Bahan Rujukan 9 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian Bank Mendengar perkataan bank dalam kehidupan dewasa ini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bank tidak hanya menjadi sahabat masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat pedesaan. Menyebut kata bank setiap orang selalu mengaitkannya dengan uang, sehingga selalu saja ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu ada kaitannya dengan uang. Hal ini tidak salah karena bank merupakan lembaga keuangan yang bergerak dibidang keuangan, dan lembaga keuangan itu sendiri mengandung arti semua badan yang melalui kegiatannya dibidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. Di negara–negara maju bank bahkan sudah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat setiap kali bertransaksi. Sebagai lembaga keuangan peranan bank dalam perekonomian sangatlah penting, hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank dengan segala fasilitasnya. Terdapat banyak definisi mengenai bank umum antara satu dengan yang lainnya pada dasarnya tidaklah berbeda. Ada yang mendefinisikan bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya menghimpun dana dari pihak ketiga dan juga ada yang mendefinisikan bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang telah ditentukan. Menurut Undang–Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 dan Pasal 2 tentang perbankan : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bahan Rujukan 10 Menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan (hal 11) Menuliskan bahwa “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat dikatakan bahwa bank merupakan suatu badan usaha atau jenis lembaga keuangan yang bertujuan menyediakan jasa untuk memperlancar kegiatan transaksi di masyarakat, pedoman bagi pihak yang membutuhkan, yang keselarasannya dapat meningkatkan kesejahteraan taraf hidup rakyat banyak. 2.1.1. Fungsi Bank Fungsi utama perbankan sesuai dengan Undang–Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 Pasal 3 yaitu Sebagai lembaga penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat. Dalam dana yang terhimpun dari masyarakat tersebut, bank memberikan fasilitas kredit yang berfungsi sebagai pendorong menghimpun dana masyarakat, bank menciptakan berbagai produk jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat baik itu dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito, dan dalam penyaluran kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam menyalurkan dana bank harus berhati–hati karena bank turut menentukan nasib uang milik nasabahnya. Secara umum, fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik menurut Kasmir dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya menyatakan bahwa fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agen of service. 1. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Bahan Rujukan 11 2. Agent of Development Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor rill tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Tugas bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor rill. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. 3. Agent of Service Disamping menawarkan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa–jasa perbankan yang lain kepada masyarakat, antara lain jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank dan jasa penyelesaian tagihan. Dari ketiga fungsi bank diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian. Disamping itu bank memberikan jasa–jasa perbankan lainnya untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal agar kepuasan konsumen tercapai. Kepercayaan adalah modal utama yang ditanamkan bank kepada calon nasabahnya, agar nasabah loyal terhadap bank. 2.1.2. Jenis dan Aktivitas Usaha Bank A. Bank Umum Bank pengertiannya Umum adalah menurut bank Hessel yang Nogi S. melaksanakan Tangkilisan kegiatan (2003:26) usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang ada dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bahan Rujukan 12 Menurut Pasal 6 Undang–Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, aktivitas usaha bank umum meliputi : 1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit. 3. Menerbitkan surat pengakuan hutang. 4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. 5. Menempatkan dana pada, meminjamkan dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun wesel tunjuk, cek atau sarana lainnya. 6. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dengan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. 7. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. 8. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya. 9. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan UU ini dan peraturan perundang–undangan yang berlaku. B. Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang–Undang No. 10 Tahun 1998 adalah “Bank yang melaksanakan kegiatan usaha konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”. Bahan Rujukan 13 Kegiatan–kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank perkreditan rakyat menurut Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, A Totok Budi Santoso (2005:51) secara lengkap adalah : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit. 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan tabungan pada bank lain. Disamping kegiatan–kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh BPR diatas, terdapat juga kegiatan–kegiatan yang merupakan larangan bagi BPR sebagai berikut : 1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. 3. Melakukan penyertaan modal. 4. Melakukan usaha perasuransian. 5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud diatas. Berdasarkan kegiatan–kegiatan diatas, maka secara umum BPR mempunyai kegiaan usaha yang lebih terbatas dibandingkan Bank Umum. 2.2. Kredit 2.2.1. Pengertian Kredit Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi dan bahkan dapat dikatakan popular. Dalam bahasa sehari–hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan kesepakatan. Para pengambil kredit Bahan Rujukan 14 sudah paham bahwa dalam cicilan kredit sudah mengandung pokok pinjaman dan bunga yang harus dibayar. Dewasa ini pengertian pemberian kredit disamping dengan istilah pinjaman oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah istilah pembiayaan yang digunakan oleh bank berdasarkan prinsip syariah. Dilihat dari sudut ekonomi, kredit diartikan sebagai penundaan pembayaran. Maksudnya pengembalian atas penerimaan uang dan suatu barang tidak dilakukan bersamaan pada saat menerimanya, akan tetapi pengembaliannya dilakukan pada masa yang akan datang. Secara etymologi, kata kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang dalam bahasa Indonesia disebut kredit, mempunyai arti kepercayaan. Seseorang yang memperoleh kredit, berarti memperoleh kepercayaan. Dengan demikian dasar dari pada kredit adalah kepercayaan. Makna dari kepercayaan tersebut adalah adanya keyakinan dari bank sebagai kreditor bahwa kredit yang diberikan akan sungguh–sungguh diterima kembali dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan (Hukum Perbankan Nasional Indonesia hal 56) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan kredit mempunyai arti “Pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain”. Dalam Pasal 1 butir 11 UU No. 10 Tahun 1998 dirumuskan bahwa kredit adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam–meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Berdasarkan pengertian di atas menunjukan bahwa prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata– mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Bahan Rujukan 15 2.2.2. Unsur–Unsur Kredit Sebagaimana diketahui bahwa unsur esensial dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditor terhadap nasabah peminjam sebagai debitur. Kepercayaan tersebut timbul karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh debitur antara lain : jelasnya tujuan peruntukan kredit, adanya benda jaminan atau agunan, dan lain–lain. Drs. Thomas Suyatno (Dasar–Dasar Perkreditan), Mengemukakan bahwa unsur–unsur kredit terdiri atas : a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar–benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisakan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasinya yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang. c. Degree of risk, yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh–jauh kemampuan manusia untuk menerobos masa depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah, maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit. d. Prestasi, yaitu Objek kredit yang tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang, atau jasa. Karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi–transaksi kredit yang menyangkut uang yang setiap kali kita jumpai dalam praktek perkreditan. Bahan Rujukan 16 2.2.3. Fungsi dan Tujuan Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Secara umum fungsi kredit yaitu : 1. Meningkatkan mobilisasi tabungan masyarakat melalui lembaga– lembaga keuangan. 2. Memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan masyarakat. 3. Meningkatkan usaha pemeliharaan dan peningkatan kestabilan ekonomi. 