Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Audit Internal
Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep Audit internal
dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan. Audit internal yang
memberikan nilai, mengatur badan dan manajemen senior sebagai sumber tujuan
saran independen. Profesional yang disebut auditor internal yang digunakan oleh
organisasi untuk melakukan kegiatan audit internal.
2.1.1.1 Pengertian Audit Internal
Saat ini profesi audit internal terus mengalami perkembangan sesuai
dengan tuntutan berkembangnya dunia usaha dan perekonomian yang menuntut
suatu perusahaan untuk menjalankan kegiatannya secara profesional, yang berarti
pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
perusahaan. Kebutuhan akan fungsi audit internal muncul seiring dengan
perkembangan tersebut. Adapun pengertian dari audit internal menurut Sawyer’s
(2005:10) adalah sebagai berikut:
“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan
operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2) risiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasikan dan diminimalisasi, (3) peraturan
eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah
7
8
diikuti, (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber
daya telah digunakan secara efesien dan ekonomis, dan (6) tujuan
organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan
untuk konsultan dengan manajemen dan membenatu menjalankan
tanggung jawabnya secara efektif”.
Adapun menurut Sukrisno (2004:221) audit internal adalah:
“Internal audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal
audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi
perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang
telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan
ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa internal audit
suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi yang mempuyai
peran penting dalam menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi.
2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Audit Internal
Menurut Konsorium Organisasai Profesi Audit Internal (2004:11)
mendefinisikan fungsi audit internal yaitu:
“Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit
internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan
fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi”.
Fungsi audit terdiri dari:
1. Perencanaan, penangung jawab fungsi audit internal harus menyusun
perencanaan yang berbasis risiko untuk menetapkan prioritas kegiatan
audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi.
2. Komunikasi dan persetujuan. Penanggung jawab fungsi audit internal
harus mengkomunikasikan rencana kegiatan audit, dan kebutuhan sumber
9
daya kepada pimimpin dan dewan pengawas organisasi untuk mendapat
persetujuan.
3. Pengelolaan sumber daya, penanggung jawab fungsi audit internal harus
memastikan bahwa sumber daya fungsi audit internal sesuai, memadai,
dan dapat digunakan secara efektif untuk mencapai rencana-rencana yang
telah disetujui.
4. Kebijakan dan prosedur. Penanggung jawab fungsi audit internal harus
menetapkan kebijakan dan prosedur sebagai pedoman bagi pelaksanaan
kegiatan fungsi audit internal.
5. Koordinasi, penanggung jawab fungsi audit internal harus berkoordinasi
dengan pihak internal dan eksternal yang melakukan pekerjaan audit untuk
memastikan bahwa lingkup seluruh penugasan tersebut sudah memadai
dan meminimalkan duplikasi.
6. Laporan kepada pemimpin dan dewan pengawas, penanggung jawab
fungsi audit internal harus menyampaikan laporan secara berkala kepada
pemimpin dan dewan pengawas mengenai perbandingan rencana dan
realisasi yang mencangkup saran, wewenang, tanggung jawab, dan kinerja
fungsi audit internal.
Dapat disimpulkan secara singkat bahwa fungsi audit internal adalah
sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisiensi dan efektifitas
pengendalian internal perusahaan.
Tujuan utama auditor internal menurut Hiro (2006:44) adalah:
“Meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi; kesesuaian
dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan
10
perundang- undangan; perlindungan terhadap harta organisasi;
penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainya
berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.”
Tujuan ini dapat tercapai apabila audit internal berfungsi dengan baik,
untuk itu audit internal harus mengetahui wewenang, tugas, dan tanggung
jawabnya secara jelas. Fungsi audit internal memerlukan pemeriksaan yang
berkualitas tinggi. Fungsi audit internal tidak akan berhasil tanpa adanya orangorang yang mempunyai pengetahuan yang cukup, mempunyai daya imajinasi
yang kuat, serta berinisiatif dan mempunyai kemampuan berhubungan dengan
orang lain.
2.1.1.3 Standar Profesional Audit Internal
Kegiatan auditor internal dilaksanakan dalam berbagai lingkungan yang
berbeda-beda dan dalam organisasi yang memiliki tujuan yang berbeda, ketentuan
dan kebiasan yang tidak sama akan mempengaruhi pelaksanaan audit internal di
masing-masing lingkungan, maka menurut standar IIA untuk praktik profesional
audit internal dibagi menjadi lima bagian yaitu: idependensi, kemampuan
profesional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan audit internal, manajemen
bagian audit internal. Menurut Hiro ( 2006:20) standar profesional audit internal
meliputi:
1.
