sekarang serviks masih lunak, dengan konsistensi seperti pudding, dan 45 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 46 mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan laritasnya, contoh : pada masa hamil, serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2cm, sedangkan pada primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebalum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan. c. Persalinan palsu Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibatkontraksi Braxton hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar 6 minggu kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan persalinan sejati. Persalinan palsu sangat nyeri dan wanita dapat mengalami kurang tidur dan kekurangan energy dalam menghadapinya. d. Bloody show Plak lendir deseklresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody show. 46 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 47 Bloody show paling sering terlihatsebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni. Ketika melihat rabas tersebut, wanita seringkali berfikir bahwa ia melihat tanda persalinan. Kadang-kadang seluruh plak lendir dikeluarkan dalam bentuk masa. Plak yangberlangsung dan terlihat pada vagina sering kali disangka tali pusat yang lepas oleh tenaga obstetric yang belum berpengalaman. Padahal, umumnya tali pusat dikeluarkan dalamsatu sampai dua hari. Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi biasanya dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi, bloody show bukan merupakan tanda persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap, atau perusak plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan. e. Lonjakan energy Banyak wanita mengalami lonjakan energy kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Umumnya, para wanita ini merasa enerjik selama beberapa jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktifitas yang sebelumnya tidak mampu mereka lakukan, tetapi saat ini mereka merasa perlu melakukannya sebelum kedatangan bayi. Akibatnya, 47 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 48 mereka memasuki masa persalinan dalam keadaan letih dan sering kali persalinan menjadi sulit dan lama. f. Gangguan saluran cerna Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual, dan muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini. 6. Partograf Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal a. Cara pengisian halaman depan partograf 1) Informasi tentang ibu lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti saat memulai asuhan persalinan, waktu kedatangan, perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase lasten, catat waktu pecah ketuban. 2) DJJ dengan menggunakan metode seperti pemeriksaan fisik nilai dan catat DJJ setiap 30 menit. Normal DJJ diantara garis tebal 180 dan 100 akan tetapi penolong harus waspada apabila DJJ dibawah 120 dan diatas 160 3) Warna dan adanya air ketuban 48 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 49 U: utuh, J: ketuban sudah pecah berwarna jernih, M; ketuban pecah bercampur mekonium, D: ketuban pecah bercampur darah, K: ketuban pecah dan tidak ada air ketuban. Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan gawat janin. Jika terdapat mekonium pantau DJJ untuk mengenali gawat janin (DJJ<100atau >180 kali permenit). 4) Molase adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul 0 (sutura terpisah), 1 (sutura bersentuhan), 2 (sutura tumpang tindih dapat dipisahkan), 3 (sutura tumpang tidih tidak dapat dipisah) 5) Pembukaan serviks nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam. Saat ibu dalam fase aktif catat pada partograf 6) Kontraksi periksa kontraksi setiap 30 menit kontraksi per 10 menit. Tanda titik-titik di kotak untuk kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik, tanda garis-garis untuk kontraksi yang lamanya 20-40 detik, blok kotak untuk kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik. b. Bagian belakang partograf Merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I sampai kala IV (termasuk bayi baru lahir). prawirohardjo 2014; h.315-324 49 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 50 7. Penatalaksanaan dasar keputusan perawatan kala I menurut (Varney, 2012; h.695-716) a. Makan dan minum melalui mulut Makan dan minum untuk ibu yang persalinannya normal di setujui. Namun megingat mortalitas lambung, absorbsi lambung, dan sekresi asam lambung menurun selama persalinan sehingga makan dan minum yang dapat dicerna oleh lambung. b. Posisi dan ambulasi Ibu yang dalam posisi persalinan harus mengupayakan posisi yang nyaman baginya, dengan catatan tidak ada kontra indikasi posisi terkait. Posisi yang dapat diambil antara lain terlentang, recumben, dada-lutut, tangan lutut, berdiri, berjalan, jongkok c. Relaksasi Mengambil nafas dan mengeluarkan nafas dalam setelah masingmasing kontraksi relaksasi ini baik diajarkan pada wanita pada persalinan fase aktif 8. Pimpinan persalinan normal menurut Manuaba 2012, h.324 a. Saat baru datang 1) Tanda yang muncul His teratur adekuat, sudah ada pembawa tanda atau telah banyak mengeluarkan cairan, kontak kesadaran baik 2) Asuhannya a) Dilakukan admission test Ukuran tanda vital, tingkat kesadaran, palpasi leopold 50 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 51 b) Menentukan masuknya kepala janin c) Lakukan pemeriksaan dalam d) Menentukan pembukaan, kedudukan dan posisinya, dan ketubannya e) Lakukan penjelasan tentang hasil pemeriksaan f) Jelaskan bahwa kemungkinan persalinan akan berlangsung g) Dilakukan observasi DJJ janin, his, penurunan kepala, dilakukan setiap 10 menit jika his adekuat atau ½ jam. 9. Pimpinan persalinan menurut Mochtar, 2012; h.76-81 a. Kala 1 Pekerjaan penolong dalam kala I adalah mengawasi wanita inpartu dengan baik, menanamkan semangat pada wanita tersebut bahwa proses persalinan adalah fisiologis. Tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong. Apabila ketuban belum pecah wanita inpartu boleh duduk dan jalan-jalan, jika berbaring sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah maka wanita tersebut dilarang jalan-jalan harus berbaring, pemeriksaan dalam dilarang kecuali ada indikasi karena setiap pemeriksaan kan