Pemerintah Ingin Tarik Profesional Indonesia di Luar

advertisement
Pemerintah Ingin Tarik Profesional Indonesia
di Luar Negeri Tanpa Masalah
Oleh: Arie C. Meliala
18 Agustus, 2016 - 19:03
http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2016/08/18/pemerintah-ingin-tarik-profesional-indonesia-di-luar-negeri-tanpa-masalah-377718
NASIONAL
Sekretaris Kabinet Pramono Anung/ARIE C. MELIALA/PR
JAKARTA, (PR).- Pemerintah mulai memikirkan cara menarik orang-orang profesional
asal Indonesia yang kini berada di luar negeri. Namun, kali ini, pemerintah tidak ingin ada
masalah baru yang timbul jika orang-orang tersebut diminta membantu pemerintah.
Meski sudah mulai dipikirkan, belum ada langkah konkret dari gagasan itu guna
menghindari masalah kewarganegaraan seperti yang sudah terjadi.
"Ada beberapa orang, profesor-profesor yang jago di Amerika. Ada beberapa yang akan
diundang untuk mengembangkan sektor tertentu, terutama di Papua. Ada pemikiran
untuk diambil jalan keluarnya tetapi sampai hari ini belum ada hitam di atas putih. Apa
yang ada, dilakukan," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Istana Kepresidenan,
Jakarta, Kamis 18 Agustus 2016.
Saat beberapa kali Pramono mendampingi Presiden di berbagai acara di Eropa maupun di
berbagai negara, Jokowi selalu bertemu diaspora. Dia mengatakan tidak bisa dimungkiri,
ada persolan dengan warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri.
"Mereka sebagian masih sebagai warga negara Indonesia karena di luar kan ada negara
yg membolehkan dwikewarganegaraan sementara kita menganut kewarganegaraan
1
tunggal. Untuk itu, perlu kajian yang mendalam apakah kemudian ini diperbolehkan
seperti permintaan waktu pertemuan dengan diaspora di New York dan di Los Angeles
pada waktu itu," kata Pramono.
Pramono mengatakan saat ini sebenarnya sudah pernah ada usulan merevisi UU
Kewarganegaraan. Revisi itu muncul atas inisiatif DPR saat Pramono masih sebagai
pimpinan dewan. Ide itu muncul saat ada permintaan ketika pemerintah menghadapi
diaspora.
"Diaspora ingin juga memiliki kewarganegaraan Indonesia karena mereka ada yang sudah
10 tahun atau 15 tahun (tinggal) di mana saja. Bahkan ada yang sudah menjadi anggota
asosiasi profesor di perguruan tinggi besar di Amerika. Mereka ingin kembali," kata
Pramono.
Untuk saat ini, Pramono menilai pemerintah dan DPR perlu memikirkan cara agar ada
penyelesaian. Namun, sampai saat ini pemerintah belum melakukan pembahasan apa pun
atas persoalan itu. "Belum ada (pembahasan) tetapi pikiran (tentang itu) ada," katanya.
Pemerintah saat ini masih ingin mendengarkan aspirasi masyarakat. Jokowi juga belum
memberi arahan khusus untuk membicarakan revisi UU Kewarganegaraan. Apalagi,
setelah persoalan yang menimpa mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Arcandra Tahar dan Anggota Pasukan Pengibaran Bendera Pusaka (Paskibraka) Gloria
Natapradja Hamel.
"Ini kan juga menjadi persoalan. Ternyata sangat banyak, bukan hanya persoalan Pak
Arcandra atau Gloria. Memang banyak yang seperti itu," katanya.***
Kamis, 18 Agustus 2016, 18:11 WIB
Seskab: Diaspora Indonesia Usulkan Dwikewarganegaraan
Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nidia Zuraya
Paspor WNA (Ilustrasi)
2
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengakui
adanya usulan soal dwikewarganegaraan dari komunitas diaspora Indonesia.
Pramono menjelaskan, tiap kali mendampingi Presiden Jokowi dalam melakukan kunjungan
ke luar negeri, ia kerap kali bertemu dengan Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah
lama tinggal di negara tersebut. Sebagian dari mereka ada yang sudah memiliki
kewarganegaraan dari negara yang mereka tinggali, namun masih juga memegang paspor
Indonesia.
Sementara, hukum di Indonesia hanya mengakui kewarganegaraan tunggal. Oleh
karenanya, diaspora mengusulkan agar ada perubahan aturan soal status
kewarganegaraan.
"Ini perlu kajian mendalam, apakah ini diperbolehkan seperti permintaan Diaspora di
New York dan juga Los Angeles pada waktu itu," ujarnya, di Istana Negara, Kamis
(18/8).
Menurut Pramono, usulan untuk diadakan kajian soal dwikewarganegaraan sudah muncul
sejak lama, yakni sejak ia masih berstatus sebagai anggota dewan. Namun, hingga kini,
memang belum ada progres berarti soal usulan tersebut.
"Belum ada hitam di atas putih soal apa yang akan dilakukan," ucapnya.
3
Download