Independensi
Auditor internal harus independen dan objektif dalam pelaksanaan
kegiatannya, seperti yang dikemukakan sebagai berikut:
“Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan
pekerjaanya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa
11
internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa
prasangka, hal mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan
sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi
dan sikap objektif para auditor internal”.
Maka agar pelaksanaan kegiatan dapat tercapai audit internal diberikan status
dan kedudukan yang jelas.
a. Status organisasi
Status organisasi dari unit audit internal haruslah memberikan keleluasaan
untuk memenuhi dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang
diberikan. Auditor internal haruslah memperoleh dukungan manajemen
senior dewan, sehingga mereka akan mendapatkan kerjasama dari pihak
yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaanya secara bebas dari
berbagai campur tangan pihak lain (Hiro, 2006:20).
b. Objektifitas
Para pemeriksaan internal atau auditor internal haruslah melakukan
pemeriksaan secara objektif. Objektifitas adalah sikap mental bebas yang
harus dimiliki oleh pemeriksa internal (internal auditor) dalam
melaksanakan pemeriksaan. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi
Audit Internal (2004:15) menyatakan bahwa:
“Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak
memihak, dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan (conflict
of interest)”.
12
2.
Kemampuan Profesional
Auditor internal dituntut untuk memiliki kemampuan profesional. Oleh
karena itu, seorang auditor internal dilaksanakan secara ahli dan dengan
ketelitian profesional. Menurut Hiro (2006:27) kemampuan profesional yaitu:
“Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal
dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap
pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama atau
keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin
ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan
pantas”.
Unit Audit internal
a. Personalia
Audit internal haruslah memberikan jaminan atau kepastian bahwa teknis
dan latar belakang pendidikan para pemeriksa internal telah sesuai bagi
pemeriksaan yang akan ditugaskan. Pimpinan audit internal harus
menetapkan ktriteria pendidikan dan pengalaman yang sesuai dalam
mengisi jabatan-jabatan di bagian audit internal dan harus memperoleh
kepastian yang pantas tentang kualifikasi dan kemampuan setiap calon
pemeriksa.
b. Pengetahuan dan kecakapan
Unit audit internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan,
kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan
tanggung jawab pemeriksaan. Staf audit internal haruslah memiliki
pengetahuan dan kecakapan bagi pelaksanaan praktek profesi di dalam
organisasi. sifat-sifat ini mencangkup kemampuan dalam menerapkan
standar pemeriksaan, prosedur dan teknik-teknik pemeriksaan.
13
c. Pengawasan
Unit Audit internal haruslah memberikan kepastian bahwa pelaksanaan
pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya. Pengawasan
merupakan suatu proses yang berkelanjutan, dimulai dengan perencanaan
dan diakhiri dengan penyimpulan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
Audit Internal
a. Kesesuaian dengan standar profesi
Auditor internal haruslah mematuhi standar profesi dalam melakukan
pemeriksaan. Kode etik menetapkan standar profesi dan menetapakan
pelaksanaanya. Kode etik menghendaki standar yang tinggi bagi kejujuran,
sikap objektif, ketekunan, dan loyalitas, yang harus dipenuhi oleh auditor
internal.
b. Pengetahuan dan kecakapan
Auditor internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan,
kecakapan, dan disiplin ilmu yang penting dalam melaksanakan
pemeriksaan.
c. Hubungan Antar manusia dan Komunikasi
Auditor internal haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang
lain dan berkomunikasi secara efektif. Auditor internal haruslah
memahami hubungan antar manusia dan memiliki kecakapan dalam
komunikasi agar mereka dapat secara jelas dan efektif menyampaikan
berbagai
hal
seperti
tujuan
pemeriksaan,
evaluasi,
keismpulan,
14
rekomendasi dan mengembangkan hubungan baik dengan pihak yang
diperiksa.
d. Pendidikan Berkelanjutan
Auditor internal harus mengembangkan kemampuan teknisnya melalui
pendidikan yang berkelanjutan. Pendidikan lebih lanjut dapat diperoleh
melalui keanggotaan dan partisipasi dalam perkumpulan profesi, kehadiran
dalam berbagai konferensi, seminar, program pelatihan yang dilaksanakan
oleh organisasi dan pertisipasi dalam proyek penelitian.
e. Ketelitian Profesional
Auditor
internal harus
melaksanakan ketelitian profesional yang
sepantasnya dalam melaksanakan pemeriksa.