membawa infeksi. Dalam kala pembukaan dilrang mengejan karena belum waktunya dan hanya akan membuang tenaga ibu. Kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm. 51 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 52 b. Kala II Pada permulaan kala II umumnya kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul. Ketuban yang menonjol iasanya akan pecah sendiri, apabila belum pecah ketuban hars dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbulah his mengedan penolong harus sudah siap memimpin persalinan. Posisi ibu saat mengejan yaitu posisi terbaring sambil merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut dikatup atau dengan sikap seperti sebelumnya tetapi badan miring kearah terdapatnya punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas. Apabila kepala janin telah sampai di dasar panggul vulva mulai membuka, rambut kepala kelihatan, setiap kali his kepala lebih maju, anus membuka, perineum meregang, penolong harus menahan perineum dengan tangan kanan bealaskan kain kasa atau kain steril supaya tidak terjadi robekan. Perasat Ritgen yaitu apabila perineum menegang dan menipis tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perineum. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan dicoba mengait dagu janinuntuk di dorong pelan-pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan sabar lahirlah kepaladengan ubun ubun kecil dibawah simfisis kemudian secara berturut-turut munculah ubun-ubun besar, dahi, muka dan dagu. Perhatikan apakah ada lilitan tali pusat, kalau ada lepaskan, kepala 52 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 53 akan mengadakan putaran paksi kearah tedapatnya puggung janin. Lahirlah bahu depan dengan menarik kepala kebawah,lalu bahu depan dengan menarik kepala ke atas. Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah yaitu dengan mangait kedua ketiak janin. Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menarik nafas dan menangis. Mulut dan hidung dibersihkan, tali pusat di klem paa 2 tempat 5 dan 10 cm dari umbilikus lalu di gunting, ujung tali pusat diikat dengan benang atau klem plastik. Bayi di letakan di perut ibu. Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu kontraksi, kandung kemih penuh atau tidak. Kalau penuh kandung kemih harus di kosongkan sebab dapat menghalangi kontraksi dan menyulitkan kelahiran uri. c. Kala III Kala III berlangsung mulai dari bayi lahir sampai uri keluar lengkap. Biasanya uri akan lahir spontan pada 15- 30 menit dapat di tunggu hingga 1 jam. Pimpinan kala III biasanya rahim yang telah menyelesaikan tugas berat akan beristirahat beberapa menit dalam masa ini tugas kita adalah memeriksa keadaan ibu (tanda vital, mengawasi perdarahan, dan mencari tanda-tanda pelepasan uri). Lalu lahirkan uri. d. Kala IV Kala pengawasan pada 1-2 jam setelah uri lahir. Darah yang keluar harus ditakar sebaik-baiknya. Jumlah perdarahan yang dianggap normal adalah 250 cc atau 100-300 cc. Apabila perdarahan lebih dari 53 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 54 500 cc hal tersebut abnormal dan dicari sebabnya. Jangan meninggalkan wanita bersalin pada 1 jam setelah bayi dan uri lahir. 10. 60 langkah persalinan menurut (Prawirohardjo, 2014) a. Melihat tanda dan gejala kala dua 1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran 2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/vaginanya. 3) Perenium menonjol. 4) Vulva vagina dan sfingter anal membuka b. Menyiapkan pertolongan persalinan 1) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set. 2) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih. 3) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih. 4) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. 5) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi / steril) dan meletakkan kembali ke partus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik. 54 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 55 c. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik 1) Membersihkan vulva dan perenium, menekannya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perenium, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi) 2) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi 3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan. 4) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit) d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran 55 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 56 1) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya. a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan. b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran 2) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman) 3) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran. b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang). d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi. e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu. 56 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 57 f) Menganjurkan asupan cairan peroral. g) Menilai DJJ setiap 5menit h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan unutuk meneran. i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera. 4) Persiapan pertolongan kelahiran bayi a) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. b) Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. c) Membuka partus set. d) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan e. Menolong kelahiran bayi Lahirnya kepala 57 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 58 1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perenium dengan sarung tangan yang di lapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dab tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir 2) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih. 3) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi: a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya 4) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Lahir bahu 1) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kea rah luar hingga bahu anterior muncul di 58 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 59 bawah akus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. 2) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perenium, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat di lahirkan.menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 3) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kalahiran kaki f. Penanganan bayi baru lahir 1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di atas perut ibudengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bilatali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi. 2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m. 59 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 60 3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu) 4) Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut. 5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai. 6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. g. Oksitosin 1) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. 2) Membritahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik 3) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. h. Penegangan tali pusat terkendali. 1) Memindahkan klem pada tali pusat. 2) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan 60 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 61 palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 3) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. 4) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu. i. Mengeluarkan plasenta 1) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kea rah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawan arah pada uterus. a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva. b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit. 61 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 62 (1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M. (2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu. (3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. (5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi. 2) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal. j. Pemijatan uterus 1). Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras) 62 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 63 k. Menilai perdarahan 1) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus. 2) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. l. Melakukan Prosedur Pasapersalinan 1) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. 2) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain bersih dan kering. 3) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati kelilin tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 4) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama. 5) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %. 6) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Mmemastikan handuk atau kainnya bersih atau kering. 7) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 63 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 64 8) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam : a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pacapersalinan. b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan. d) Jika uterus tidak kontraksi dengan baik laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan tonia uteri. e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi local dan menggunakan teknik yang sesuai. 9) Mengajarkan pada ibu/keluarga bahgaimana melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. 10) Mengevaluasi kehilangan darah. 11) Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam perttama pascapersalinan dan setiap 30 menit jam kedua setelah pascapersalinan. a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam kedua jam pertama pascapersalinan b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. m. Kebersihan dan Keamanan 1) Menempatkan semua pralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit ). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 64 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 65 2) Mebuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 3) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tinggat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah. Membantu ibu memakaikan pakaian yang bersih dan kering. 4) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan makanan yang diinginkan. 5) Mendekontaminasi daerah yang digunakan utuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih. 6) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya daklam larutan klorin 0,5 % delama 10 menit. 7) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. n. Dokumentasi 1) Melengkapi patograf C. Nifas 1. Definisi Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. (Mochtar, 2012; h. 87) Masa nifas (puerperium) adalah masa yang di mulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti 65 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 66 keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kirakira 6 minggu. (Sulistyawati, 2009) Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampinganm melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis. (Sulistyawati, 2009). 2. Perubahan fisiologis masa nifas (Prawirohardjo, 2009. 122) a. Perubahan fisik. b. Involusi dan pengeluaran lochia. c. Laktasi / pengeluaran air susu ibu. d. Perubahan system lainnya. e. Perubahan psikis. 3. Tujuan asuhan masa nifas (Prawirohardjo, 2009. 122) a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. b. Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. d. Memberikan pelayanan keluarga berencana. 66 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 67 4. Menurut Mochtar, 2012 nifas dibagi dalam 3 periode: a. Puerperium dini: yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari b. Puerperium intermediate: yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu. c. Puerperium lanjut: yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat beminggu-minggu, bulanan, atau tahunan. 5. Involusi alat-alat kandungan (Mochtar, 2012) a. Uterus secara bengasur-asur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. b. Bekas implantasi uri: placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih. c. Luka-luka pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. d. Rasa nyeri, yang disebut after pains (merian atau mulas-mulas) disebabkan kontraksi Rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal tersebut dan jika terlalu mengganggu, dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan anti mulas. 