BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia menunjukkan bahwa uang memiliki peranan strategis dalam perekonomiaan terutama karena fungsi utamanya sebagai alat pembayaran sehingga pada awalnya sering diartikan bahwa uang adalah sesuatu yang dapat diterima umum sebagai alat pembayaran. Masyarakat hanya mengenal uang yang terdiri dari uang kertas dan uang logam. Pada perkembangannya, pembayaran dalam transaksi ekonomi dapat dilakukan dalam bentuk non-tunai, khususnya setelah dimulainya perbankan pada abad ke-18. Dewasa ini dalam sistem pembayaran dikenal uang giral yakni uang yang berada dalam rekening giro di bank. Sejalan dengan perkembangan industri perbankan, sekarang ini disamping uang giral terdapat pula uang kuasi. Jenis uang kuasi sangat beragam mulai dari bentuk deposito dan tabungan serta jenis lainnya seperti kartu kredit. Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dibidang pengedaran uang, Bank Indonesia adalah satu-satunya lembaga yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menetapkan jenis uang (uang kertas dan uang logam) yang diterbitkan sebagai alat pembayaran yang sah, serta besar nilai nominal, bahan yang digunakan maupun ciri-cirinya. Disamping itu, Bank Indonesia juga berwenang untuk mencabut, menarik dan memusnahkan uang tersebut dari 1 peredaran. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari kegiatan pembayaran uang. Lalu lintas pembayaran uang berarti menyangkut jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar dapat memperlihatkan kondisi perekonomian suatu negara. Sering dikatakan bahwa jumlah uang beredar yang terlalu banyak akan menimbulkan inflasi, karena harga barang-barang akan meningkat tajam. Krisis ekonomi yang puncaknya terjadi pada tahun 1998 disebabkan oleh karena kelangkaan dana oleh masyarakat yang sangat besar. Ditambah dengan semakin melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS, kepercayaan masyarakat terhadap rupiah semakin melemah. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah melalui Bank Indonesia menyuntik dana ke pasar dalam jumlah yang sangat besar dalam beberapa waktu, yang selanjutnya berakibat pada melonjaknya inflasi. Hal ini berarti kecenderungan penambahan jumlah uang beredar yang melebihi kebutuhan yang sebenarnya dapat menimbulkan inflasi. Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah melalui kebijakan moneter untuk menstabilkan jumlah uang yang beredar. Idealnya, jumlah uang yang tercipta atau tersedia harus seimbang dengan jumlah uang yang dibutuhkan atau diminta masyarakat sehingga tidak terdapat kelebihan atau kekurangan jumlah uang yang beredar. Pengendalian jumlah uang beredar pada hakikatnya merupakan salah satu bagian dari kerangka kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh otoritas moneter. Pengendalian jumlah uang beredar pada umumnya ditujukan untuk menjaga kestabilan nilai uang dan mendorong kegiatan ekonomi. 2 Di Indonesia, kebijakan pengedaran uang dilakukan oleh Bank Indonesia yang kewenangannya diatur dalam UU No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Kegiatan pengelolaan pengedaran uang tentunya mencakup kegiatan yang lebih luas yakni mulai dari perencanaan, pengadaan dan pencetakan uang sampai dengan penarikan uang dari peredaran.1) “Bank Indonesia adalah lembaga keuangan perbankan yang berbentuk badan hukum. Karena Bank Indonesia bertugas untuk perihal kebijakan moneter, akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan tingkat bunga, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian”.2) Bank Indonesia mengendalikan jumlah uang beredar dengan mengunakan piranti moneter melalui pendekatan kuantitatif secara tidak langsung yaitu, operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto dan penetapan cadangan wajib minimum. Pada operasi pasar terbuka, BI menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk menyedot kelebihan jumlah uang beredar jika kondisi moneter dinilai terlalu ekspansif atau terlalu panas. Tingkat diskonto yang tinggi memberikan sinyal bahwa kebijakan uang ketat ditempuh BI dalam upaya menurunkan jumlah uang beredar untuk meredam kenaikan inflasi. Apabila tingkat suku bunga SBI naik maka bankbank