BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Pengertian Entrepreneurship
Penulis telah menentukan pilihan untuk mengambil peminatan entrepreneurship
dalam perkuliahan. Oleh karena itu, penulis akan membahas terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan Entrepreneurship.
Menurut situs http://putracenter.net/2008/12/23/definisi-kewirausahaan-entrepreneurshipmenurut-para-ahli/, Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses menciptakan sesuatu
nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risikorisiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan
moneter dan kepuasan pribadi.
Dari definisi tentang Entrepreneurship terdapat 3 tema penting yang dapat di identifikasi:
1. Pursuit of opportunities
Entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahanperubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya.
2. Innovation
Entrepreneurship
mencakup
perubahan
perombakan,
pergantian
bentuk,
dan
memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru seperti produk baru atau cara baru dalam
melakukan bisnis.
8
9
3. Growth
Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau
tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan
bekerja keras untuk meraih pertumbuhan
sambil secara berkelanjutan mencari
kecenderungan dan terus melakukan inovasi produk dan pendekatan baru .
Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan
hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya.
Sedangkan berikut ini adalah beberapa istilah yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya David. H. Holt (2003), yang menyatakan entrepreneur adalah orang yang
menciptakan sebuah bisnis baru, mengambil inisiatif dan menerima resiko dari usaha baru
tersebut serta dalam pelaksanaannya menciptakan “sesuatu” yang baru atau melalui
pemanfaatan sumber-sumber daya dengan cara yang tidak lazim guna menciptakan nilai
bagi pelanggan.
Lain halnya dengan pendapat Geoffrey G Merredith et al. yang mengatakan bahwa
wirausaha adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan
bisnis : mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan
daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Geoffrey G
Meredith et al.,2005,p5). Dan untuk menjadi entrepreneur yang sukses maka kita harus
pandai dalam melakukan kegiatan-kegiatan manajemen dari mulai melakukan perencanaan,
pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan. Oleh karena itu seorang entrepreneur harus
menguasai ilmu manajemen. Pengertian manajemen akan dijelaskan pada sub bab
berikutnya.
10
2.2
Pengertian Manajemen
Menurut Hasibuan dalam bukunya yang berjudul ” Manajemen Sumber Daya
Manusia ” (2005, p1) mengatakan ” Manajemen merupakan ilmu, dan seni yang mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif, dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
Sedangkan menurut Bateman dan Snell dalam bukunya yang berjudul ”Management
: The New Competitive Lanscape ” (2004, p14), manajemen adalah proses bekerja dengan
orang dan berbagai sumber daya untuk menyelesaikan tujuan-tujuan organisasi.
Dalam setiap organisasi atau perusahaan membutuhkan manajemen untuk
mengatur
serangkaian
komponen
termasuk
sekelompok
orang-orang
yang
berada
didalamnya. Selain itu manajemen juga memiliki beberapa fungsi pokok yang akan dijelaskan
pada sub bab selanjutnya.
2.2.1
Fungsi Manajemen
Robbins mengatakan dalam bukunya yang berjudul ” Pengantar Manajemen ” (2007,
p11) bahwa dalam manajemen terdapat empat fungsi yang saling terkait. Empat fungsi
tersebut adalah :
1. Planning ( Merencanakan )
Yaitu mencangkup mendefinisikan tujuan, penetapan strategi, dan mengembangkan
rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan. Hal tersebut dilakukan agar
departemen sumber daya manusia dapat menyediakan tenaga kerja yang sesuai
dengan
kebutuhan
perusahaan.
Setelah
mengetahui
tujuan,
strategi
dan
pengembangan yang akan dilakukan, maka fungsi selanjutnya yang harus dijalankan
adalah dengan melakukan organizing ( mengatur ) yang akan dijelaskan lebih jelas
pada point dibawah ini.
11
2. Organizing ( Mengatur )
Yaitu menentukan tugas-tugas apa saja yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan,
bagaiman tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melapor pada siapa, dan di tingkat
mana keputusan-keputusan harus dibuat. Dengan kegiatan organizing ini, maka semua
akan menjadi lebih jelas dan terarah. Setelah proses organizing berjalan lancar, maka
seorang manajer harus melakukan fungsi leading (memimpin).
3. Leading ( Memimpin )
Yaitu meliputi kegiatan memotivasi bawahan, mengarahkan, menyeleksi saluran
komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan konflik. Setelah itu barulah
melakukan fungsi controlling (pengendalian).
4. Controlling ( Pengendalian )
Yaitu memantau kegiatan-kegiatan untuk memastikan bahwa semua orang mencapai
apa yang telah direncanakan, dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang
signifikan.
Jadi kesimpulan dari fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan mulai dari
merencanakan, mengorgaisasikan, memimpin, hingga melakukan pengendalian terhadap
pekerjaan karyawan agar sasaran organisasi tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam perusahaan maupun organisasi, biasanya manajemen di bagi lagi ke dalam
bidang manejemen yang lebih spesifik diantaranya adalah manajemen sumber daya manusia
yang berfungsi untuk mengatur para karyawannya. Pengertian manajemen sumber daya
manusia akan di jelaskan lebih rinci pada sub bab berikut ini.
12
2.3
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam bukunya yang berjudul “ Human
Resource Management “ (2006, p3),
mengatakan bahwa “ Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah rancangan system formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan
penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan
organisasi.
Sedangkan menurut Dessler dalam bukunya yang berjudul ” Human Resource
Management ” (2003, p15) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia strategis
sebagai berikut : ” Strategic Human Resource Management is the linking of Human Resource
Management with strategic role and objectivies in order to improve business performance
and develop organizational cultures and foster innovation and flexibility “. Yang berarti
bahwa para manajer harus mengaitkan strategi manajemen sumber daya manusia dengan
aturan strategi dan sasaran untuk meningkatkan kinerja bisnis dan mengembangkan budaya
korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan fleksibilitas.
Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam usaha
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Semakin meningkatnya peran sumber daya
manusia juga disebabkan oleh keyakinan banyak organisasi atau perusahaan akan peran
sumber daya manusia yang strategis untuk keberhasilan kompetitif organisasi. Manajemen
sumber daya manusia Menurut Hadari Nawawi (2001, p42) adalah “Pengelolaan individuindividu yang bekerja dalam organisasi berupa hubungan antara pekerja dengan pekerja
(employer-employee), terutama untuk menciptakan pemanfaatan individu-individu secara
produktif sebagai usaha mencapai tujuan organisasi dalam rangka perwujudan kepuasan
kebutuhan individu-individu tersebut” sedangkan menurut Mangkunegara (2004,p2) :
“Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,
13
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan
organisasi”.
Menurut Henry Simamora (2004,pp4-5), “Manajemen sumber daya manusia adalah
pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu
anggota organisasi atau kelompok karyawan. Manajemen sumber daya manusia merupakan
aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan agar sumber daya manusia di dalam organisasi dapat
digunakan secara efektif guna mencapai berbagai tujuan”,
Kesimpulan dari manajemen sumber daya manusia adalah ilmu yang mengatur pemanfaatan
tenaga kerja yang mengacu pada prosedur-prosedur yang telah ditetapkan agar dapat
berjalan dengan baik demi tercapainya tujuan perusahaan. Atau singkatnya adalah
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu bidang manajemen yang khusus
mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam perusahaan. Sama hal nya seperti
manajemen, manajemen sumber daya manusia pun memiliki beberapa fungsi seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, perekrutan, pengembangan,
kompensasi,
pengintegrasian,
pemeliharaan,
kedisiplinan,
dan
pemberhentian.
Dan
penjelasan untuk masing-masing fungsi akan di jelaskan pada sub bab berikutnya.
2.3.1
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Hasibuan menyatakan dalam bukunya yang berjudul ” Manajemen Sumber Daya
Manusia ” (2007, pp24-26) ada beberapa fungsi dari Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu
sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses merencanakan penempatan tenaga kerja agar sesuai
dengan kebutuhan perusahaan, efektif, serta efisien dalam membantu terwujudnya
tujuan perusahaan.
14
Fungsi perencanaan SDM meliputi :
a. menetapkan pekerjaan yang ada
b. menyusun uraian pekerjaan
c. menyusun persyaratan kerja
d. Menentukan sumber-sumber penarikan SDM
2. Pengorganisasian
Pengorganisasisan adalah kegiatan mengorganisasi karyawan dengan menetapkan
pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi
dalam bagian organisasi.
3. Pengarahan
Pengarahan atau directing adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar dapat
bekerjasama, dan bekerja efektif, serta efisien dalam men]mbantu tercapainya tujuan
perusahaan.
4. Pengendalian
Pengendalian atau controlling adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar
menaati peraturan-peraturan perusahaan, dan bekerja sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Jika terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan
perbaikan, atau penyempurnaan rencana pengandalian karyawan yang meliputi
kehadiran, kedisiplinan, prilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga
situasi lingkungan pekerjaan.
5. Perekrutan
Perekrutan atau procurement adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi,
dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuaidengan kebutuhan perusahaan.
Perekrutan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
Dalam perekrutan SDM terdapat beberapa kegiatan terkait yaitu :
a. mengumumkan dan menerima surat lamaran
15
b. Melakukan seleksi
c. Melakukan orientasi dan pelatihan
d. Pengangkatan SDM
e. Penempatan SDM
6. Pengembangan
Pengembangan atau development adalah proses peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan, dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini
maupun masa yang akan datang.
Hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah melakukan penilaian prestasi karyawan
berdasarkan job description. Unsur-unsur yang di nilai oleh setiap perusahaan tidak
selalu sama, tetapi pada umumnya mencangkup unsur kesetiaan, kepribadian,
inisiatif, kecakapan serta tanggungjawab. Hasil penelitian penting bagi setiap
karyawan dan berguna bagi perusahaan untuk menetapkan kebijakan selanjutnya,
seperti : Promosi, demosi, atau balas jasanya dinaikkan. Penilaian prestasi akan
membuat karyawan merasa diperhatikan oleh atasannya sehingga mendorong mereka
utnuk bergairah dalam bekerja, asalkan proses penilaian nya jujur dan objektif serta
ada tindak lanjutnya.
Fungsi-fungsi pengembangan meliputi kegiatan :
a. Penilaian prestasi kerja
b. Perencanaan karir
c. Pendidikan dan pelatihan
d. Pemberian tugas
16
e. Mutasi dan promosi
f. Motivasi dan disiplin kerja
7. Kompensasi
Kompensasi atau compensation adalah pemberian balas jasa langsung, dan tidak
langsung beruapa uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
diberikannya kepada perusahaan. Prinsip adalah adil, dan layak. Adil diartikan sesuai
dengan prestasi kerjanya, sedangkan layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan
primernya,
serta
berpedoman
pada
batas
upah
minimum
pemerintah,
dan
berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
Pemberian kompensasi pada SDM meliputi :
a. Penggajian dan pengupahan
b. Pemberian tunjangan
c. Pangkat, dan jabatan
d. Pemberian penghargaan
8. Pengintegrasian
Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan, dan
kebutuhan karyawan agar tecipta kerjasama yang serasi, dan saling menuntungkan.
Perusahaan akan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil
kerjanya.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan
atau
maintenance
adalah
kegiatan
untuk
memelihara
atau
meningkatkan kondisi-kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar selalu
bekerjasama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program
kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan.
17
Fungsi pemeliharaan SDM meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeliharaan kebugaran fisik
b. Pemeliharaan keamanan dan keselamatan kerja
c. pemeliharaan kesehatan
d. pemeliharaan kesejahteraan rumah tangga SDM
e. Pemeliharaan hubungan kerja, da hak asasi SDM
tujuan yang ingin dicapai dengan adanya fungsi pemeliharaan ini adalah agar pada
sumber daya manusia dapat memberi kontribusi bagi perusahaan, sesuai dengan
falsafah manajemen kontemporer bahwa SDM merupakan aset yang berharga bagi
perusahaan. Oleh karena itu, harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
10. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen SDM yang sangat penting, dan kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan yang
maksimal. Kedisiplinan adalah keingina, dan kesadaran untuk menaati peraturanperaturan perusahaan, dan norma-norma sosial.
11. Pemberhentian
Pemberhentian atau separation adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari satu
perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan perusahaan, keinginan
karyawan, berakhirnya kontrak kerja, pensiun, dan sebab-sebab lainnya.