3.
Lingkup pekerjaan
Menurut Hiro (2006:41) menyatakan lingkup pekerjaan pemeriksa internal
harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektifitas
sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi serta kualitas
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
a. Keandalan informasi
Auditor internal harus memeriksa keandalan informasi keuangan dan
pelaksanaan
pekerjaan
dan
cara-cara
yang
dipergunakan
untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkan suatu
informasi tersebut.
b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, peraturan, dan undangundang
15
Auditor internal haruslah memeriksa sistem yang telah ditetapkan untuk
menyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan,
rencana, prosedur, hukum, dan peraturan yang dimiliki, akibat yang
penting terhadap pekerjaan atau operasi, laporan-laporan serta harus
menentukan organisasi telah memenuhi hal-hal tesebut.
c. Perlindungan terhadap harta
Auditor internal haruslah memeriksa atau cara dipergunakan untuk
melindungi harta atau aktiva, dan bila dipandang perlu, memverifikasi
keberadaan berbagai harta organisasi.
d. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien
Auditor internal haruslah menilai keekonomian dan efisiensi penggunaan
sumber daya yang ada.
e. Pencapaian tujuan
Auditor internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau program untuk
menentukan apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu pekerjaan, operasi, atau
program dijalankan secara tepat dan sesuai dengan rencana.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dinyatakan oleh Hiro (2006: 53) adalah
sebagai berikut :
“Kegiatan
pelaksanaan
pemeriksaan
harus
meliputi
perencanaan
pemeriksaan, pengujian, dan evaluasi informasi, pemberitahuan hasil dan
tindak lanjut.”
16
Pelaksanaan kegiatan tindak lanjut meliputi :
a. Perencanaan pemeriksaan
Auditor internal haruslah merencanakan setiap pemeriksaan.
b. Pengujian dan pengevaluasian informasi
Auditor internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan,
dan
membuktikan
kebenaran
informasi
untuk
mendukung
hasil
pemeriksaan.
c. Penyampaian hasil pemeriksaan
Auditor internal harus membuat laporan atas hasil-hasil pemeriksaan yang
diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya.
d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Auditor internal harus meninjau dan melakukan tindak lanjut untuk
memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan
telah dilakukan tidak lanjut yang tepat.
5.
Manajemen Bagian Audit Internal
Menurut Hiro (2006:79) menjelaskan bahwa :
“Manajemen bagian audit internal harus dikelola secara baik dan tepat.
Pimpinan audit internal bertanggung jawab mengelola bagian audit
internal sehingga:
1. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang
disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan.
2. Sumber daya bagian audit internal digunakan secara efisien dan efektif.
17
3. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar
profesi.
a. Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab: Pimpinan audit internal
harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab
untuk bagian audit internal.
b. Perencanaan: Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi
pelaksanaan tanggung jawab bagiannya.
c. Kebijakan dan prosedur: Pimpinan audit internal harus membuat
berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis yang akan dipergunakan
sebagai pedoman oleh staf pemeriksa intern.
d. Manajemen personel: Pimpinan audit internal harus menetapkan
program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia
pada bagian audit internal.
e. Auditor eksternal: Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan
usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal.
f. Pengendalian mutu: Pimpinan audit internal harus menetapkan dan
mengembangkan pengendalian mutu untuk mengevaluasi berbagai
kegiatan bagian audit internal.
2.1.2 Efektifitas
Menurut Maman (2004:65) efektifitas merupakan hasil prestasi yang
dicapai suatu organisasi”. jadi dapat diartikan sebagai keberhasilan dalam
mencapai tujuan”.
18
Efektifitas berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil,
tepat, atau manjur. Efektifitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu
usaha dikatakan efektif jika usaha itu dapat mencapai tujuannya. Menurut Alwi
(2005:284) pengertian efektifitas sebagai berikut:
“Efekifitas berasal dari kata yang efektif yang berarti mempuyai nilai
efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa
memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa
efektifitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan,
dan menunjukkan derajat kesesuian antara tujuan yang dinyatakan dengan
hasil yang dicapai”.