umum akan menaikkan tingkat suku bunga deposito guna memperoleh likuiditas dari masyarakat dalam jumlah besar. Karena tingkat suku bunga yang tinggi maka masyarakat lebih cenderung untuk mengalokasikan dana yang dimiliki 1 ) www.bi.go.id, Undang-undang RI. No 3 tahun 2004 tentang perubahan atas UU RI no 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia 2 )Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Uang , Perbankan dan Ekonomi Moneter, Jakarta : FEUI, 2004, hal. 241 3 dalam bentuk deposito. Dengan demikian jumlah uang beredar di masyarakat akan mengalami penurunan. PDB riil merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Umumnya pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya peningkatan investasi dan transaksi kegiatan ekonomi. Apabila transaksi ekonomi meningkat dan menyebabkan pendapatan masyarakat juga meningkat, maka kebutuhan uang akan menjadi bertambah. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau di investasikan dalam bentuk suratsurat berharga. Nilai tukar (kurs) merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang asing. Apabila nilai tukar rupiah terdepresiasi maka akan meningkatkan jumlah uang yang beredar, karena masyarakat akan menukarkan uangnya kedalam dollar. Kestabilan rupiah sangat penting untuk mendorong pembangunan yang berkelanjutan. Fluktuasi kurs dollar terutama pada periode krisis moneter merupakan masalah serius bagi pemerintah karena menyebabkan tingkat inflasi 4 yang melambung tinggi. Untuk itu BI berusaha melakukan intervensi agar nilai tukar rupiah dapat stabil. Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor Yang Menentukan Jumlah Uang Beredar di Indonesia”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah PDB riil, suku bunga SBI dan nilai tukar berpengaruh terhadap jumlah uang beredar?” 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDB riil, suku bunga SBI dan nilai tukar terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. 2. Untuk mengetahui apakah PDB riil, suku bunga SBI dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Selanjutnya, manfaat penelitian ini adalah : 1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca lainnya tentang faktor-faktor apa saja yang menentukan Jumlah uang beredar di Indonesia. 2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambilan keputusan, menjadi bahan informasi bagi peneliti lainnya damn masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi-instansi yang terkait. 1.4 Kerangka Pemikiran PDB riil mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang disebabkan adanya peningkatan investasi dan transaksi kegiatan ekonomi. Apabila 5 transaksi ekonomi meningkat dan menyebabkan pendapatan masyarakat juga meningkat, maka kebutuhan uang akan menjadi bertambah. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau di investasikan dalam bentuk surat-surat berharga. Nilai tukar mata uang mempunyai pengaruh yang besar terhadap jalannya suatu perekonomian. Hal ini, akan berdampak pada penentuan nilai tukar barang pada kegiatan perdagangan namun lebih penting daripada nilai tukar adalah kestabilan nilai tukar uang itu sendiri. Naik turunnya tingkat suku bunga sangat mempengaruhi jumlah uang beredar, dimana Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI yang merupakan benchmark bagi suku bunga perbankan apabila jumlah uang beredar dilihat sangat besar atau dapat dikatakan keadaan ekonomi sangat ekspansif. Dan sebaliknya, akan menurunkan suku bunga SBI apabila keadaan perekonomian sedang lesu terutama di bidang perbankan. Untuk melihat bagaimana pengaruh PDB riil, suku bunga SBI dan nilai tukar dapat digambarkan sebagai berikut : 6 PDB Riil Jumlah Uang Beredar: M1 Suku Bunga SBI Kurs Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh PDB riil, Suku Bunga SBI dan Kurs Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1 Pengertian dan Fungsi Uang 2.1.1. Pengertian uang Definisi uang bisa dibagi menjadi dua pengertian yaitu secara sempit dan luas. Pengertian uang dalam arti sempit yaitu hanya sebatas pada uang yang dapat berfungsi untuk mendorong transaksi ekonomi berupa uang kartal dan uang giral. Sedangkan pengertian uang dalam arti luas yaitu semua