Setelah menjabarkan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia diatas, maka dalam
penelitian ini penulis akan mengambil pokok bahasan pada fungsi perekrutan dan
pengembangan lebih spesifiknya adalah seleksi dan pelatihan karyawan yang akan di
jelaskan pada sub bab 2.4 untuk seleksi dan sub bab 2.5 untuk pelatihan karyawan.
18
2.4
Pengertian seleksi
Qualified tidaknya pelamar yang akan diseleksi sangat tergantung pada pengadaan
tenaga kerja (rekrutmen). Pengadaan tenaga kerja yang efektif akan menghasilkan
tersedianya sejumlah pelamar yang qualified. Seleksi dan orientasi merupakan bagian dari
proses penyusunan kepegawaian (staffiying). Proses penyusunan kepegawaian yang
berfungsi untuk mendapatkan the right people in the right position at the right time,
merupakan salah satu tugas penting manajemen SDM. Proses seleksi bersama dengan
proses pengadaan tenaga kerja, merupakan dua tahapan manajemen SDM yang memberikan
darah kehidupan bagi organisasi/perusahaan.
Seleksi merupakan suatu cara yang digunakan perusahaan untuk mencari karyawan
yang dibutuhkannya. Seleksi dimulai setelah kumpulan para pelamar yang memenuhi syarat
didapatkan melalui pemberitahuan sebelumnya baik melalui media cetak maupun media
elektronik. Setelah itu baru dilakukan seleksi terhadap calon karyawan tersebut untuk
nantinya dipekerjakan dalam perusahaan tersebut.
Menurut McKenna dan Nick Beech (2000,p129) mengatakan seleksi merupakan
tahap akhir dari proses rekruitmen dimana keputusan mengenai siapa kandidat yang berhasil
akan diambil.
Sedangkan menurut Hasibuan( 2003 ), Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan
penentuan pelamar yang diterima atau ditolak untuk menjadi karyawan perusahaan. Seleksi
ini didasarkan pada spesifikasi tertentu dari setiap perusahaan yang bersangkutan.
Menurut situs http://shelmi.wordpress.com/2008/10/25/proses-seleksi/,
Para manajer personalia menggunakan proses seleksi untuk mengambil keputusan
penerimaan karyawan baru. Proses seleksi tergantung pada tiga masukan penting.
Informasi analisis jabatan memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan
standar-standar prestasi yang diisyaratkan jabatan. Rencana-rencana sumber daya
manusia memberitahukan kepada manajer personalia bahwa ada lowongan pekerjaan.
19
Akhirnya, penarikan agar manajer personalia mendapatkan sekelompok orang yang akan
dipilih. Ketiga masukan ini sangat menentukan efektivitas proses seleksi. Berikut
penjelasannya :
1.
Informasi analisis jabatan
Merupakan landasan bagi penerimaan dan penempatan karyawan baru . Analisis
jabatan memberikan analisis bagi setiap jabatan untuk setiap karyawan. Informasi
analisis jabatan terdiri dari dua hal pokok yaitu uraian jabatan atau job descriptions dan
syarat-syarat jabatan atau job spesifications.
2.
Rencana-rencana sumber daya manusia
Jumlah karyawan yang dibutuhkan pada tiap bagian bersifat dinamis, maka setiap saat
diperlukan atau bahkan kelebihan tenaga kerja. Perlu adanya sesuatu komunikasi yang
baik dengan departemen personalia tentang kebutuhan akan karyawan pada suatu
bagian pada suatu waktu tertentu. Agar tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan
karyawan.
3.
Penarikan
Merupakan keputusan final yang diambil pihak perusahaan untuk mempekerjakan
karyawan atau menolaknya, setelah menimbang berbagai faktor yang berhubungan
dengan kemampuan calon karyawan.
Dalam proses seleksi dibutuhkan tujuh langkah dan akan diuraikan satu persatu
sebagai berikut :
20
1.
Penerimaan Pendahuluan
Proses seleksi merupakan jalur dua arah. Organisasi memilih para karyawan
dan para karyawan memilih perusahaan. seleksi dimulai dengan kunjungan
calon pelamar ke kantor personalia atau dengan permintaan tertulis dengan
aplikasi.
2.
Tes-tes penerimaan
Tes-tes penerimaan merupakan berbagai peralatan bantu yang menilai
kemungkinan kombinasi dari kemampuan, pengalaman, kepribadian pelamar,
dan persyaran jabatan. Ada beberapa teknik dalam seleksi antara lain :
3.
a.
Interview
b.
Tes Psikologi
c.
Tes mengenai hal yang berhubungan dengan pekerjaan
d.
Pusat penilaian
e.
Biodata
f.
Referensi
g.
Grafologi (Ilmu yang berkenaan dengan tulisan tangan).
Wawancara Seleksi
Merupakan
percakapan
formal
dan
mendalam
yang
dilakukan
mengevaluasi hal yang dapat diterima atau tidaknya seorang pelamar.
untuk
21
4.
Pemeriksaan Referensi
Ada dua macam referensi yaitu :
a. Personal References
Merupakan
referensi
mengenai
karakter
pelamar,
biasanya
diberikan oleh keluarga, teman dekat baik yang ditunjuk pelamar
sendiri maupun diminta perusahaan.
b.
Employement References
Referensi ini mencakup tentang latar belakang atau pengalaman
kerja pelamar.
5.
Evaluasi Medis
Mencakup pemerikasaan kesehatan pelamar sebelum keputusan penerimaan
karyawan dibuat. Evaluasi ini mengharuskan pelamar untuk menunjukkan
informasi kesehatannya.
6.
Wawancara atasan langsung
Atasan langsung (penyelia) pada akhirnya merupakan orang yang bertanggung
jawab atas para karyawan baru yang diterima. Oleh karena itu, pendapat dan
persetujuan mereka harus diperhatikan untuk keputusan penerimaan final,
karena penyelia sering mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi kecakapan
teknisi pelamar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pelamar tentang
pekerjaan tertentu secara lebih tepat.
22
7.
Keputusan Penerimaan
Keputusan diterima atau tidaknya seorang karyawan menandai berakhirnya
proses seleksi. Pengambilan keputusan adalah tindakan yang tepat dan sangat
etis
sekaligus
untuk
menjaga
citra
organisasi/perusahaan.