Pengertian efektifitas menurut Sawyer’s (2005: 211) adalah sebagai
berikut:
“Menekankan hasil aktual dari dampak atau kekuatan untuk menghasilkan
dampak tertentu”.
2.1.3 Pengendalian Internal Kas
Sejalan dengan makin pesat dan ketatnya persaingan yang terjadi,
perusahaan dituntut untuk bekerja lebih keras dan optimal dalam menjalankan
aktivitas usahanya. Untuk memenangkan persaingan tersebut perusahaan wajib
mengelola sumber dayanya secara efektif dan efisien. Akibat ketatnya persaingan
perkembangan kegiatan usaha perusahaan pun semakin besar. Hal tersebut sejalan
dengan semakin luas dan kompleknya aktifitas perusahaan. Akan tetapi hal
tersebut dihadapkan pada keterbatasan manajemen dalam mengelola aktivitas
usahanya secara tujuan manajemen dalam melindungi aset milik perusahaan.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu sistem yang membantu
manajemen dalam mencapai tujuannya. Pengendalian intern merupakan alat
19
pengendalian yang bisa diterapkan manajemen dalam membantu pengelolaan
perusahaan demi mencapai tujuan. Dengan pengendalian yang memadai maka
setiap aktifitas usaha perusahaan dapat dikontrol dengan baik dan informasi yang
diterima maupun yang dihasilkan adalah memadai dan dapat dipercaya
kebenarannya.
Pengendalian intern berkaitan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal perusahaan baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi
perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah
ditentukan (Mulyadi, 2002:211).
2.1.3.1 Pengertian Pengendalian Internal
Pengertian pengendalian internal menurut Azhar (2008:95) adalah:
“Sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen
dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang
menyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui:
efisiensi dan efektifitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat
dipercaya, ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku”.
Pengertian pengendalian internal menurut Krismiajai (2002:218)
“Rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau
melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat
dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk mendorong ditaatinta
kebijakan manajemen”.
Laporan COSO (AICPA, seperti dikutip oleh Sunarto, 2003:137)
mendefiniskan pengendalian intern sebagai berikut:
“Pengendalian intern ialah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan
komisaris, manajemen, personel satuan usaha lainnya, yang dirancang
untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam
hal-hal berikut:
20
1) Keandalan pelaporan keuangan;
2) Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku;
3) Efektifitas dan efisiensi operasi-operasi.”
Konsep dasar yang terkandung dalam definisi tersebut adalah:
a. Pengendalian intern adalah suatu proses. Pengendalian Intern merupakan
cara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
b. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan
hanya terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir, tetapi
juga orang-orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi, termasuk
dewan komisaris, manajemen, serta personel lainnya.
c. Pengendalian intern diharapkan memberikan keyakinan
memadai,
bukannya keyakinan penuh, bagi manajemen dan dewan komisaris satuan
usaha karena adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada
seluruh system pengendalian intern dan perlunya mempertimbangkan
biaya dan manfaat.
d. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan, yaitu pelaporan
keuangan, kesesuaian operasi.
2.1.3.2 Fungsi Pengendalian Internal
Menurut
Romney dan Marshall (2006:4)
mengemukakan bahwa
pengendalian internal melaksanakan tiga fungsi penting sebagai berikut:
1. Pengendalian untuk pencegahan (preventive control)
Memperkerjakan personil akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan
tugas pegawai yang memadai dan secara efektif mengendalikan akses fisik
21
atas aset, fasilitas dan informasi merupakan pengendalian pencegahan
yang efektif.
2. Pengendalian untuk pemeriksaan (detective control)
Pengendalian untuk pemeriksaan adalah pemeriksaan salinan atas
perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap
bulan.
3. Pengendalian korektif (corrective control)
Memecahkan masalah yang
ditemukan oleh pengendalian untuk
pemeriksaan. Prosedur yang dilaksanakan juga untuk mengidentifikasi
masalah, memperbaiki kesalahan yang ada, dan mengubah sistem agar
masalah dapat diminimalisasikan atau dihilangkan.
2.1.3.3 Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian internal menurut Mulyadi (2002:180) adalah sebagai
berikut :
1) Keandalan informasi keuangan
Pengendalian internal ini membuat manajemen bertanggung jawab
menyiapkan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern dan ekstern
perusahaan. Laporan yang disajikan harus dapat diandalkan.
