BAB III GERAKAN DAKWAH MULTIKULTURAL KH. NURIL ARIFIN HUSEIN A. Biografi KH. Nuril Arifin Husein KH. Nuril Arifin Husein akrab dipanggil Gus Nuril. Lelaki kelahiraan asal Ujungpangkah Kulon, Gresik, 12 Juli 1959 ini adalah seorang pecinta Gus Dur sejati. Istri dari Gus Nuril bernama Hj. Dina Supriyanti, S.Sos. dan mempunyai empat anak bernama Muhammad Mustofa Mahendra, S.E. Kartika Dewi Ayu Sabrina, S.Kom. Layung Astri Nurul Azizah, S,Pd. Farah Candra Ardina, Am.Keb. Keseharian Gus Nuril dalam berdakwahnya melintasi batas agama: Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu. Dalam memahami Islam Gus Nuril tidak terjebak dengan sekat-sekat formalitas seperti ceramah harus di Masjid atau Mushola. Karena itu, seringkali ceramah di Gereja, Pura, dan Wihara. KH. Nuril Arifin Husein adalah sosok figur yang sangat unik dan khas, unik karena dalam dirinya melekat berbagai atribut dan sebagai seorang pendakwah mantan tokoh panglima pasukan berani mati, dan sebagai ketua (Forkhagama) yakni Forum yang memperjuangkan keadilan untuk semua umat dari berbagai agama. Di buatnya forum agama tersebut, yakni agar tidak terjadi diskriminasi terhadap salah satu agama. 56 57 Tujuannya yaitu agar semua agama terjaga kerukunannya dari satu agama ke agama yang lainnya. Gus Nuril merupakan sosok figur yang khas karena sosok figur yang sangat antusias didalam membela kepentingan minoritas agar tidak tertindas oleh yang lebih berkuasa agar tidak bersikap sewenangwenang karena merasa berkekuatan besar sekaligus menyelamatkannya dari perilaku diskriminasi. (Wawancara dengan Kisno (Lurah Pondok) bertepatan pada hari selasa tgl 16 November 2016 pada pkl 08.00 s/d selesai). KH. Nuril Arifin Husein merupakan sosok kyai yang menjunjung tinggi nilai toleransi. Hal ini Gus Nuril aplikasikan dengan menjadi ketua Forkhagama (Forum Keadilan dan Hak Asasi Umat Beragama). Sebab kelahiran sebuah forum lintas agama yang bernama Forkhagama yakni : Pada tahun 2005 di kumpulkannya tokoh-tokoh agama dan tokohtokoh masyarakat setelah terjadi kerusuhan yang berujung pengrusakan Gereja oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Pengrusakan tersebut bertempat di Semarang utara dan karena pengrusakan Gereja tersebut maka KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memerintahkan KH. Nuril Arifin Husein untuk menyelesaikan kerusuhan tersebut, kemudian Gus Nuril berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh tokoh besar dari berbagai agama di Indonesia untuk 58 mendiskusikan tentang kerusuhan yang mengakibatkan rusaknya Gereja di Semarang Utara oleh aksi massa. Forum keadilan dan Hak Asasi atau yang disingkat Forkhagama didirikan oleh prasasti dari 5 agama tersebut seperti: 1. Islam : Gus Dur dan Gus Nuril, Jenderal Matiasno, Jenderal Tiasno Sudarto. 2. Khonghucu : Biksu Hatshu Chi Cai Ing. 3. Budha : Pandhita Rohmati. (Wawancara dengan Gus Nuril bertepatan pada hari Rabu tgl 9 November 2016 pada pkl 20.00 s/d selesai) B. Latar Belakang Pendidikan KH. Nuril Arifin Husein Pendidikan KH. Nuril Arifin Huseindiawali dari belajar ditempat madrasah keluarga yakni: 1. SD N 1 Ujungpangkah Kulon, Gresik. 2. SMP Ujungpangkah Kulon, Gresik. 3. SMA Tembalang, Semarang. 4. Kemudian dilanjutkan S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIK) fakultas Ilmu Komunikasi tamat pada tahun 1983. 