9 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Kehamilan 1

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Medis
A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal yaitu 280 hari (40 minggu atau 9bulan 7hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo,2009;H.90).
Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (Minggu) atau 10
bulan (Lunar Months). Kehamilan dibagi atas triwulan (Trimester) : 1
antara minggu 0-12, II antara minggu 12-28, III antara minggu 28-40
(Mochtar,2012;H.69).
kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu(minggu ke 13
hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke
40). (Prawirohardjo, 2010;h.213).
Beberapa definisi kehamilan diatas dapat disimpulkan kehamilan
adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin yang
normalnya berlangsung selama 280 hari atau 40 minggu. Selama
kehamilan terbagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama 0-12
minggu, trimester kedua 12-28 minggu, dan trimester ketiga 28-40
minggu.
9
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
10
2. Etiologi
Konsepsi terjadi ketika sperma dan ovum menyatu, dan ini
menandai kemungkinan dimulainya kehidupan yang baru. Konsepsi
terjadi sebagai dampak beberapa peristiwa kompleks yang mencakup
proses pematangan akhir spermatozoa dan oosit, transpor gamet didalam
saluran genetalia wanita, selanjutnya peleburan gamet pria dan wanita,
pembentukan jumlah kromosom diploid. (Holmes, 2012; h. 17).
Penyatuan ovum dan sperma saat fertilisasi merupakan proses
yang penting. Peristiwa ovulasi akan membebaskan oosit sekunder dan
sel-sel adheren kompleks kemulut oosit dan ovarium. Fertilisasi umumnya
terjadi di tuba uterina. Spermatozoa harus telah berada di tuba saat oosit
tiba. Setelah fertilisasi dalam tuba uterina, ovum yang matang akan
menjadi zigot sel diploid (Cuningham. Leveno. Bloom. Hauth. Rouse.
Spong. 2013;h. 49)
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda dugaan kehamilan
1)
Amenore.
2)
Mual dan muntah (emesis).
3)
Ngidam.
4)
Sinkope atau pingsan.
5)
Payudara tegang.
6)
Sering miksi.
7)
Konstipasi atau obstipasi.
8)
Pigmentasi kulit.
10
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
11
9)
Epulsi.
10) Varises atau oenampakan pembuluh darah vena.
b. Tanda tidak pasti kehamilan
1) Rahim membesar, sesuai tuanya hamil.
2) Pada
pemeriksaan
dalam,
dijumpai
tanda
Hegar,
tanda
Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicsk, dan teraba
ballottement.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
c. Tanda pasti kehamilan
1)
Gerakan janin dalam rahim.
2)
Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
3)
Denyut jantung janin. Didngar dengan stetoskop Leannec, alat
kardiotokografi, alat Dopoler. Dilihat dengan ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi.(Manuaba,2010)
4. Pembagian Kehamilan
a. Trimester Pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa
ia sedang mengandung. Seluruhperiode zigot dan embrionik dan dua
minggu pertama periode janin (dari total 10 minggu kehidupan setelah
fertilisasi) berada pada 12 minggu pertama kehamilan dihitung dari
masa menstruasi terahir, yang merupakan trimester pertama (Varney,
2007;h.501;h.504).
11
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
12
b. Trimester Kedua
Trimester kedua sering dikenal sebai periode kesehatan yang baik,
yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester
kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur kedalam dan
paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya
terbagi atas dua fase : pra-quickening dan pasca-quickening.
Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah,
yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni mengembangkan
identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri yang berbeda dari ibunya.
Trimester kedua, yang berlangsung 15 minggu, mencakup minggu ke13 hingga minggu ke-27 mengacu pada LMP (Last Menstrual Periode).
Usia kehamilan ini ekuivalen dengan minggu ke-11 hingga minggu ke25 sejak pascafertilisasi (Varney, 2007;h.502;h.511).
c. Trimester Ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar
menanti kehadiran sang bayi. Trimester ketiga, berlangsung 13
minggu, mencakup minggu ke-28 hingga minggu ke-40 mengacu pada
LMP. Usia ini ekuivalen dengan minggu ke-26 hingga minggu ke-38
sejak pascafertilisasi (Varney, 2007;h. 503;h. 511).
12
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
13
5. Perubahan Fisiologi dalam Kehamilan
a. Sistem Reproduksi
1)
Uterus
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram
dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan
berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,
plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan
volume totalnya mencapai 5 Liter bahkan dapat mencapai 20 Liter
atau lebih. Pada akhir kehamilan uterus berkapasitas 500 sampai
1000 kali lebih besar daripada keadaan tidak hamil.
Selama
kehamilan,
pembesaran
uterus
terjadi
akibat
peregangan dan hipertrofi mencolok sel-sel otot, sementara
produksi miosit baru terbatas. Peningkatan ukuran sel otot diiringi
oleh akumulsi jaringan fibrosa, terutama di lapisan otot eksternal,
dan peningkatan jaringan elastik. Anyaman yang terbentuk ikut
memperkuat dinding uterus.
Pembesaran uterus paling mencolok terjadi di fundus. Pada
bulan-bulan pertama kehamilan, tuba uterina serta ligamentum
ovarii proprium dan ligamnetum teres uteri melekat sedikit di
bawah apeks fundus. Selanjutnya struktur-struktur tersebut
terletak sedikit di atas bagian tengah uterus.
Susunan sel otot uterus selama kehamilan terdiri dari tiga
lapisan, yaitu:
13
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
a)
Suatu lapisan luar berbentuk tudung, yang melengkung
menutupi fundus dan meluas kedalam berbagai ligamentum
b)
Lapisan tengah, yang terdiri dari anyaman padat serta otototot yang ditembus disegala arah oleh pembuluh darah.
c)
Lapisan dalam, dengan serat-serat mirip sfingter mangelilingi
orifisium tuba uterina dan ostrium internum servisis.
Bagian utama dinding uterus di bentuk oleh lapisan tengah.
Setiap sel dilapisan ini memiliki dua lengkungan sehingga
persilangan antara dua otot akan menghasilkan bentuk mirip
angka delapan. Susunan ini sangat penting karena ketika
kontraksi setelah pelahiran, sel-sel ini memeras pembuluh darah
sehingga berfungsi sebagai pengikat.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti
bentuk asli seperti buah pir. Seiring dengan perkembangan
kehamilan, daerah fundus dan korpus akan membulat. Pada akhir
kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga
pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh
dinding abdominal,
2)
Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak
dan
kebiruan.
Perubahan
vaskularisasi dan
terjadinya
ini
terjadi
akibat
penambahan
edema pada seluruh serviks,
bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada
kelenjar-kelenjar serviks.
14
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
3)
Ovarium
Proses
ovulasi
selama
kehamilan
akan
terhenti
dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum
yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah
yang relatif minimal.
4)
Vagina dan Perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,
sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang
dikenal dengan tanda Chadwick. Dinding vagina mengalami
banyak perubahan yang mengalami peregangan pada waktu
perslinan dan meningkatnya kekebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertrofi sel polos.
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana
sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6
yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat
dlikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
lactobacillus acidophilus.
b. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae
15
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
gravidarum. Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan
perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang
disebut dengan linea nigra.
Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada
wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau melasma
gravidarum. Selain itu, pada areola dan dan daerah genetalia juga
akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi ini biasanya akan
hilang atau sangat jauh berkurang setelah persalinan. Estrogen dan
progesteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan
diduga bisa menjadi faktor pendorongnya.
c. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting
payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan
pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum
dapat keluar. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan
kehitaman. Kelenjar montgmmery, yaitu kelenjar sebasea dari areola,
akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara
makin besar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul.
Ukuran payudra sebelum kehamilan tidan mempunyai hubungan
dengan banyaknya air susu yang akan dihasilkan setelah bersalin.
16
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
d. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan
cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 perempuan dengan
gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4
kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
penambahan berat badan per minggu 0,5 kg dan 0,3 kg. Peningkatan
jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis.
Minimal penambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 l.
WHO mengajurkan asupan protein per hari pada ibu hamil 51 g.
Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apoliprotein dalam plasma akan
meningkat selama kehamilan. Selama kehmailan ibu akan menyimpan
30 gram kalsium yang sebagian besar akan digunakan untuk
pertumbuhan janin. Jumlah itu diperkirakan hanya 2,5 % dari total
kalsium ibu. Zinc (Zn) sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Pada perempuan hamil dianjurkan asupan
mineral ini 7,3-11,3 mg/hari. Asam folat diperlukan untuk pertumbuhan
dan pembelahan sel dalam sintesis DNA/RNA. Mengkonsumsi asam
folat dianjurkan sampai usia kehamilan 12 minggu, karena defisiensi
asam folat selama kehamilan akan menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik.
17
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
e. Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan
ini terjadi untuk mengurangi resistensi vascular sistemik. Volume darah
akan meningkat secara progesif mulai minggu ke 6-8 kehamilan dan
mecapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan perubahan kecil
setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kra-kira 4045%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada
ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan aldosteron.
Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan
eritrosit.
Eritropetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah
sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume
plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan
konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6%
perempuan bisa mencapai di bawah 11 g/dl. Kebutuhan zat besi
selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari.
Hipervolemia selama kehamilan mempunyai fungsi berikut:
a) Untuk menyesuaikan pembesaran uterus terhadap hipertrofi system
vaskuler.
b) Untuk melindungi ibu dan janin terhadap efek yang merusak dari
arus balik vena dalam posisi terlentang dan berdiri.
c) Untuk menjaga ibu dari efek kehilangan darah yang banyak pada
saat persalinan.
18
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada 2-6 minggu
setelah persalinan. Kehamilan juga mempengaruhi keseimbangan
koagulasi intravaskuler dan fibrinolisis sehingga menginduksi suatu
keadaan hiperkoagulasi.
f. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±
135%. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat
kehamilan aterm. Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga
15,0 ml pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan
peningkatan vaskularisasi. Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan
menurun pada trimester pertama dan kemudian akan meningkat
secara progresif. Aksi yang penting dari hormon paratiroid adalah
untuk memasok janin dengan kalsium yang adekuat. Kelenjar adrenal
pada
kehamilan
normal
akan
mengecil,
sedangkan
hormon
androstenodion, testosterone, dioksikortikosteron, aldosteron, dan
kortisol akan meningkat, sementara itu, dehidrosteron sulfat akan
menurun.
g. Sistem muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya barat ke belakang kearah dua
tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas
tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
19
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung
terutama pada akhir kehamilan
(cuningham. Leveno. Bloom. Hauth. Rouse. Spong. 2013, H.112-135)
6. Pemeriksaan Penunjang
1). Deteksi HCG
Pada hari ke 14 setelah fertilisasi, korion pada blastokista
mensekresikan hormon chorionic gonadotrophin (HCG) yang dapat
dideteksi dari darah ibu atau urin ibupada saat terhentinya haid. Uji
kehamilan modern mengidentifikaso swubunit beta HG secara
spesifik dan subunit ini dapat didetekdi meskipun kadarnya hanya 25
IU/l atau 2mIU/mL HCG. Uji ini tersedia secara komersil berupa
seperangkat alat tes berbentuk slide yang sederhana.
