56 BAB III GERAKAN DAKWAH MULTIKULTURAL KH. NURIL

advertisement
BAB III
GERAKAN DAKWAH MULTIKULTURAL KH. NURIL
ARIFIN HUSEIN
A. Biografi KH. Nuril Arifin Husein
KH. Nuril Arifin Husein akrab dipanggil Gus Nuril.
Lelaki kelahiraan asal Ujungpangkah Kulon, Gresik, 12 Juli
1959 ini adalah seorang pecinta Gus Dur sejati. Istri dari Gus
Nuril bernama Hj. Dina Supriyanti, S.Sos. dan mempunyai
empat anak bernama Muhammad Mustofa Mahendra, S.E.
Kartika Dewi Ayu Sabrina, S.Kom. Layung Astri Nurul
Azizah, S,Pd. Farah Candra Ardina, Am.Keb. Keseharian Gus
Nuril dalam berdakwahnya melintasi batas agama: Islam,
Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu. Dalam memahami
Islam Gus Nuril tidak terjebak dengan sekat-sekat formalitas
seperti ceramah harus di Masjid atau Mushola. Karena itu,
seringkali ceramah di Gereja, Pura, dan Wihara. KH. Nuril
Arifin Husein adalah sosok figur yang sangat unik dan khas,
unik karena dalam dirinya melekat berbagai atribut dan
sebagai seorang pendakwah mantan tokoh panglima pasukan
berani mati, dan sebagai ketua (Forkhagama) yakni Forum
yang memperjuangkan keadilan untuk semua umat dari
berbagai agama. Di buatnya forum agama tersebut, yakni agar
tidak terjadi diskriminasi terhadap salah satu agama.
56
57
Tujuannya yaitu agar semua agama terjaga kerukunannya dari
satu agama ke agama yang lainnya. Gus Nuril merupakan
sosok figur yang khas karena sosok figur yang sangat antusias
didalam membela kepentingan minoritas agar tidak tertindas
oleh yang lebih berkuasa agar tidak bersikap sewenangwenang
karena
merasa
berkekuatan
besar
sekaligus
menyelamatkannya dari perilaku diskriminasi. (Wawancara
dengan Kisno (Lurah Pondok) bertepatan pada hari selasa tgl
16 November 2016 pada pkl 08.00 s/d selesai).
KH. Nuril Arifin Husein merupakan sosok kyai yang
menjunjung tinggi nilai toleransi. Hal ini Gus Nuril
aplikasikan dengan menjadi ketua Forkhagama (Forum
Keadilan dan Hak Asasi Umat Beragama). Sebab kelahiran
sebuah forum lintas agama yang bernama Forkhagama yakni :
Pada tahun 2005 di kumpulkannya tokoh-tokoh agama dan
tokohtokoh masyarakat setelah terjadi kerusuhan yang
berujung pengrusakan Gereja oleh orang yang tidak
bertanggung jawab. Pengrusakan tersebut bertempat di
Semarang utara dan karena pengrusakan Gereja tersebut maka
KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memerintahkan KH.
Nuril Arifin Husein untuk menyelesaikan kerusuhan tersebut,
kemudian Gus Nuril berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh
tokoh besar dari berbagai agama di Indonesia untuk
58
mendiskusikan
tentang kerusuhan yang mengakibatkan
rusaknya Gereja di Semarang Utara oleh aksi massa.
Forum keadilan dan Hak Asasi atau yang disingkat
Forkhagama didirikan oleh prasasti dari 5 agama tersebut
seperti:
1. Islam : Gus Dur dan Gus Nuril, Jenderal Matiasno,
Jenderal Tiasno Sudarto.