2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Pengendalian internal ini dimaksudkan agar organisasi melakukan
kegiatannya sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku.
22
3) Efektivitas dan efisiensi operasi
Pengendalian
internal
dalam
perusahaan
merupakan
alat
untuk
mengurangi kegiatan pemborosan dan mengurangi penggunaan sumber
daya yang tidak efektif dan efisien dalam operasi perusahaan.
Menurut Romney dan Steinbart (2006:192) mengemukakan tujuan dari
pengendalian internal dalam suatu aktivitas bisnis adalah:
1. Menjaga aset (Safeguarding asset), termasuk mencegah atau mendeteksi
dalam basis waktu, akuisisi yang tidak diotorisasi, terpakai atau disposisi
dari aset perusahaan.
2. Menjaga catatan-catatn yang cukup terperinci secara akurat dan secara
wajar menggambarkan aset perusahaan.
3. Memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya (reliable)
4. Memberikan keyakinan yang memadai dari laporan keuangan yang
disajikan berdasarkan standar keuangan yang berlaku (PSAK)
5. Memajukan dan meningkatkan efisiensi operasi
6. Mendorong ketaatan dalam menentukan kebijakan manajerial
7. Patuh pada hukum, aturan dan perundang-undangan yang berlaku
2.1.3.4 Unsur Pengendalian Internal
Menurut SA seksi 319 pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit
laporan keuangan Paragraf 07 dalam bukunya Mulyadi (2011:183) menyebutkan
lima unsur pokok pengendalian intern:
23
1. Lingkungan pengendalian
2. Penaksiran risiko
3. Informasi dan komunikasi
4. Aktivitas Pengendalian
5. Pemantauan
Berikut ini uraian unsur pengendalian intern:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu
organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang
pengendalian. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian
dalam suatu entitas dalam suatu entitas antara lain:
a. Nilai integritas dan etika
Efektifitas pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang
mendesain dan melaksanakannya. Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya,
manajer dituntut untuk mendasarkan pada etika bisnis. Nilai integritas dan
etika bisnis tersebut dikomunikasikan oleh manajer melalui personal
behavior dan operational behavior. Melalui personal behavior, manajer
mengkomunikasikan nilai integritas dan etika melalui tindakan individual
mereka, sehingga nilai-nilai tersebut dapat diamati oleh karyawan entitas.
Melalaui operational behavior, manajer mendesain sistem yang digunakan
untuk membentuk perilaku yang diinginkan, yang berdasarkan nilai
integritas dan etika.
24
b. Komitmen terhadap kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi mencangkup pertimbangan manajemen
atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan panduan antara
kecerdasan,
pelatihan,
dan
pengalaman
yang
dituntut
dalam
pengembangan kompetensi.
c. Dewan komisaris dan komite audit
Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan
berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi).
Komite audit ditunjuk untuk memperkuat independensi auditor yang oleh
masyarakat dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban
keuangan yang dilakuakn oleh manajemen. Hal-hal yang dikomunikasikan
dewan komisaris atau komite audit adalah: (1) kebijakan akuntansi yang
penting tertentu yang dipilih oleh manajemen, (2) proses yang digunakan
oleh manajemen dalam melakukan estimasi akuntansi, (3) akibat
adjustmen yang diajukan oleh auditor, (4) ketidaksepakatan antara auditor
dan manajemen tentang penerapan prinsip akuntansi, (5) kesulitan yang
ditemukan oleh auditor dalam pelaksanaan audit. Berfungsinya dewan
komisaris dan komite audit akan menciptakan iklim pengendalian yang
baik dalam perusahaan berbentuk perseroan terbatas.
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi
perusahaan dan karyawannya. Dalam berbisnis manajemen yang memiliki
25
filosofi ini akan meletekkan kejujuran sebagai dasar bisnisnya. Laporan
keuangan perusahaan ini akan digunakan sebagai alat manajemen untuk
mencerminkan kejujuran pertanggungjawaban keuangan perusahaan
kepada siapa saja yang berhubungan bisnis dengan merekan. Gaya operasi
mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus
dilaksanakan. Gaya operasi telah bergeser dari pengolaan berbasis fungsi
kas, ke pengelolaan berbasis proses suatu serangkaian aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
e. Struktur organisasi
Struktur organisasi memberikan rangka untuk perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur
organisasi
suatu
entitas
mecangkup
pembagian
wewenang
dan
pembebanan tanggungjawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai
tujuan organisasi.
f. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab
Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan
perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi. Dengan
pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan
berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi.