67 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 68 e. Lokia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas: 1) Lokia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari pascapersalinan. 2) Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pascapersalinan. 3) Lokia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pascapersalinan. 4) Lokia rubra: cairan putih, setelah 2 minggu. 5) Lokia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. 6) f. Lokiastasis: lokia tidak lancar keluarnya. Serviks setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukan ke rongga Rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari, setelah 7 hari biasanya dapat dilalui 1 jari. g. Ligamen-ligamen: ligament fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan putih kembali. Akibatnya, tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, wanita Indonesia memiliki kebiasaan “berkusuk” atau “berurut”. Sewaktu 68 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 69 dikusuk, tekanan intraabdomen bertambah tinggi. Karena ligamentum, fascia dan jaringan penunjang menjadi kendor setelah melahirkan, jika dilakukan kusuk/urut banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali, sebaiknya dengan latihan-latihan dan senam pascapersalinan. 6. Menurut (Mochtar, 2012; h. 87) tinggi fundus uteri menurut masa involusi yaitu a. Bayi lahir (setinggi pusat) b. Uri lahir (2 jari dibawah pusat) c. 1 minggu (pertengahan pusat simfisis d. 2 minggu (tidak teraba di atas simfisis) e. 6 minggu (bertambah kecil) f. 8 minggu (sebesar normal) 7. Perawatan Pasca persalinan menurut (Mochtar, 2012; h. 88) a. Mobilisasi dini. Setah ibu bersalin ibu boleh istirahat terlentang hingga 8 jam setelah itu ibu mulai mobilisasi dini. b. Diet. Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori c. Perawatan payudara d. Pendidikan tentang laktasi 8. Menurut (Prawirohardjo, 2009. 123) paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. 69 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 70 a. 6-8 jam setelah persalinan: 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut. 3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. b. 4) Pemberian ASI awal. 5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 6 hari setelah persalinan. 1) Memastikan invousi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. 5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 70 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 71 c. 2 minggu setelah persalinan Sama seperti 6 hari setelah persalinan d. 6 minggu setelah persalinan 1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami 2) Memberikan konseling untu kb secara dini. D. Bayi Baru Lahir 1. Definisi Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 3742 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram. (Sondakh, 2013) 2. Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut: 1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram. 2. Panjang badan bayi 48-50 cm. 3. Lingkar dada bayi 32-34 cm. 4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm. 5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudianturun sampai 140-120 kalli/menit pada saat bayi berumur 30 menit. 6. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan intercostal, serta rintihan hanya berlaangsung 10-15 menit. 7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa. 71 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 72 8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik. 9. Kuku telah agak panjang dan lemas. 10. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan). 11. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk. 12. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket. Sondakh, 2013 3. Evaluasi nilai APGAR Evaluasi ini digunakan 5 menit pertama sampai 10 menit. Hasil pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-2. TANDA 0 1. Appereance (warnakulit) Seluruh tubuh biru atau pucat 2. Pulse (Bunyi jantung) Tidak ada 3. Grimace (Refleks) Tidak ada 4. Activity (Aktivitas) Tidak ada 5 Respiratory Tidak ada (Pernapasan) Interpretasi a. Nilai 1-3 asfiksia berat. b. Nilai 4-6 asfiksia sedang. c. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal). SKOR 1 Tubuh merah ekstremitas biru < 100 Ekstremitas sedikit fleksi Sedikit gerak Lambat, tidak teratur 2 Seluruh tubuh kemerahan > 100 Gerakan aktif Menangis kuat Menangis 72 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 73 4. Penatalaksanaan Medis Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran. Asperk penting dari asuhan segera setelah lahir adalah: a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu, caranya sebagai berikut: 1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu. 2) Ganti handuk/kan yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh. 3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit. 4) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi. 5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 derajat celcius, segera hangatkan bayi. (Yongky.dkk,2012; hal:51) b. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin, caranya sebagai berikut: 1) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk kehangatan mempertahankan panas yng benar pada bayi baru lahir dan ikatan batin dan pemberian ASI. 73 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 74 2) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap siap dengan menunjukkan rooting reflek, jangan paksakan bayi untuk menyusu. 3) Jangan pisahkan bayi sedikitnya stau jam setelah persalinan. (Yongky.dkk,2012; hal:51) c. Menjaga pernafasan, caranya sebagai berikut: 1) Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit. 2) Jika tidak bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut: keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat, gosoklah punggung bayi dengan lembut. 3) Jka belum bernafas setelah 1 menit muli resusitasi. 