Ekonomi RI terancam memanas

advertisement
MAKROEKONOMI
2
Bisnis Indonesia, Sabtu, 12 Maret 2011
Indonesia
bawa pertanian
ke forum G-20
BISNIS INDONESIA
SUKU BUNGA
NAIK: Gedung kantor
pusat Bank of Korea terlihat
dari ketinggian di Seoul,
Korea Selatan, kemarin.
Gubernur Bank of Korea
Kim Choong Soo menaikkan
suku bunga repo 7 hari
menjadi 3% dari 2,75%.
Keputusan itu sesuai
dengan prediksi 15 ekonom
yang disurvei Bloomberg.
BLOOMBERG/SEONGJOON CHO
Ekonomi RI terancam memanas
Strategi penguatan nilai tukar rupiah dinilai tepat
OLEH DEWI ASTUTI
Bisnis Indonesia
NUSA DUA, Bali: Perekonomian Indonesia
diyakini tengah berada
di dalam ancaman overheating sama halnya
dengan China, India, dan
Singapura. Arus modal
masuk menambah
tekanan terhadap tekanan inflasi ke Tanah Air.
Jeffrey Frankel, guru besar Formasi Modal dan Pertumbuhan
dari Universitas Harvard, memperingatkan hal tersebut di selasela paparannya di Joint Conference Bank Indonesia-IMF Coping
With Asia’s’Large Capital Inflows
in a Multi-speed Global Economy.
Frankel mengatakan ancaman
pemanasan (overheating) suhu
perekonomian terlihat dari laju
inflasi yang semakin cepat seiring
dengan makin kencangnya pertumbuhan ekonomi per kuartal
IV/2010.
Menurut dia, akselerasi inflasi
merupakan keniscayaan dari pertumbuhan ekonomi yang terus
meninggi. “India, China, Indonesia, dan Singapura terancam overheating. Akan tetapi, India dan
Indonesia sudah meresponsnya
dengan tepat dengan membiarkan
apresiasi mata uang,” tuturnya di
Nusa Dua, Bali, kemarin.
Produk domestik bruto (PDB)
China terakselerasi hingga 10,3%
pada 2010 sekaligus mengambil
alih kedudukan Jepang sebagai
perekonomian terbesar kedua di
dunia. Pemerintah pimpinan Perdana Menteri Wen Jiabao ini
sadar akan bahaya overheating
hingga memicu penurunan target
pertumbuhan PDB ke kisaran
8%.
Badan Pusat Statistik mencatat
PDB Indonesia sepanjang 2010
tumbuh sebesar 6,1% melebihi
target pemerintah 5,8%. Pada
kuartal IV/2010, pertumbuhan
ekonomi mencapai 6,9% atau realisasi pertumbuhan ekonomi tertinggi secara kuartalan dibandingkan dengan pencapaian kuartalan
an terhadap bank sentral setempat
sejak 2008.
Pada kesempatan itu, Dana Mo- untuk menjinakkan laju inflasi.
Ekspansi setinggi 8,2% itu
neter Internasional (IMF) memperkirakan derasnya arus masuk menjadikan negara berpopulasi
modal (capital inflow) semakin terpadat kedua di dunia ini sebameningkatkan tekanan terhadap gai ekonomi utama dengan perrisiko overheating dalam pereko- tumbuhan tercepat kedua setelah
China, yang pada periode sama
nomian Indonesia.
tumbuh
sebesar
Direktur IMF untuk Asia Pasifik
"...India dan 9,8%.
PDB
Singapura
Anoop Singh mengaIndonesia
bahkan mengalami
takan risiko overheating sebenarnya meresponsnya ekspansi 14,5% pada
2010, tertinggi sejak
tidak hanya mengancam Indonesia, Si- dengan tepat..." negara itu merdeka
pada 1965. Meski
ngapura, India, dan
China, tetapi juga di seluruh ka- demikian, inflasi sempat melaju
ke level tercepat dalam 2 tahun
wasan Asia.
Fenomena ini tidak mengejut- pada Desember 2010 sebesar
kan karena output gap di kawasan 4,6% (year-on-year).
itu makin mengecil. “Makanya
belakangan ini kita lihat hampir Stabilisasi harga
semua negara di Asia menormaliBank Indonesia menyatakan
sasi kebijakan moneter dan fiskal- apresiasi nilai tukar rupiah itu
nya. Isu overheating bukan hanya memang diarahkan untuk memdi Indonesia atau Singapura,” bantu pencapaian stabilitas harga,
katanya.
konsisten dengan prospek makProduk domestik bruto (PDB) roekonomi, dan mengurangi teIndia mengalami ekspansi 8,2% kanan pemanasan ekonomi.