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap pengendalian intern.
Pentingnya perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur agar
tercipta lingkungan pengendalian yang baik maka perusahaan perlu
26
memiliki metode yang baik dalam menerima karyawan, mengembangkan
kompetensi mereka, menilai prestasi, dan memberikan kompensasi atas
perestasi mereka.
2. Penaksiran Risiko
Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi,
analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan
laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia. Penaksiran risiko manajemen mencangkup pertimbangan
khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti:
a. bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi
yang belum pernah dikenal
b. perubahan standar akuntansi
c. hukum dan peraturan baru
d. perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang
digunakan untuk pengelolaan informasi
e. pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengelohan
dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat di dalam fungsi
tersebut.
3. Informasi dan Komunikasi
Sistem
akuntansi
diciptakan
untuk
mengidentifikasi,
merakit,
menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu
entitas tersebut. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat
27
memberikan keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi
adalah:
1. Sah
2. Telah diotorisasi
3. Telah dicatat
4. Telah dinilai secara wajar
5. Telah digolongkan secara wajar
6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya
7. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas dengan
benar
Komunikasi mencangkup penyampaian informasi kepada semua personel
yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas
mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain baik yang berada di dalam
maupun di luar organisasi.
4. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen
dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa
tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi resiko
dalam pencapaian tujuan entitas.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya
28
melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain
maupun
pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk mentukan
apakah pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan karena
terjadinya perubahan keadaan.
2.1.3.5 Keterbatasan Pengendalian Internal
Menurut Sunarto (2003:139) pengendalian intern hanya dapat memberikan
keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris sehubungan dengan
pencapaian tujuan perusahaan. Alasannya adalah karena keterbatasan bawaan
pada setiap pengendalian intern berikut:
1) Kesalahan dalam pertimbangan
Manajemen dan personel lainnya seringkali melakukan pertimbangan yang
kurang matang dalam pengambilan keputusan bisnis atau dalam
melakukan tugas-tugas rutin karena kekurangan informasi, keterbatasan
waktu, atau penyebab lainnya.
2) Kemacetan
Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena
petugas salah mengerti dalam instruksi atau melakukan kesalahan karena
kecerobohan,
kebingungan,
atau
kelelahan.
Perpindahan
personel
sementara/tetap, atau perubahan sistem atau prosedur, bisa juga
mengakibatkan kemacetan.
29
3) Kolusi
Kolusi atau persekongkolan yang dilakukan oleh seorang pegawai dengan
pegawai lainnya, atau dengan pelanggan atau pemasok, bisa tidak
terdeteksi oleh struktur pengendalian lain.
4) Pelanggaran oleh Manajemen
Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan/prosedur-prosedur
untuk tujuan-tujuan tidak sah, seperti keuntungan pribadi, atau membuat
laporan keuangan menjadi tampak baik.
5) Biaya dan Manfaat
Biaya penyelenggaraan suatu struktur pengendalian intern seyogyanya
tidak melebihi manfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian
intern tersebut.
2.1.4 Kas
Keberadaan kas sangat penting bagi perusahaan karena tanpa kas, aktivitas
operasi perusahaan tidak dapat berjalan. Kas merupakan harta lancar perusahaan
yang sangat menarik dan mudah untuk di selewengkan. Selain itu banyak
transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas. Karena
itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyelewengan
yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian intern
yang baik atas kas (Sukrisno, 2004:145).
30
2.1.4.1 Pengertian Kas
Kas adalah asset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan. Kas merupakan asset yang paling likuid karena dapat digunakan
untuk membayar kewajiban perusahaan. Tidak ada standar akuntansi khusus
terkait dengan kas namun secara umum dibahas dalam standar tentang instrument
keuangan.
Menurut Rudianto (2012:195) pengertian kas adalah sebagai berikut:
“Kas adalah alat pembayaran yang dimiliki perusahaan dan siap digunakan
untuk investasi maupun menjalankan operasi perusahaan setiap saat
dibutuhkan. Karena itu kas mencangkup semua alat pembayaran yang
dimiliki perusahaan yang disimpan di perusahaan maupun di bank dan siap
digunakan”.
