Karya Tulis

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia menunjukkan bahwa uang
memiliki peranan strategis dalam perekonomiaan terutama karena fungsi utamanya
sebagai alat pembayaran sehingga pada awalnya sering diartikan bahwa uang adalah
sesuatu yang dapat diterima umum sebagai alat pembayaran.
Masyarakat hanya mengenal uang yang terdiri dari uang kertas dan uang
logam. Pada perkembangannya, pembayaran dalam transaksi ekonomi dapat
dilakukan dalam bentuk non-tunai, khususnya setelah dimulainya perbankan pada
abad ke-18. Dewasa ini dalam sistem pembayaran dikenal uang giral yakni uang yang
berada dalam rekening giro di bank. Sejalan dengan perkembangan industri
perbankan, sekarang ini disamping uang giral terdapat pula uang kuasi. Jenis uang
kuasi sangat beragam mulai dari bentuk deposito dan tabungan serta jenis lainnya
seperti kartu kredit.
Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Dibidang pengedaran uang, Bank Indonesia adalah satu-satunya
lembaga yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang.
Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menetapkan jenis uang (uang kertas dan
uang logam) yang diterbitkan sebagai alat pembayaran yang sah, serta besar nilai
nominal, bahan yang digunakan maupun ciri-cirinya. Disamping itu, Bank Indonesia
juga berwenang untuk mencabut, menarik dan memusnahkan uang tersebut dari
1
peredaran. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari kegiatan pembayaran
uang. Lalu lintas pembayaran uang berarti menyangkut jumlah uang beredar. Jumlah
uang beredar dapat memperlihatkan kondisi perekonomian suatu negara. Sering
dikatakan bahwa jumlah uang beredar yang terlalu banyak akan menimbulkan inflasi,
karena harga barang-barang akan meningkat tajam.
Krisis ekonomi yang puncaknya terjadi pada tahun 1998 disebabkan oleh
karena kelangkaan dana oleh masyarakat yang sangat besar. Ditambah dengan
semakin melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS, kepercayaan masyarakat
terhadap rupiah semakin melemah. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah
melalui Bank Indonesia menyuntik dana ke pasar dalam jumlah yang sangat besar
dalam beberapa waktu, yang selanjutnya berakibat pada melonjaknya inflasi. Hal ini
berarti kecenderungan penambahan jumlah uang beredar yang melebihi kebutuhan
yang sebenarnya dapat menimbulkan inflasi.
Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah melalui kebijakan moneter untuk
menstabilkan jumlah uang yang beredar. Idealnya, jumlah uang yang tercipta atau
tersedia harus seimbang dengan jumlah uang yang dibutuhkan atau diminta
masyarakat sehingga tidak terdapat kelebihan atau kekurangan jumlah uang yang
beredar. Pengendalian jumlah uang beredar pada hakikatnya merupakan salah satu
bagian dari kerangka kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh otoritas moneter.
Pengendalian jumlah uang beredar pada umumnya ditujukan untuk menjaga
kestabilan nilai uang dan mendorong kegiatan ekonomi.
2
Di Indonesia, kebijakan pengedaran uang dilakukan oleh Bank Indonesia
yang kewenangannya diatur dalam UU No.3 tahun 2004 tentang Bank
Indonesia. Kegiatan pengelolaan pengedaran uang tentunya mencakup
kegiatan yang lebih luas yakni mulai dari perencanaan, pengadaan dan
pencetakan uang sampai dengan penarikan uang dari peredaran.1)
“Bank Indonesia adalah lembaga keuangan perbankan yang berbentuk badan
hukum. Karena Bank Indonesia bertugas untuk perihal kebijakan moneter, akan
mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan tingkat bunga, yang pada akhirnya
mempengaruhi kinerja perekonomian”.2) Bank Indonesia mengendalikan jumlah uang
beredar dengan mengunakan piranti moneter melalui pendekatan kuantitatif secara
tidak langsung yaitu, operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto dan penetapan
cadangan wajib minimum.