bentuk benda yang dapat digunakan untuk kegiatan transaksi yang tidak terbatas pada uang kartal dan giral saja tetapi benda lain yang dapat berfungsi ‘uang seperti saham, obligasi, tabungan berjangka. Untuk itu, sebuah benda dapat disebut sebagai uang, bila telah memenuhi kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria tersebut adalah: a) b) c) d) e) Diterima dan diketahui oleh umum (acceptability and cognizability), Nilainya stabil (satability of value) Mudah disimpan dan tahan lama (durability) Mudah dibawa-bawa (portability) Dapat dibagi-bagi dalam satuan-satuan yang lebih kecil (divisibility into small unit) f) Mencukupi kebutuhan dunia usaha (elasticity of supply)3) 2.1.2. Fungsi uang Dalam ilmu ekonomi peranan uang dalam melancarkan kegiatan perdagangan dibedakan menjadi empat jenis yaitu: a) Uang sebagai alat tukar menukar Kegiatan tukar menukar akan jauh lebih mudah dijalankan kalu dibandingkan dengan di dalam kegiatan perdagangan secara barter. Seseorang yang ingin 3 )Imamudin Yuliadi, Ekonomi Moneter, Jakarta : Indeks, 2008, hal. 4 8 memperoleh berbagai jenis barang untuk memenuhi kebutuhannya, akan dapat dengan mudah memperolehnya apabila ia memiliki uang yang cukp untuk membeli kebutuhan tersebut. Apabila uang digunakan dalam kegiatan tukar menukar, maka waktu untuk melakukan kegiatan tersebut dapat dipersingkat, tenaga hemat, dan kegiatan tukar menukar menjadi lebih sederhana. b) Uang sebagai satuan nilai Satuan nilai adalah satuan ukuran yang menentukan besarnya nilai dari berbagai jenis barang. Dengan adanya uang, nilai sesuatu barang dapat dengan mudah dinyatakan, yaitu dengan menunjukkan jumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh barangtersebut. Tanpa uang nilai sesuatu barang haruslah dinyatakan dalam bentuk membandingkan kurs pertukaran di aantara sesuatu barangdengan berbagai jenis barang lainnya. c) Uang sebagai ukuran bayaran tertunda Penggunaan uang sebagai alat perantaraan dalam tukar menukar dapat mendorong perkembangan perdagangan yang bersifat demikian karena penjual akan lebih merasa yakin bahwa pembayyaran yang tertunda itu adalah sesuai dengan yang diharapkannya. d) Uang sebagai alat penyimpan nilai Di dalam perekonomian yang sudah maju, jenis uang yang terutama adalah uang bank atau uang giral dan uang kertas yang banyak digunakan sekarang. Uang ini jug merupakan alat penyimpan nilai yang lebih baik daripada menyimpan nilai dalam bentuk barang.4) 2.2 Teori Permintaan Uang Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang sifatnya terbatas, dimana manusia harus memilih alokasi yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya (prinsip ekonomi). Apabila mereka ingin memperbanyak konsumsi misalnya, maka jumlah kekayaan (yang terdiri dari jumlah pendapatan dan kekayaan lainnya ) akan semakin 4 ) Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua, Cetakan Kesepuluh, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1998, hal. 193 9 kecil. Demikian juga mereka ingin memiliki salah salah satu bentuk kekayaan yang lain akan menjadi lebih sedikit. Mereka akan selalu mencari keseimbangan antara keuntungan dan kerugian dari kepemilikan sesuatu bentuk kekayaan. Kekayaan dapat diwujudkan dalam bentuk uang, surat berharga, deposito atau barang. Teori yang menjelaskan mengenai permintaan uang dapat dibedakan menjadi teori klasik dan Keynes. 2.2.1 Teori klasik Menurut pandangan ekonom klasik, fungsi uang hanya sebagai alat tukar. Oleh karena hanya berfungsi sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral dalam arti uang hanya mempengaruhi tingkat harga. Pendapat tersebut dinyatakan dalam persamaan kuantitas uang klasik, yaitu: M x V= P x T dimana M = jumlah uang beredar, V = perputaran uang dari satu tangan ke tangan dalam satu periode, P = harga barang dan T = volume transaksi. Nilai dari barang-barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut (P). Nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus pula sama dengan volume uang yang ada di dalam masyarakat (M) dikalikan rata-rata perputaran uang dalam periode tersebut (V). Fisher menyatakan bahwa permintaan uang dipengaruhi secara konstan oleh besarnya volume transaksi ekonomi. 