5. Dilanjut S2 diUniversitas Widya Manggala Semarang fakultas Administrasi Bisnis tamat pada tahun 1990. 59 Gus Nuril mempunyai pandangan politik Multikultural yang rahmatan lil a’lamin, juga merupakan sosok figur yang hampir semua bidang pernah digelutinya. Di antaranya adalah: a) Sebagai ketua Forkhagama pada tahun 17 Desember 2015 sampai sekarang. b) Gus Nuril juga menjabat sebagai pengurus KNPI Jawa Tengah padatahun 1984 dan tahun 1985 c) Menjadi pengurus Ansor Jawa Tengah tahun 1992. d) Dewan Pendekar Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa pada tahun 2013. KH. Nuril Arifin Husein adalah sosok tokoh kyai yang sangat antusias dalam menimba ilmu agama pada masa mudanya. Ilmu agama yang didapatkan dari beberapa kyai, Gus Nurilmenekuni dengan serius dan mendalam, sehingga dapat menjadi seorang kyai Pondok Pesantren yang pernah menjadi tempat nyantri Gus Nuril, diantaranya: 1) Pondok Pesantren Assahadatein di Subang yang diasuh oleh Kyai Ahmad. 2) Pondok Pesantren Sunan Kali Jaga di Malang Jawa Timur yang diasuh oleh Gus Nur Salim. 60 3) Gus Nuril juga pernah menjadi santri kalong dibeberapa kyai diantaranya: Belajar dari banyak kyai secara langsung diantaranya, (a) Gus Jogo Reso di Muntilan pada tahun 1987 samapai tahun 1989. (b) Gus Nur Salim di Malang pada tahun 1987 samapai tahun 1989. (c) Gus Ali di Sidoarjo pada tahun 1988. (d) Mbah Kholil Sonhaji di Purwodadi pada tahun 1989. (e) Mbah Nur Moga di Pemalang pada tahun 1990 sampai tahun 1993. (f) Kyai Abdul Aziz di Salatiga pada tahun 1995. Gus Nuril mendatangi para kyai untuk menimba ilmu, supaya memiliki sikap yang toleran terhadap adanya perbedaan agama. Gus Nuril juga tidakmempermasalahkan perbedaan agama karena berdakwah di Gereja.(Wawancara dengan Gus Nuril bertepatan pada hari Rabu tgl 9 November 2016 pda pkl 20.00 s/d selesai) Dalam wawancara dengan Gus Nuril, bahwa pada tahun 1990 Beliau mendapat suatu cobaan yang berat yaitu mengidap penyakit kanker dan di vonis umurnya tinggal 6 bulan. Gus Nuril mendapatkan perintah dari beberapa kyai untuk melakukan perjalanan rohani ke makam-makam para wali. Perjalanan religi ke makam para wali dengan para ulama 61 baik yang hidup maupun yang sudah meninggal untuk dikunjugi, diantaranya adalah: (1) Wali 9 (2) Paku Buwana X (3) Gus Jogo reso (4) Sultan Abdul Khamid (5) Mbah Nur Moga (6) Mbah Hasan Mangkli. Para Kyai inilah yang menjadikan Gus Nuril memperoleh ilmu-ilmu khusus (Laduni). Pondok Pesantren Soko Tunggal terwujud sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah dengan Rahman dan Rahimnya telah memberikan kehidupan berupa sumber rizki serta ilmu yang disebarluaskan dengan sarana mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. KH. Nuril Arifin Husein memberikan nama Soko Tunggal mempunyai tujuan agar masyarakat khususnya santri menyadari bahwa semua umat di muka bumi ini berasal dari ciptaan Allah SWT. Allah menciptakan manusia berbangsabangsa, bersuku-suku untuk saling mengenal bukan untuk saling bermusuhan. Terkait dengan perbedaan agama menurut paradigma Gus Nuril semua agama itu berasal dari Allah SWT, mengenai kebenaran masing-masing agama tersebut 62 tidak perlu dipermasalahkan, biarlah menjadi urusan Allah SWT. Jika ada penyimpangan ajaran agama maka hal itu biar menjadi tanggung jawab orang itu sendiri. Islam adalah agama yang rahmatan lil a’lamin jadi memang sewajarnya bahwa agama Islam memberikan rahmat