4) Bila bayi sianosis/kulit biru, atau sukar bernafas/frekuensi pernafasan 30>60 kali/menit, berikan oksigen dengan kateter nasal. (Yongky.dkk,2012; hal:52) d. Merawat mata, caranya sebagai berikut: 1) Berikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1%, untuk pencegahan penyakit mata. 2) Berikan tetes mata perak nitrat atau neosporin segera setelah lahir. (Yongky.dkk,2012; hal:52) 5. Periode Transisional Periode transisional mencakup tiga periode, meliputi periode pertama reaktivitas, fase tidur, dan periode kedua reaktivitas. 74 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 75 Karakteristik masing-masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir kea rah fungsi mandiri. a. Periode pertama reaktivitas Periode pertama reaktivitas berakhir kira-kira 30 menit setelah kelahiran. 1) Karakteristik a) Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut: frekuensi nadi apical yang cepat dengan irama yang tidak teratur. Frekuensi pernapasan mencapai 80 kali/menit, irama tidak teratur dan beberapa bayi mungkin dilahirkan dengan keadaan pernapasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi. b) Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis. c) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih ataupun mempunyai pergerakan usus, selama periode ini. d) Bayi baru lahir mempunyai sedikit jumlah mucus, menangis kuat, refleks mengisap yang kuat. Tip khusus: selama periode ini, mata bayi terbuka lebih lama, daripada hari-hari selanjutnya. Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periode pelekatan karena bayi baru lahir dapat mempertahankan kontak mata untuk waktu yang lama. (Ladewig,2013;hal:154) 75 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 76 2) Kebutuhan perawatan khusus selama periode pertama reaktivitas a) Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernapasan, setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran. b) Jaga bayi agar tetap hangat (suhu di aksila/kulit berkisar antara 36,5°C dan 37°C) dengan penggunaan selimut hangat atau lampu penghangat diatas kepala. c) Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk memfasilitasi perlekatan. d) Tunda pemberian obat tetes mata sebagai profilaksis pada 1 jam pertama untuk meningkatkan interaksi antara orang tua dengan bayi. (Ladewig,2013;hal:154) 3) Fase tidur Fase tidur dimulai kira-kira 30 menit setelah periode pertama reaktivitas, dan bisa berakhir dari satu menit sampai 2-4 jam. a) Karakteristik Saat bayi berada pada fase tidur, frekuensi jantung dan pemasaran menurun. Selama tidur, frekuensi pernapasan dan nadi apical kembali ke nilai dasar. b) Kestabilan warna kulit, terdapat beberapa akrosianosis. Bising usus bisa didengar. c) Kebutuhan perawatan yang khusus diperlukan selama fase tidur, ayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, tetapi bapak dan ibu tetap dapat menikmati memeluk dan menggendong bayinya. (Ladewig,2013;hal:154) 76 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 77 b. Periode kedua reaktivitas Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4-6 jam. 1) Karakteristik a) Bayi mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apical dari 120 sampai 160 kali/menit dan dapat bervariasi mulai (>160 kali/menit). Frekuensi pernapasanya berkisar dari 30 hingga 60 kali/menit, dengan periode pernapasan yang lebih cepat, tetapi pernapasan tetap stabil (tidak ada pernapasan cuping hidung ataupun retraksi) b) Fruktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak. c) Bayi kerap kali berkemih dan meneluarkan mekonium selama periode ini. d) Peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedak saat sekresi. Refleks pengisapan sangat kuat, dan bayi bisa sangat aktif. (Ladewig,2013;hal:155) 2) Kebutuhan perawatan khusus periode kedua reaktivitas a) Pantau secara ketat bayi baru lahir terhadap kemungkinan tersedak saat pngeluaran mucus yang berlebihan yang dalam keadaan normal memang terdapat. Gunakan pipet untuk mengeluarkan mukus dan ajari orang tua bagaimana cara menggunakannya. 77 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 78 b) Pantau setiap kejadian apnea dan mulai metode stimulasi segera, jika dibutuhkan (misalnya hentakkan punggung bayi, miringkan bayi) c) Kaji keinginan bayi untuk (mengisap, menelan) dan kemampuan untuk makakn (tidak tersedak atau muntah selama makan, tidak muntah dengan makanan masih dalam bentuk utuh,pada saat makan). (Ladewig,2013;hal:155) 6. Kunjungan neonatal menurut profil Kesehatan Indonesia 2014; h.110 a. KN 1 pada umur 6-48 jam Asuhan yang diberikan yaitu perawatan tali pusat, pemberian asi eksklusif, menjaga kehangatan bayi, konseling tanda-tanda bahaya BBL, imunisasi, perawatan bayi sehari-hari dan pencegahan infeksi. b. KN 2 pada umur 3-7 hari Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu, menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi, anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah c. KN 3 pada umur 8-28 hari Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif smpai umur 6 bulan, memberikan konselin imunisasi BCG, dan polio 1 serta menganjurkan ibu untuk melakukan imunisasi BCG dan polio 1. 78 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 79 E. Keluarga Berencana 1. Definisi Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. (Profil kesehatan, 2014) 2. Macam-macam Kontrasepsi A. Kontrasepsi Hormonal Ada empat jenis kontrasepsi hormonal 1) Pil kombinasi (estrogen/progesteron). a) Definisi Merupakan kontrasepsi oral yang umum dijumpai. Pil ini diminum setiap hari selama 21 atau 28 hari, tergantung formulasi dan perdarahan luruh secara normal akan terjadi pada hari-hari bebas pil atau selama 7 hari meminum plasebo dari kemasan obat setiap harinya. b) Mekanisme kerja pil kombinasi yaitu (1) Pil mencegah ovulasi (2) Endrometrium tidak berkembang secara normal dan tidak adanya korpus luteum mencegah endrometrium menjadi tempat yang cocok untuk implantasi janin. (3) Perubahan lendir serviks menyebabkan kecilnya kemungkinan penetrasi sperma. 