2. Khonghucu : Biksu Hatshu Chi Cai Ing.
3. Budha : Pandhita Rohmati. (Wawancara dengan Gus
Nuril bertepatan pada hari Rabu tgl 9 November 2016
pada pkl 20.00 s/d selesai)
B. Latar Belakang Pendidikan KH. Nuril Arifin Husein
Pendidikan KH. Nuril Arifin Huseindiawali dari belajar
ditempat madrasah keluarga yakni:
1. SD N 1 Ujungpangkah Kulon, Gresik.
2. SMP Ujungpangkah Kulon, Gresik.
3. SMA Tembalang, Semarang.
4. Kemudian dilanjutkan S1 di Sekolah Tinggi Ilmu
Komunikasi (STIK) fakultas Ilmu Komunikasi tamat
pada tahun 1983.
5. Dilanjut S2 diUniversitas Widya Manggala Semarang
fakultas Administrasi Bisnis tamat pada tahun 1990.
59
Gus Nuril mempunyai pandangan politik Multikultural
yang rahmatan lil a’lamin, juga merupakan sosok figur yang
hampir semua bidang pernah digelutinya.
Di antaranya adalah:
a) Sebagai ketua Forkhagama pada tahun 17 Desember
2015 sampai sekarang.
b)
Gus Nuril juga menjabat sebagai pengurus KNPI Jawa
Tengah padatahun 1984 dan tahun 1985
c)
Menjadi pengurus Ansor Jawa Tengah tahun 1992.
d)
Dewan Pendekar Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa pada
tahun 2013.
KH. Nuril Arifin Husein adalah sosok tokoh kyai yang
sangat antusias dalam menimba ilmu agama pada masa
mudanya. Ilmu agama yang didapatkan dari beberapa kyai,
Gus Nurilmenekuni dengan serius dan mendalam, sehingga
dapat menjadi seorang kyai Pondok Pesantren yang pernah
menjadi tempat nyantri Gus Nuril, diantaranya:
1) Pondok Pesantren Assahadatein di Subang yang diasuh
oleh Kyai Ahmad.
2) Pondok Pesantren Sunan Kali Jaga di Malang Jawa
Timur yang diasuh oleh Gus Nur Salim.
60
3) Gus Nuril juga pernah menjadi santri kalong dibeberapa
kyai diantaranya:
Belajar dari banyak kyai secara langsung diantaranya,
(a) Gus Jogo Reso di Muntilan pada tahun 1987 samapai tahun
1989.
(b) Gus Nur Salim di Malang pada tahun 1987 samapai tahun
1989.
(c) Gus Ali di Sidoarjo pada tahun 1988.
(d) Mbah Kholil Sonhaji di Purwodadi pada tahun 1989.
(e) Mbah Nur Moga di Pemalang pada tahun 1990 sampai
tahun 1993.
(f) Kyai Abdul Aziz di Salatiga pada tahun 1995.
Gus Nuril mendatangi para kyai untuk menimba ilmu,
supaya memiliki sikap yang toleran terhadap adanya
perbedaan agama. Gus Nuril juga tidakmempermasalahkan
perbedaan agama karena berdakwah di Gereja.(Wawancara
dengan Gus Nuril bertepatan pada hari Rabu tgl 9 November
2016 pda pkl 20.00 s/d selesai)
Dalam wawancara dengan Gus Nuril, bahwa pada tahun
1990 Beliau mendapat suatu cobaan yang berat yaitu
mengidap penyakit kanker dan di vonis umurnya tinggal 6
bulan. Gus Nuril mendapatkan perintah dari beberapa kyai
untuk melakukan perjalanan rohani ke makam-makam para
wali. Perjalanan religi ke makam para wali dengan para ulama
61
baik yang hidup maupun yang sudah meninggal untuk
dikunjugi, diantaranya adalah:
(1) Wali 9
(2) Paku Buwana X
(3) Gus Jogo reso
(4) Sultan Abdul Khamid
(5) Mbah Nur Moga
(6) Mbah Hasan Mangkli.