bagi umat seluruh alam agar tercapai kemaslahatan dalam hidup. (Wawancara dengan Aryo (Assisten Gus Nuril) bertepatan pada hari selasa tgl 8 November 2016 pda pkl. 13.00 s/d selesai) C. Karya KH. Nuril Arifin Husein KH. Nuril Arifin Husein merupakan tokoh yang sangat bersahaja dengan sikap toleransinya terhadap semua agama.Banyak masyarakat sekitar yang kontra dengan Gus Nuril dengan alasan bahwa Gus Nuril mengesampingkan masyarakat yang masih awam dalam ajaran Islam, dengan dakwah yang sering di lakukan Gus Nuril di Gereja- gereja yang menurut masyarakat merupakan perlawanan dari agama Islam itu sendiri. Dengan dasar Nilai toleransi yang tinggi Gus Nuril menekuni ini semua adalah sebagai media dakwah kepada semua elemen masyarakat, agar tercapainya kemaslahatan dalam hidup umat beragama. Dulu dakwah adalah tugas para Rasul dan Nabi, Tetapi setelah Islam datang, dakwah bukan hanya tugas yang dibebankan kepada 63 Rasulullah SAW, melainkan menjadi tugas dari seluruh pengikutnya tanpa kecuali. Surat Ali-Imran ayat 104 bisa dijadikan dasar bahwa dakwah adalah tugas kolektif seluruh kaum muslim, sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut: ِ اْل ِْي ويأْمرو َن بِالْمعر ِ ِ وف ُْ َ ُ ُ َ َ َْْ َولْتَ ُك ْن مْن ُك ْم أ َُّمةٌ يَ ْدعُو َن إ ََل ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن َ َِويَْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َوأُولَئ Artinya :“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.(Ali-Imran: 104) (Rosyidi,2004 :1-2). KH. Nuril Arifin Husein juga merupakan pengasuh pondok Soko Tunggal Abdurrahman Wahid tepatnya di Kelurahan Sendangguwo Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Santri yang nyantri di pondok Soko Tunggal ini berjumlah 17 orang, dan sekitar 300 orang ketika melakukan pengajian di luar pondok Soko Tunggal Abdurrahman Wahid. Gus Nuril membangun (mendirikan) Pondok Pesantren ini niatnya adalah Lillahi Ta’ala. Nama Pondok Pesantren ini berasal dari bahasa Jawa, Soko berarti pilar dan Tunggal berarti Satu (Esa) berdiri sendiri, jadi Soko Tunggal mempunyai makna Satu pilar artinya lambang ketauhidan. Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1993 tepatnya di 64 daerah Semarang Timur No. 36 RT. 04 RW. 09 Kec. Tembalang Semarang. Beberapa santri sudah lulus SMA, ada juga yang sampai SMP saja. Saat ini santri yang menetap dipondok Soko Tunggal berjumlah 17 santri diantaranya adalah: 1) Eko Mulyono, berasal dari JangliTembalang. 2) Wahyu Setiawan, Berasal dari Ungaran. 3) Wahyu Permana, berasal dari Jogo Loyo Demak. 4) Ahmad Zainuri, berasal dari Grobogan 5) Bejo, berasal dari Banyumanik. 6) Zaky, berasal dari Brebes. 7) Abdul Aziz, berasal dari Grobogan. 8) Habib Ulinuha, berasal dari GunturD emak. 9) Maulana. berasal dari Todanan Blora. 10) Nur Muhammad, berasal dari Salatiga. 11) Wagiman Dwi Eko P, berasal dari Salatiga. 12) Gusti, berasal dari Magelang. 13) Badrul Ulum, berasal dari Kaliwungu Kendal. 14) Gilang, berasal dari Tanggeran. 15) Dohan, berasal dari Bangsri Jepara. 16) Kasiran, berasal dari Wirorapi Grobogan. 17) Nanang Firmansyah, berasal dari Sendang Guo Semarang. 65 KH. Nuril Arifin bersama dengan seluruh pemuka agama dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, mantan Presiden RI KH. Abdurrahman Wahid dan elemen lainnya bersepakat untuk membentuk Forum Keadilan dan Asasi Umat Beragama (Forkaghama) yang melahirkan Deklarasi Soko Tunggal yang dideklarasikan pada 17 Desember 2005. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah prasasti soko tunggal yang terletak didalam komplek Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang yang isinya, diantaranya adalah : (a) Mewujudkan kehidupan beragama dengan mengedepankan perlindungan hukum, solidaritas, dan toleransi dalam kerangka NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. (b) Bisa menyelesaikan permasalahan umat beragama di tingkat bawah. (c) Memberi ruang gerak demi terciptanya persaudaraan antar umat beragama. (d) Membantu memudahkan dan menciptakan koridor serta saranaprasarana dalam mewujudkan kehidupan beragama yang harmonis. (e) Melakukan mediasi antar umat beragama. (f) Menjadi bagian tak terpisahkan dari prinsip Bhineka Tunggal Ika.Menciptakan iklim sejuk dan 66 menghilangkan kecemburuan antar umat beragama. (Hasil observasi di Pondok Pesantren Soko Tunggal tanggal 05 April 2016) Sebagai pusat kegiatan Forkaghama, keberadaan Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang semakin menunjukkan jatidirinya sebagai bagian dari masyarakat yang ikut berperan aktif dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang taat beragama, cerdas, terampil dan toleran terhadap sesama pemeluk agama, untuk lebih mengembangkan sayap dalam rangka membentuk peserta didik santri yang memiliki kecakapan dan ketrampilan yang suatu saat akan terjun kedalam masyarakat. Maka melalui Yayasan Soko Tunggal dengan struktur pengurus pondok Pesantren Soko Tunggal diantaranya: 67 PENGURUS HARIAN Kisno Tantowi SEKERTARIS Eko Yulianto BADAL II BENDAHARA Abdullah Adib, S.Ag Eni Nuraeni PENGASUH BADAL 1 KH. Nurul Arifin Husein KH. Muhsis Zaenal Abidin BAG KEAMANAN dan KETERTIBAN BADAL III Gus Mustofa Mahendra Iwan Cahyono BIDANG PENDIDIKAN A. Jaelani Fadlan BAG HUMAS Bagoes Sudihartanto BAG DAKWAH K. Kytoeran Tobiin Selain Pesantren juga kembangkan beberapa bidang antara lain: (1) Bidang Usaha Untuk mengembangkan usaha bagi kesejahteraan santri, melalui Yayasan Soko Tunggal telah terbentuk koperasi dan CV yang telah bekerjasama dengan PT. Rajawali Lusindo (RNI), Dolog, PT. Kereta Api (Persero) dan Perhutani. (2) Bidang Pendidikan Formal Selain pendidikan informal (pesantren) sendiri, melalui Yayasan Soko Tunggal yang 68 diketuai oleh KH. Nuril Arifin Husein sendiri, didirikan pula beberapa lembaga pendidikan formal antara lain: a. Akademi Kebidanan Akademi Kebidanan yang berlokasi di lingkungan Pondok Pesantren Soko Tunggal ini resmi dibuka oleh Gus Dur pada tahun 2005. Untuk tenaga pengajarnya, pihak yayasan telah menyediakan para pengajar profesional baik dari dalam dan luar lingkungan pondok, termasuk tenaga pengajar untuk bidang agama selain Islam, mengingat ada beberapa peserta didik yang beragama non Islam. b. Beasiswa atau subsidi program yang dicarikan dari pemerintah atau swasta, kalau dari pemerintah bisa kerjasamanya dengan Dinas Pendidikan atau pekerjaan itu ada aksesnya sehingga di biayai oleh pemerintah kemudian kita mencari santri yang tinggal dipondok Soko Tunggal, santri diluar atau warga yang tidak mampu dikumpulkan untuk diseleksi menggunakan sistem karantina sehingga selama 1 bulan peserta pelatihan wajib mengikuti serangkaian kegiatan yang telah ditentukan. Termasuk kegiatan di pondok pesantren bagi peserta yang beragama Islam. Bagi peserta yang beragama Non Islam, pihak yayasan juga telah menyediakan 69 tenaga pengajar khusus untuk materi keagamaan untuk mendapatkan beasiswa. c. Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK). Teknik Otomotif dibuka pada awal tahun 2006 yang berlokasi didekat komplek Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang, Desa Sendangguwo, Rt. 04/ 09 Kecamatan Tembalang Kodya Semarang. Gambar 1 Pelatihan Mekanik Sepeda Motor pondok Soko Tunggal. 70 Gambar 2 Motor dan peralatan lainya untuk pelatihan mekanik d. Bidang Sosial Untuk bidang sosial, yayasan juga mendirikan panti asuhan yang bernama “Tarbiyatush Shibyan Soko perkembangannya, Tunggal”. panti Namun asuhan ini dalam kurang berkembang sehingga saat ini lebih diarahkan untuk menampung anak-anak yang tidak mampu, anakanak yang putus sekolah dan pengangguran untuk kemudian digabungkan, dibina dan dididik seperti santri-santri yang lain. e. Stasiun penyiaran televisi komunitas yang diberi nama Garuda Tv yang sudah didirikan sejak tahun 2015, pengembang radio yang sempat off. Para 71 santri mendirikan komunitas Semarang untuk membuat perkumpulan pesanten yang diberi nama kumpulan Walisongo. Televisi sekitar Semarang yang sudah disediakan peralatan dan untuk perizinan penyiaran masih dalam proses yang sudah mencapai 75%. Gambar 3 Stasiun Penyiaran Televisi Garuda Tv f. Pelatihan pertanian moderen yang sudah disediakan disamping pondok Soko Tunggal dan sudah diuji coba dipasarkan dan sudah bagus sirkulasinya. 72 Gambar 4 Pondok Soko Tunggal yang masih dalam tahap perbaikan. (Wawancara dengan Kisno (Lurah Pondok) bertepatan pada hari selasa tgl 16 November 2016 pada pkl 08.00 s/d selesai) D. Gerakan KH. Nuril Arifin Husein Tentang Dakwah Multikultural Dengan komitmennya yang penuh terhadap Indonesia yang multikultural, Gus Nuril muncul sebagai tokoh yang sangat kontroversi. Gus Nuril dikenal sebagai sosok pembela yang benar dan berani berbicara dan berkata yang sesuai dengan pemikiran Gus Nuril, meskipun akan berseberangan dengan banyak orang. Apakah itu kelompok minoritas atau mayoritas. Pembelaannya kepada kelompok minoritas dirasakan sebagai suatu hal yang berani. Sehingga ia malah dituduh lebih dekat dengan kelompok minoritas daripada 73 komunitas mayoritas muslim sendiri. Apabila kita menilai pada pemikirannya, maka akan kita dapatkan bahwa sebagian besar pendapatnya jauh dari interes politik pribadi atau kelompoknya. Ia berani berdiri didepan untuk kepentingan orang lain atau golongan lain yang diyakninya benar. Malah sering seperti berlawanan dengan suara kelompoknya sendiri. Dalam wawancara dengan Gus Nuril, bahwa dakwah yang disampaikan di Gereja dan Masjid Gus Nuril selalu menerapkan cinta damai atas Negara yang berlandaskan Pancasila dan bhineka tunggal ika. Kesatuan Negara yang utuh dan tidak membeda-bedakan bangsa, suku, adat istiadat dan kepercayaan mereka sehingga dapat hidup berdampingan menjadi negara yang multikultural sehingga tercipta Tawaazun adil seimbang sehingga memberikan ruang gerak untuk menciptakan persaudaraan antar umat beragama. KH. Nuril Arifin Husein juga menyampaikan ceramahnya dengan bahasa yang santun, sifat arahman yang Maha Pengasih terhadap seluruh makhluk membuat Gus Nuril selalu membawa pesan damai dalam pesan dakwahnya. Gus Nuril adalah murid dari Gus Dur yang selalu menghimbau kepada jamaah dari berbagai