79 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 80 c) Jenis pil kombinasi (1) Monifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktiv ekstrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, tanpa 7 tablet tanpa hormone aktiv. (2) Bifasik ; pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktiv ekstrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda denagn 7 tablet tanpa hormone aktv. (3) Trifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktic ekstrogen dan progestin (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda denagn 7 tablet tanpa hormone aktiv. d) Isi kandungan pil kombinasi Pil gabungan berisi salah satu dari dua jenis hormon estrogen. Yang paling sering digunakan adalah hormon etinil atau hormon mestranolyang jarang digunakan. Semua pil mengandung antara 20 sampai 50 mikrogram estrogen. e) Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi Pada prinsipnya hamper semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi, seperti: (1) Usia reproduksi. (2) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak. (3) Gemuk atau kurus. 80 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 81 (4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi. (5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui. (6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI esklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut. (7) Pasca keguguran. f) Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi. (1) Hamil atau dicurugai hamil. (2) Menyusui eksklusif. (3) Perdarahan pervagina yang belum diketahui penyebabnya. (4) Penyakit hati akut (hepatitis). (5) Merokok dengan usia > dari 35 tahun. 2) Pil yang mengandung progesteron saja. Pil progesteron saja tidak mengandung estrogen dan kadangkadang dikenal sebagai pil mini. Efektifitas pil ini kurang kuat dibandingkan dengan efektiitas pil kombinasi. Angka kegagalannya biasanya berkisar sebesar 2 sampai 3 per seratus wanita setiap tahunnya. Indikasi: a. Apabila terdapat kontraindikasi atau ketidakcocokan terhadap estrogen. b. Usia lebih dari 35 tahun. 81 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 82 c. Perokok berat d. Hipertensi e. Digunakan selama menyusui f. Pasien diabetes 3) Suntikan atau implan yang mengandung progesteron saja a) Kontasepsi suntikan progesti (1) Jenis Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu : (a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Povera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramaskular (di daerah bokong). (b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramaskular. (2) Cara kerja (a) Mencegah ovulasi. (b) Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. (c) Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi. (d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. 82 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 83 (3) Efektivitas Kedua kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan/tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. (4) Keterbatasan (a) Sering ditemukan haid, seperti : (b) Siklus haid yang memendek atau memanjang. (c) Perdarahan yang banyak atau sedikit. (d) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercah (spotting). (e) Tidak haid sama sekali. (f) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). (5) Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin (a) Usia reproduksi (b) Nultipara dan yang telah memiliki anak. (c) Mengehendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi. (d) Meneyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. (e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui. 83 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 84 (6) Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin (a) Setelah abortus atau keguguran. (b) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. (c) Perokok. (d) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit. (e) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturate) atau obat tuberkolosis (rifampisis. (f) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. (g) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. (h) Anemia definisi besi. (i) Mendekati usia menaopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil b) Implant Implant adalah satu-satunya sediaan progesteron implant yang menggantikan Norplant. Preparat implan berupa batang tunggal fleksibel berisi etonogestrel yang diletakan subdermal dan sangat efektif sampai tiga tahun. (Hanretty, 2014 ; H 403) 84 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 85 B. Metode Amenore Lakktasi (MAL) Metode amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan meberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makan atau minum apapun lainya.(bkkbn,2014) 1. MAL dapat dipalai sebagai kontrasepsi bila : a) Menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila pemberian > 8x sehari. b) Efektif bayi kurang dari 6 bulan. c) Harus dilakukan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainya. 2. Cara kerja MALL Penundaan/penekanan ovulasi 3. Keuntungan Kontrasepsi MAL a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan). b) Segera efektif. c) Tidak mengganggu senggama. d) Tidak ada efek samping secara sistematik. e) Tidak perlu pengawasan medis. f) Tidak perlu obat atau alat g) Tanpa biaya (bkkbn,2014;MK-2) 85 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 86 4. Keuntungan non kontrasepsi a) Untuk bayi (a) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI. (b) Sumber asupan gizi terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal. Terhindar dari keterpaparan terhadap konstaminasi dari luar, susu lain atau formula atau alat minm yang di pakai. (bkkbn,2014;MK-2) b) Untuk ibu (a) Mengurangi perdarahan pasca persalinan. (b) Mengurangi resiko anemia. 5. Instruksi kepada klian (hal yang harus disampaikan kepada klian). a) Seberapa sering ibu harus menyusui Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Berikan bayi menyelesikan menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapatkan cuckup banyak susu ahir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali pada waktu memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.