Para Kyai inilah yang menjadikan Gus Nuril
memperoleh ilmu-ilmu khusus (Laduni). Pondok Pesantren
Soko Tunggal terwujud sebagai ungkapan rasa syukur kepada
Allah dengan Rahman dan Rahimnya telah memberikan
kehidupan berupa sumber rizki serta ilmu yang disebarluaskan
dengan sarana mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan
akhirat.
KH. Nuril Arifin Husein memberikan nama Soko
Tunggal mempunyai tujuan agar masyarakat khususnya santri
menyadari bahwa semua umat di muka bumi ini berasal dari
ciptaan Allah SWT. Allah menciptakan manusia berbangsabangsa, bersuku-suku untuk saling mengenal bukan untuk
saling bermusuhan. Terkait dengan perbedaan agama menurut
paradigma Gus Nuril semua agama itu berasal dari Allah
SWT, mengenai kebenaran masing-masing agama tersebut
62
tidak perlu dipermasalahkan, biarlah menjadi urusan Allah
SWT. Jika ada penyimpangan ajaran agama maka hal itu biar
menjadi tanggung jawab orang itu sendiri. Islam adalah agama
yang rahmatan lil a’lamin jadi memang sewajarnya bahwa
agama Islam memberikan rahmat bagi umat seluruh alam agar
tercapai kemaslahatan dalam hidup. (Wawancara dengan Aryo
(Assisten Gus Nuril) bertepatan pada hari selasa tgl 8
November 2016 pda pkl. 13.00 s/d selesai)
C. Karya KH. Nuril Arifin Husein
KH. Nuril Arifin Husein merupakan tokoh yang sangat
bersahaja
dengan
sikap
toleransinya
terhadap
semua
agama.Banyak masyarakat sekitar yang kontra dengan Gus
Nuril dengan alasan bahwa Gus Nuril mengesampingkan
masyarakat yang masih awam dalam ajaran Islam, dengan
dakwah yang sering di lakukan Gus Nuril di Gereja- gereja
yang menurut masyarakat merupakan perlawanan dari agama
Islam itu sendiri. Dengan dasar Nilai toleransi yang tinggi
Gus Nuril menekuni ini semua adalah sebagai media dakwah
kepada
semua
elemen
masyarakat,
agar
tercapainya
kemaslahatan dalam hidup umat beragama. Dulu dakwah
adalah tugas para Rasul dan Nabi, Tetapi setelah Islam datang,
dakwah bukan hanya tugas yang dibebankan kepada
63
Rasulullah SAW, melainkan menjadi tugas dari seluruh
pengikutnya tanpa kecuali. Surat Ali-Imran ayat 104 bisa
dijadikan dasar bahwa dakwah adalah tugas kolektif seluruh
kaum muslim, sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut:
ِ ‫اْل ِْي ويأْمرو َن بِالْمعر‬
ِ
ِ
‫وف‬
ُْ َ
ُ ُ َ َ َْْ ‫َولْتَ ُك ْن مْن ُك ْم أ َُّمةٌ يَ ْدعُو َن إ ََل‬
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬
َ ِ‫َويَْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َوأُولَئ‬
Artinya :“Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung”.(Ali-Imran: 104)
(Rosyidi,2004 :1-2).
KH. Nuril Arifin Husein juga merupakan pengasuh
pondok Soko Tunggal Abdurrahman Wahid tepatnya di
Kelurahan
Sendangguwo
Kecamatan
Tembalang
Kota
Semarang. Santri yang nyantri di pondok Soko Tunggal ini
berjumlah 17 orang, dan sekitar 300 orang ketika melakukan
pengajian di luar pondok Soko Tunggal Abdurrahman Wahid.
Gus Nuril membangun (mendirikan) Pondok Pesantren ini
niatnya adalah Lillahi Ta’ala. Nama Pondok Pesantren ini
berasal dari bahasa Jawa, Soko berarti pilar dan Tunggal
berarti Satu (Esa) berdiri sendiri, jadi Soko Tunggal
mempunyai makna Satu pilar artinya lambang ketauhidan.
Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1993 tepatnya di
64
daerah Semarang Timur No. 36 RT. 04 RW. 09 Kec.
Tembalang Semarang. Beberapa santri sudah lulus SMA, ada
juga yang sampai SMP saja. Saat ini santri yang menetap
dipondok Soko Tunggal berjumlah 17 santri diantaranya
adalah:
1)
Eko Mulyono, berasal dari JangliTembalang.
2)
Wahyu Setiawan, Berasal dari Ungaran.
3)
Wahyu Permana, berasal dari Jogo Loyo Demak.
4)
Ahmad Zainuri, berasal dari Grobogan
5)
Bejo, berasal dari Banyumanik.
6)
Zaky, berasal dari Brebes.
7)
Abdul Aziz, berasal dari Grobogan.
8)
Habib Ulinuha, berasal dari GunturD emak.
9)
Maulana. berasal dari Todanan Blora.
10) Nur Muhammad, berasal dari Salatiga.
11) Wagiman Dwi Eko P, berasal dari Salatiga.
12) Gusti, berasal dari Magelang.
13) Badrul Ulum, berasal dari Kaliwungu Kendal.
14) Gilang, berasal dari Tanggeran.
15) Dohan, berasal dari Bangsri Jepara.
16) Kasiran, berasal dari Wirorapi Grobogan.
17) Nanang Firmansyah, berasal dari Sendang Guo
Semarang.
65
KH. Nuril Arifin bersama dengan seluruh pemuka
agama dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
Konghucu, mantan Presiden RI KH. Abdurrahman Wahid dan
elemen lainnya bersepakat untuk membentuk Forum Keadilan
dan Asasi Umat Beragama (Forkaghama) yang melahirkan
Deklarasi Soko Tunggal yang dideklarasikan pada 17
Desember 2005.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah prasasti soko
tunggal yang terletak didalam komplek Pondok Pesantren
Soko Tunggal Semarang yang isinya, diantaranya adalah :
(a) Mewujudkan
kehidupan
beragama
dengan
mengedepankan perlindungan hukum, solidaritas, dan
toleransi dalam kerangka NKRI berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
(b) Bisa menyelesaikan permasalahan umat beragama di
tingkat bawah.
(c) Memberi ruang gerak demi terciptanya persaudaraan
antar umat beragama.
(d) Membantu memudahkan dan menciptakan koridor serta
saranaprasarana
dalam
mewujudkan
kehidupan
beragama yang harmonis.
(e) Melakukan mediasi antar umat beragama.
(f) Menjadi bagian tak terpisahkan dari prinsip Bhineka
Tunggal
Ika.Menciptakan
iklim
sejuk
dan
66
menghilangkan kecemburuan antar umat beragama.
(Hasil observasi di Pondok Pesantren Soko Tunggal
tanggal 05 April 2016)
Sebagai pusat kegiatan Forkaghama, keberadaan
Pondok
Pesantren
Soko
Tunggal
Semarang
semakin
menunjukkan jatidirinya sebagai bagian dari masyarakat yang
ikut berperan aktif dalam menciptakan generasi penerus
bangsa yang taat beragama, cerdas, terampil dan toleran
terhadap
sesama
pemeluk
agama,
untuk
lebih
mengembangkan sayap dalam rangka membentuk peserta
didik santri yang memiliki kecakapan dan ketrampilan yang
suatu saat akan terjun kedalam masyarakat.