2). USG
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kantong gestasi di
dalam
uterus
dalam
waktu
5-6
minggu
setelah
amenore.
Pemeriksaan melalui vagina dapat mengidentifikasi janin secara dini
pada usia kehamilan 6 minggu. Pemeriksaan melalui abdomen pada
usia kehamilan 7 minggu. USG adalah satu-satunya teknik yang
dapat
mengkonirmasi
viabilitas
janin
pada
awal
kehamilan.(Harnetty,2010 h.63-64)
7. Ketidaknyamanan Kehamilan
a. Nausea
Nausea dengan atau tanpa disertai muntah-muntah, ditafsirkan
keliru sebagai morning sickness, tetapi paling sering terjadi pada siang
20
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
atau sore atau bahkan sepanjang hari. Nausea lebih kerap terjadi pada
saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari (Varney,
2007;h. 536).
b. Ptialisme (Salivasi Berlebihan)
Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat
disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut atau
peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva pada
wanita yang rentan mengalami salivasi berlebihan (Varney, 2007;h.
537).
c. Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama, namun alasannya
belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan
diakibatkan oleh penurunan dratis laju metabolisme dasar pada awal
kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas. Dugaan lain
adalah bahwa peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan
tidur. Metode untuk meredakannya adalah meyakinkan kembali bahwa
keletihan adalah hal yang normal dan bahwa keletihan akan hilang
secara spontan pada trimester ke dua. Latihan ringan dan nutri yang
baik juga dapat membantu mengatasi keletihan (Varney, 2007;h. 537538).
d. Nyeri Punggung Bagian Atas
Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama
akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara
menjadi berat. Pemberasan ini dapat mengakibatkan tarikan otot
21
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
jikapayudara tidak disokong adekuat. Metode untuk mengurangi nyeri
ini ialah menggunakan BH yang berukuran sesuai ukuran payudara
(Varney, 2007;h. 538).
e. Leukorea
Leukore adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan
konsistensi tental atau cair, yang dimulai pada trimester pertama.
Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sejumlah besar glikogen
pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil Doderlin.
(Varney, 2007;h. 538).
f. Peningkatan Frekuensi Berkemih (Nonpatologis)
Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi akibat
peningkatan berat badan pada fudus uterus. Hal ini menimbulkan
tekanan langsung pada kandung kemih. Tekanan ini akan berkurang
seiring uterus terus membesar dan keluar dari panggul sehingga
menjadi salah satu organ abdomen. Sementara kandung kemih
merupakan organ panggul. Metode yang dapat dilakukan untuk
mengurangi frekuensi berkemih ini adalah menjelaskan mengapa hal
tersebut menjadi terjadi dan mengurangi asupan cair sebelum tidur
sehingga wanita tidak perlu bolak balik kemar mandi pada saat
mencoba tidur (Varney, 2007;h. 538).
g. Nyeri Ulu Hati
Timbul menjelang akhir trimester ke dua dan bertahan hingga
trimester ke tiga. Nyeri ulu hati adalah kata lain untuk regurgitasi atau
22
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
refluks isi lambung yang asam menuju asofagus bagian bawah akibat
peristaltis balikan. (Varney, 2007;h. 538-539).
h. Flatulen
Peningkatan
gastrointestinal.
flatulen
Hal
ini
diduga
akibat
kemungkinan
penurunan
merupakan
motilitas
akibat
efek
peningkatan progesteron yang merelaksasi otot halus dan akibat
pergeseran serta tekanan pada usus halus karena pembesaran uterus.
Cara untuk mengurangi flatulen. (Varney, 2007;h. 539).
i. Konstipasi
Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang
disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi
peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan pada usus
akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat
menurunkan
motilitas
pada
saluran
gatrointestinal
sehingga
menyebabkan konstipasi. (Varney,2007;h. 539).
j. Hemoroid
Semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemeroid.
Progesteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus
besar. Selain itu, pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan
tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemeroid.
Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan
kongestian pada vena panggul. (Varney,2007;h. 539-540).
23
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
k. Dispareunia
Nyeri saat berubungan seksual dapat berasal dari sejumlah
penyebab selama kehamilan. Perubahan fisiologis dapat menjadi
penyebab, seperti kongesti vagina/panggul akibat gangguan sirkulasi
yang dikarenakan tekanan uterus yang membesar atau tekanan
bagian presentasi. (Varney, 2007;h. 540-541).
Kebutuhan psikologis ibu hamil
8. Kebutuhan psikologis ibu hamil menurut (Kuswanti, 2014;h.135-138)
adalah sebagai berikut:
a. Support keluarga
Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat
berpengaruh, sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan
mempengaruhi keluarga. Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan
keluarga
dan diikuti oleh stress dan kecemasan.Hubungan antara
wanita dan ibunya terbukti signifikan dalam adaptasi terhadap
kehamilan dan menjadi ibu. Keberadaan ibu disamping anak
perempuannya selama masa kanak-kanak.
b. Support dari tenaga kesehatan
1) Trimester I
a)
Menjelaskan dan meyakinkan pada ibu bahwa apa yang terjadi
padanya adalah suatu yang normal.
b)
Membantu untuk
untuk memahami setiap perubahan yang
terjadi baik fisik maupun psikologis.
24
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
c)
Meyakinkan bahwa ibu akan mulai merasa lebih baik dan
berbahagia pada trimester kedua.
2) Trimester II
a)
Mengajarkan ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tandatanda bahaya.
b)
Bersama ibu dan keluarga dalam merencanakan kelahiran dan
rencana kegawatdaruratan.
3) Trimester III
a)
Memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan oleh ibu adalah
normal
b)
Menenangkan ibu.
c)
Membicarakan kembali dengan ibu bagaimana tanda-tanda
persalinan yang sebenarnya.
d)
Meyakinkan bahwa anda akan selalu berada bersama ibu untuk
membantu melahirkan bayinya.
c. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
Selama
kehamilan
mungkin
ibu
mengeluhkan
bahwa
ia
mengalami berbagai ketidaknyamanan, meskipun bersifat umum dan
tidak mengancam keselamatan jiwa, tetapi dapat saja menjemukan
dan menyulitkan bagi ibu. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus
mendengarkan ibu, membicarakan tentang berbagai macam keluhan
dan membantunya mencari cara untuk mengatasinya sehingga ibu
dapat menikmati kehamilannya dengan aman dan nyaman. Keluarga
25
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
dapat memberikan perhatian dan dukungan sehingga ibu merasa
aman dan tidak sendiri dalam menghadapi kehamilannya.
d. Persiapan menjadi orang tua
Persiapan menjadi orang tua sangat penting karena setelah bayi
lahir akan banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah
dan keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama mempunyai anak,
persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang
yang mampu untuk membagi pengalamannya dan memberikan
nasehat mengenai persiapan menjadi orang tua.Bagi pasangan yang
sudah mempunyai lebih dari satu anak, dapat belajar dari pengalaman
mengasuh anak sebelumnya.
e. Persiapan sibling
Sibling rilvary adalah rasa persaingan diantara saudara kandung
akibat kelahiran anak berikutnya. Biasanya terjadi pada anak usia 2-3
tahun. Sibling rivalry biasanya ditunjukan dengan penolakan terhadap
kelahiran adiknya, menangis, menarik diri dari lingkungannya, menjauh
dari ibunya atau melakukan kekerasan terhadap adiknya. Kehadiran
seorang adik yang baru dapat merupakan krisi utama bagi seorang
anak.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Tujuan asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2009. Hal 90)
1)
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
26
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
2)
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
social ibu dan bayi.
3)
Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4)
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5)
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian asi ekslusif.
6)
Mempersiapkan peran ibu
dan keluarga dalam
menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
b. Kebijakan program menurut (Prawirohardjo, 2009. 90)
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan. Satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan
kedua, dua kali pada triwulan ketiga.
c. Setiap
kehamilan
dalam
perkembangannya
mempunyai
risiko
mengalami penyulit dan komplikasi oleh karena itu pelayanan
antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu dan sesuai standar
pelayanan
antenatal
yang
berkualitas.
Pelayanan
antenatal
diupayakan agar memenuhi standar kualitas, yaitu;
a.
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
b.
Pengukuran tekanan darah;
c.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);
d.
Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
27
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
e.
Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toxoid sesuai status imunisasi;
f.
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan;
g.
Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
h.
Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal
dan konseling, termasuk Keluarga Berencana);
i.
Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin
darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya);
j.
Tatalaksana kasus
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2015; h. 56; h.57)
10.
Asuhan kebidanan kehamilan fisiologis
1. Data Subjektif
a. identitas klien: nama, umur, ras/suku, alamat, agama pekerjaan
maksud pertanyaan ini adalah untuk identifikasi penderita dan
menentukan status sosial ekonominya yang harus kita ketahui,
misalnya untuk menentukan anjuran apa atau pengobatan apa
yang akan diberikan. Umur juga hal yang penting karena ikut
menentukan prognosis kehamilan.
b. Riwayat pernikahan
jika orang hamil sudah lama menikah, nilai anak tentu besar
sekali dan ini harus diperhitungkan dalam persalinan (anak
mahal).
28
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
c. Riwayat kesehatan
Berhubungan dengan masalah kesehatan pada klien,
d. Riwayat obstetri
pertanyaan ini sangat mempengaruhi prognosis persalinan dan
pimpinan persalinan, karena jalannya persalinan yang lampau
adalah hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi
persalinan.
e. Riwayat menstruasi
Memberikan kesan tentang faal alat reproduksi
f. Riwayat KB
Untuk mengetahui KB terakhir dan KB yang akan datang.
menurut Ummi Hani,dkk 2010 h.86-103.
2. Data objektif
a.
Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Menurut Prawirohardjo (2010;h.135) selama kehamilan
tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan
nilai dasar, tekanan darah yang adekuat mempertahankan
fungsi plasenta, kenaikan tekanan darah normal selama
kehamilan pada sistolik tidak lebih dari 20 mmHg dan pada
diastolik tidak lebih dari 10-15 mmHg. Sehingga tidak ada
komplikasi atau masalah pada tekanan darahnya.
29
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
2) Nadi
Menurut Varney (2007;h.687) frekuensi denyut nadi akan
mengalami sedikit kenaikan saat ada kontraksi dan akan
kembali rendah saat penurunan his. Sehingga tidak terdapat
masalah pada frekuensi nadinya.
3) Pernafasan
Menurut Varney (2007;h.687) saat menjelang persalinan
akan
sedikit
terjadi peningkatan
dikarenakan
adanya
peningkatan metabolisme. Sehingga tidak terdapat masalah
pada respirasinya.
4) Suhu
Menurut Manuaba (2010) menyebutkan bahwa suhu aksila
dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 ºC. Sehingga
pada kasus tidak terdapat masalah pada suhunya.
b.
Palpasi abdomen
1)
Leopold I
Tujuan
dari
pemeriksaan
Leopold
I
adalah
untuk
menentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan umur
kehamilan. Selain itu, dapat juga ditentukan bagian janin
mana yang terletak pada fundus uteri.
Teknik pelaksanaan:
a) Kedua telapak tangan pemeriksaan dletakkan pada puncak
fundus uteri.
30
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
b) Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia
kehamilan.
c) Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus
(bokong atau kepala atau kosong).
2)
Leopold II
Palpasi Leopold II ini bertujuan untuk mengetahui bagian
yang ada di sebelah kanan atau kiri perut ibu.
Teknik pelaksanaan:
a) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah
sampai disamping kiri dan kanan umbilikus.
b) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi
auskultasi denyut jantung janin nantinya.
c) Tentukan bagian-bagian kecil janin.
3)
Leopold III
Palpasi Leopold III ini bertujuan untuk bagian janin yang
berada di sebelah bawah uterus ibu.
Teknik pelaksanaan :
a) Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena
dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
b) Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk
tangan kanan.
c) Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan
ditentukan apakah sudah mengalami enggagement atau
belum.
31
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
4)
Leopold IV
Pada Leopold IV, selain bertujuan untuk menentukan
bagian janin mana yang terletak dibawah, juga dapat
menentukan bagian berapa bagian dari kepala janin yang
telah masuk dalam pintu atas panggul.
Teknik pelaksanaan:
a) Pemeriksaan mengubah posisi sehingga menghadap ke
arah kiri pasien.
b) Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan
bagian terendah janin.
c) Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat
desensus janin.
(Kuswanti 2014;h.104-108)
3. Menentukan usia kehamilan menurut menurut Ummi Hani,dkk h.79 80
a. Rumus Naegele
HPHT adalah tanggal dimana ibu bau mengeluarkan darah
menstruasi dengan frekuensi dan lama seperti menstruasi yang
seperti biasa. HPL tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT
dikurangi 3, tahun HPHT ditambahkan 1. Menentukan umur
kehamilan dihitung secara rinci hari-hari yang sudah dilalui
dimulai dari HPHT sampai tanggal waktu perhitungan.
32
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
b. Gerakan pertama fetus
pada primigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu,
sedangkan pada mltigravida sekitar 16 minggu.
c. Perkiraan TFU
a.
1/3 atas symfisis atau 3 jari diatas simfisis (uk 12 minggu).
b.
½ simpisis-pusat (uk 16 minggu)
c.
2/3diatas simpisis atau 3 jari dibawah pusat (20 minggu)
d.
Setinggi pusat (24 minggu)
e.
1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat (uk 28 minggu)
f.
½ pusat-procesus xipoideus (uk 32 minggu)
g.
Setinggi procesus xipoideus (uk 36 minggu)
B. Persalinan
1. Definisi
Persalinan adalah proses ketika kontraksi teratur, ritmik, dan nyeri
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks dan penurunan bagian
presentasi. Mengakibatkan ekspulsi janin
dan
plasenta dari ibu
(Harnetty,2012, h.217)
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang
normal. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun kebawah jalan lahir, kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo 2009, h. 100)
Persalinan dan kelahiran normal adalah ketika proses peneluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
33
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
(Prawirohardjo 2009,
h.100).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan
adalah suatu proses yang normal pada kehamilan cukup bulan (37-42
minngu) dengan tanda yaitu kontraksi yang kuat dan teratur yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks sehingga presentasi
terbawah janin dapat turun dan lahir dari jalan lahir.
Persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditambahkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
(Johariyah, 2012)
2. Kala dalam Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu Kala I Waktu untuk
pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm, Kala II
pengeluaran janin sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir, Kala III Waktu
untuk pelepasan dan pengeluaran uri, Kala IV Mulai dari lahirnya uri,
selama 1-2 jam.
34
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
a. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah (bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (effacement).
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu:
1) Fase laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam
2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
a)
Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4.
b)
Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c)
Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap)
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Kala II adalah kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat,
cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah
turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang melauli lengkung ferleks menimbulkan
rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau
buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada waktu his,
kepala
janin
mulai kelihatan, vulva membuka, dan
perineum
meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir
kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung
selama 1 ½ jam, pada multu ½-1 jam
35
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
c. Kala III ( kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi Rahim bersifat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang
menjadi 2 kali lebih tebal dari sebelumnya.
Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran
uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke
dalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan
dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya
perdarahan postpartum.
(Mochtar, 2012;h.34)
3. Proses adaptasi fisiologi
a. Perubahan organ reproduksi
1) . Otot uterus
(a) Distribusi otot polos tidak merata di uterus
(b) Paling banyak di segmen atas Rahim (SAR) perbandingan otot
polos : jaringan ikat = 90:10.
(c) Di segmen bawah Rahim (SBR) 20:80, sehingga kontraksi
uterus paling kuat pada SAR.
36
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37
(d) Memiliki 3 lapisan anatomis: paling luar (longitudinal dan
srikuler), lapisan tenga berbentuk spiral dan banyak terdapat
vaskularisasi, lapisan dalam berbentuk longitudinal.
2) Kontraksi uterus.
(a) Pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
timbul kontraksi
(b) Kontraksi Braxton hicks mulai dirasakan pada akhir kehamilan.
(c) Mulai usia kehamilan 7 minggu, ireguler, tidak tersinkronasi,
fokal, frekueensi tinggi, intensitas jarang.
(d) Pada pertengahan kehamilan sampai dengan minggu sebelum
aterm, intensitas emakin meningkat.
3) Perubahan bentuk Rahim.
Pada setiap kontraksi sumbu panjang Rahim bertambah
panjang sedangkan ukuran melintang berkurang. Pertumbuhan
uterus pada kehamilan dan persalinan.
(a) Berat uterus.
(i)
Pada saat sebelum hamil berat uterus sekitar 50 gram pada
nulipara, dan 60-70 gram pada multipara.
(ii) Pada saat hamil berat uterus akan meningkat menjadi 20
kali lipat menjadi sekitar 1000 gram.
(iii) Pada
kehamilan
dikarenakan
uterus
adanya
mengalami
pengaruh
hyperplasia
estrogen,
yang
kemudian
mengalami hipertrofi sehingga terjadi perubahan bentuk
bundar menjadi silindris.
37
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38
(iv) Otot uterus dipersyarafi oleh serat adrenergic, kolinergik,
peptidergik.
(v) Faal ligamentum rotundum dalam persalinan adalah pada
tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang
punggung pindah ke depan mendesak dinding perut depan
ke depan.
(b) Perubahan pada serviks.
Terjadi pendataran dan pembukaan serviks
(i)
Pendataran adalah : pemendekan dari canalis servikalis,
yang semula berupa saluran yang panjangnya beberapa mm
sampa 3 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang
tipis.
(ii) Pembukaan adalah : pembesaran dari ostium externum
yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter
beberapa mm menjadi lubang yang dapat dilalui janin.
(iii) Serviks mengandung konsentasi kolagen yang sangat tinggi,
dan kondisi serviks menutup
rapat sampai sebelum
pengeluaran janin.
(iv) Setelah persalinan, serviks kembali kaku karena ikatan
antara glikopretein dengan kolagen.
(c) Perubahan vagina dan dasar panggul.
Dalam kala I ketuban ikut merenggangkan bagian atas vagina
yang sejak kehamilan mengalami perubahan sehingga dapat di
lalui oleh anak. Setelah ketuban pecah, segala perubahan akan
38
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39
terjadi, terutama pada dasar panggul di timbulkan oleh bagian
depan janin. Oleh bagian depan janin yang maju, dasar panggul
diregang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis.
b. Perubahan system kardiovaskuler.
1)
Tekanan darah.
a)
Pada setiap kontraksi 400 ml darah di keluarkan dari uterus
ke dalam system vaskuler maternal. Sehingga meningkatkan
cardiac output / curah jantung (volume) darah yang di pompa
keluar oleh jantung) 10-15% pada kala I.
b)
Kenaikan terjadi selama kontraksi (sistolik rata-rata naik 15,
10-15 mmHg. Diastolic 5-10 mmHg antara kontraksi tekanan
darah normal kembali.
c)
Rasa sakit, takut dan cemas akan meningkatkan tekanan
darah.
2)
Detak jantung.
a)
Berhubungan
dengan
peningkatan
metabolism,
detak
jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara
kontraksi detak jantung sedikit meningkat daripada sebelum
persalinan.
b)
Denyut nadi pada kala I adalah <100x/menit.
c. Perubahan metabolism.
Metabolism
aerobic
dan
anaerobic
akan
secara
berangsur
meningkat disebabkan kekhawatiran dan aktivitas otot skeletal.
Peningkatan ini direfleksikan dengan peningkatan suhu tubuh, denyut
39
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40
nadi, output kardiak, pernafasan dan kehilangan cairan yang
mempengaruhi fungsi renal.
d. Perubahan suhu tubuh.
(1) Berhubungan
karena
peningkatan
metabolism,
pengeluaran
energy ekstra (berasal dari metabolism glikogen di dalam otot)
terutama saat terjadi kontraksi. Suhu tubuh sedikit meningkat
selama persalinan terutama selama dan setelah persalinan.
(2) Kenaikan suhu tidak boleh lebih dari 1-2 F (0,5-1 C).
(3) Suhu tubuh kala I berkisar <38 C.
e. Perubahan pernafasan.
(1) Berhubungan dengan peningkatan metabolism, kenaikan kecil
pada laju pernafasan dianggap normal. Hiperventilasi yang lama
dianggap tidak normal.