Tindakan
pengambilan keputusan dikatakan tepat dan etis karena dengan demikian
organisasi menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib orang-orang pencari
kerja. Departemen personalia dapat mempertimbangkan kembali para pelamar
yang ditolak untuk lamaran pekerjaan lain karena mereka telah melewati
berbagai tes-tes yang diberikan sehingga dapat mengefisiensikan biaya seleksi.
Disamping itu, manajer personalia harus menghadapi paling tidak tiga tantangan, yaitu
tantangan-tantangan suplai, ethis dan organisasional. Berbagai tantangan ini sering menjadi
kendala proses seleksi. Diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Tantangan- tantangan suplai
Semakin besar jumlah pelamar yang “qualified” maka akan semakin mudah bagi
departemen personalia untuk memilih karyawan baru yang berkualitas. Dalam
kenyataannya, banyak lowongan jabatan, seperti kebutuhan manajer profesional
sekarang ini, sangat sulit dipenuhi. Keterbatasan suplai tersebut menyebabkan
organisasi tidak leluasa memilih calon karyawan terbaik.
2. Tantangan-tantangan Ethis
Penerimaan karyawan baru karena hubungan keluarga, pemberian komisi dan kantor
penempatan tenaga kerja, atau karena suap, semuanya merupakan tantangan bagi
23
pengelola organisasi. Bila standar-standar ethis ini dilanggar, karyawan baru
mungkin dipilih secara tidak tepat.
3. Tantangan-tantangan Organisasional
Proses seleksi bukan merupakan tujuan akhir, tetapi prasarana dengan mana
organisasi berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasarannya. Secara alamiah,
organisasi menghadapi keterbatasan-keterbatasan, seperti anggaran atau sumber
daya lainnya yang mungkin akan membatasi proses seleksi. Disamping itu, berbagai
strategi, kebijaksanaan dan taktik organisasi juga merupakan batasan-batasan.
Hasil akhir proses seleksi adalah orang yang diterima sebagai karyawan baru. Bila masukanmasukan seleksi diperhatikan dengan seksama dan langkah-langkah dalam proses seleksi
diikuti secara benar, maka para karyawan baru akan merupakan sumber daya manusia yang
produktif. Dan karyawan produktif adalah bukti paling baik suatu proses seleksi yang efektif.
Untuk mengevaluasi baik karyawan baru maupun proses seleksi diperlukan umpan balik.
Umpan balik ini mungkin mencakup informasi tentang kepuasan karyawan, perputaran dan
absensi, prestasi kerja, kegiatan serikat kerja, atau sikap penyelia. Umpan balik yang
konstruktif diperoleh melalui diperoleh melalui serangkaian pertanyaan tertentu. Bagaimana
karyawan baru menyesuaikan diri dengan organisasi? Bersikap terhadap pekerjaan?
Terhadap karier dimana pekerjaan merupakan salah satu komponen? Dan akhirnya,
bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaan? Jawaban-jawaban untuk masing-masing
pertanyaan tersebut memberikan umpan balik tentang karyawan baru dan proses seleksi.
Setelah melakukan seleksi, karyawan akan di berikan pelatihan awal yang sering disebut
dengan orientasi. Ternyata pelatihan tidak hanya di butuhkan oleh karyawan baru saja,
namun pelatihan juga sangat di butuhkan oleh karyawan lama sebagai upaya pembaruan
24
atau peningkatan pengetahuan mereka akan sistem baru yang di terapkan perusahaan
maupun untuk mengikuti perkembangan zaman dalam upaya menjaga dan meningkatkan
kinerja mereka. Pengertian pelatihan akan di jelaskan pada sub bab 2.5 berikut ini.
2.5
Pengertian Pelatihan
Sebelum kita membahas lebih dalam lagi tentang pelatihan, maka terlebih dahulu
perlu diketahui beberapa definisi dari pelatihan tersebut yang dikutip dari beberapa ahli.
Menurut Veithzal rivai dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Perusahaan : Dari Teori Ke Praktek” (2004, p226), ”Pelatihan adalah
proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan
organisasi”.
Komaruddin
Sastradipoera
menyatakan
dalam
bukunya
yang
berjudul
”Pengembangan dan Pelatihan : Suatu Pendekatan Sumber Daya Manusia”
(2006,p121) bahwa pengembangan dan pelatihan dapat dianggap sebagai suatu
proses penyampaian pengetahuan, keterampilan dan pembinaan sikap dan
kepribadian para pekerja atau calon pekerja yang dilaksanakan dengan cara
terbimbing dan sistematis, dan dengan menggunakan metodik dan didaktik yang
relevan untuk keduanya.
Jika pemahaman tentang itu dipusatkan pada pengertian pelatihan, maka ada
beberapa definisi mengenai pelatihan, yaitu :
1.
Pelatihan adalah salah satu jenis pembelajaran untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pengembangan sumber daya
manusia yang berlaku dalam beberapa waktu singkat dengan metode yang
lebih mengutamakan praktek daripada teori.
25
2.
Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan
prosedur yang sistematik dan terorganisasi yang dengan prosedur itu
personalia non manajerial belajar pengetahuan dan pengetahuan teknis untuk
mencapai tujuan tertentu.
3.
Pelatihan adalah suatu proses pembelajaran yang berhubungan dengan upaya
pengubahan tingkah laku sumber daya manusia agar tingkah laku itu sesuai
dan memadai untuk kebutuhan dan tujuan tertentu.
Pelatihan dalam perusahaan sangat penting artinya dalam rangka memajukan
perusahaan.
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam bukunya yang berjudul ”
Human Resource Management ” (2006, p301) menyatakan bahwa pelatihan adalah
proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuantujuan organisasional. Dalam pengertian terbatas, pelatihan memberikan karyawan
pengetahuan dan keterampilan yang spesifik dan dapat diidentifikasi untuk
digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.
Selain itu, pelatihan harus dikaitkan pada kinerja organisasional. Hal ini terjadi secara paling
efektif ketika pendekatan konsultasi kinerja digunakan. Konsultasi Kinerja adalah proses
dimana seorang pelatih (baik internal maupun eksternal organisasi) dan pelanggan
organisasional bekerja bersama untuk meningkatkan kinerja yang dapat mendukung tujuan
bisnis.