(kkbn,2014) 86 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 87 b) Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam. c) Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya. d) Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam membantu mempertahankan cakupan pesediaan ASI. C. Metode keluarga berencana alamiah (KBA) 1. Metode kalender a) Definisi Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan sikluas haid atau terdapat tanda-tanda adanya kebuburan yaitu keluarnya lindir encer dari liang. Untuk perhitungan masa subur di pakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi 18. Antara waktu senggama dihindari. b) Yang dapat menggunakan KBA 1) Semua perempuan sesame reproduksi, baik sikluas haid teratus maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun premenopouse. 2) Semua perempuan dengan paritas berapapun termasuk multipara. 3) Perempuan kurus ataupun gemuk 4) Perempuan yang merokok. 87 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 88 5) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu a.l hipertensi sedang, varieses, dismenorea, sakit kepada sendang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista avarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, thrombosis vena dalam, tau emboli paru. 6) Pasangan dengan alasab agama atau fislosofi untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi lain. 7) Perempuan yang tidak bisa menggunakan metode kontrasepsi lain. 8) Pasangan yang ingin pantang senggam albih dari seminggu pada setiap siklua haid. 9) Pasangan yang ingin dan trmotivasi untuk mengopservasi, mencatat, dan menilai tanda gejala kesuburan. c) Yang seharusnya tidak menggunakan KBA 1) Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatan membuat hamil menjadi suatu kondisi resiko tinggi. 2) Perempuan sebelumnya mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB 3) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, keluali MOB. 88 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 89 4) Perempuan yang pasanganya tidak mau bekerja sama (berpantang) selama waktu tertentu dalam sirkulasi siklua haid. 5) Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genetalia D. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). 1) Profil Sangat eefktif, reversible dan berjangka panjang (dapat 1) samapi 10 taun) 2) Haid menjadi lama dan lebih banyak. 3) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatian. 4) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi. 5) Tidak boleh di pakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menulat Seksual (IMS). . (Kkbn,2014) 2) Jenis a) AKDR CuT-380A Kecil, kerangka dari plastic yang felksible, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). b) AKDR lain yang beredar di indonesia ialah NOVA T (schering). 3) Cara kerja 1) Menghambat kamampuan sperma u tuk masuk ke tuba fallopi. 2) Mempengaruhi fertilisasi ovum mencapai kavum uteri. 3) AKDR bekrtja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke 89 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 90 dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. 4) 4) Memungkinkan utuk mencegah implantasi telur dalam uterus. Keuntungan 1) Sebagi kontrasepsi efektif tinggi. 2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasnagn. 3) Metode jangka panang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak peril dig anti). 4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. 5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu khawatir terjadi kehamilan. 6) 5) Membantu mencegah kehamilan etopik. . (bkkbn,2014;MK-81) Yang dapat menggunakan AKDR 1) Usia peroduktif. 2) Keadaan multipara. 3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. 4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi. 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui. 6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi. 7) Resiko rendah IMS. 8) Tidak menghendaki metode hormonal. 9) Tidak menyukai untuk mengingat-ngingat minum pil setiap hari. 90 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 91 10) Tidak menghendaki hamil setelah 1-5 hari senggama (lihat kontrasepsi darurat). (bkkbn,2014;MK-82) E. Tubektomi Tubektomi menurut (Kkbn,2014) adalah metode kontasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakalh seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. a. Keuntungan Mempunyai efek terhadap kehamilan dan penyakit radang panggul (PID). Bebrapa studi menunjukan efek protektif terhadap kanker ovarium. b. Resiko Walaupun jarang, tetapi dapatterjadi komplikasi tindakan bedah dan nastesi. Penggunaan anastesi local sangat mengurangi resiko terkait dengan tindakan anastesi umum. (bkkbn,2014;MK-90) c. Tubektomi sesuai untuk 1) Pasangan yang tidak ingin menambah anak lagi. 2) Ibu pasca perssalinan. 3) Ibu menyusui. 4) Tidak ingin menggunakan kontrasepsi yang harus di pakai atau disiapkan setiap waktu. 5) Perempuan dengan gangguan kesehatan yang bertambahnya berat jika terjadi kehamilan. 91 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 92 6) Penggunaan kontrasepsi yang menimbulkan gangguan pola haid. (bkkbn,2014;MK-90) d. Penapisan konseling tubektomi 1) Masih ada berbagai jenis kontrasepsi jika klien belum mantap tubektomi. 2) Tubektomi adalah prosedur bedah inor. 3) Selain menguntungkan, tubektomi juga memiliki resiko. 4) Setelah tubektomi, klien tidak dapat hamil lagi. 5) Tubektomi bersifat permanan. 6) Klien dapat (setiap saat) membataskan pilihan untuk menggunakan tubektomi selama prosedur tubektomi belum di lakukan. (bkkbn,2014;MK-90) e. Manfaat Kontrasepsi 1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan). 2) Tidak mengurangi proses menyusui. 3) Tidak tergantung pada factor senggama. 4) Baik bagi pasien apabila kematian akan beresiko kesehatan serius. 5) Pembedahan sederhana, tidak dilakukan anastesi local. 6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. 7) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. 92 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 93 Nonkontrasepsi Berkurangnya resiko kanker ovarium. (bkkbn,2014;MK-91) f. Yang dapat menjalankan tubektomi menurut (bkkbn,2014;MK-92) 1) Usia >26 tahun. 2) Paritas > 2. 3) Yakin telah mempunyai keluarga yang sesuai dengan kehendaknya. 4) Pada kehmilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius. 5) Pascapersalinan. 6) Pascakeguuran. 7) Pagam dan secara sukarela setuju dengan prosedut tubektomi. F. Vasektomi Vasektomi menurut (bkkbn,2014;MK-95) adalah metode kontrasepsi untuk laki-laki yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainya untuk memastikan apakah seseorang klien susuai untukk menggunakan kontrasepsi vasektomi. 