2.1.4.2 Pengendalian Kas
Kas merupakan asset likuid yang mudah digunakan, banyak yang
menginginkan sehingga mudah dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Untuk itu entitas perlu merancangkan pengendalian internal yang baik agar kas
perusahaan aman dan terlindungi. Beberapa bentuk pengendalian terhadap kas
menurut Dwi Martani, dkk ( 2012:182) sebagai beikut:
1. Terdapat pemisahan tugas antara pihak yang melakukan otorisasi dengan
pembayaran, pihak yang melakukan otorisasi dengan pembayaran pihak
yang melakukan pengelolaan kas dan pencatatan, pihak pengguna, dan
pihak pembayar.
2. Penggunaan lemari besi (brankas) untuk menyimpan kas atau di ruang
tertutup dengan akses terbatas.
3. Penerimaan dan pengeluaran kas menggunakan rekening yang berbeda
31
4. Pengeluaran uang dilakukan melalui bank dan menggunakan cek sehingga
terdapat pengendalian pencatatan oleh pihak lain
5. Penerimaan
kas
dilakukan
melalui
bank,
untuk
keamanan
dan
pengendalian pencatatan
6. Penggunaan sistem imprest kas kecil untuk memenuhi kebutuhan kas
dalam jumlah kecil
7. Rekonsiliasi antara pencatatan perusahaan dengan rekening koran bank.
2.1.4.3 Penyalahgunaan Kas
Menurut Kusnadi (2000:62) menyatakan bahwa:
“Bentuk kecurangan kas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Check Kiting, mana kala pada akhir bulan ada pemindahan dana melalui
cek dari bank satu ke bank lainnya dengan tujuan untuk menutup-nutupi
kekurangan atau menambah besarnya saldo kas. Tatkala laporan diterima,
saldo bank dimana cek tersebut disetorkan menunjukan kenaikan,
sedangkan pada saat bersamaan saldo di bank pertama tidak menunjukan
pengeluaran (tidak berubah).
2. Lapping, terjadi pada saat penerimaan piutang dari langganan tidak
segera dilaporkan dan ia akan dilaporkan pada penerimaan kemudian”.
2.2
Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektifitas Pengendalian Internal
Kas
Kas merupakan aset yang paling likuid karena dapat digunakan untuk
membayar kewajiban perusahaan. Keberadaan kas dalam perusahaan sangat
penting karena tanpa kas, aktivitas operasi perusahaan tidak dapat berjalan. Untuk
itu perlu dilakukan pengendalian internal yang efektif dalam mencegah
penyalahgunaan dan melindungi kas.
32
Salah satu tanggung jawab manajemen adalah membuat perencanaan,
melakukan pengendalian, menjaga sumber daya perusahaan dengan efektif untuk
merencanakan dan mengendalikan kas dalam memperkirakan kekurangan dan
kelebihan uang yang mungkin terjadi dalam suatu periode. Dalam melakukan
penilaian atas pengendalian internal yang efektif manajemen memerlukan
penilaian yang independen yang dapat dilakukan oleh auditor internal.
Audit internal membantu para anggota organisasi agar mereka dapat
melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif, memeriksa dan mengevaluasi
memadai atau tidaknya pengendalian internal perusahaan tersebut berjalan efektif
dan efisien. Dalam menjalankan tugasnya audit internal harus taat kepada standar
profesi audit internal yang meliputi:
1. Independensi
2. Kemampuan Profesional
3. Lingkup pekerjaan
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
5. Manajemen Bagian Audit Internal
Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang
terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi,
keuangan, dan kegiatan lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam
melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan cara menyajikan analisis,
penilaian, rekomendasi, dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan
manajemen. Audit internal
berhubungan dengan semua tahap kegiatan
33
perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan-catatan
akuntansi.
Maka berdasarkan uraian diatas dapat terlihat adanya hubungan auditor
internal atas efektifitas pengendalian internal kas, karena auditor internal
berpengaruh terhadap percayanya data atas transaksi kas, efektiftas dan efisiensi
aktivitas operasi kas dan kepatuhan pada hukum yang berlaku.