(year-on-year) pada kuartal akhir
Gubernur BI Darmin Nasution
2010, sehingga menambah tekan- mengatakan apresiasi nilai tukar
rupiah beberapa bulan terakhir
adalah kebijakan yang tepat dan
tidak akan memukul neraca pembayaran Tanah Air.
“Apresiasi nilai tukar kita termasuk moderat, tidak terlalu kuat
sehingga tidak memukul neraca
pembayaran. Tapi juga tidak terlalu lemah sehingga melahirkan
dampak-dampak lain,” katanya.
Darmin melanjutkan kurs rupiah terhadap dolar AS dibiarkan
menguat oleh bank sentral karena
untuk merespons derasnya aliran
modal masuk. Fleksibilitas nilai
tukar dijadikan salah satu kunci
kebijakan meredam modal masuk
tersebut.
Selain itu, bank sentral juga
menoleransi penguatan rupiah
dalam 1-2 bulan terakhir karena
tekanan inflasi dari pasar internasional.
Rata-rata kurs rupiah pada
Februari Rp8.818 per dolar AS.
Pada periode yang sama, dana
asing yang masuk ke obligasi
negara sebesar Rp5,1 triliun,
sedangkan yang ke Sertifikat
Bank Indonesia mencapai Rp21,9
triliun. ([email protected])
JAKARTA: Pemerintah
Indonesia dan Australia
sepakat membawa isu
peningkatan produktivitas
sektor pertanian dan pengembangan infrastruktur
wilayah Asia-Pasifik dalam pertemuan G-20 tingkat kepala pemerintahan
pada November di Prancis.
Menteri PPN/Kepala
Bappenas Armida S. Alisjahbana mengatakan dalam working group G-20
dikembangkan multiyear
action plan yang meliputi
sembilan pilar di antaranya infrastruktur, pembangunan SDM, perdagangan, penciptaan lapangan
kerja dan investasi swasta.
Namun, Prancis sebagai
tuan rumah pertemuan
G-20 pada tahun ini mengindikasikan sikap agar sidang kelompok perekonomian negara kaya mapan
itu fokus kepada dua pilar.
Pertama, ketahanan pangan terutama terkait dengan regulasi sektor pertanian. Kedua, infrastruktur
dengan fokus wilayah Afrika.
Armida melanjutkan
dari hasil pembicaraan dengan Gordon de Brouwer,
Sherpa (Perdana Menteri
utusan khusus) G-20 Australia, pada awal Maret
disepakati agar pilar ketahanan pangan juga dipertimbangkan isu peningkatan produktivitas sektor
pertanian.
“Isu pengembangan infrastruktur juga penting
untuk wilayah Asia Pasifik,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.
Sementara itu, pengembangan pertumbuhan dengan daya tahan (growth
resilience) perekonomian
akan dimulai dalam bentuk kerja sama Triangular
Cooperation (Utara-Selatan-Selatan).
Armida mengatakan
kerja sama ini bisa dimulai di bidang perlindungan
sosial. Indonesia, sambungnya, akan berbagi
pengalaman mengenai
program penanggulangan
kemiskinan seperti program nasional pemberdayaan masyarakat kepada negara berkembang.
“Dimulai dari Afghanistan dan mungkin perluasan dengan Timor Leste,
negara-negara Pasifik dan
Timur Tengah. Ini juga
untuk memperkuat positioning Indonesia dalam
pembahasan pembangunan di tingkat global,” ujarnya.
Bantuan Australia
Pada kesempatan itu,
Armida menjelaskan mengenai komitmen Australia untuk meningkatkan
level official development
assistance (ODA) yang dikelola AusAid secara bertahap menjadi 0,5% dari
produk nasional bruto
(PNB) negara itu yang setara dengan 5 miliar dolar
Australia.
Menteri PPN/Kepala
Bappenas itu mengatakan
pada saat ini nilai kerja
sama dengan pemerintah
Australia sekitar 0,2%0,3% dari PNB Australia.