1) Efektifitas a) Setelah masa pengosongan sperma dari vasikula seminalis (20 kali ejakuasi menggunakan kondom) maka kehamilan hanya terjadi pada 1 per 100 perempuan per tahun pertama penggunaan. 93 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 94 b) Pada mereka yan tidak dapat memastikan (analisis sperma) masih adanya sperma pada ejakuasi atau tidak patuh menggunakan kondom hingga 20 kali ejakuasi maka kehamilan terjadi pada 2-3 per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan. c) Selama 3 tahun penggunaan, terjadi sekitar 4 kehamilan per 100 perempuan. (bkkbn,2014;MK-96) 2) Yang dapat menggunakan kontrasepsi vasektomi menurut (bkkbn,2014;MK-97) a. Dari semua usia produktif (biasanya <50). b. Tidak ingin anak lagi, menghentikan fertilisasi, ingin metode kontrasepsi yang sangat efektif dan permanen. c. Yang istrinya memiliki masalah usia, paritas untuk kesehatan di mana kehamilan yang dapat menimbulkan resiko kesehatan atau ancaman keselamatan jiwa. 94 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 95 II. Tinjauan Asuhan Kebidanan Menurut Kepmenkes No.938/MENKES/SK/VII/2007 tentang standar asuhan kebidanan. Pengertian Standar Asuhan Kebidanan : Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan. STANDAR I : Pengkajian. 1. Pernyataan Standar. Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. 2. Kriteria Pengkajian. a. Data tepat, akurat dan lengkap. b. Terdiri dari Data Subyektif (hasil Anamnesa; biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya). c. Data Obyektif (hasil Pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang). 95 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 96 STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan. 1. Pernyataan Standar. Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat. 2. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan. a. Diagnosa Bidan sesuai dengan nomenklatur kebidanan. b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien. c. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. STANDAR III : Perencanaan. 1. Pernyataan Standar. Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan. 2. Kriteria Perencanaan. a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif. b. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga. c. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga. d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien. 96 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 97 e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada. STANDAR IV : Implementasi. 1. Pernyataan Standar. Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. 2. Kriteria Implementasi. a. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosialspiritual-kultural. b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau keluarganya (inform consent). c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based. d. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan. e. Menjaga privacy klien/pasien. f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi. g. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan. h. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai. i. Melakukan tindakan sesuai standar. j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan. 97 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 98 STANDAR V : Evaluasi 1. Pernyataan Standar Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. 2. Kriteria Evaluasi a. Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau keluarga. c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar. d. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan 1. Pernyataan Standar Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan. 2. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status Pasien/Buku KIA). b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP. c. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa. d. O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan. 98 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 99 e. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan. f. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. III. Aspek Hukum A. Landasan hukum kewenangan bidan Berdasarkan PEMENKES RI nomor 1464/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktik bidan pada: pasal 9 dijelaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pasal 10 menjelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu meliputi konseling pada masa pra kehamilan, kehamilan normal, persalinan normal , ibu nifas normal, ibu menyusui dan konseling pada masa antara dua kehamilan. Dalam pasal 11 dijelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan anak, bidan berwenang untuk memberikan asuhan bayi baru lahir normal, dan dalam memberikan penyuluhan. Pasal 12 koseling tentang kesehatan reproduksi perempuan dan KB tercantum. 99 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 100 B. Wewenang bidan Berdasarkan PEMENKES RI nomor 1464/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktik bidan menyebutkan bahwa dalam pasal 14 bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9. C. Standar Kompetensi Bidan Diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:369/MENKES/SK/III/2007 Kompetensi ke 1 Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dan ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. Kompetensi ke 2 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. Kompetensi ke 3 Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan 100 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 101 atau rujukan dari komplikasi tertentu. Kompetensi ke 4 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Kompetensi ke 5 Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Kompetensi ke 6 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. Kompetensi ke 7 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan–5 bulan). Kompetensi ke 8 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. Kompetensi ke 9 Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan sistem reproduksi. (KEPMENKES RI,2010;h.5 101 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017