2.3
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan
memerlukan adanya suatu sistem organisasi yang melakukan pemisahan fungsifungsi dalam perusahaan agar setiap kegiatan perusahaan dapat diawasi dan
dievaluasi secara efektif dan efisien. Fungsi tersebut diantaranya yaitu
pengendalian internal yang dapat dijadikan sebagai alat yang dapat membentuk
pengawasan serta pemeriksaan kegiatan perusahaan melalui pelaksanaan kegiatan
audit internal. Adapun pengertian dari audit internal menurut Sawyer’s (2005:10)
adalah sebagai berikut:
“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan
operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2) risiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasikan dan diminimalisasi, (3) peraturan
eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah
diikuti, (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber
daya telah digunakan secara efesien dan ekonomis, dan (6) tujuan
organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan
untuk konsultan dengan manajemen dan membenatu menjalankan
tanggung jawabnya secara efektif”.
34
Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan dengan efektif dalam
pelaksanaanya maka perlu adanya standar profesi audit internal, menurut Hiro
(2006: 20) yaitu:
1. Independensi
Pemeriksa intern harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang diperiksanya
dan memeriksa apa adanya.
2. Kemampuan profesional
Pemeriksa intern harus mencerminkan keahlian dan ketelitian professional.
3. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pemeriksa intern harus meliputi pengujian dan evaluasi
terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang
dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang
diberikan.
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, serta
pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak lanjuti.
5. Manajemen Bagian Audit Internal
Pimpinan unit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat.
Peran auditor internal harus dijalankan dengan posisi yang independen dan
kompeten agar dapat membantu organisasi menemukan kelemahan pengendalian
internal kliennya, bertanggung jawab memeriksa dan mengevaluasi memadai atau
tidaknya pengendalian internal dan membuat rekomendasi peningkatannya agar
lebih efektif dan efisien. Menurut Azhar (2008) pengendalian internal adalah
sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan
karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang menyakinkan bahwa
tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui: efisiensi dan efektifitas operasi,
penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan terhadap undangundang dan aturan yang berlaku. Unsur-unsur pengendalian menurut Mulyadi
(2011:183) meliputi:
35
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu
organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang
pengendalian.
2. Penaksiran Risiko
Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi,
analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan
laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia.
3. Informasi dan Komunikasi
Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit,
menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu
entitas tersebut.
4. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen
dilaksanakan.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu.
Salah satu aktivitas yang perlu mendapat perhatian adalah pengendalian
terhadap kas perusahaan, karena kas merupakan asset yang sering menjadi objek
penyalahgunaan. Pentingnya pengendalian kas yang baik dibutuhkan agar tercapai
keseimbangan yang memadai antara jumlah kas yang dibutuhkan dengan jumlah
kas yang tersedia dalam memenuhi kebutuhan kegiatan operasi sehari-hari dalam
mencapai tujuan perusahaan. Kas adalah alat pembayaran yang dimiliki
perusahaan dan siap digunakan untuk investasi maupun menjalankan operasi
perusahaana setiap saat dibutuhkan. Karena itu kas mencangkup semua alat
pembayaran yang dimiliki perusahaan yang disimpan di perusahaan maupun
dibank dan siap digunakan (Rudianto, 2012:195).
Dengan demikian jelas bahwa setiap organisasi dalam melaksanakan
fungsi pemeriksaan yang memadai harus objektif dalam melaksanakan
36
pemeriksaan, agar sistem pengendalian perusahaan dapat berjalan dengan
semetinya dan tercapainya tujuan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat
digambarkan kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:
37
Bank
Auditor
internal
Standar
Pengendalian
Internal Kas
profesional
1. Lingkungan
audit
pengendalian
internal:
2. Penilaian risiko
1. Independensi
3. Aktivitas pengendalian
2. Kemampuan profesional
4. Informasi dan
3. lingkup pekerjaan
komunikasi
4. pelaksanaan kegiatan
5. Pemantauan
pemeriksaan
5. manajemen bagian audit
internal
Efektifitas
pengendalian
internal kas
Gambar 2.1
Skema Kerangka pemikiran
38
Dari gambar diatas dapat diambil suatu kesimpulan dalam penelitian ini
dalam bentuk paradigma penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:
Auditor
Efektifitas
Pengendalian Internal
Kas
Internal
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
2.3.2
Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:64) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori-teori
yang relevan belum
berdasarkan fakta-fakta yang empiris yang berasal dari pengumpulan data.
Penulis merumuskan hipotesis bahwa terdapat pengaruh antara auditor
internal dengan efektifitas pengendalian internal kas, maka hipotesisnya adalah:
auditor internal berpengaruh signifikan terhadap efektifitas pengendalian internal
kas.
Download