Maka melalui Yayasan Soko Tunggal dengan struktur
pengurus pondok Pesantren Soko Tunggal diantaranya:
67
PENGURUS HARIAN
Kisno Tantowi
SEKERTARIS
Eko Yulianto
BADAL II
BENDAHARA
Abdullah Adib, S.Ag
Eni Nuraeni
PENGASUH
BADAL 1
KH. Nurul Arifin
Husein
KH. Muhsis Zaenal
Abidin
BAG KEAMANAN dan
KETERTIBAN
BADAL III
Gus Mustofa
Mahendra
Iwan Cahyono
BIDANG PENDIDIKAN
A. Jaelani Fadlan
BAG HUMAS
Bagoes Sudihartanto
BAG DAKWAH
K. Kytoeran Tobiin
Selain Pesantren juga kembangkan beberapa bidang antara
lain:
(1) Bidang
Usaha
Untuk mengembangkan
usaha
bagi
kesejahteraan santri, melalui Yayasan Soko Tunggal telah
terbentuk koperasi dan CV yang telah bekerjasama dengan
PT. Rajawali Lusindo (RNI), Dolog, PT. Kereta Api
(Persero) dan Perhutani.
(2) Bidang Pendidikan Formal Selain pendidikan informal
(pesantren) sendiri, melalui Yayasan Soko Tunggal yang
68
diketuai oleh KH. Nuril Arifin Husein sendiri, didirikan
pula beberapa lembaga pendidikan formal antara lain:
a. Akademi Kebidanan Akademi Kebidanan yang
berlokasi di lingkungan Pondok Pesantren Soko
Tunggal ini resmi dibuka oleh Gus Dur pada tahun
2005. Untuk tenaga pengajarnya, pihak yayasan
telah menyediakan para pengajar profesional baik
dari dalam dan luar lingkungan pondok, termasuk
tenaga pengajar untuk bidang agama selain Islam,
mengingat
ada
beberapa
peserta
didik
yang
beragama non Islam.
b. Beasiswa atau subsidi program yang dicarikan dari
pemerintah atau swasta, kalau dari pemerintah bisa
kerjasamanya
dengan
Dinas
Pendidikan
atau
pekerjaan itu ada aksesnya sehingga di biayai oleh
pemerintah kemudian kita mencari santri yang
tinggal dipondok Soko Tunggal, santri diluar atau
warga yang tidak mampu dikumpulkan untuk
diseleksi menggunakan sistem karantina sehingga
selama 1 bulan peserta pelatihan wajib mengikuti
serangkaian
kegiatan
yang
telah
ditentukan.
Termasuk kegiatan di pondok pesantren bagi peserta
yang beragama Islam. Bagi peserta yang beragama
Non Islam, pihak yayasan juga telah menyediakan
69
tenaga pengajar khusus untuk materi keagamaan
untuk mendapatkan beasiswa.
c. Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK). Teknik
Otomotif dibuka pada awal tahun 2006 yang
berlokasi didekat komplek Pondok Pesantren Soko
Tunggal Semarang, Desa Sendangguwo, Rt. 04/ 09
Kecamatan Tembalang Kodya Semarang.
Gambar 1 Pelatihan Mekanik Sepeda Motor
pondok Soko Tunggal.
70
Gambar 2 Motor dan peralatan lainya untuk
pelatihan mekanik
d. Bidang Sosial Untuk bidang sosial, yayasan juga
mendirikan panti asuhan yang bernama “Tarbiyatush
Shibyan
Soko
perkembangannya,
Tunggal”.
panti
Namun
asuhan
ini
dalam
kurang
berkembang sehingga saat ini lebih diarahkan untuk
menampung anak-anak yang tidak mampu, anakanak yang putus sekolah dan pengangguran untuk
kemudian digabungkan, dibina dan dididik seperti
santri-santri yang lain.
e. Stasiun penyiaran televisi komunitas yang diberi
nama Garuda Tv yang sudah didirikan sejak tahun
2015, pengembang radio yang sempat off. Para
71
santri
mendirikan
komunitas
Semarang untuk
membuat perkumpulan pesanten yang diberi nama
kumpulan Walisongo. Televisi sekitar Semarang
yang sudah disediakan peralatan dan untuk perizinan
penyiaran masih dalam proses yang sudah mencapai
75%.