26
Hasil Organisasional
yang diharapkan
Hasil Organisasional
yang sebenarnya
Kesenjangan
Kinerja
Kinerja karyawan yang
diharapkan
Kinerja karyawan
sebenarnya
Analisis Kebutuhan
Konsultasi Kinerja
Tindakan pelatihan
Tindakan non
pelatihan
Gambar 2.1 Konsultasi kinerja
Sumber : berdasarkan buku ”Human Resource Management” Robert L. Mathis dan John H. Jackson
(2006, p304)
2.5.1
Pentingnya Pelatihan
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis akan membahas betapa pentingnya
pelatihan dalam suatu perusahaan. Menurut Hariandja (2002 , p168), ada beberapa alasan
penting untuk mengadakan pelatihan, yaitu:
a. Karyawan yang baru direkrut sering kali belum memahami secara benar bagaimana
melakukan pekerjaan.
b. Perubahan – perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja. Perubahan – perubahan
disini meliputi perubahan – perubahan dalam teknologi proses seperti munculnya
teknologi baru atau munculnya metode kerja baru. Perubahan dalam tenaga kerja
seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai,
27
sikap yang berbeda yang memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku
mereka terhadap pekerjaan.
c. Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas. Saat ini daya
saing perusahaan tidak bisa lagi hanya dengan mengandalkan aset berupa modal yang
dimiliki, tetapi juga harus sumber daya manusia yang menjadi elemen paling penting
untuk meningkatkan daya saing sebab sumber daya manusia merupakan aspek
penentu utama daya saing yang langgeng.
d. Menyesuaikan dengan peraturan – peraturan yang ada, misalnya standar pelaksanaan
pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi industri dan pemerintah, untuk menjamin
kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja.
Setelah kita mengetahui betapa pentingnya peran pelatihan, dan pelatihan pun ternyata
memiliki banyak manfaat baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan itu sendiri yang
akan di bahas lebih lanjut dalam sub bab 2.5.2
2.5.2
Manfaat Pelatihan
Menurut
hasil
pencarian
penulis
pada
situs
sdm.blogspot.com/2009/04/pelatihan-kerja-definisi-tujuan-teknik.html,
maka
http://jurnaldi
dapat
informasi mengenai batasan tentang manfaat nyata yang dapat diperoleh dengan adanya
program pelatihan yang dilaksanakan oleh organisasi/perusahaan terhadap karyawannya,
yaitu sebagai berikut:
a) Meningkatkan rasa puas karyawan.
b) Pengurangan pemborosan.
c) Mengurangi ketidakhadiran dan turn over karyawan.
d) Memperbaiki metode dan sistem kerja.
e) Menaikkan tingkat penghasilan.
f) Mengurangi biaya-biaya lembur.
28
g) Mengurangi biaya pemeliharaan mesin-mesin.
h) Mengurangi keluhan-keluhan karyawan.
i) Mengurangi kecelakaan kerja.
j) Memperbaiki komunikasi.
k) Meningkatkan pengetahuan karyawan
l) Memperbaiki moral karyawan.
m) Menimbulkan kerja sama yang lebih baik.
Sedangkan menurut Veithzal Rivai ”Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan :
Dari Teori Ke Praktek” (2004, p231), manfaat pelatihan adalah sebagai berikut :
Bagi Karyawan
1. Membantu karyawan mengatasi stress, tekanan, frustasi, dan konflik
2. Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan
3. Membantu menghilangkan atau mengurangi rasa tahuk dalam mengerjakan tugas
baru
4. Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
5. Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
Bagi Perusahaan
1. Membantu mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan perusahaan
2. Menciptakan iklim yang baik untuk pertumbuhan
3. Membantu menangani konflik sehingga terhindar dari stress dan tekanan kerja
4. Memperbaiki moral SDM
5. Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada semua level perusahaan
6. Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit.
29
Setelah mengetahui betapa pentingnya dan manfaat dari pelatihan, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang turut berperan dalam pelatihan menurut Veithzal
rivai seperti yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya.
2.5.3
Faktor-Faktor yang Berperan dalam Pelatihan
Menurut Veithzal rivai dalam bukunya ”Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan : Dari Teori Ke Praktek” (2004, p240), dalam melakukan pelatihan ini ada
beberapa faktor yang berperan yaitu instruktur, peserta, materi (bahan), metode, tujuan
pelatihan, dan lingkungan yang menunjang. Metode pelatihan terbaik tergantung dari
berbagai faktor. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelatihan yaitu :
1.
Cost-efectiveness (efektivitas biaya)
2.
Materi program yang dibutuhkan
3.
Prinsip-prinsip pembelajaran
4.
Ketepatan dan kesesuaian fasilitas
5.
Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan
6.
Kemampuan dan preferensi instruktur pelatihan
Namun sebelum melakukan pelatihan, hendaknya kita ketahui dahulu apa tujuan dari
pelatihan sehingga kita benar-benar dapat memahami mengapa pelatihan itu sangat penting.
Tujuan dari pelatihan akan dijelaskan selanjutnya pada subbab 2.5.4
2.5.4
Tujuan Pelatihan
Menurut Veithzal Rivai ”Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : Dari
Teori Ke Praktek” (2004, p229), Tujuan pelatihan yaitu :
Untuk meningkatkan kuantitas output
Untuk meningkatkan kualitas output
Untuk menurunkan biaya limbah dan perawatan
30
Untuk menurunkan jumlah dan biaya terjadinya kecelakaan
Untuk menurunkan turnover, ketidakhadiran kerja serta meningkatkan kepuasan kerja
Untuk mencegah timbulnya antipati karyawan
Namun pada prakteknya, pelatihan biasanya memiliki tujuan-tujuan tertentu sesuai
kebutuhan. Pelatihan dikelompokkan dalam beberapa jenis sesuai tujuan yang ingin dicapai
yang akan dijelaskan lebih rinci pada subbab 2.5.5.