4. Menunjang usaha untuk meningkatkan kedudukan golongan ekonomi lemah. 5. Meningkatkan efesiensi kerja dan peranan lembaga–lembaga keuangan. Tujuan utama kredit : 1. Mencari keuntungan yaitu bank mendapat hasil dari pemberian kredit berupa bunga atau imbalan atas dana yang dipinjamkan kepada debitur, serta bank mendapat provisi dan biaya administrasi. 2. Membantu usaha nasabah sehingga debitur dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Membantu pemerintah yaitu adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor ekonomi. Manfaat kredit : 1. Bagi bank merupakan sumber pendapatan. 2. Bagi perusahaan dapat digunakan sebagai modal. 3. Bagi masyarakat dan negara dapat memberikan peluang tenaga kerja baru. Bahan Rujukan 17 2.2.4. Jenis–Jenis Kredit Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga keuangan dibedakan menurut jenisnya : 1. Kredit menurut sifat pengunaannya a. Kredit konsumif Kredit ini dipergunakan oleh nasabah (debitur) untuk keperluan konsumsi, keperluan memenuhi tuntutan / kebutuhan hidup. Kredit ini akan dapat menurunkan nilai uang, bila nilai barangnya menurun / merosot. b. Kredit produktif Kredit ini ditujukan untuk keperluan produksi dalam arti luas. Melalui kredit produktif, utility uang dan barang akan bertambah meningkat. 2. Kredit menurut keperluannya a. Kredit investasi Kredit ini diberikan bank kepada para nasabahnya untuk keperluan penanaman modal. Kredit tersebut tidak dimaksudkan untuk keperluan penambahan modal kerja, melainkan untuk keperluan perbaikan atau pertambahan barang modal beserta fasilitas–fasilitas lainnya yang berhubungan erat dengan hal itu. b. Kredit eksploitasi Kredit ekploitasi adalah kredit yang diberikan kepada para nasabah untuk keperluan menutup biaya–biaya eksploitasi perusahaan secara luas, baik berupa pembelian bahan–bahan baku, bahan penolong maupun biaya produksi lainnya. c. Kredit perdagangan Kredit perdagangan ini digunakan untuk keperluan perdagangan pada umumnya. Dengan kredit ini dapat dilakukan pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sehingga dapat membawa peningkatan utility of place dari barang yang bersangkutan. Bahan Rujukan 18 3. Kredit menurut jangka waktunya Pemakaian kredit menurut jangka waktu sulit untuk ditentukan pembatasan yang pasti, sebab pengertian tentang lamanya pemakaian suatu kredit ditentukan oleh kebutuhan dan kemampuan nasabah untuk memakai dan mengembalikannya pada suatu waktu tertentu. Penggolongan kredit atas jangka waktu pemakaiannya, menurut ketentuan UUP 1967 adalah sebagai berikut : a. Kredit jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu selamalamanya satu tahun. b. Kredit jangka menengah adalah kredit yang berjangka waktu satu tahun sampai dengan tiga tahun. c. Kredit jangka panjang adalah kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. 4. Kredit menurut cara pemakaiannya a. Kredit dengan uang muka (persekot) Pada kredit dengan uang muka ini, penarikan kredit dilakukan sekaligus, dalam arti kata maksimum kredit pada waktu penarikan pertama, sepenuhnya dipergunakan oleh nasabah untuk usahanya. b. Kredit rekening Koran Dalam sistem ini debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening Koran dan kepadanya diberikan blanko cheque. Nasabah bebas melakukan penarikan–penarikan kredit sesuai dengan yang dibutuhkan untuk usahanya sampai batas maksimum kredit yang ditetapkan. Sedangkan rekening Koran pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang ditarik. 5. Kredit menurut jaminannya a. Kredit tanpa jaminan Sesuai namanya, kredit ini diberikan kepada nasabah tanpa ada jaminan. Kredit tanpa jaminan ini disebut juga dengan istilah kredit blanko. Jaminan yang dimaksudkan dalam pemberian kredit ini adalah jaminan dalam bentuk phisik. Akan tetapi pemberian kredit Bahan Rujukan 19 tanpa jaminan tidak berarti tidak ada jaminan sama sekali, melainkan jaminan yang berbentuk bonafiditas dan prospect usaha nasabah tetap diperhatikan dan ditekankan dengan sungguh– sungguh dalam pertimbangan kreditnya. b. Kredit dengan jaminan Kredit ini diberikan kepada nasabah yang sanggup menyediakan suatu benda tertentu atau surat berharga atau orang untuk diikatkan sebagai jaminan. 2.2.5. Jaminan Kredit Kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanannya bank harus memperhatikan asas–asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur. Jaminan itu sendiri berfungsi untuk meyakinkan bank atau kreditor bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama, untuk menghindari terjadinya kredit bermasalah. 