Gambar 3 Stasiun Penyiaran Televisi Garuda Tv
f. Pelatihan pertanian moderen yang sudah disediakan
disamping pondok Soko Tunggal dan sudah diuji
coba dipasarkan dan sudah bagus sirkulasinya.
72
Gambar 4 Pondok Soko Tunggal yang masih dalam
tahap perbaikan. (Wawancara dengan Kisno (Lurah
Pondok) bertepatan pada hari selasa tgl 16
November 2016 pada pkl 08.00 s/d selesai)
D. Gerakan KH. Nuril Arifin Husein Tentang Dakwah
Multikultural
Dengan komitmennya yang penuh terhadap Indonesia
yang multikultural, Gus Nuril muncul sebagai tokoh yang
sangat kontroversi. Gus Nuril dikenal sebagai sosok pembela
yang benar dan berani berbicara dan berkata yang sesuai
dengan pemikiran Gus Nuril, meskipun akan berseberangan
dengan banyak orang. Apakah itu kelompok minoritas atau
mayoritas.
Pembelaannya
kepada
kelompok
minoritas
dirasakan sebagai suatu hal yang berani. Sehingga ia malah
dituduh lebih dekat dengan kelompok minoritas daripada
73
komunitas mayoritas muslim sendiri. Apabila kita menilai
pada pemikirannya, maka akan kita dapatkan bahwa sebagian
besar pendapatnya jauh dari interes politik pribadi atau
kelompoknya. Ia berani berdiri didepan untuk kepentingan
orang lain atau golongan lain yang diyakninya benar. Malah
sering seperti berlawanan dengan suara kelompoknya sendiri.
Dalam wawancara dengan Gus Nuril, bahwa dakwah
yang disampaikan di Gereja dan Masjid Gus Nuril selalu
menerapkan cinta damai
atas Negara yang berlandaskan
Pancasila dan bhineka tunggal ika. Kesatuan Negara yang
utuh dan tidak membeda-bedakan bangsa, suku, adat istiadat
dan kepercayaan mereka sehingga dapat hidup berdampingan
menjadi
negara
yang
multikultural
sehingga
tercipta
Tawaazun adil seimbang sehingga memberikan ruang gerak
untuk menciptakan persaudaraan antar umat beragama. KH.
Nuril Arifin Husein juga menyampaikan ceramahnya dengan
bahasa yang santun, sifat arahman yang Maha Pengasih
terhadap seluruh makhluk
membuat Gus Nuril selalu
membawa pesan damai dalam pesan dakwahnya. Gus Nuril
adalah murid dari Gus Dur yang selalu menghimbau kepada
jamaah dari berbagai kalangan untuk selalu cinta damai. Gus
Nuril selalu berpegang dengan ajaran Gus Dur yang menyebar
rahmat penyebar kasih di berbagai keyakinan dan tidak pernah
memandang rendah minoritas. Tidak membedakan suku,
74
bangsa dan golongan. Dalamdakwah dan pemikiran beliau di
landasi dengan ayat alquran dalam surat al hujjarat 13
‫َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل‬
ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬
ِ
ِ
ِ ِ
ِ
ِ
)٣١( ٌ‫يم َخبِْي‬
ٌ ‫لتَ َع َارفُوا إ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم عْن َد اللَّه أَتْ َقا ُك ْم إ َّن اللَّ َه َعل‬
Artinya ; “Wahai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”( Alhujjarat; 13)
(Wawancara dengan Gus Nuril bertepatan pada hari Sabtu
tgl 26 November 2016 pada pkl 13.00 s/d selesai)
Agama itu untuk mendamaikan, bukan untuk saling
memusnahkan dan saling menciderai. Menurut Gus Nuril
perbedaan itu tidak sedikitpun mengurangi penghormatan
mereka terhadap yang lain serta tidak mengurangi sedikit pun
keyakinan agamanya. Menurut Gus Nuril, konsekuensi dari
kedua penafsiran itu punya implikasi yang luas. Mereka yang
terbiasa dengan formalisasi, akan terikat kepada upaya-upaya
untuk mewujudakn “sistem Islami” secara fundamental
dengan mengabaikan pluralitas masyarakat. Akibatnya,
75
pemahaman seperti ini akan menjadikan warga negara nonmuslim menjadi warga negara kelas dua. Bagi Gus Nuril,
untuk menjadi muslim yang baik, seorang muslim kiranya
perlu menerima prinsip-prinsip keimanan, menjalankan ajaran
(rukun)
Islam
secara
utuh,
menolong
mereka
yang
memerlukan pertolongan, menegakkan profesinalisme, dan
bersikap sabar ketika menghadapi cobaan dan ujian.