2.5.5
Jenis-Jenis Pelatihan
Dalam buku yang berjudul ”Human Resource Management” (2006, p318), Robert L
mathis dan John H. Jackson mengatakan ” Pelatihan dapat dirancang untuk memenuhi
sejumlah tujuan berbeda dan dapat di klasifikasikan kedalam berbagai cara. Beberapa
pengelompokkan yang umum yaitu :
• Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin
Dilakukan untuk memenuhi berbagai syara hukum yang diharuskan dan berlaku
sebagai pelatihan untuk semua karyawan (orientasi karyawan baru)
• Pelatihan pekerjaan/teknis
Memungkinkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan, tugas, dan tanggung
jawab mereka dengan baik (misalnya : pengetahuan tentang produk, proses dan
prosedur teknis, dan hubungan pelanggan)
• Pelatihan antar pribadi dan pemecahan masalah
Dimaksudkan untuk
mengatasi
masalah operasional dan antarpribadi serta
meningkatkan hubungan dalam pekerjaan organisasional (misalnya : komunikasi
antar pribadi, keterampilan manajerial/kepengawasan, dan pemecahan konflik)
• Pelatihan perkembangan dan inovatif
Menyediakan fokus jangka panjang untuk mningkatkan kapabilitas individual dan
organisasional untuk masa depan (misalnya : praktik-praktik bisnis, perkembangan
31
eksekutif, dan perubahan organisasional). Pelatihan bukan baru sekarang ini saja
diyakini membawa manfaat, sedari dulupun ternyata pelatihan telah digunakan oleh
perusahaan untuk memperbaiki kompetensi dari karyawannya, namun metode yang
digunakan masih bersifat tradisional. Berikut adalah penjelasannya.
2.5.6
Langkah-langkah dalam Proses Pelatihan
Menurut Dessler (2004, p222), ada berbagai metode yang digunakan perusahaan
untuk menyampaikan pelatihan karyawan, yaitu sebagai berikut :
1.
On-the-Job Training (OJT)
berarti meminta seseorang untuk mempelajari pekerjaan itu dengan langsung
mengerjakannya. OJT adalah satu-satunya pelatihan yang tersedia dalam banyak
perusahaan.
2.
Magang
Makin banyak perusahaan yang menerapkan program magang. Magang adalah sebuah
proses terstruktur dimana orang menjadi pekerja yang terampil melalui kombinasi dari
pelajaran dikelas dan pelatihan langsung di pekerjaan. Umumnya hal ini dilakukan
dengan menggunakan tenaga yang ahli di bidangnya untuk memberikan magang.
3.
Belajar secara informal.
Belajar secara informal adalah proses belajar yang tidak di tentukan atau dirancang
oleh organisasi. Walaupun para manajer tidak mengatur belajar secara informal, masih
banyak yang bisa mereka lakukan agar kegiatan ini bisa terjadi. Sebagian besar
langkahnya dilakukan dengan cara yang sederhana.
4.
Pelajaran
Dengan pelajaran ada beberapa keuntungan. Pelajaran merupakan sebuah cara yang
tepat dan sederhana untuk memberikan pengetahuan kepada sekelompok orang yang
32
akan dilatih. Seperti misalnya bagian penjualan, yang harus mempelajari tampilan
spesifik dari sebuah produk baru.
5.
Pelajaran yang Terprogram
Merupakan metode sistematik untuk mengajarkan keterampilan pekerjaan dengan
memberikan pertanyaan atau fakta yang memungkinkan orang itu untuk memberikan
respon dan memberikan orang yang belajar itu jawaban timbal balik yang akurat.
6.
Pelatihan dengan Simulasi
Metode ini adalah melatih karyawan dengan peralatan khusus diluar pekerjaan seperti
dalam pelatihan pilot penerbangan, sehingga biaya dan bahaya pelatihan bisa
dikurangi.
Sebagian perusahaan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan metode
yang akan digunakan dalam penyampaian pelatihan karyawannya.
Dalam melakukan pelatihan, perusahaan tentunya harus mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit, oleh karena itu harus diupayakan pelatihan yang dilakukan dapat memberikan hasil
yang efektif. Langkah-langkah agar pelatihan dapat berjalan efektif akan dijelaskan pada
subbab 2.5.7.
Menurut Robert L.Mathis dan John H. Jackson dalam bukunya yang berjudul ”Human
Resource Management” (2006, pp308-309) ” Pelatihan yang efektif dari pelatihan strategis
membutuhkan penggunaan dari sebuah proses pelatihan yang sistematis. Ada 4 (empat)
tahapan dari proses pelatihan : penilaian, perancangan, penyampaian dan evaluasi.
Penggunaan dari proses seperti ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya usaha-usaha
pelatihan yang tidak terencana, tidak terkoordinasi, dan serampangan. Berikut adalah
ilustrasinya dalam gambar :
33
•
•
PENILAIAN
Menganalisis kebutuhan
pelatihan
Mengidentifikasi tujuan
dan kriteria pelatihan
•
•
•
•
•
PERANCANGAN
Menguji peserta pelatihan
sebelumnya
Memilih metode pelatihan
Merencanakan isi pelatihan
•
•
•
PENYAMPAIAN
Menjadwalkan pelatihan
Melaksanakan pelatihan
Memantau pelatihan
EVALUASI
Mengukur hasil-hasil pelatihan
Membandingkan hasil pada
tujuan/kriteria
Gambar 2.2 Proses Pelatihan
Sumber : buku ”Human Resource Management” (2006, p309) Robert L. Mathis dan John H.
Jackson
Dalam penelitian ini penulis sebelumnya telah menjelaskan tentang seleksi dan pelatihan.
Kedua variabel ini sangatlah mempengaruhi kompetensi karyawan dalam suatu perusahaan.
Proses seleksi yang dilakukan tentunya menentukan apakah karyawan yang akan direkrut
sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan untuk mengisi lowongan pekerjaan
tersebut. Selain seleksi, pelatihan pun sangat menentukan kompetensi dari karyawan dalam
suatu perusahaan. pelatihan yang efektif tentunya dapat meningkatkan kompetensi
karyawan sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik. Agar lebih memahami
penelitian ini, maka penulis akan membahas definisi dari kompetensi yang akan dijelaskan
pada subbab 2.6.
2.6
Kompetensi
Menurut Payaman dalam bukunya yang berjudul ” Manajemen dan Evaluasi Kinerja ”
(2005, p10) ”Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja”.