Angka itu setara 2,5 miliar
dolar Australia untuk 5
tahun atau bertahap 500
juta per tahun yang dialokasikan paling banyak
untuk bidang pendidikan.
Namun, peningkatan
nilai kerja sama itu mungkin tidak dilakukan tahun
ini mengingat Australia
masih disibukkan dengan
penanganan banjir yang
menimpa Queensland
baru-baru ini.
Peningkatan nilai kerja
sama akan dikaitkan dengan program di RPJMN,
terutama untuk pembangunan di kawasan timur
Indonesia. (14)
Transportasi
'Risiko pembalikan modal rendah'
udara di FTZ
akan kena pajak
OLEH DEWI ASTUTI
Bisnis INdonesia
OLEH AGUST SUPRIADI
Bisnis Indonesia
JAKARTA: Pemerintah
tengah mengkaji aturan
pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) atas
jasa telekomunikasi dan
transportasi udara di kawasan perdagangan bebas
sejalan dengan rencana
revisi Peraturan Pemerintah No.2/2009.
Suryo Utomo, Direktur
Perpaturan Perpajakan I
Direktorat Jenderal Pajak,
menuturkan pemerintah
akan mengamendemen
PP No.2/2009 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta
Pengawasan atas Pemasukan dan Pengeluaran
Barang di Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas.
Dia menjelaskan poin
amendeme PP tersebut a.l.
memasukan dan mengelaborasi PMK No. 240/2009
tentang Tata Cara Pengawasan Pengadministrasian, Pembayaran, serta
Pelunasan PPN dan
Penyerahan Barang dan
Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Tempat
Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP) dan Pemasukan dan Penyerahan
Barang dan Jasa Kena
Pajak dari (TLDDP) ke
Kawasan Bebas.
“Dari sisi perpajakan
ada beberapa yang direview, yaitu ada beberapa
ketentuan di PMK No.
240/2009 yang belum
masuk dalam PP No.
2/2009. Hal itu ditambahkan ke dalam PP yang
baru, dielaborasikan menjadi satu,” ujarnya dalam
diskusi bertema Kebijakan
PPN di Free Trade Zone
(FTZ), kemarin.
Suryo menjelaskan secara umum tidak banyak
aturan dan konsep perpajakan yang berubah dalam
revisi PP tersebut. Namun,
ada sejumlah poin yang
akan dikaji ulang a.l.
pengenaan PPN atas jasa
telekomunikasi dan transportasi udara di Batam,
Bintan, Karimun, dan Sabang.
“Di Batam [FTZ] tidak
ada pengusaha kena PPN
karena setiap transaksi
tidak dipungut PPN kecuali untuk jasa telekomuniaksi dan transportasi
udara kami lihat berbeda
[tetap kena PPN],” katanya.
Tinjau ulang
Dia melanjutkan peninjauan ulang juga akan
dilakukan pada perlakuan
PPN atas pengeluaran dua
jenis barang dari FTZ ke
TLDDP. Pertama, mesin
dan peralatan yang keluar
dari FTZ untuk kepentingan produksi atau proyek
infrastruktur, keperluan
perbaikan dan pengujian,
serta keperluan peragaan
atau demonstrasi.
Kedua, pengemas yang
dipakai berulang-ulang
(returnable
package).
“Contohnya kerat minuman atau kontainer, itu kan
bergerak terus dari Batam
ke kota lainnya. Itu returnable package. Mesin yang
dipakai sementara waktu
di TLDDP, setelah proyek
selesai dikembalikan [ke
FTZ],” kata Suryo.
Dia menuturkan jangka
waktu penggunaan bebas
PPN maksimal 6 bulan.
Selain itu, guna mencegah
moral hazard, dari sisi
pengawasan batas waktu
itu akan didiskusikan
kembali dengan Ditjen
Bea dan Cukai.
Suryo
menjelaskan
pembebasan PPN di kawasan perdagangan bebas
dilakukan dalam rangka
meningkatkan aktivitas
perekonomian di wilayah
tersebut.
NUSA DUA, Bali: Bank sentral meyakini risiko arus pembalikan modal
asing (capital outflow) dari Tanah Air
relatif kecil mengingat fundamental
ekonomi Indonesia semakin baik.
Deputi Gubernur Bank Indonesia
Hartadi A. Sarwono mengatakan
potensi pembalikan modal tidak terlalu besar karena prospek perekonomian semakin meningkat, sehingga
menambah kepercayaan investor
menanamkan dananya di pasar
dalam negeri.