Pada operasi pasar terbuka, BI menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk
menyedot kelebihan jumlah uang beredar jika kondisi moneter dinilai terlalu
ekspansif atau terlalu panas. Tingkat diskonto yang tinggi memberikan sinyal bahwa
kebijakan uang ketat ditempuh BI dalam upaya menurunkan jumlah uang beredar
untuk meredam kenaikan inflasi. Apabila tingkat suku bunga SBI naik maka bankbank umum akan menaikkan tingkat suku bunga deposito guna memperoleh
likuiditas dari masyarakat dalam jumlah besar. Karena tingkat suku bunga yang
tinggi maka masyarakat lebih cenderung untuk mengalokasikan dana yang dimiliki
1
) www.bi.go.id, Undang-undang RI. No 3 tahun 2004 tentang perubahan atas UU RI no 23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia
2
)Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Uang , Perbankan dan Ekonomi Moneter,
Jakarta : FEUI, 2004, hal. 241
3
dalam bentuk deposito. Dengan demikian jumlah uang beredar di masyarakat akan
mengalami penurunan.
PDB riil merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Umumnya
pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya peningkatan investasi dan transaksi
kegiatan ekonomi. Apabila transaksi ekonomi meningkat dan menyebabkan
pendapatan masyarakat juga meningkat, maka kebutuhan uang akan menjadi
bertambah.
Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula
tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini
umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakatnya.
Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak
orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan
untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau di investasikan dalam bentuk suratsurat berharga.
Nilai tukar (kurs) merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang
asing. Apabila nilai tukar rupiah terdepresiasi maka akan meningkatkan jumlah uang
yang beredar, karena masyarakat akan menukarkan
uangnya kedalam dollar.
Kestabilan rupiah sangat penting untuk mendorong pembangunan yang
berkelanjutan. Fluktuasi kurs dollar terutama pada periode krisis moneter
merupakan masalah serius bagi pemerintah karena menyebabkan tingkat inflasi
4
yang melambung tinggi. Untuk itu BI berusaha melakukan intervensi agar nilai tukar
rupiah dapat stabil. Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Faktor-faktor Yang Menentukan Jumlah Uang Beredar di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
“Apakah PDB riil, suku bunga SBI dan nilai tukar berpengaruh terhadap jumlah uang
beredar?”
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDB riil, suku bunga SBI dan nilai
tukar terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah PDB riil, suku bunga SBI dan nilai tukar berpengaruh
signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.
Selanjutnya, manfaat penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca lainnya tentang faktor-faktor
apa saja yang menentukan Jumlah uang beredar di Indonesia.
2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambilan
keputusan, menjadi bahan informasi bagi peneliti lainnya damn masukan yang
bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi-instansi yang terkait.
1.4 Kerangka Pemikiran
PDB riil mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang
disebabkan adanya peningkatan investasi dan transaksi kegiatan ekonomi. Apabila
5
transaksi ekonomi meningkat dan menyebabkan pendapatan masyarakat juga
meningkat, maka kebutuhan uang akan menjadi bertambah. Dengan adanya
peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki
kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam
bentuk tabungan atau di investasikan dalam bentuk surat-surat berharga.
Nilai tukar mata uang mempunyai pengaruh yang besar terhadap jalannya
suatu perekonomian. Hal ini, akan berdampak pada penentuan nilai tukar barang
pada kegiatan perdagangan namun lebih penting daripada nilai tukar adalah
kestabilan nilai tukar uang itu sendiri.
Naik turunnya tingkat suku bunga sangat mempengaruhi jumlah uang beredar,
dimana Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI yang merupakan
benchmark bagi suku bunga perbankan apabila jumlah uang beredar dilihat sangat
besar atau dapat dikatakan keadaan ekonomi sangat ekspansif. Dan sebaliknya, akan
menurunkan suku bunga SBI apabila keadaan perekonomian sedang lesu terutama di
bidang perbankan.
Untuk melihat bagaimana pengaruh PDB riil, suku bunga SBI dan nilai tukar
dapat digambarkan sebagai berikut :
6
PDB Riil
Jumlah Uang
Beredar:
M1
Suku
Bunga
SBI
Kurs
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh PDB riil, Suku Bunga SBI dan
Kurs Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1 Pengertian dan Fungsi Uang
2.1.1. Pengertian uang
Definisi uang bisa dibagi menjadi dua pengertian yaitu secara sempit dan
luas. Pengertian uang dalam arti sempit yaitu hanya sebatas pada uang yang dapat
berfungsi untuk mendorong transaksi ekonomi berupa uang kartal dan uang giral.
Sedangkan pengertian uang dalam arti luas yaitu semua bentuk benda yang dapat
digunakan untuk kegiatan transaksi yang tidak terbatas pada uang kartal dan giral saja
tetapi benda lain yang dapat berfungsi ‘uang seperti saham, obligasi, tabungan
berjangka.