34
Kompetensi setiap orang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan dalam 2
golongan, yaitu :
a.
Kemampuan dan keterampilan kerja
b.
Motivasi dan etos kerja
sedangkan dalam bukunya yang berjudul ”Human Resource Management”(2006, p219),
Robert L. Mathis dan John H. Jackson mengatakan ”Kompetensi adalah karakteristikkarakteristik dasar yang dapat dihubungkan dengan kenaikan kinerja individu atau tim”
Ada semakin banyak organisasi yang menggunakan beberapa segi analisis kompetensi. 3
(tiga) alasan utama organisasi menggunakan pendekatan kompetensi adalah :
1. Untuk mengkomunikasikan perilaku yang dihargai di seluruh organisasi
2. Untuk meningkatkan tingkat kompetensi di organisasi tersebut
3. Untuk menekankan kapabilitas karyawan guna meningkatkan keunggulan
kompetitif organisasional.
Kompetensi karyawan termasuk dalam tugas manajemen kinerja. Oleh sebab itu, subbab
berikutnya akan melakukan pembahasan mengenai manajemen kinerja.
2.7
Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan
memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen kinerja memfokuskan pada apa yang
diperlukan oleh organisasi, manajer dan pekerja untuk berhasil. Manajemen kinerja adalah
tentang bagaimana kinerja dikelola untuk memperoleh sukses (Wibowo 2007, p7).
Kinerja (perfomance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
oleh karyawan. Kinerja karyawan umumnya untuk kebanyakan pekerjaan meliputi beberapa
elemen yaitu :
• kuantitas dari hasil
•
kualitas dari hasil
35
•
ketepatan waktu dari hasil
•
Kehadiran
•
kemampuan bekerja sama
Sistem manajemen kinerja terdiri atas proses utnuk mengidentifikasi, mendorong,
mengukur, mengevaluasi, meningkatkan dan memberikan penghargaan atas kinerja
karyawan (Mathis 2006, p113). Salah satu tugas pokok dari manajemen kinerja adalah
melakukan evaluasi atau penilaian kinerja. Evaluasi kinerja akan dijelaskan pada subbab
2.7.1
2.7.1
Evaluasi Kinerja
Hariandja dalam bukunya yang berjudul
” Manajemen Sumber Daya Manusia ”
(2002), adalah proses pemberian umpan balik kepada karyawan dalam upaya memberi
masukan tentang aspek-aspek yang harus diperbaiki.
Menurut Payaman dalam bukunya yang berjudul ” Manajemen dan Evaluasi Kinerja ”
(2005, p20) mengatakan bahwa evaluasi kinerja adalah satu sistem dan cara penilaian hasil
kerja suatu perusahaan atau organisasi dan penilaian pencapaian hasil kerja setiap individu
yang bekerja didalam dan untuk perusahaan tersebut.
Evaluasi kinerja terdiri atas beberapa tahapan :
Mengumpulkan dan menyeleksi informasi
Mendeskripsikan dan menginterpretasikan data
Mengembangkan dan mengkaji informasi
Menarik kesimpulan
Sedangkan menurut Robert L.Mathis dan John H. Jackson dalam buku ”Human Resource
Management” (2006, p382), ” Penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi seberapa baik
36
karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar, dan
kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan”
Pendapat Mathis tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Dessler dalam
bukunya yang berjudul ” Manajemen Sumber Daya Manusia ” (2004, p2), bahwa menilai
kinerja adalah kegiatan membandingkan kinerja aktual bawahan dengan standar-standar
yang telah ditetapkan.
Penilaian kinerja dapat di definisikan sebagai prosedur apa saja yang meliputi :
1.
Penetapan standar kinerja
2.
Penilaian kinerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standar-standar yang
telah ditetapkan
3.
Memberikan umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang
tersebut untuk menghilangkan penurunan kinerja atau terus berkinerja lebih tinggi.
Untuk melakukan penilaian kinerja, sebaiknya kita memahami pula faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kinerja agar kita dapat lebih memberi perhatian lebih terhadap faktorfaktor tersebut untuk memaksimalkan kinerja karyawan, sehingga pada saat melakukan
penilaian kinerja akan didapatkan kinerja karyawan yang lebih memuaskan.
2.7.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kinerja
Menurut Payaman dalam bukunya yang berjudul ” Manajemen dan Evaluasi Kinerja ”
(2005, p10) menjelaskan bahwa kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
dapat di golongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kompetensi individu orang yang
bersangkutan, dan dukungan manajemen.
1. Kompetensi Individu
Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja.
Kompetensi setiap orang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan
dalam 2 golongan, yaitu :
37
a.
Kemampuan dan keterampilan kerja
b.
Motivasi dan etos kerja
2. Dukungan Organisasi
Kinerja setiap orang juga bergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk
pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi,
kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja
3. Dukungan Manajemen
Kinerja perusahaan dan kinerja setiap orang juga sangat tergantung pada
kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan membangun
sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan
mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan
motivasi dan memobilisasi seluruh karyawan untuk bekerja secara optimal
Menurut Gibson dalam buku organisasi: Perilaku, struktur dan proses (2003, p39), ada tiga
perangkat variabel yang mempengaruhi prilaku dan prestasi kerja atau kinerja yaitu :
1. variabel individual, terdiri dari : kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik),
latar belakang (keluarga, tingkat social), penggajian dan demografis (umur, asalusul, jenis kelamin)
2. variabel organisasional, erdiri dari : sumber daya,kepemimpinan, imbalan, struktur
desain pekerjaan
3. variabel psikologis, terdiri dari : persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.
Setelah melakukan penilaian dan didapatkan hasil kinerja karyawan yang kurang
memuaskan, seorang manajer harus melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan
38
kinerja karyawan agar mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu, penulis akan
membahas nya pada subbab 2.7.3
2.7.3
Peningkatan Kinerja
Payaman dalam bukunya yang berjudul ” Manajemen dan Evaluasi Kinerja ”(2005,
p19) menjelaskan bahwa pembinaan kinerja dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja setiap
individu, kelompok atau unit kerja, serta meningkatkan kinerja perusahaan setinggi mungkin.