Meski demikian, dia mengakui
risiko pembalikan dana secara mendadak (sudden reversal) harus tetap
diwaspadai karena mengganggu
indikator makroekonomi terutama
nilai tukar rupiah.
“Potensi itu harus selalu ada di
dalam sikapnya bank sentral karena
memang tugas kita adalah menjaga
jangan sampai terlalu banyak reversal
yang mengganggu nilai tukar, khususnya,” tutur Hartadi di Nusa Dua,
The Age dan bualan kita
Kita berharap Kan bersama
Jepang mampu mengatasi keadaan sehingga pelesetan itu dapat
dijawabnya dengan Can do every
possible things seperti dijanjikannya.
***
Sedihnya lagi, bencana di Jepang terjadi tatkala banyak orang
sedang prihatin atas situasi ekonomi dunia yang sedang terkungkung krisis politik di sejumlah
negara, yang mendorong kenaikan harga komoditas dan minyak
mentah dunia.
Bagi Jepang, bisa disebut bencana ini ibarat “sudah jatuh tertimpa tangga” mengingat negeri
itu termasuk mengkonsumsi
energi yang besar—minyak maupun gas yang harus diimpor—
sementara harus memperbaiki
infrastruktur dasar yang tampaknya mengalami kerusakan relatif
parah akibat bencana itu.
Bagi kita di Indonesia, meskipun prediksi tentang kemungkinan tsunami karambol akibat
gempa Jepang itu tidak terjadi,
gempa lainnya sudah terlebih
dahulu kita rasakan akibat
kenaikan komoditas global terse-
kemarin.
Dia melanjutkan pemerintah juga
terus berupaya mengonversi dana yang
masuk ke pasar modal menjadi investasi langsung ke sektor riil. “Kami juga
lihat banyak program dari BKPM.
Pembiayaan dari anggaran sendiri
tidak akan cukup. Oleh karena itu,
[capital] inflow itu akan masuk lagi.”
Hartadi mengakui kenaikan harga
minyak berdampak positif terhadap
pendapatan devisa dari sektor migas.
Namun, lonjakan harga minyak juga
menambah komplikasi dalam mengelola perkembangan harga barang dan
jasa di dalam negeri.
Anoop Singh, Direktur IMF untuk
Asia Pasifik, mengatakan hal yang
terpenting dalam menghadapi arus
modal masuk adalah bukan hanya
merespons untuk jangka pendek, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya
untuk kepentingan pembangunan
jangka menengah-panjang.
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan jangka panjang, Himawan
Hariyoga, Deputi bidang Perencanaan
Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), menambahkan pihaknya
tengah berupaya agar penanaman
modal dapat terus didongkrak.
Pemerintah membutuhkan suntikan modal Rp10.000 triliun-Rp12.500
triliun dalam 5 tahun mendatang agar
perekonomian bisa tumbuh 6,8% per
tahun. Dia menjelaskan kebutuhan
investasi untuk infrastruktur sekitar
Rp1.900 triliun atau setara dengan
US$200 miliar.
Kapasitas fiskal, katanya, hanya
mampu menanggung sekitar 30%
dari kebutuhan dana tersebut.
Kontribusi dari swasta akan terus
diupayakan meningkat dari sisi kualitas pelayanan investasi.
“Kami juga melakukan perbaikan
sistem insentif. Setiap tahun, kami mereview skema insentif investasi yang
telah ada. Terakhir, pemerintah sudah
mulai memikirkan pemberian tax holiday yang dulu pernah ada tetapi sekarang tidak ada. Payung hukum [tax
holiday] sudah keluar dalam bentuk
PP No.94/2010. Sekarang sedang difinalisasi Permenkeu-nya agar bisa diimplementasikan.”
ANTARA/ASEP FATHULRAHMAN
PATUH PAJAK: Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah
memegang surat pemberitahuan pajak tahunan untuk
diserahkan ke Kantor Pajak Serang, Banten. Berdasarkan
data Kantor Pajak Banten, tingkat kepatuhan warga dalam
mengisi SPPT dan membayar pajak meningkat hingga 63%
dari total wajib pajak dengan total pendapatan pajak tahun
2010 mencapai Rp407,9 miliar.
(Sambungan dari Hal. 1)
but.