2.2.6. Prinsip–Prinsip Pemberian Kredit Untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah dikemudian hari, penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit dilakukan dengan berpedoman kepada Prinsip 4P dan Prinsip 5C yang diuraikan sebagai berikut : Bahan Rujukan 20 Prinsip 4P, diuraikan sbagai berikut : a. Personality Pihak bank mencari data secara lengkap mengenai kepribadian debitur, antara lain mengenai riwayat hidupnya, pengalamannya dalam berusaha, pergaulan dalam masyarakat, dan lain–lain. b. Purpose Bank harus mencari data tentang tujuan atau penggunaan kredit tersebut sesuai line of business kredit bank yang bersangkutan. c. Prospect Bank harus melakukan analisis secara cermat dan mendalam tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh debitur. d. Payment Bank harus mengetahui dengan jelas mengenai kemampuan dari debitur untuk melunasi utang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati. Prinsip 5C, diuraikan sebagai berikut : a. Character Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha– usaha yang sejenis. b. Capacity Penilaian yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan calon debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa debitur mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Bahan Rujukan 21 c. Capital Penilaian ini tidaklah semata–mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif. d. Collateral Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman (back up) atas risiko yang terjadi atas wanprestasinya debitur di kemudian hari. e. Condition of Economy Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha debitur perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut. 2.3. Analisis Kredit (Evaluasi Pemberian Kredit) Analisis kredit menurut Sam A Walean dalam bukunya Bank dan Wiraswasta (hal 266) merupakan salah satu tahap dalam proses kegiatan pertimbangan perkreditan yang amat penting, yang akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan bank dalam usaha perkreditannya. Analisis kredit sangatlah penting karena ternyata analisis kredit dapat untuk : 1. Menentukan berbagai risiko yang akan dihadapi oleh bank dalam memberikan kredit kepada seseorang atau badan usaha. 2. Mengetahui jenis kredit, jumlah kredit, dan jangka waktu yang dibutuhkan oleh usaha debitur, sehingga bank dapat melakukan penyesuaian dengan struktur dana yang ready for use. 3. Mengetahui kemampuan dan kemauan debitur untuk melunasi utangnya. Bahan Rujukan 22 4. mengantisipasi kemungkinan pelunasan kredit tersebut, karena bank telah mengetahui kemampuan pelunasan melalui analisis cash flow usaha debitur. Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bagi bank itu sendiri, karena analisis kredit merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup suatu bank. 2.3.1. Persiapan Analisis Pemberian Kredit Menurut Teguh Pudjo Muljono (2001:134) dalam bukunya “Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil” Sebelum pelaksanaan kegiatan analisis kredit, yaitu membahas aspek–aspek yang mempengaruhi kagiatan usaha secara detail dan kritis. Maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan : 1. Pemilihan pendekatan yang akan dipakai dalam pelaksanaan analisis kredit. 2. Proses pengumpulan informasi yang lengkap yang akan diperlukan dalam kegiatan suatu analisis kredit. 3. Penetapan titik kritis suatu proyek. Dari ketiga point diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan mengambil langkah–langkah yang terstruktur akan sangat memudahkan dalam menganalisis suatu perusahaan kredit, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan atas kredit tersebut. 2.3.2. Analisis Terhadap Aspek–Aspek Pemberian Kredit Dalam suatu proses pemberian suatu kredit pihak bank selalu berdasarkan pada pemikiran profitabilitas dan safety agar kredit yang dikeluarkan oleh bank tersebut dapat kembali beserta bunga pinjamannya, untuk mendukung hal ini selain bank menilai mengenai prinsip–prinsip perkreditan 4P dan 5C, maka pihak bank juga perlu menganalisa aspek–aspek usaha yang berhubungan dengan calon debitur. Bahan Rujukan 23 Menurut Kasmir dalam bukunya “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2001:107)” aspek–aspek yang dinilai antara lain : 1. Aspek Menajemen Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, Sumber Daya Manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman Sumber Daya Manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya. 2. Aspek Pemasaran Dalam Aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan dimasa yang akan datang prospeknya bagaimana. Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah : a. Pemasaran produk minimal 3 (tiga) bulan yang lalu atau 3 (tiga) tahun yang lalu. b. Rencana penjualan dan produksi minimal 3 (tiga) bulan atau 3 (tiga) tahun yang akan datang. c. Peta kekuatan pesaing yang ada. d. Prospek produk secara keseluruhan. 3. Aspek Teknis / Produksi Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan masalah lokasi, layout ruangan dan mesin–mesin termasuk jenis mesin yang digunakan. 4. Aspek Keuangan Aspek yang dinilai adalah sumber–sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Penilaian bank dari segi aspek keuangan biasannya dengan suatu kriteria kelayakan investasi yang mencakup antara lain : a. Ratio–ratio keuangan. b. Payback Period. c. Net Present Value (NPV). d. Profitability Index (PI). e. Internal Rate of Return (IRR). f. Break Even Point (BEP). Bahan Rujukan 24 5. Aspek Hukum Yang dinilai dari aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin–izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dinilai dengan akta pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa– siapa pemilik dan besarnya modal masing–masing pemilik. Kemudian juga diteliti keabsahannya seperti : a. Surat Izin Usaha Industri (S.I.U.I) untuk sektor industri. b. Surat Izin Usaha Perdagangan (S.I.U.P) untuk sektor perdagangan. c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP). d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). e. Keabsahan surat–surat yang dijaminkan, misalnya sertifikat tanah. f. Serta hal–hal lain yang dianggap penting lainnya. 6. Aspek Sosial Ekonomi & Kepekaan Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti : a. Meningkatkan ekspor barang. b. Mengurangi pengangguran. c. Meningkatkan pendapatan masyarakat d. Tersediannya sarana dan prasarana. e. Membuka isolasi daerah tetentu. 7. Aspek AMDAL Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air, atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan maka proyek yang dibiayai dan mengalami pencemaran lingkungan dan sekitarnya. Pencemaran yang sering terjadi antara lain terhadap : a. Tanah / darat menjadi gersang. b. Air, menjadi limbah berbau busuk, berubah warna atau rasa. c. Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising dan panas. Bahan Rujukan 25 2.4. Aspek–Aspek Penilaian Kredit Berdasarkan Analisis Rasio Keuangan Untuk melakukan penilaian atau pengukuran terhadap laporan keuangan dicari rasio–rasio yang akan diinterpretasikan, analisis laporan keuangan dalam mengadakan analisis rasio keuangan perusahaan, dapat dilakukan dengan membandingkan rasio sekarang dengan rasio–rasio pada waktu yang lalu, atau dengan membandingkan rasio–rasio suatu perusahaan dengan rasio–rasio kelompok perusahaan yang sejenis. Dengan mengadakan analisa rasio akan dapat diketahui posisi keuangan nasabah / calon peminjam kredit, beberapa rasio yang penting dalam hubungannya dengan kepentingan analisis kredit, antara lain : 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya keadaan perusahaan dalam keadaan likuid, tetapi jika tidak mampu, maka perusahaan dikatakan ilikuid. Ukuran likuiditas dapat dihitung dengan : a. Current Ratio Merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Current Ratio Current Ratio = x 100 % Current Liabilities Bahan Rujukan 26 b. Quick Ratio Rasio ini menunjukan besarnya alat likuid yang paling cepat biasa digunakan untuk melunasi hutang. Current Assets - Inventory Quick Ratio = x 100 % Current Liabilities 2. Ratio Leverage Rasio leverage menunjukan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan pinjaman. Apabila perusahaan tidak menggunakan leverage dalam struktur modalnya, maka perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri, sehingga risiko perusahaan menjadi kecil. Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan, sehingga rasio keuangan yang yang dihadapi perusahaan semakin besar. Total Debt to Total Equity Ratio Rasio yang mengukur perimbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Total Debt Total Debt to Total Equity Ratio = x 100 % Total Equity Bahan Rujukan 27 3. Profitability Ratio a. Return On Equity Rasio ini sering disebut dengan rate or return on net wort, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. EAT Retun On Equity = x 100 % Total Equity b. Return On Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. EBIT Return On Assets = x 100 % Total Assets Dari hasil perhitungan dengan rasio–rasio keuangan diatas, kemudian dianalisa oleh analis sehingga dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan sesungguhnya. Dengan membandingkan antara rasio keuangan dengan rasio industri dapat dianalisis kondisi keuangan perusahaan, apakah sehat atau tidak.