Konsekuensinya, mewujudkan sitem Islami atau formalisasi
tidaklah menjadi syarat bagi seseorang untuk diberi predikat
muslim yang taat.
Gerakan dakwah KH. Nuril Arifin Husein sendiri
tentang Islam adalah bahwa Gus Nuril melarang keras Islam
menggunakan kekerasan karena Islam sendiri adalah agama
yang
damai.
Akan
tetapi
Gus
Nuril
membolehkan
menggunakan jalan kekerasan disaat situasi tertentu, misalkan
ketika terdesak. Tetapi selama jalan damai masih bisa
ditempuh Gus Nuril melarang menggunakan kekerasan,
kembali kepada hukum asalnya bahwa Islam agama yang
rahmatan lil alamin.
Islam adalah sumber asli pemikiran, nilai-nilai, dan ideide. Pandangan Gus Nuril Islam adalah keyakinan yang
menebar kasih sayang, yang secara mendasar toleran dan
menghargai perbedaan. Islam adalah agama kasih sayang dan
toleran sekaligus agama keadilan dan kejujuran. Artinya,
76
Islam adalah keyakinan yang egaliter, keyakinan yang secara
fundamental tidak mendukung perlakuan yang tidak adil
karena
alasan
kelas,
suku,
ras,
gender,
atau
pengelompokanpengelompokan lainnya dalam masyarakat
bagi KH. Nuril Arifin Husein, Islam adalah keimanan yang
mengakui bahwa, dalam pandangan Tuhan, semua manusia
adalah setara.
Bagi Gus Nuril perbedaan itu tidak harus disikapi
dengan tindak kekerasan, namun harus disikapi dengan
toleransi dan sikap pengharagaan yang tinggi atas adanya
perbedaan tersebut. Gerakan dakwah multikultural yang
dilakukan Gus Nuril lebih menekankan pada dua pendekatan
yaitu:
1. Pendekatan budaya.
Dalam menjalankan Gerakan dakwahnya,
Gus Nuril menggunakan pendekatan budaya sebagai
upaya untuk mendekati masyarakat. Pendekatan
budaya yang digunakan oleh Gus Nuril adalah dengan
cara melalui dakwah Bil Lisan yang secara langsung
disampaikan. Dalam dakwah multikultural yang
dilakukan oleh Gus Nuril, mad’unya tidak hanya
berbeda secara ras, suku dan etnis saja, namun ada
beberapa audiens dari jamaah ceramah Gus Nuril
yang beragama non muslim. Dengan adanya hal ini
77
menambah semangat Gus Nuril dalam menyampaikan
dakwahnya.