Bahkan, pemerintah sudah
berhari-hari beradu wacana
mengenai kemungkinan harga
minyak yang bakal dinaikkan
maupun pembatasan konsumsi
bahan bakar bersubsidi—sedihnya kita pun sudah menyandang
status net-importer minyak saat
ini—tetapi pada akhirnya berujung nihil.
Padahal, para pedagang
sudah berspekulasi, menimbun
barang, sehingga memicu kelangkaan BBM di sejumlah kota.
Anehnya, tidak ada opsi apapun
yang diambil pemerintah untuk
mitigasi harga minyak yang
tinggi, dan harus menunggu
beberapa bulan ke depan lagi.
Kalau begitu caranya, sama
saja memberi kesempatan berspekulasi lagi kepada para pialang bahan bakar, karena pemerintah memberi ruang ketidakpastian yang lebih panjang.
Bisa jadi, situasi itu justru akan
memicu ‘bencana’ lainnya, karena kondisi global yang tidak
menentu harus disikapi cepat
dengan kebijakan yang tepat. Di
sisi moneter, misalnya, ketidakpastian langkah pemerintah soal
harga minyak akan menyebabkan ketidakpastian pula dalam
skenario kebijakan yang akan
diambil.
Seorang pejabat Bank
Indonesia malah menyebutkan,
jika pemerintah tidak segera
mengambil opsi jelas soal BBM,
akan membuat skenario-skenario
kebijakan moneter buyar.
Bisa jadi, ini akan mempercepat bank sentral menaikkan
lagi suku bunga acuan untuk
meredam ancaman inflasi, meski
jelas-jelas sumber inflasi bukan
berasal dari variabel moneter.
Artinya, ongkos yang ditimbulkan akan jauh lebih besar karena
selain biaya bisnis menjadi lebih
mahal, beban pemerintah membayar berbagai kewajibannya
juga justru akan bertambah.
Moga-moga saja tidak menimbulkan bencana ekonomi, dan
tidak berdampak tsunami seperti
yang terjadi di Jepang.
***
Tapi yang bikin bertambah
sedih adalah berita koran
Australia, The Age. Koran ini di
halaman depannya, dengan judul
besar-besar, menulis Yudhoyono
‘abused power’.
Salahsatu contoh yang disebut
koran itu adalah intervensi
Presiden terhadap kasus yang
ditangani Kejagung, serta dugaan
penyalahgunaan dalam beberapa
proyek infrastruktur negara.
Maka pihak Istana pun beramai-ramai membantahnya.
Dinyatakan, berita yang mendasarkan sumber informasi dari
Wikileaks tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Seorang anggota kabinet bahkan menyebutkan, informasi
yang diperoleh The Age belum
matang, dan perlu verifikasi.
Menteri Luar Negeri Marty
Natalegawa secara lebih moderat
menyatakan sudah melakukan
‘konsolidasi’. Dan Daniel Sparingga, Staf Khusus Presiden
Yudhoyono, menyebut pemberitaan The Age itu: “penuh sensasi,
seronok yang menjadikan bualan
sebagai pemberitaan.”
Lalu saya dengar, Istana akan
melakukan somasi kepada The
Age. Paling tidak, menyampaikan
klarifikasi resmi atau mengungkapkan keberatan: bukan memboikot iklan atau justru melarang
pejabat bicara dengan media bersangkutan.
***
Moga-moga somasi itu benarbenar dikirimkan—atau setidaknya menyampaikan hak jawab
resmi—kalau memang Istana
merasa pemberitaan koran itu
tidak benar.
Jangan meninggalkan kesan
bahwa Istana hanya berani
menyampaikan somasi ke koran
dalam negeri, tetapi takut kepada
koran di luar negeri. Akan tambah menyedihkan kalau itu terjadi: Seperti sudah mengeluarkan
bedil, tetapi tak benar-benar
dipakai untuk menembak, cuma
menakut-nakuti saja.
Kita perlu show-up, bahwa pemerintah negeri ini punya sikap
apalagi menyangkut integritas
kepemimpinan nasional. Apalagi,
berkaitan dengan upaya mencapai
tujuan berbangsa dan bernegara.
Ringkas kata, tak cukup apabila sekadar beradu kata atau
berwacana, yang akan bikin kita
makin bosan saja. Jangan pula
malah dianggap ikut-ikutan
membual, seperti kata Daniel.
([email protected])
Download