(2) Sulit
untuk
mendapatkan
penemuan
angka
yang
akurat
mengenai pernafasan karena angka dan iramanya di pengaruhi
oleh rasa tegang, rasa nyeri, kekhawatiran, serta penggunaan
teknik-teknik bernafas.
f. Perubahan system renal.
(1)
Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan
output kardiak, peningkatan angka filtrasi glomerular dan
peningkatan aliran plasma renal. Protein urin dianggap biasa
dalam persalinan.
(2)
Kandung kemih harus sering di evaluasi setiap 2 jam untuk
melihat apakah kandung kencing penuh dan harus dikosongkan
40
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41
karena akan memperlambat penurunan bagian terendah. Selain
itu trauma terhadap kandung kemih dari tekanan yang terus
berlangsung akan menyebabkan hipotoni kandung kemih serta
retensi urin selama masa segera setelah pasca persalinan.
g. Perubahan gastrointestinal.
(1)
Motilitas
lambung
dan
absorpsi
makanan
padat
secara
substansial berkurang selama persalinan.
(2)
Pengeluaran
getah
pencernaan
hamper
perut
kurang
menyebabkan
aktivitas
berhenti dan
pengosongan
lambung
menjadi sangat lamban.
(3)
Rasa mual dan muntah-muntah biasa terjadi sampai berakhirnya
kala I persalinan.
h. Perubahan hematologi.
Haemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
setelah pascapersalinan kecuali ada perdarahan post partum.
i. Perubahan endokrin.
System endokrin akan di aktifkan selama persalinan dimana
terjadi penurunan
kadar progesterone
dan
peningkatan
kadar
estrogen, prostaglandin dan oksitosin.
j. Perubahan system musculoskeletal.
Akibat peningkatan aktivitas otot menyebabkan terjadinya nyeri
pinggang dan sendi, yang merupakan akibat dari peningkatan
41
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42
kelemahan sendi saat kehamilan aterm. Pada saat persalinan ibu
bersalin dapat merasakan kram kaki.
(Johariyah, 2012. Hal 39)
4. Mekanisme persalinan (Cuningham. Leveno. Bloom. Hauth. Rouse.
Spong, 2013;h.57)
Pada awitan persalinan, posisi janin terhadap jalan lahir penting
untuk mengetahui rute kelahiran. Sehingga, posisi janin di dalam rongga
uterus
harus
ditentukan
saat
awitan
persalinan.
Orientasi janin
sehubungan dengan pelvis maternal di bahas dalam kaitannya dengan
letak, presentasi, sikap, dan posisi janin.
a.
Letak janin
Hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu disebut dengan
istilah letak janin dan terbagi menjadi memanjang atau melintang.
Kadang-kadang, aksis janin dan maternal dapat melewati sudut 45
derajat, membentuk letak oblik, yang tidak stabil dan selalu menjadi
letak memanjang atau melintang saat persalinan. Factor predisposisi
letak melintang meliputi multiparitas, plasenta previa, hidramnions,
dan anomaly uterus.
b.
Presentasi janin
Bagian terpresentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah di
dalam maupun di bagian terdekat jalan lahir. Bagian tersebut dapat
dirasakan melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Maka, pada
letak memanjang, bagian yang terpresentasi adalah kepala atau
bokong, sehingga disebut (secara berurutan) presentasi kepala dan
42
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43
bokong. Ketika letak janin pada aksis panjangnya adalah transversal,
bahu merupakan bagian yang terpresentasi dan di rasakan melalui
serviks pada pemeriksaan vagina.
c.
Postur atau sikap janin
Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin membentuk postur
khusus yang disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya, janin
membentuk massa ovoid yang secara kasar sesuai dengan bentuk
rongga Rahim. Janin menjadi terlipat atau membungkuk kearah
dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga bagian punggung menjadi
berbentuk cembung, kepala mengalami fleksi maksimal sehingga
dagu hamper menyentuh dada, paha terfleksi di depan abdomen, dan
tungkai tertekuk pada lutut. Pada semua presentasi kepala, lengan
biasanya menyilang di depan dada atau sejajar pada masing-masing
sisi. Umbilicus terletak pada celah diantaranya dan ekstremitas
bawah. Postur yang khas ini disebabkan oleh cara pertumbuhan janin
dan penyesuaian dirinya terhadap rongga Rahim.
Pengecualian yang abnormal terhadap sikapn ini terjadi ketika kepala
janin meluas secara progresif dari presentasi verteks ke presentasi
wajah. Akibatnya terjadi perubahan progresif sikap janin dari kontur
kolumna vertebralis yang konveks (fleksi) menjadi konkaf (ekstensi)
d.
Posisi janin
Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang di anggap
sebagai bagian presentasi janin terhadap sisi kanan atau kiri jalan
lahir. Dengan demikian, masing-masing presentasi dapat memiliki
43
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44
dua posisi kanan atu kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sacrum janin
masing-masing adalah titik penentu pada presentasi verteks, wajah,
atau bokong. Karena bagian presentasi janin dapat berada baik di
posisi kanan ataupun kiri, terhadap presentasi oksipital kanan dan
kiri, presentasi dagu kanan dan kiri, presentasi sacrum kanan dan
kiri, yang masing-masing disingkat menjadi LO dan RO (Left and
Right Occiput), LM dan RM (Left and Right Mental) serta LS dan RS
(Left and Right Sacral)
5. Tanda gejala persalinan (Varney, 2008)
a.
Lightening
Adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor.
Pada presentasi sefaalik, kepala bayi biasanya menancap (engaged)
setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai
“kepala bayi sudah turun”. Lightening dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman akibat tekanan bagian presentasi pada struktur di area pelvis
minor seperti:
1)
Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih di tekan
sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
2)
Perasaan
tidak
nyaman
akibat
tekanan
panggul
yang
menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul
sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu di keluarkan atau ia
perlu defekasi.
44
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
45
3)
Kram pada tungkai, yang di sebabkan oleh tekanan bagian
presentasi pada saraf yang menjalar melalui foramen iskiadikum
mayor dan menuju ke tungkai.
4)
Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen
akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat
aliran balik darah dari ekstremitas bawah.
Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang
sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada
kondisi ini, anda tidak lagi dapat melakukan pemeriksaan ballotte
terhadap kepala janin yang sebelumnya dapat di gerakan di atas
simfisis pubis pada palpasi abdomen. Padalangkah keempat
pemeriksaan leopold ini, jari-jari anda yang sebelumnya merapat
sekarang akan memisah lebar.
Pada primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan.
Hal ini kemungkinan di sebabkan peningkatan intensitas kontraksi
Braxton hicks dan tonus otot abdomen yang baik, yang memang lebih
sering di temukan pada primigravida.
Dengan mengetahui lightening sudah terjadi, bidan mendapat
kepastian bahwa perubahan tubuh yang di alami ibu normal sehingga
bidan dapat menjelaskan mengapa hal itu terjadi`
b.
Perubahan serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin matang selama masa
hamil serviks dalam keadaan menutup, panjang, dan lunak, sekarang
serviks masih lunak, dengan konsistensi seperti pudding, dan
45
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
46
mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit
dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu
wanita dan laritasnya, contoh : pada masa hamil, serviks ibu
multipara secara normal mengalami pembukaan 2cm, sedangkan
pada primigravida dalam kondisi normal serviks menutup.
Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas
kontraksi Braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode
yang
berbeda-beda
sebalum
persalinan.
Kematangan
serviks
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
c.
Persalinan palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri,
yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada
persalinan palsu sebenarnya timbul akibatkontraksi Braxton hicks
yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar 6 minggu kehamilan.
Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara
intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan persalinan
sejati. Persalinan palsu sangat nyeri dan wanita dapat mengalami
kurang tidur dan kekurangan energy dalam menghadapinya.
d.
Bloody show
Plak lendir deseklresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar
lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung
dan menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak lendir
inilah yang dimaksud sebagai bloody show.
46
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
47
Bloody show paling sering terlihatsebagai rabas lendir bercampur
darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari
perdarahan murni. Ketika melihat rabas tersebut, wanita seringkali
berfikir bahwa ia melihat tanda persalinan. Kadang-kadang seluruh
plak lendir dikeluarkan dalam bentuk masa. Plak yangberlangsung
dan terlihat pada vagina sering kali disangka tali pusat yang lepas
oleh
tenaga
obstetric
yang
belum
berpengalaman.
Padahal,
umumnya tali pusat dikeluarkan dalamsatu sampai dua hari.
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi
biasanya dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi, bloody show bukan
merupakan tanda persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina
sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang
bercampur darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil
terhadap, atau perusak plak lendir saat pemeriksaan tersebut
dilakukan.
e.
Lonjakan energy
Banyak wanita mengalami lonjakan energy kurang lebih 24
sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari
dan minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka
terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga
penuh. Umumnya, para wanita ini merasa enerjik selama beberapa
jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktifitas yang
sebelumnya tidak mampu mereka lakukan, tetapi saat ini mereka
merasa perlu melakukannya sebelum kedatangan bayi. Akibatnya,
47
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
48
mereka memasuki masa persalinan dalam keadaan letih dan sering
kali persalinan menjadi sulit dan lama.
f.
Gangguan saluran cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan
mencerna, mual, dan muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan
gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk
hal ini.
6. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan
utama penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan
normal
a.
Cara pengisian halaman depan partograf
1) Informasi tentang ibu
lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti saat memulai
asuhan persalinan, waktu kedatangan, perhatikan kemungkinan
ibu datang dalam fase lasten, catat waktu pecah ketuban.
2) DJJ
dengan menggunakan metode seperti pemeriksaan fisik nilai dan
catat DJJ setiap 30 menit. Normal DJJ diantara garis tebal 180
dan 100 akan tetapi penolong harus waspada apabila DJJ
dibawah 120 dan diatas 160
3) Warna dan adanya air ketuban
48
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
49
U: utuh, J: ketuban sudah pecah berwarna jernih, M; ketuban
pecah bercampur mekonium, D: ketuban pecah bercampur
darah, K: ketuban pecah dan tidak ada air ketuban. Mekonium
dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan gawat janin. Jika
terdapat mekonium pantau DJJ untuk mengenali gawat janin
(DJJ<100atau >180 kali permenit).