Peningkatan kinerja dapat dilakukan antara lain :
Mendorong pekerja memahami uraian tugas dan uraian jabatannya, serta memahami
tanggung jawabnya
Mendorong pekerja memahami sasaran yang harus dicapai
Membantu
pekerja
memahami
bagaimana
melakukan
pekerjaan
dengan
menggunakan alat-alat kerja yang sesuai
Memberdayakan pekerjaan melalui bimbingan, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan
Menumbuhkan motivasi dan etos kerja
Menciptakan iklim kerja yang kondusif
39
2.8
Kerangka Pemikiran
Seleksi (X1)
•
•
•
•
•
•
•
Pelatihan (X2)
Penerimaan
Pendahuluan
•
•
•
•
•
•
Test Penerimaan
Wawancara Seleksi
Pemeriksaan referensi
Evaluasi Medis
Wawancara atasan
langsung
Keputusan penerimaan
Kompetensi karyawan
(Y)
Kemampuan dan
Keterampilan karyawan
Motivasi dan etos kerja
Kinerja Karyawan (Z)
Kualitas dari hasil
Kuantitas dari hasil
Ketepatan waktu dari
hasil
Kehadiran
Kemampuan bekerjasama
Instruktur
Peserta
Materi/bahan
Metode
Tujuan Pelatihan
Lingkungan yang
menunjang
40
2.9
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam subbab 2.9 ini akan dilakukan sedikit ulasan tentang penelitian terdahulu yang
juga membahas tentang pelatihan dan kinerja untuk dapat lebih mendukung penelitian ini.
Menurut Verri Ginoga dalam tesisnya pada tahun 2008 yang berjudul faktor-faktor yang
mempengaruhi kiinerja karyawan PT.Inhutani I unit III, beliau melakukan penelitian
terhadap 4 variabel bebas yaitu X1 = kompensasi, X2 = pendidikan, X3= pelatihan,
X4=lingkungan kerja terhada 1 variabel terikat yaitu Kinerja Organisasi sebagai variabel Y .
1. Dari hasil kuesioner, kompensasi yang diperoleh karyawan PT.Inhutani I unit III
makassar hanya memiliki rata-rata keseluruhan sebesar 1.99 . Hal ini berarti kompensasi
yang ada saat ini kurang berpengaruh pada kinerja karyawan PT.Inhutani I unit III
makassar. Menurut data yang diperoleh bahwa perlu dilakukan penyesuaian gaji serta
tunjangan berdasarkan kondisi perekonomian saat ini.
2. Keseluruhan variabel pendidikan memperoleh skor sebesar 2,18. hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan mempengaruhi kinerja karyawan PT.Inhutani I unit III makassar.
Sehingga pendidikan karyawan perlu ditingkatkan dan mendapat perhatian dari
manajemen sehingga dapat memberikan kinerja yang optimal.
4. Dari hasil kuesioner tersebut , diperoleh nilai skor untuk variabel pelatihan sebesar 2,70.
hal ini menunjukkan bahwa variabel pelatihan mempengaruhi kinerja karyawan sehingga
pelatihan perlu ditingkatkan untuk memperoleh karyawan yang mempunyai kemampuan
, kecakapan dan keterampilan di dalam melaksanakan pekerjaan yang di embannya.
Yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja karyawan.
5. Disimpulkan bahwa lingkungan kerja PT Inhutani I unit III makassar telah tercipta
suasana kerja dan hubungan antar karyawan yang harmonis, serta sarana kerja yang
cukup memadai dan hub semua komponen dari staff sampai pejabat sangat menunjang
dan sangat mempengaruhi kinerja karyawan.
41
Sedangkan menurut penelitian Vera Parlinda dan M. Wahyuddin dalam thesisnya
yang berjudul “ PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, PELATIHAN, DAN LINGKUNGAN
KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA
SURAKARTA” (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009) menunjukkan hasil penelitian
sebagai berikut :
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pelatihan dan lingkungan kerja
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada
Perusahaan Daerah Air Minum Surakarta. Variabel kepemimpinan dan motivasi
menurut analisa data di muka ternyata tidak signifikan sehingga tidak berpengaruh
pada kinerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Surakarta.
2. Nilai F-hitung sebesar 29,809. Artinya bahwa secara bersama-sama faktor
kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap
kinerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Surakarta.
3. Koefisien Determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,620. Hal ini berarti variabel
independen (kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan lingkungan kerja) mampu
menjelaskan 62% terhadap variabel dependennya (kinerja karyawan), sedangkan
sisanya sebesar 38% dijelaskan oleh variabel lain.
Dari penelitian tersebut tidak memasukkan variabel seleksi dan kompetensi dalam
penelitiannya. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah seleksi dan pelatihan
memiliki pengaruh terhadap peningkatan kompetensi karyawan ataukah tidak dan
bagaimana dampaknya terhadap kinerja karyawan. Dalam penelitian ini penulis akan
melakukan
survey
menggunakan
kuesioner
untuk
mengumpulkan
data-data
yang
dibutuhkan. Dan pengolahan data tersebut membutuhkan hipotesis untuk membantu dalam
pengambilan keputusan yang akan dijelaskan dalam subbab 2.10.
42
2.10
Hipotesis
Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul ” Metode Penelitian Bisnis ”
(2005, p51), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan.
Ho : Tidak ada pengaruh atau hubungan antar variabel
Ha : Terdapat pengaruh atau hubungan antar variabel
Berdasarkan dari permasalahan yang diajukan dan tujuan penelitian serta tinjauan
pustaka, maka kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
Uji koefisien variabel X dengan variabel Y
Ho : Variabel X tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Y
Ha : Variabel X berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Y
Uji koefisien jalur variabel X dengan variabel Z
Ho: Variabel X tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Z
Ha : Variabel X berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Z
Uji koefisien jalur variabel Y dengan variabel Z
Ho : Variabel Y tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Z
Ha : Variabel Y berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Z
Uji koefisien jalur pada T-6 secara simultan X, Y, dengan Z
Ho : Variabel X dan Y tidak berkontribusi secara simultan maupun individual dan
signifikan terhadap variabel Z
Ha :Variabel X dan Y berkontribusi secara simultan maupun individual dan signifikan
terhadap variabel Z.
Download