Bagi
Gus
Nuril
dakwah
dengan
menggunakan pendekatan kultural adalah sebuah
langkah yang tepat di tengah-tengah kemajemukan
masyarakat Indonesia, karena negara Indonesia adalah
negara yang beragam sehingga tidak mungkin para
mubaligh saat ini menyebarkan nilai-nilai ajaran
Islam dengan
cara
konvensional,
terlebih-lebih
budaya matrealis dan hedonis yang berasal dari
bangsa Barat sudah melanda bangsa Indonesia. Belum
lagi arus globalisasi yang begitu deras menerjang
masyarakat kita saat ni, terutama kalangan muda, mau
tidak mau membuat Gus Nuril dan mubaligh lainnya
berpikir bagaimana caranya untuk menyampaikan
Islam dengan menarik. (Wawancara dengan Gus Nuril
bertepatan pda hri Rabu tgl 9 November 2016 pda pkl
20.00 s/d selesai)
2. Pendekatan Sosial.
Pendekatan sosial dalam dakwah KH. Nuril
Arifin Husein adalah aktivitas dakwah yang dilakukan
Gus Nuril terkadang dalam aktivitas dakwahmya
diselingi
dengan
aksi
sosial
yang
diprakarsai
olehyayasan juga mendirikan pantai asuhan yang
bernama “Tarbiyatush Shibyan Soko Tunggal” dan
78
juga kegiatan baksos. Melalui konsep kedua ini, Gus
Nuril mencoba untuk memberdayakan umatnya
dengan cara memberikan bantuan ekonomi berupa
sembako kepada masyarakat muslim dan non muslim
yang tidak mampu secara materi, sehingga dengan
sembako yang diberikan kepada masyarakat yang
berlatar belakang yang tidak mampu dan bisa
meringankan beban mereka. Berdasarkan fakta yang
penulis temui dalam gerakan Dakwah yang dilakukan
oleh Gus Nuril, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa aktifitas dakwah yang dilakukan Gus Nuril
adalah termasuk dalam model dakwah multikultural
yang berorientasi pada pendekatan kultural. Hal ini
diperkuat lagi dengan dua aspek yang ditekankan
dalam aktifitas dakwahnya, antara lain:
a)
Aktifitas dakwah yang dilakukan oleh Gus
Nuril itu dapat dikatakan sebagai Dakwah
Multikultural. Pola aktifitas dakwah yang
dikembangkan oleh Gus Nuril sesuai dengan
pola
yang
dikembangkan
dalam
dakwah
multikultural yaitu adalah pencerahan, dengan
memposisikan
komunitas
berbeda
yang
mempunyai keyakinan akan kebenaran tidak
perlu dikafirkan, dan dikucilkan.
79
b)
Konsep dakwah multikultural juga berupaya
semaksimal mungkin memberikan solusi bagi
masyarakat untuk dapat hidup rukun dan
berdampingan tanpa melihat latar belakang
pemikiran
mengatasi
dan
ideologi,
sehingga
problem-problem
dapat
kemanusiaan
secara bersama. Dakwah yang dilakukan Gus
Nuril ini selain sebagai transformasi nilai-nilai
agama, disini Gus Nuril juga menjadikan
aktifitas
dakwahnya
sebagai
ajang
untuk
kerukunan baik itu antar umat muslim satu
dengan umat muslim yang lain maupun umat
muslim dengan umat non muslim. Karena
dalam aktifitas dakwah yang dilakukan oleh
Gus Nuril selalu menjunjung tinggi sikap
toleransi dan sikap menghargai perbedaan yang
dimiliki oleh masing-masing dari kepercayaan
umat manusia. Aktifitas dakwah ini selain
bermuatan nilai-nilai agama, Gus Nuril juga
menjelaskan nilai-nilai toleransi yang diajarkan
di dalam agama Islam yang juga diajarkan pada
nilai-nilai norma di masyarakat mengenai sikap
saling menghargai dan toleransi. (Wawancara
80
dengan Gus Nuril bertepatan pda hri Rabu tgl 9
November 2016 pda pkl 20.00 s/d selesa)
Gambar
5
kegiatan
Forkaghama
yang
sedang
membagikan Sembako dalam baksos yang digelar Gus
Nuril.
81
Gambar
6
Mas
Kisno
(Lurah
Pondok)
sedang
memberikan sembako dalam kegiatan yang diadakan di
Pondok Soko Tunggal.
Download