4) Molase adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala
bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul 0
(sutura terpisah), 1 (sutura bersentuhan), 2 (sutura tumpang tindih
dapat dipisahkan), 3 (sutura tumpang tidih tidak dapat dipisah)
5) Pembukaan serviks
nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam. Saat ibu dalam fase
aktif catat pada partograf
6) Kontraksi
periksa kontraksi setiap 30 menit kontraksi per 10 menit. Tanda
titik-titik di kotak untuk kontraksi yang lamanya kurang dari 20
detik, tanda garis-garis untuk kontraksi yang lamanya 20-40 detik,
blok kotak untuk kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
b.
Bagian belakang partograf
Merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses
persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan
sejak persalinan kala I sampai kala IV (termasuk bayi baru lahir).
prawirohardjo 2014; h.315-324
49
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
50
7. Penatalaksanaan dasar keputusan perawatan kala I menurut (Varney,
2012; h.695-716)
a. Makan dan minum melalui mulut
Makan dan minum untuk ibu yang persalinannya normal di setujui.
Namun megingat mortalitas lambung, absorbsi lambung, dan sekresi
asam lambung menurun selama persalinan sehingga makan dan
minum yang dapat dicerna oleh lambung.
b. Posisi dan ambulasi
Ibu yang dalam posisi persalinan harus mengupayakan posisi yang
nyaman baginya, dengan catatan tidak ada kontra indikasi posisi
terkait. Posisi yang dapat diambil antara lain terlentang, recumben,
dada-lutut, tangan lutut, berdiri, berjalan, jongkok
c. Relaksasi
Mengambil nafas dan mengeluarkan nafas dalam setelah masingmasing kontraksi relaksasi ini baik diajarkan pada wanita pada
persalinan fase aktif
8. Pimpinan persalinan normal menurut Manuaba 2012, h.324
a.
Saat baru datang
1) Tanda yang muncul
His teratur adekuat, sudah ada pembawa tanda atau telah banyak
mengeluarkan cairan, kontak kesadaran baik
2) Asuhannya
a)
Dilakukan admission test
Ukuran tanda vital, tingkat kesadaran, palpasi leopold
50
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
51
b)
Menentukan masuknya kepala janin
c)
Lakukan pemeriksaan dalam
d)
Menentukan pembukaan, kedudukan dan posisinya, dan
ketubannya
e)
Lakukan penjelasan tentang hasil pemeriksaan
f)
Jelaskan bahwa kemungkinan persalinan akan berlangsung
g)
Dilakukan observasi
DJJ janin, his, penurunan kepala, dilakukan setiap 10 menit
jika his adekuat atau ½ jam.
9. Pimpinan persalinan menurut Mochtar, 2012; h.76-81
a.
Kala 1
Pekerjaan penolong dalam kala I adalah mengawasi wanita inpartu
dengan baik, menanamkan semangat pada wanita tersebut bahwa
proses persalinan adalah fisiologis. Tanamkan rasa percaya diri dan
percaya pada penolong. Apabila ketuban belum pecah wanita inpartu
boleh duduk dan jalan-jalan, jika berbaring sebaiknya ke sisi
terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah maka wanita
tersebut dilarang jalan-jalan harus berbaring, pemeriksaan dalam
dilarang kecuali ada indikasi karena setiap pemeriksaan kan
membawa infeksi. Dalam kala pembukaan dilrang mengejan karena
belum waktunya dan hanya akan membuang tenaga ibu. Kala I
berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.
51
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
52
b.
Kala II
Pada permulaan kala II umumnya kepala janin sudah masuk dalam
ruang panggul. Ketuban yang menonjol iasanya akan pecah sendiri,
apabila belum pecah ketuban hars dipecahkan. His datang lebih
sering dan lebih kuat, lalu timbulah his mengedan penolong harus
sudah siap memimpin persalinan. Posisi ibu saat mengejan yaitu
posisi terbaring sambil merangkul kedua pahanya dengan kedua
lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu
mengenai dada. Mulut dikatup atau dengan sikap seperti sebelumnya
tetapi badan miring kearah terdapatnya punggung janin dan hanya
satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas. Apabila kepala
janin telah sampai di dasar panggul vulva mulai membuka, rambut
kepala kelihatan, setiap kali his kepala lebih maju, anus membuka,
perineum meregang, penolong harus menahan perineum dengan
tangan kanan bealaskan kain kasa atau kain steril supaya tidak
terjadi robekan.
Perasat Ritgen yaitu apabila perineum menegang dan menipis
tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin ke arah
anus, tangan kanan di perineum. Dengan ujung-ujung jari tangan
kanan dicoba mengait dagu janinuntuk di dorong pelan-pelan ke arah
simfisis.
Dengan
pimpinan
yang
baik
dan
sabar
lahirlah
kepaladengan ubun ubun kecil dibawah simfisis kemudian secara
berturut-turut munculah ubun-ubun besar, dahi, muka dan dagu.
Perhatikan apakah ada lilitan tali pusat, kalau ada lepaskan, kepala
52
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
53
akan mengadakan putaran paksi kearah tedapatnya puggung janin.
Lahirlah bahu depan dengan menarik kepala kebawah,lalu bahu
depan dengan menarik kepala ke atas. Melahirkan badan, bokong,
dan kaki lebih mudah yaitu dengan mangait kedua ketiak janin.
Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menarik nafas
dan menangis. Mulut dan hidung dibersihkan, tali pusat di klem paa 2
tempat 5 dan 10 cm dari umbilikus lalu di gunting, ujung tali pusat
diikat dengan benang atau klem plastik. Bayi di letakan di perut ibu.
Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu kontraksi, kandung kemih
penuh atau tidak. Kalau penuh kandung kemih harus di kosongkan
sebab dapat menghalangi kontraksi dan menyulitkan kelahiran uri.
c.
Kala III
Kala III berlangsung mulai dari bayi lahir sampai uri keluar lengkap.
Biasanya uri akan lahir spontan pada 15- 30 menit dapat di tunggu
hingga 1 jam.
Pimpinan kala III biasanya rahim yang telah menyelesaikan tugas
berat akan beristirahat beberapa menit dalam masa ini tugas kita
adalah memeriksa keadaan ibu (tanda vital, mengawasi perdarahan,
dan mencari tanda-tanda pelepasan uri). Lalu lahirkan uri.
d.
Kala IV
Kala pengawasan pada 1-2 jam setelah uri lahir. Darah yang keluar
harus ditakar sebaik-baiknya. Jumlah perdarahan yang dianggap
normal adalah 250 cc atau 100-300 cc. Apabila perdarahan lebih dari
53
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
54
500 cc hal tersebut abnormal dan dicari sebabnya. Jangan
meninggalkan wanita bersalin pada 1 jam setelah bayi dan uri lahir.
10. 60 langkah persalinan menurut (Prawirohardjo, 2014)
a. Melihat tanda dan gejala kala dua
1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan/vaginanya.
3) Perenium menonjol.
4) Vulva vagina dan sfingter anal membuka
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
1) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
di
gunakan.
Mematahkan
ampul
oksitosin
10
unit
dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
2) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.
3) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi
yang bersih.
4) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
5) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi / steril) dan
meletakkan kembali ke partus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.
54
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
55
c. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
1) Membersihkan vulva dan perenium, menekannya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa
yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perenium, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan
ke
belakang. Membuang
kapas
atau
kassa
yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan
tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi)
2) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap.
Bila
selaput
ketuban
belum
pecah,
sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi
3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan.
4) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180
kali/menit)
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
55
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
56
1) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin
sesuai
dengan
pedoman
persalinan
aktif
dan
mendokumentasikan temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu
mulai meneran
2) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
3) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran:
a)
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b)
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran
c)
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d)
Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e)
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
56
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
57
f)
Menganjurkan asupan cairan peroral.
g)
Menilai DJJ setiap 5menit
h)
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara
atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan unutuk meneran.
i)
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60
menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak
kontraksi-kontraksi
tersebut
dan
beristirahat
di
antara
kontraksi.
j)
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan
segera.
4) Persiapan pertolongan kelahiran bayi
a)
Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm,
letakan
handuk
bersih
di atas
perut
ibu
untuk
mengeringkan bayi.
b)
Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu.
c)
Membuka partus set.
d)
Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
e. Menolong kelahiran bayi
Lahirnya kepala
57
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
58
1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perenium dengan sarung tangan yang di lapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan
yang
lembut
dab
tidak
menghambat
pada
kepala
bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala
lahir
2) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan
kain atau kassa yang bersih.
3) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi:
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya
4) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
Lahir bahu
1) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat berkontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya
kearah bawah dan kea rah luar hingga bahu anterior muncul di
58
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
59
bawah akus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah
atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
2) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perenium,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat di lahirkan.menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
3) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas
(anterior)
dari
punggung
kea
rah
kaki
bayi
untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata
kaki bayi dengan hati-hati membantu kalahiran kaki
f. Penanganan bayi baru lahir
1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan
bayi di atas perut ibudengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bilatali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di
tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia,
lakukan resusitasi.
2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.
59
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
60
3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu)
4) Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
5) Mengeringkan
bayi,
mengganti
handuk
yang
basah
dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk
bayinya
dan
memulai
pemberian
ASI
jika
ibu
menghendakinya.
g. Oksitosin
1) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
2) Membritahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik
3) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit I.M. di gluteus 1/3 atas paha kanan ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
h. Penegangan tali pusat terkendali.
1) Memindahkan klem pada tali pusat.
2) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
60
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
61
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.
3) Menunggu
uterus
berkontraksi
dan
kemudian
melakukan
penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
4) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.
i. Mengeluarkan plasenta
1) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kea rah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawan
arah pada uterus.
a)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
b)
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit.
61
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
62
(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
(2) Menilai
kandung
kemih
dan
dilakukan
kateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika
perlu.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
2) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
bagian selaput yang tertinggal.
j. Pemijatan uterus
1). Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
62
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
63
k. Menilai perdarahan
1)
Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.
2)
Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
l. Melakukan Prosedur Pasapersalinan
1) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.
2) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain bersih dan kering.
3) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
kelilin tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
4) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
5) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
6) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Mmemastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
7) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
63
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
64
8) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pacapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d) Jika uterus tidak kontraksi dengan baik laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksanaan tonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesi local dan menggunakan teknik
yang sesuai.
9) Mengajarkan
pada
ibu/keluarga
bahgaimana
melakukan
massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
10) Mengevaluasi kehilangan darah.
11) Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam perttama pascapersalinan dan setiap 30
menit jam kedua setelah pascapersalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam kedua jam
pertama pascapersalinan
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
m. Kebersihan dan Keamanan
1)
Menempatkan semua pralatan di dalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi (10 menit ). Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi.