Untuk itu, sebuah benda dapat disebut sebagai uang, bila telah memenuhi
kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria tersebut adalah:
a)
b)
c)
d)
e)
Diterima dan diketahui oleh umum (acceptability and cognizability),
Nilainya stabil (satability of value)
Mudah disimpan dan tahan lama (durability)
Mudah dibawa-bawa (portability)
Dapat dibagi-bagi dalam satuan-satuan yang lebih kecil (divisibility into
small unit)
f) Mencukupi kebutuhan dunia usaha (elasticity of supply)3)
2.1.2. Fungsi uang
Dalam ilmu ekonomi peranan uang dalam melancarkan kegiatan perdagangan
dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
a) Uang sebagai alat tukar menukar
Kegiatan tukar menukar akan jauh lebih mudah dijalankan kalu dibandingkan
dengan di dalam kegiatan perdagangan secara barter. Seseorang yang ingin
3
)Imamudin Yuliadi, Ekonomi Moneter, Jakarta : Indeks, 2008, hal. 4
8
memperoleh berbagai jenis barang untuk memenuhi kebutuhannya, akan dapat
dengan mudah memperolehnya apabila ia memiliki uang yang cukp untuk
membeli kebutuhan tersebut. Apabila uang digunakan dalam kegiatan tukar
menukar, maka waktu untuk melakukan kegiatan tersebut dapat dipersingkat,
tenaga hemat, dan kegiatan tukar menukar menjadi lebih sederhana.
b) Uang sebagai satuan nilai
Satuan nilai adalah satuan ukuran yang menentukan besarnya nilai dari
berbagai jenis barang. Dengan adanya uang, nilai sesuatu barang dapat dengan
mudah dinyatakan, yaitu dengan menunjukkan jumlah uang yang diperlukan
untuk memperoleh barangtersebut. Tanpa uang nilai sesuatu barang haruslah
dinyatakan dalam bentuk membandingkan kurs pertukaran di aantara sesuatu
barangdengan berbagai jenis barang lainnya.
c) Uang sebagai ukuran bayaran tertunda
Penggunaan uang sebagai alat perantaraan dalam tukar menukar dapat
mendorong perkembangan perdagangan yang bersifat demikian karena penjual
akan lebih merasa yakin bahwa pembayyaran yang tertunda itu adalah sesuai
dengan yang diharapkannya.
d) Uang sebagai alat penyimpan nilai
Di dalam perekonomian yang sudah maju, jenis uang yang terutama adalah
uang bank atau uang giral dan uang kertas yang banyak digunakan sekarang.
Uang ini jug merupakan alat penyimpan nilai yang lebih baik daripada
menyimpan nilai dalam bentuk barang.4)
2.2 Teori Permintaan Uang
Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang sifatnya terbatas, dimana manusia
harus memilih alokasi yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya (prinsip
ekonomi). Apabila mereka ingin memperbanyak konsumsi misalnya, maka jumlah
kekayaan (yang terdiri dari jumlah pendapatan dan kekayaan lainnya ) akan semakin
4
) Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua, Cetakan Kesepuluh,
Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1998, hal. 193
9
kecil. Demikian juga mereka ingin memiliki salah salah satu bentuk kekayaan yang
lain akan menjadi lebih sedikit. Mereka akan selalu mencari keseimbangan antara
keuntungan dan kerugian dari kepemilikan sesuatu bentuk kekayaan. Kekayaan dapat
diwujudkan dalam bentuk uang, surat berharga, deposito atau barang.
Teori yang menjelaskan mengenai permintaan uang dapat dibedakan menjadi
teori klasik dan Keynes.
2.2.1 Teori klasik
Menurut pandangan ekonom klasik, fungsi uang hanya sebagai alat tukar. Oleh
karena hanya berfungsi sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral dalam arti uang
hanya mempengaruhi tingkat harga. Pendapat tersebut dinyatakan dalam persamaan
kuantitas uang klasik, yaitu:
M x V= P x T
dimana M = jumlah uang beredar, V = perputaran uang dari satu tangan ke tangan
dalam satu periode, P = harga barang dan T = volume transaksi.
Nilai dari barang-barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T)
dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut (P). Nilai dari barang yang
ditransaksikan ini harus pula sama dengan volume uang yang ada di dalam
masyarakat (M) dikalikan rata-rata perputaran uang dalam periode tersebut (V).
Fisher menyatakan bahwa permintaan uang dipengaruhi secara konstan oleh besarnya
volume transaksi ekonomi.