10 Menurut para teoritis moneter Cambridge bahwa “permintaan uang selain dipengaruhi oleh tingkat volume transaksi (PDB riil) juga dipengaruhi oleh tingkat kekayaan seseorang atau masyarakat, tingkat bunga dan ekspektasi masyarakat tentang masa depan. “5) 2.2.2 Teori Keynes Permintaan akan uang adalah hasrat masyarakat memegang uang dalam bentuk tunai. Permintaan uang itu yakni liquidity preference (artinya kesukaan menyimpan uang dalam bentuk tunai) yang disingkat dengan L. Adapun yang ingin memegang dalam bentuk uang itu terbagi pula menjadi dua yakni mata uang ( money or currency or liquidity ) dan benda yang ‘dekat’ dengan uang (near money ). Motif memegang uang dalam bentuk tunai atau liquidity preference atau permintaan akan uang dibedakan menjadi tiga yakni: 1. Permintaan uang untuk tujuan transaksi (transaction motives) yakni motif memegang uang sehari-hari untuk membeli sesuatu. 2. Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga (precautionary motives) yakni dilakukan orang karena orang harus waspada terhadap hal-hal yang tak terduga. 3. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi (speculative motive) terjadi karena orang ingin memegang uang untuk dipakainya bermain spekulasi di pasar modal, yakni dengan mengikuti perkembangan harga surat berharga. 5 ) Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Op.Cit, hal. 326 11 Ketiga motif memegang uang dalam bentuk tunai dikelompokkan menjadi dua yaitu: L1 = motif pertama dan kedua (motif transaksi dan motif berjaga-jaga) dan L2 = motif ketiga (motif spekulasi). L1 Permintaan akan uang L2 Gambar 2.1 Permintaan akan uang 2.3 PDB (Produk Domestik Bruto) Riil Untuk mengetahui ukuran produksi sesungguhnya tiap tahun, yakni produksi yang nilainya tidak dipengaruhui oleh kenaikan harga, dapat digunakan konsep PDB riil yakni ukuran produksi seluruh barang dan jasa yang penilaiannya didasarkan pada harga konstan (tetap). PDB riil dapat didengan hitung dengan memilih salah satu tahun sebagai tahun dasar (base year). “PDB riil adalah nilai produksi nasional pada suatu tahun tertentu yang dihitung menurut harga-harga yang berlaku pada tahun dasar”.6) 2.4 Tingkat Suku Bunga Suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli/ menjual produknya. Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Harga atas penggunaan uang biasanya dinyatakan dalam 6 ) Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Cetakan Kedelapan Belas, Jakarta: RajaGrafindo, 2008, hal. 61 12 persentase (%) dalam jangka waktu tertentu, misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 24 bulan. Harga penggunaan uang per unit waktu disebut tingkat bunga. Naik turunnya tingkat bunga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan uang. Tingkat suku bunga cenderung naik bila permintaan debitur lebih besar daripada jumlah uang/dana yang ditawarkan kreditur (biasanya bank dan lembaga keuangan bukan bank). Sebaliknya tingkat suku bunga cenderung menurun bila permintaan debitur lebih kecil daripada jumlah uang/dana yang ditawarkan kreditur. 2.4.1 Pendapat klasik tentang tingkat suku bunga Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat untuk menabung seperti tergantung pada tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya. Investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi karena keuntungan yang diharapkan dari investasi akan lebih kecil dari tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut). Keseimbangan tingakat bunga dan investasi hanya dapat terjadi apabila tidak ada dorongan untuk meningkatkan/menurunkan tabungan dan investasi. 13 Pendapat klasik tentang tingkat suku bunga ini didasarkan pada hukum Say (pendapat Baptist Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. Artinya tingkat bunga yang mengalami penurunan dan kenaikan, maka pergerakan naik-turunnya tingkat bunga hanya akan bersifat sementara. Bilamana telah terjadi tarik-menarik penawaran dan permintaan (bekerjanya mekanisme harga) tingkat bunga keseimbangan akan tercipta kembali. 