64
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
65
2)
Mebuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
3)
Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tinggat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah.
Membantu ibu memakaikan pakaian yang bersih dan kering.
4)
Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan
makanan yang diinginkan.
5)
Mendekontaminasi daerah yang digunakan utuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.
6)
Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5
%, membalikkan bagian dalam ke luar
dan
merendamnya
daklam larutan klorin 0,5 % delama 10 menit.
7)
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
n. Dokumentasi
1)
Melengkapi patograf
C. Nifas
1. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. (Mochtar, 2012; h. 87)
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang di mulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
65
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
66
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kirakira 6 minggu. (Sulistyawati, 2009)
Selama
masa
pemulihan
tersebut
berlangsung,
ibu
akan
mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis
sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan
pendampinganm melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup
kemungkinan akan terjadi keadaan patologis. (Sulistyawati, 2009).
2. Perubahan fisiologis masa nifas (Prawirohardjo, 2009. 122)
a. Perubahan fisik.
b.
Involusi dan pengeluaran lochia.
c.
Laktasi / pengeluaran air susu ibu.
d.
Perubahan system lainnya.
e.
Perubahan psikis.
3. Tujuan asuhan masa nifas (Prawirohardjo, 2009. 122)
a.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b.
Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
d.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
66
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
67
4. Menurut Mochtar, 2012 nifas dibagi dalam 3 periode:
a.
Puerperium dini: yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari
b.
Puerperium intermediate: yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c.
Puerperium lanjut: yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu
persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat
sempurna dapat beminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.
5. Involusi alat-alat kandungan (Mochtar, 2012)
a.
Uterus secara bengasur-asur menjadi kecil (berinvolusi) hingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b.
Bekas implantasi uri: placental bed mengecil karena kontraksi dan
menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c.
Luka-luka pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari.
d.
Rasa nyeri, yang disebut after pains (merian atau mulas-mulas)
disebabkan kontraksi Rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal
tersebut dan jika terlalu mengganggu, dapat diberikan obat-obat anti
nyeri dan anti mulas.
67
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
68
e.
Lokia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas:
1)
Lokia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo, dan meconium,
selama 2 hari pascapersalinan.
2)
Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan
lendir, hari ke 3-7 pascapersalinan.
3)
Lokia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pascapersalinan.
4)
Lokia rubra: cairan putih, setelah 2 minggu.
5)
Lokia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
6)
f.
Lokiastasis: lokia tidak lancar keluarnya.
Serviks setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan
masih bisa dimasukan ke rongga Rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari, setelah 7 hari biasanya dapat dilalui 1 jari.
g.
Ligamen-ligamen: ligament fascia dan diafragma pelvis yang
meregang pada
waktu
persalinan
setelah
bayi lahir secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan putih kembali. Akibatnya, tidak
jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, wanita
Indonesia memiliki kebiasaan “berkusuk” atau “berurut”. Sewaktu
68
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
69
dikusuk,
tekanan
intraabdomen
bertambah
tinggi.
Karena
ligamentum, fascia dan jaringan penunjang menjadi kendor setelah
melahirkan, jika dilakukan kusuk/urut banyak wanita akan mengeluh
kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali,
sebaiknya dengan latihan-latihan dan senam pascapersalinan.
6. Menurut (Mochtar, 2012; h. 87) tinggi fundus uteri menurut masa involusi
yaitu
a. Bayi lahir (setinggi pusat)
b. Uri lahir (2 jari dibawah pusat)
c. 1 minggu (pertengahan pusat simfisis
d. 2 minggu (tidak teraba di atas simfisis)
e. 6 minggu (bertambah kecil)
f. 8 minggu (sebesar normal)
7. Perawatan Pasca persalinan menurut (Mochtar, 2012; h. 88)
a.
Mobilisasi dini. Setah ibu bersalin ibu boleh istirahat terlentang hingga
8 jam setelah itu ibu mulai mobilisasi dini.
b.
Diet. Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori
c.
Perawatan payudara
d.
Pendidikan tentang laktasi
8. Menurut (Prawirohardjo, 2009. 123) paling sedikit 4 kali kunjungan masa
nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
69
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
70
a.
6-8 jam setelah persalinan:
1)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2)
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3)
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
b.
4)
Pemberian ASI awal.
5)
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6)
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
6 hari setelah persalinan.
1)
Memastikan invousi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2)
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3)
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
4)
Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
dan
tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5)
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
70
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
71
c.
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti 6 hari setelah persalinan
d.
6 minggu setelah persalinan
1)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau
bayi alami
2)
Memberikan konseling untu kb secara dini.
D. Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 3742 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram. (Sondakh, 2013)
2. Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai
berikut:
1.
Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.
2.
Panjang badan bayi 48-50 cm.
3.
Lingkar dada bayi 32-34 cm.
4.
Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
5.
Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudianturun
sampai 140-120 kalli/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
6.
Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80
kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal
dan intercostal, serta rintihan hanya berlaangsung 10-15 menit.
7.
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
71
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
72
8.
Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
9.
Kuku telah agak panjang dan lemas.
10. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora
telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
11. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.
12. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam
pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan
lengket.
Sondakh, 2013
3. Evaluasi nilai APGAR
Evaluasi ini digunakan 5 menit pertama sampai 10 menit. Hasil
pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-2.
TANDA
0
1. Appereance (warnakulit) Seluruh tubuh
biru atau pucat
2. Pulse (Bunyi jantung)
Tidak ada
3. Grimace (Refleks)
Tidak ada
4. Activity (Aktivitas)
Tidak ada
5
Respiratory Tidak ada
(Pernapasan)
Interpretasi
a.
Nilai 1-3 asfiksia berat.
b.
Nilai 4-6 asfiksia sedang.
c.
Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal).
SKOR
1
Tubuh merah
ekstremitas biru
< 100
Ekstremitas
sedikit fleksi
Sedikit gerak
Lambat,
tidak teratur
2
Seluruh tubuh
kemerahan
> 100
Gerakan aktif
Menangis kuat
Menangis
72
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
73
4. Penatalaksanaan Medis
Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang
diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran. Asperk
penting dari asuhan segera setelah lahir adalah:
a.
Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu, caranya sebagai berikut:
1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
2) Ganti handuk/kan yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan
selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan
baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap
15 menit.
4) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi.
5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 derajat celcius, segera
hangatkan bayi. (Yongky.dkk,2012; hal:51)
b.
Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya
sesegera mungkin, caranya sebagai berikut:
1) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara
ibu dan bayi penting untuk kehangatan mempertahankan panas
yng benar pada bayi baru lahir dan ikatan batin dan pemberian
ASI.
73
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
74
2) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap siap
dengan menunjukkan rooting reflek, jangan paksakan bayi untuk
menyusu.
3) Jangan pisahkan bayi sedikitnya stau jam setelah persalinan.
(Yongky.dkk,2012; hal:51)
c.
Menjaga pernafasan, caranya sebagai berikut:
1) Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit.
2) Jika tidak bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut: keringkan
bayi dengan selimut atau handuk hangat, gosoklah punggung bayi
dengan lembut.
3) Jka belum bernafas setelah 1 menit muli resusitasi.
4) Bila bayi sianosis/kulit biru, atau sukar bernafas/frekuensi
pernafasan 30>60 kali/menit, berikan oksigen dengan kateter
nasal.
(Yongky.dkk,2012; hal:52)
d.
Merawat mata, caranya sebagai berikut:
1) Berikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1%, untuk pencegahan
penyakit mata.
2) Berikan tetes mata perak nitrat atau neosporin segera setelah
lahir. (Yongky.dkk,2012; hal:52)
5. Periode Transisional
Periode transisional mencakup tiga periode, meliputi periode
pertama
reaktivitas,
fase
tidur,
dan
periode
kedua
reaktivitas.
74
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
75
Karakteristik masing-masing periode memperlihatkan kemajuan bayi
baru lahir kea rah fungsi mandiri.
a. Periode pertama reaktivitas
Periode pertama reaktivitas berakhir kira-kira 30 menit setelah
kelahiran.
1) Karakteristik
a)
Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut: frekuensi
nadi apical yang cepat dengan irama yang tidak teratur.
Frekuensi pernapasan mencapai 80 kali/menit, irama tidak
teratur dan beberapa bayi mungkin dilahirkan dengan
keadaan pernapasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur
serta adanya retraksi.
b)
Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis.
c)
Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih
ataupun mempunyai pergerakan usus, selama periode ini.
d)
Bayi baru lahir mempunyai sedikit jumlah mucus, menangis
kuat, refleks mengisap yang kuat. Tip khusus: selama periode
ini, mata bayi terbuka lebih
lama, daripada hari-hari
selanjutnya. Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk
memulai proses periode pelekatan karena bayi baru lahir
dapat mempertahankan kontak mata untuk waktu yang lama.
(Ladewig,2013;hal:154)
75
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
76
2) Kebutuhan perawatan khusus selama periode pertama reaktivitas
a)
Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernapasan, setiap 30
menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran.
b)
Jaga bayi agar tetap hangat (suhu di aksila/kulit berkisar
antara 36,5°C dan 37°C) dengan penggunaan selimut hangat
atau lampu penghangat diatas kepala.
c)
Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk
memfasilitasi perlekatan.
d)
Tunda pemberian obat tetes mata sebagai profilaksis pada 1
jam pertama untuk meningkatkan interaksi antara orang tua
dengan bayi. (Ladewig,2013;hal:154)
3) Fase tidur
Fase tidur dimulai kira-kira 30 menit setelah periode pertama
reaktivitas, dan bisa berakhir dari satu menit sampai 2-4 jam.
a)
Karakteristik
Saat bayi berada pada fase tidur, frekuensi jantung dan
pemasaran menurun. Selama tidur, frekuensi pernapasan dan
nadi apical kembali ke nilai dasar.
b)
Kestabilan warna kulit, terdapat beberapa akrosianosis. Bising
usus bisa didengar.
c)
Kebutuhan perawatan yang khusus diperlukan selama fase
tidur, ayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, tetapi
bapak dan
ibu
tetap
dapat menikmati memeluk
dan
menggendong bayinya. (Ladewig,2013;hal:154)
76
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
77
b. Periode kedua reaktivitas
Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4-6 jam.