10
Menurut para teoritis moneter Cambridge bahwa “permintaan uang selain
dipengaruhi oleh tingkat volume transaksi (PDB riil) juga dipengaruhi oleh tingkat
kekayaan seseorang atau masyarakat, tingkat bunga dan ekspektasi masyarakat
tentang masa depan. “5)
2.2.2 Teori Keynes
Permintaan akan uang adalah hasrat masyarakat memegang uang dalam
bentuk tunai. Permintaan uang itu yakni liquidity preference (artinya kesukaan
menyimpan uang dalam bentuk tunai) yang disingkat dengan L. Adapun yang ingin
memegang dalam bentuk uang itu terbagi pula menjadi dua yakni mata uang ( money
or currency or liquidity ) dan benda yang ‘dekat’ dengan uang (near money ).
Motif memegang uang dalam bentuk tunai atau liquidity preference atau
permintaan akan uang dibedakan menjadi tiga yakni:
1. Permintaan uang untuk tujuan transaksi (transaction motives) yakni motif
memegang uang sehari-hari untuk membeli sesuatu.
2. Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga (precautionary motives) yakni
dilakukan orang karena orang harus waspada terhadap hal-hal yang tak
terduga.
3. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi (speculative motive) terjadi karena
orang ingin memegang uang untuk dipakainya bermain spekulasi di pasar
modal, yakni dengan mengikuti perkembangan harga surat berharga.
5
) Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Op.Cit, hal. 326
11
Ketiga motif memegang uang dalam bentuk tunai dikelompokkan menjadi dua yaitu:
L1 = motif pertama dan kedua (motif transaksi dan motif berjaga-jaga) dan L2 = motif
ketiga (motif spekulasi).
L1
Permintaan
akan uang
L2
Gambar 2.1 Permintaan akan uang
2.3 PDB (Produk Domestik Bruto) Riil
Untuk mengetahui ukuran produksi sesungguhnya tiap tahun, yakni produksi
yang nilainya tidak dipengaruhui oleh kenaikan harga, dapat digunakan konsep PDB
riil yakni ukuran produksi seluruh barang dan jasa yang penilaiannya didasarkan pada
harga konstan (tetap). PDB riil dapat didengan hitung dengan memilih salah satu
tahun sebagai tahun dasar (base year). “PDB riil adalah nilai produksi nasional pada
suatu tahun tertentu yang dihitung menurut harga-harga yang berlaku pada tahun
dasar”.6)
2.4 Tingkat Suku Bunga
Suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada
nasabah yang membeli/ menjual produknya. Tingkat suku bunga adalah harga dari
penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk
jangka waktu tertentu. Harga atas penggunaan uang biasanya dinyatakan dalam
6
) Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Cetakan Kedelapan Belas,
Jakarta: RajaGrafindo, 2008, hal. 61
12
persentase (%) dalam jangka waktu tertentu, misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan, 24 bulan. Harga penggunaan uang per unit waktu disebut tingkat bunga.
Naik turunnya tingkat bunga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan
uang.
Tingkat suku bunga cenderung naik bila permintaan debitur lebih besar
daripada jumlah uang/dana yang ditawarkan kreditur (biasanya bank dan lembaga
keuangan bukan bank). Sebaliknya tingkat suku bunga cenderung menurun bila
permintaan debitur lebih kecil daripada jumlah uang/dana yang ditawarkan kreditur.
2.4.1 Pendapat klasik tentang tingkat suku bunga
Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga
dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan
yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat untuk menabung seperti tergantung pada
tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat
untuk
menabung
atau
masyarakat
akan
terdorong
untuk
mengorbankan
pengeluarannya guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat bunga menurut
klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya.
Investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga
semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi karena keuntungan
yang diharapkan dari investasi akan lebih kecil dari tingkat bunga (biaya penggunaan
pinjaman tersebut). Keseimbangan tingakat bunga dan investasi hanya dapat terjadi
apabila tidak ada dorongan untuk meningkatkan/menurunkan tabungan dan investasi.
13
Pendapat klasik tentang tingkat suku bunga ini didasarkan pada hukum Say
(pendapat Baptist Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri.
Artinya tingkat bunga yang mengalami penurunan dan kenaikan, maka pergerakan
naik-turunnya tingkat bunga hanya akan bersifat sementara. Bilamana telah terjadi
tarik-menarik penawaran dan permintaan (bekerjanya mekanisme harga) tingkat
bunga keseimbangan akan tercipta kembali.