2.4.2 Pendapat Keynes Permintaan uang yang oleh Keynes disebut “liquidity preference” tergantung daripada tingkat bunga. Makin besar liquidity preference seseorang, makin besar keinginan orang tersebut untuk menahan uang tunai maka makin besar tingkat bunga yang diterima orang tersebut bilamana dia meminjam uang tersebut kepada orang lain. Keynes membagi susunan/komponen kekayaan dalam dua bentuk, yakni uang kas dan surat berharga (obligasi). Kekayaan diujudkan dalam bentuk uang kas adalah kemudahan dalam melakukan transaksi sebab uang kas merupakan alat pembayaran yang paling likuid (diukur dengan kecepatan menukarkan dalam bentuk alat pembayaran untuk transaksi). Sebaliknya kekayaan dalam bentuk surat berharga, dimana harga dapat naik turun tergantung dari tingkat bunga, sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga menderita capital loss. Namun demikian, surat berharga mendatangkan pendapatan berupa bunga. Keynes menyatakan permintaan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, bahwa 14 masyrakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Kedua, berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas juga turun dan sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan uang kas naik. 7) 2.5 Sekilas Mengenai Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada prinsipnya adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan sistem diskonto. 2.5.1 Karakteristik SBI a. Jangka waktu maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan. b. Dominasi dari yang terendah Rp. 50 juta sampai dengan tertinggi Rp.100 miliar. c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp. 50 juta. d. SBI diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto e. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus: f. Nilai diskonto dihitung sebagai berikut: Nilai diskonto = nilai nominal - nilai tunai 7 ) Nopirin, Ekonomi Moneter, Edisi Keempat, Yogyakarta : BPFE-UGM, 1992, hal. 91 15 2.5.2 Tata cara Transaksi Penjualan SBI Penjualan SBI dilakukan melalui lelang a. BI mengumumkan rencana lelang selambat-lambatnya pada satu (1) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBI b. Lelang SBI dilakukan pada hari rabu atau pada hari kerja berikutnya dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari kamis. c. Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli seta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran tingkat diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai. 2.5 Nilai Tukar Dalam perdagangan internasional pertukaran antara satu mata uang negara dengan negara lain menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini diperoleh perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut dan inilah yang disebut dengan nilai tukar atau kurs. “Nilai tukar adalah harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata uang negara lain. “8) Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu: a. Kurs nominal (nominal exchange rate) yaitu harga relatif dari mata uang dua negara, 8 ) Sawaldjo Puspopranoto, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan, Jakarta : Pustaka LP3ES, 2004, hal. 212 16 b. Kurs riil (real exchange rate) yaitu harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.9) Nilai tukar dari suatu mata uang dapat mengalami fluktuasi (perubahanperubahan) yang berdampak langsung pada harga-harga ekspor dan impor. Perubahan-perubahan yang dimaksud adalah : 1) Revaluasi yaitu peningkatan nilai resmi mata uang suatu negara dibanding mata uang lainnya atau emas oleh pemerintah dengan sengaja. 2) Devaluasi yaitu penurunan nilai resmi mata uang suatu negara dibanding mata uang lainnya oleh pemerintah dengan sengaja. 3) Apresiasi yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah. 4) Depresiasi yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran atas permintaan mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar. 2.6 Hipotesis 9 ) N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, Edisi Keenam, Ahli Bahasa: Fitri Liza dan Imam Nurmawan, Jakarta : Erlangga, 2006, hal. 128 17 Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah di atas , maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) riil dan nilai tukar (kurs) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia, ceteris paribus. 2. Tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia, ceteris paribus. 18