1) Karakteristik
a) Bayi mempunyai tingkat
sensitivitas
tinggi terhadap
stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi
apical dari 120 sampai 160 kali/menit dan dapat bervariasi
mulai (>160 kali/menit). Frekuensi pernapasanya berkisar
dari 30 hingga 60 kali/menit, dengan periode pernapasan
yang lebih cepat, tetapi pernapasan tetap stabil (tidak ada
pernapasan cuping hidung ataupun retraksi)
b) Fruktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau
kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak.
c) Bayi kerap kali berkemih dan meneluarkan mekonium
selama periode ini.
d) Peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedak saat
sekresi. Refleks pengisapan sangat kuat, dan bayi bisa
sangat aktif. (Ladewig,2013;hal:155)
2) Kebutuhan perawatan khusus periode kedua reaktivitas
a) Pantau secara ketat bayi baru lahir terhadap kemungkinan
tersedak saat pngeluaran mucus yang berlebihan yang
dalam keadaan normal memang terdapat. Gunakan pipet
untuk mengeluarkan mukus dan ajari orang tua bagaimana
cara menggunakannya.
77
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
78
b) Pantau setiap kejadian apnea dan mulai metode stimulasi
segera, jika dibutuhkan (misalnya hentakkan punggung
bayi, miringkan bayi)
c) Kaji keinginan bayi untuk (mengisap, menelan) dan
kemampuan untuk makakn (tidak tersedak atau muntah
selama makan, tidak muntah dengan makanan masih
dalam
bentuk
utuh,pada
saat
makan).
(Ladewig,2013;hal:155)
6. Kunjungan neonatal menurut profil Kesehatan Indonesia 2014; h.110
a.
KN 1 pada umur 6-48 jam
Asuhan yang diberikan yaitu perawatan tali pusat, pemberian asi
eksklusif, menjaga kehangatan bayi, konseling tanda-tanda bahaya
BBL, imunisasi, perawatan bayi sehari-hari dan pencegahan infeksi.
b.
KN 2 pada umur 3-7 hari
Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu, menganjurkan ibu untuk
menjaga kehangatan bayi, anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi, beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah
c.
KN 3 pada umur 8-28 hari
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk tetap
menjaga
kehangatan
bayi,
menganjurkan
ibu
untuk
tetap
memberikan ASI eksklusif smpai umur 6 bulan, memberikan konselin
imunisasi BCG, dan polio 1 serta menganjurkan ibu untuk melakukan
imunisasi BCG dan polio 1.
78
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
79
E. Keluarga Berencana
1. Definisi
Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas. (Profil kesehatan, 2014)
2. Macam-macam Kontrasepsi
A. Kontrasepsi Hormonal
Ada empat jenis kontrasepsi hormonal
1) Pil kombinasi (estrogen/progesteron).
a)
Definisi
Merupakan kontrasepsi oral yang umum dijumpai. Pil ini
diminum setiap hari selama 21 atau 28 hari, tergantung
formulasi dan perdarahan luruh secara normal akan terjadi
pada hari-hari bebas pil atau selama 7 hari meminum plasebo
dari kemasan obat setiap harinya.
b)
Mekanisme kerja pil kombinasi yaitu
(1) Pil mencegah ovulasi
(2) Endrometrium tidak berkembang secara normal dan tidak
adanya korpus luteum mencegah endrometrium menjadi
tempat yang cocok untuk implantasi janin.
(3) Perubahan
lendir
serviks
menyebabkan
kecilnya
kemungkinan penetrasi sperma.
79
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
80
c)
Jenis pil kombinasi
(1) Monifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktiv ekstrogen/progestin (E/P)
dalam dosis yang sama, tanpa 7 tablet tanpa hormone
aktiv.
(2) Bifasik ; pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktiv ekstrogen/progestin (E/P)
dengan dua dosis yang berbeda denagn 7 tablet tanpa
hormone aktv.
(3) Trifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktic ekstrogen dan progestin (E/P)
dengan 3 dosis yang berbeda denagn 7 tablet tanpa
hormone aktiv.
d)
Isi kandungan pil kombinasi
Pil gabungan berisi salah satu dari dua jenis hormon estrogen.
Yang paling sering digunakan adalah hormon etinil atau
hormon
mestranolyang
jarang
digunakan.
Semua
pil
mengandung antara 20 sampai 50 mikrogram estrogen.
e)
Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hamper semua ibu boleh menggunakan pil
kombinasi, seperti:
(1) Usia reproduksi.
(2) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak.
(3) Gemuk atau kurus.
80
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
81
(4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas
tinggi.
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
(6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI
esklusif,
sedangkan
semua
cara
kontrasepsi
yang
dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.
(7) Pasca keguguran.
f)
Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi.
(1) Hamil atau dicurugai hamil.
(2) Menyusui eksklusif.
(3) Perdarahan pervagina yang belum diketahui penyebabnya.
(4) Penyakit hati akut (hepatitis).
(5) Merokok dengan usia > dari 35 tahun.
2) Pil yang mengandung progesteron saja.
Pil progesteron saja tidak mengandung estrogen dan kadangkadang dikenal sebagai pil mini. Efektifitas pil ini kurang kuat
dibandingkan dengan efektiitas pil kombinasi. Angka kegagalannya
biasanya berkisar sebesar 2 sampai 3 per seratus wanita setiap
tahunnya.
Indikasi:
a.
Apabila terdapat kontraindikasi atau ketidakcocokan terhadap
estrogen.
b.
Usia lebih dari 35 tahun.
81
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
82
c.
Perokok berat
d.
Hipertensi
e.
Digunakan selama menyusui
f.
Pasien diabetes
3) Suntikan atau implan yang mengandung progesteron saja
a) Kontasepsi suntikan progesti
(1) Jenis
Tersedia
2
jenis
kontrasepsi
suntikan
yang
hanya
mengandung progestin, yaitu :
(a) Depo
Medroksiprogesteron
Asetat (Depo
Povera),
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3
bulan dengan
cara disuntik intramaskular (di daerah
bokong).
(b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang
mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan
setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramaskular.
(2) Cara kerja
(a) Mencegah ovulasi.
(b) Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
(c) Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi.
(d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
82
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
83
(3) Efektivitas
Kedua kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang tinggi,
dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan/tahun, asal
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan.
(4) Keterbatasan
(a) Sering ditemukan haid, seperti :
(b) Siklus haid yang memendek atau memanjang.
(c) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
(d) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercah
(spotting).
(e) Tidak haid sama sekali.
(f)
Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk suntikan).
(5) Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
(a) Usia reproduksi
(b) Nultipara dan yang telah memiliki anak.
(c) Mengehendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang
memiliki efektivitas tinggi.
(d) Meneyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
(e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
83
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
84
(6) Yang
tidak
boleh
menggunakan
kontrasepsi suntikan
progestin
(a) Setelah abortus atau keguguran.
(b) Telah
banyak
anak,
tetapi
belum
menghendaki
tubektomi.
(c) Perokok.
(d) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah
gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
(e) Menggunakan
obat
untuk
epilepsy
(fenitoin
dan
barbiturate) atau obat tuberkolosis (rifampisis.
(f)
Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
(g) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
(h) Anemia definisi besi.
(i)
Mendekati usia menaopause yang tidak mau atau tidak
boleh menggunakan pil
b) Implant
Implant adalah satu-satunya sediaan progesteron implant
yang menggantikan Norplant. Preparat implan berupa batang
tunggal fleksibel berisi etonogestrel yang diletakan subdermal
dan sangat efektif sampai tiga tahun.
(Hanretty, 2014 ; H 403)
84
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
85
B. Metode Amenore Lakktasi (MAL)
Metode
amenore
laktasi
(MAL)
adalah
kontrasepsi
yang
mengandalkan meberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI tanpa tambahan makan atau minum apapun
lainya.(bkkbn,2014)
1. MAL dapat dipalai sebagai kontrasepsi bila :
a)
Menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila
pemberian > 8x sehari.
b)
Efektif bayi kurang dari 6 bulan.
c)
Harus dilakukan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainya.
2. Cara kerja MALL
Penundaan/penekanan ovulasi
3. Keuntungan Kontrasepsi MAL
a)
Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca
persalinan).
b)
Segera efektif.
c)
Tidak mengganggu senggama.
d)
Tidak ada efek samping secara sistematik.
e)
Tidak perlu pengawasan medis.
f)
Tidak perlu obat atau alat
g)
Tanpa biaya
(bkkbn,2014;MK-2)
85
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
86
4. Keuntungan non kontrasepsi
a)
Untuk bayi
(a) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody
perlindungan lewat ASI.
(b) Sumber asupan gizi terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal.
Terhindar dari keterpaparan terhadap konstaminasi dari luar,
susu lain atau formula atau alat minm yang di pakai.
(bkkbn,2014;MK-2)
b)
Untuk ibu
(a) Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
(b) Mengurangi resiko anemia.
5. Instruksi kepada klian (hal yang harus disampaikan kepada klian).
a)
Seberapa sering ibu harus menyusui
Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi).
Berikan bayi menyelesikan menghisap dari satu payudara
sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapatkan
cuckup banyak susu ahir (hind milk).
Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut
atau sama sekali pada waktu memerlukan lagi. Ibu dapat
memulai dengan memberikan payudara lain pada waktu
menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi
banyak susu.(kkbn,2014)
86
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
87
b)
Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
c)
Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan
hisapannya.
d)
Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu
malam membantu mempertahankan cakupan pesediaan ASI.
C. Metode keluarga berencana alamiah (KBA)
1. Metode kalender
a)
Definisi
Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan
pertengahan sikluas haid atau terdapat tanda-tanda adanya
kebuburan yaitu keluarnya lindir encer dari
liang. Untuk
perhitungan masa subur di pakai rumus siklus terpanjang
dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi 18. Antara waktu
senggama dihindari.
b)
Yang dapat menggunakan KBA
1)
Semua perempuan sesame reproduksi, baik sikluas haid
teratus maupun tidak teratur, tidak haid baik karena
menyusui maupun premenopouse.
2)
Semua perempuan dengan paritas berapapun termasuk
multipara.
3)
Perempuan kurus ataupun gemuk
4)
Perempuan yang merokok.
87
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
88
5)
Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu a.l hipertensi
sedang, varieses, dismenorea, sakit kepada sendang atau
hebat, mioma uteri, endometritis, kista avarii, anemia
defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, thrombosis vena
dalam, tau emboli paru.
6)
Pasangan dengan alasab agama atau fislosofi untuk tidak
menggunakan metode kontrasepsi lain.
7)
Perempuan
yang
tidak
bisa
menggunakan
metode
kontrasepsi lain.
8)
Pasangan yang ingin pantang senggam albih dari seminggu
pada setiap siklua haid.