2.4.2 Pendapat Keynes
Permintaan uang yang oleh Keynes disebut “liquidity preference” tergantung
daripada tingkat bunga. Makin besar liquidity preference seseorang, makin besar
keinginan orang tersebut untuk menahan uang tunai maka makin besar tingkat bunga
yang diterima orang tersebut bilamana dia meminjam uang tersebut kepada orang
lain.
Keynes membagi susunan/komponen kekayaan dalam dua bentuk, yakni uang
kas dan surat berharga (obligasi). Kekayaan diujudkan dalam bentuk uang kas adalah
kemudahan dalam melakukan transaksi sebab uang kas merupakan alat pembayaran
yang paling likuid (diukur dengan kecepatan menukarkan dalam bentuk alat
pembayaran untuk transaksi). Sebaliknya kekayaan dalam bentuk surat berharga,
dimana harga dapat naik turun tergantung dari tingkat bunga, sehingga ada
kemungkinan pemegang surat berharga menderita capital loss. Namun demikian,
surat berharga mendatangkan pendapatan berupa bunga.
Keynes menyatakan permintaan uang mempunyai hubungan negatif
dengan tingkat bunga dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, bahwa
14
masyrakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang
normal. Kedua, berkaitan dengan ongkos memegang uang kas
(opportunity cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin
tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang
uang kas juga turun dan sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti
ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan
uang kas naik. 7)
2.5
Sekilas Mengenai Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada prinsipnya adalah surat berharga atas
unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang
berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan sistem diskonto.
2.5.1
Karakteristik SBI
a. Jangka waktu maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk
jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan.
b. Dominasi dari yang terendah Rp. 50 juta sampai dengan tertinggi Rp.100 miliar.
c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100 juta dan selebihnya dengan
kelipatan Rp. 50 juta.
d. SBI diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto
e. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus:
f. Nilai diskonto dihitung sebagai berikut:
Nilai diskonto = nilai nominal - nilai tunai
7
) Nopirin, Ekonomi Moneter, Edisi Keempat, Yogyakarta : BPFE-UGM, 1992, hal. 91
15
2.5.2 Tata cara Transaksi Penjualan SBI
Penjualan SBI dilakukan melalui lelang
a. BI mengumumkan rencana lelang selambat-lambatnya pada satu (1) hari kerja
sebelum pelaksanaan lelang SBI
b. Lelang SBI dilakukan pada hari rabu atau pada hari kerja berikutnya dan
dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang pasar modal dengan
penyelesaian transaksi hari kamis.
c. Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan
penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli seta tingkat diskontonya. Pemenang
lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran tingkat diskonto yang
terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai.
2.5 Nilai Tukar
Dalam perdagangan internasional pertukaran antara satu mata uang negara
dengan negara lain menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah proses transaksi
jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini diperoleh perbandingan nilai atau harga
antara kedua mata uang tersebut dan inilah yang disebut dengan nilai tukar atau kurs.
“Nilai tukar adalah harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata
uang negara lain. “8)
Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu:
a. Kurs nominal (nominal exchange rate) yaitu harga relatif dari mata uang
dua negara,
8
) Sawaldjo Puspopranoto, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan, Jakarta : Pustaka
LP3ES, 2004, hal. 212
16
b. Kurs riil (real exchange rate) yaitu harga relatif dari barang-barang di
antara dua negara.9)
Nilai tukar dari suatu mata uang dapat mengalami fluktuasi (perubahanperubahan) yang berdampak langsung pada harga-harga ekspor dan impor.
Perubahan-perubahan yang dimaksud adalah :
1) Revaluasi yaitu peningkatan nilai resmi mata uang suatu negara dibanding
mata uang lainnya atau emas oleh pemerintah dengan sengaja.
2) Devaluasi yaitu penurunan nilai resmi mata uang suatu negara dibanding mata
uang lainnya oleh pemerintah dengan sengaja.
3) Apresiasi yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis
akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata
uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari
perubahan kurs adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin
mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah.
4) Depresiasi yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis
akibat bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran atas permintaan mata
uang yang bersangkutan dalam sistem pasar.
2.6 Hipotesis
9
) N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, Edisi Keenam, Ahli Bahasa: Fitri Liza dan Imam
Nurmawan, Jakarta : Erlangga, 2006, hal. 128
17
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek
penelitian masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah di atas , maka penulis
membuat hipotesis sebagai berikut:
1.
Produk Domestik Bruto (PDB) riil dan nilai tukar (kurs) mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia, ceteris
paribus.
2.
Tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap jumlah uang beredar di Indonesia, ceteris paribus.
18
Download