9)
Pasangan yang ingin dan trmotivasi untuk mengopservasi,
mencatat, dan menilai tanda gejala kesuburan.
c)
Yang seharusnya tidak menggunakan KBA
1) Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah
kesehatan membuat hamil menjadi suatu kondisi resiko
tinggi.
2) Perempuan sebelumnya mendapat haid (menyusui, segera
setelah abortus), kecuali MOB
3) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, keluali
MOB.
88
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
89
4) Perempuan yang pasanganya tidak mau bekerja sama
(berpantang) selama waktu tertentu dalam sirkulasi siklua
haid.
5) Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genetalia
D. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
1)
Profil
Sangat eefktif, reversible dan berjangka panjang (dapat
1)
samapi 10 taun)
2)
Haid menjadi lama dan lebih banyak.
3)
Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatian.
4)
Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
5)
Tidak boleh di pakai oleh perempuan yang terpapar pada
Infeksi Menulat Seksual (IMS). . (Kkbn,2014)
2)
Jenis
a)
AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang felksible, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
b)
AKDR lain yang beredar di indonesia ialah NOVA T
(schering).
3)
Cara kerja
1)
Menghambat kamampuan sperma u tuk masuk ke tuba fallopi.
2)
Mempengaruhi fertilisasi ovum mencapai kavum uteri.
3)
AKDR bekrtja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke
89
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
90
dalam
alat
reproduksi
perempuan
dan
mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4)
4)
Memungkinkan utuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Keuntungan
1)
Sebagi kontrasepsi efektif tinggi.
2)
AKDR dapat efektif segera setelah pemasnagn.
3)
Metode jangka panang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak peril dig anti).
4)
Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
5)
Meningkatkan
kenyamanan seksual karena
tidak perlu
khawatir terjadi kehamilan.
6)
5)
Membantu mencegah kehamilan etopik. . (bkkbn,2014;MK-81)
Yang dapat menggunakan AKDR
1)
Usia peroduktif.
2)
Keadaan multipara.
3)
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4)
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5)
Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6)
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
7)
Resiko rendah IMS.
8)
Tidak menghendaki metode hormonal.
9)
Tidak menyukai untuk mengingat-ngingat minum pil setiap
hari.
90
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
91
10)
Tidak menghendaki hamil setelah 1-5 hari senggama (lihat
kontrasepsi darurat). (bkkbn,2014;MK-82)
E. Tubektomi
Tubektomi menurut (Kkbn,2014) adalah metode kontasepsi untuk
perempuan yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk
melakukan tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakalh seorang
klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
a.
Keuntungan
Mempunyai efek terhadap kehamilan dan penyakit radang panggul
(PID). Bebrapa studi menunjukan efek protektif terhadap kanker
ovarium.
b.
Resiko
Walaupun jarang, tetapi dapatterjadi komplikasi tindakan bedah
dan nastesi. Penggunaan anastesi local sangat mengurangi resiko
terkait dengan tindakan anastesi umum. (bkkbn,2014;MK-90)
c.
Tubektomi sesuai untuk
1)
Pasangan yang tidak ingin menambah anak lagi.
2)
Ibu pasca perssalinan.
3)
Ibu menyusui.
4)
Tidak ingin menggunakan kontrasepsi yang harus di pakai
atau disiapkan setiap waktu.
5)
Perempuan dengan gangguan kesehatan yang bertambahnya
berat jika terjadi kehamilan.
91
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
92
6)
Penggunaan kontrasepsi yang menimbulkan gangguan pola
haid. (bkkbn,2014;MK-90)
d.
Penapisan konseling tubektomi
1)
Masih ada berbagai jenis kontrasepsi jika klien belum mantap
tubektomi.
2)
Tubektomi adalah prosedur bedah inor.
3)
Selain menguntungkan, tubektomi juga memiliki resiko.
4)
Setelah tubektomi, klien tidak dapat hamil lagi.
5)
Tubektomi bersifat permanan.
6)
Klien
dapat
(setiap
saat)
membataskan
pilihan
untuk
menggunakan tubektomi selama prosedur tubektomi belum di
lakukan. (bkkbn,2014;MK-90)
e.
Manfaat
Kontrasepsi
1)
Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama
satu tahun pertama penggunaan).
2)
Tidak mengurangi proses menyusui.
3)
Tidak tergantung pada factor senggama.
4)
Baik bagi pasien apabila kematian akan beresiko kesehatan
serius.
5)
Pembedahan sederhana, tidak dilakukan anastesi local.
6)
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
7)
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.
92
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
93
Nonkontrasepsi
Berkurangnya resiko kanker ovarium. (bkkbn,2014;MK-91)
f.
Yang dapat menjalankan tubektomi menurut (bkkbn,2014;MK-92)
1)
Usia >26 tahun.
2)
Paritas > 2.
3)
Yakin telah mempunyai keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya.
4)
Pada kehmilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang
serius.
5)
Pascapersalinan.
6)
Pascakeguuran.
7)
Pagam
dan
secara
sukarela
setuju
dengan
prosedut
tubektomi.
F. Vasektomi
Vasektomi menurut (bkkbn,2014;MK-95) adalah metode kontrasepsi
untuk laki-laki yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk
melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan lainya untuk memastikan apakah seseorang
klien susuai untukk menggunakan kontrasepsi vasektomi.
1)
Efektifitas
a) Setelah masa pengosongan sperma dari vasikula seminalis
(20 kali ejakuasi menggunakan kondom) maka kehamilan
hanya terjadi pada 1 per 100 perempuan per tahun pertama
penggunaan.
93
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
94
b) Pada mereka yan tidak dapat memastikan (analisis sperma)
masih adanya sperma pada ejakuasi atau tidak patuh
menggunakan
kondom
hingga
20
kali ejakuasi maka
kehamilan terjadi pada 2-3 per 100 perempuan pada tahun
pertama penggunaan.
c) Selama 3 tahun penggunaan, terjadi sekitar 4 kehamilan per
100 perempuan. (bkkbn,2014;MK-96)
2)
Yang
dapat
menggunakan
kontrasepsi
vasektomi menurut
(bkkbn,2014;MK-97)
a. Dari semua usia produktif (biasanya <50).
b. Tidak ingin anak lagi, menghentikan fertilisasi, ingin metode
kontrasepsi yang sangat efektif dan permanen.
c. Yang istrinya memiliki masalah usia, paritas untuk kesehatan
di
mana
kehamilan
yang
dapat
menimbulkan
resiko
kesehatan atau ancaman keselamatan jiwa.
94
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
95
II.
Tinjauan Asuhan Kebidanan
Menurut Kepmenkes No.938/MENKES/SK/VII/2007 tentang standar
asuhan kebidanan.
Pengertian Standar Asuhan Kebidanan :
Standar
asuhan
kebidanan
adalah
acuan
dalam
proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan
kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah
kebidanan,
perencanaan,
implementasi,
evaluasi
dan
pencatatan asuhan kebidanan.
STANDAR I : Pengkajian.
1. Pernyataan Standar.
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2. Kriteria Pengkajian.
a. Data tepat, akurat dan lengkap.
b. Terdiri dari Data Subyektif (hasil Anamnesa; biodata, keluhan
utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial
budaya).
c. Data Obyektif (hasil Pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang).
95
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
96
STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.
1. Pernyataan Standar.
Bidan
menganalisa
data
yang
diperoleh
pada
pengkajian,
menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
2. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.
a. Diagnosa Bidan sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
c. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
STANDAR III : Perencanaan.
1. Pernyataan Standar.
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan.
2. Kriteria Perencanaan.
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif.
b. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
c. Mempertimbangkan
kondisi
psikologi,
sosial
budaya
klien/keluarga.
d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan
yang diberikan bermanfaat untuk klien.
96
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
97
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumber daya serta fasilitas yang ada.
STANDAR IV : Implementasi.
1. Pernyataan Standar.
Bidan
melaksanakan
rencana
asuhan
kebidanan
secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
2. Kriteria Implementasi.
a. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosialspiritual-kultural.
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
dan atau keluarganya (inform consent).
c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
d. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
e. Menjaga privacy klien/pasien.
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
g. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
h. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai.
i. Melakukan tindakan sesuai standar.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
97
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
98
STANDAR V : Evaluasi
1. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
2. Kriteria Evaluasi
a. Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien.
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan
atau keluarga.
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
d. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
1. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan
jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status Pasien/Buku
KIA).
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.
c. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.
d. O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
98
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
99
e. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan.
f. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan
yang
sudah
dilakukan
seperti
tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
III. Aspek Hukum
A. Landasan hukum kewenangan bidan
Berdasarkan PEMENKES RI nomor 1464/MENKES/PER/XI/2010
tentang penyelenggaraan praktik bidan pada:
pasal 9 dijelaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya,
berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 10 menjelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu meliputi konseling pada masa pra kehamilan,
kehamilan normal, persalinan normal , ibu nifas normal, ibu menyusui
dan konseling pada masa antara dua kehamilan.
Dalam pasal 11 dijelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan anak, bidan berwenang untuk memberikan asuhan bayi
baru lahir normal, dan dalam memberikan penyuluhan.
Pasal 12 koseling tentang kesehatan reproduksi perempuan dan
KB tercantum.
99
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
100
B. Wewenang
bidan
Berdasarkan
PEMENKES
RI
nomor
1464/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktik bidan
menyebutkan bahwa dalam pasal 14 bidan yang menjalankan praktik di
daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9.
C. Standar Kompetensi Bidan
Diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:369/MENKES/SK/III/2007
Kompetensi ke 1
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan
keterampilan
dan
ilmu-ilmu
sosial,
kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya,
untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
Kompetensi ke 2
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
pendidikan
kesehatan
yang
tanggap
terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat
dalam
rangka
untuk
meningkatkan
kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua.
Kompetensi ke 3
Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi
untuk
mengoptimalkan
kesehatan
selama
kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan
100
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
101
atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Kompetensi ke 4
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
tanggap terhadap kebudayaan setempat selama
persalinan, memimpin selama persalinan yang
bersih
dan
aman,
menangani
situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan
kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
Kompetensi ke 5
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan
menyusui
yang
bermutu
tinggi
dan
tanggap
terhadap budaya setempat.
Kompetensi ke 6
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai
dengan 1 bulan.
Kompetensi ke 7
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan–5
bulan).
Kompetensi ke 8
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komprehensif
pada
keluarga,
kelompok
dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Kompetensi ke 9
Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau
ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
(KEPMENKES
RI,2010;h.5
101
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download