kalangan untuk selalu cinta damai. Gus Nuril selalu berpegang dengan ajaran Gus Dur yang menyebar rahmat penyebar kasih di berbagai keyakinan dan tidak pernah memandang rendah minoritas. Tidak membedakan suku, 74 bangsa dan golongan. Dalamdakwah dan pemikiran beliau di landasi dengan ayat alquran dalam surat al hujjarat 13 َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل ُ يَا أَيُّ َها الن ِ ِ ِ ِ ِ ِ )٣١( ٌيم َخبِْي ٌ لتَ َع َارفُوا إ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم عْن َد اللَّه أَتْ َقا ُك ْم إ َّن اللَّ َه َعل Artinya ; “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”( Alhujjarat; 13) (Wawancara dengan Gus Nuril bertepatan pada hari Sabtu tgl 26 November 2016 pada pkl 13.00 s/d selesai) Agama itu untuk mendamaikan, bukan untuk saling memusnahkan dan saling menciderai. Menurut Gus Nuril perbedaan itu tidak sedikitpun mengurangi penghormatan mereka terhadap yang lain serta tidak mengurangi sedikit pun keyakinan agamanya. Menurut Gus Nuril, konsekuensi dari kedua penafsiran itu punya implikasi yang luas. Mereka yang terbiasa dengan formalisasi, akan terikat kepada upaya-upaya untuk mewujudakn “sistem Islami” secara fundamental dengan mengabaikan pluralitas masyarakat. Akibatnya, 75 pemahaman seperti ini akan menjadikan warga negara nonmuslim menjadi warga negara kelas dua. Bagi Gus Nuril, untuk menjadi muslim yang baik, seorang muslim kiranya perlu menerima prinsip-prinsip keimanan, menjalankan ajaran (rukun) Islam secara utuh, menolong mereka yang memerlukan pertolongan, menegakkan profesinalisme, dan bersikap sabar ketika menghadapi cobaan dan ujian. Konsekuensinya, mewujudkan sitem Islami atau formalisasi tidaklah menjadi syarat bagi seseorang untuk diberi predikat muslim yang taat. Gerakan dakwah KH. Nuril Arifin Husein sendiri tentang Islam adalah bahwa Gus Nuril melarang keras Islam menggunakan kekerasan karena Islam sendiri adalah agama yang damai. Akan tetapi Gus Nuril membolehkan menggunakan jalan kekerasan disaat situasi tertentu, misalkan ketika terdesak. Tetapi selama jalan damai masih bisa ditempuh Gus Nuril melarang menggunakan kekerasan, kembali kepada hukum asalnya bahwa Islam agama yang rahmatan lil alamin. Islam adalah sumber asli pemikiran, nilai-nilai, dan ideide. Pandangan Gus Nuril Islam adalah keyakinan yang menebar kasih sayang, yang secara mendasar toleran dan menghargai perbedaan. Islam adalah agama kasih sayang dan toleran sekaligus agama keadilan dan kejujuran. Artinya, 76 Islam adalah keyakinan yang egaliter, keyakinan yang secara fundamental tidak mendukung perlakuan yang tidak adil karena alasan kelas, suku, ras, gender, atau pengelompokanpengelompokan lainnya dalam masyarakat bagi KH. Nuril Arifin Husein, Islam adalah keimanan yang mengakui bahwa, dalam pandangan Tuhan, semua manusia adalah setara. Bagi Gus Nuril perbedaan itu tidak harus disikapi dengan tindak kekerasan, namun harus disikapi dengan toleransi dan sikap pengharagaan yang tinggi atas adanya perbedaan tersebut. Gerakan dakwah multikultural yang dilakukan Gus Nuril lebih menekankan pada dua pendekatan yaitu: 1. Pendekatan budaya. Dalam menjalankan Gerakan dakwahnya, Gus Nuril menggunakan pendekatan budaya sebagai upaya untuk mendekati masyarakat. Pendekatan budaya yang digunakan oleh Gus Nuril adalah dengan cara melalui dakwah Bil Lisan yang secara langsung disampaikan. Dalam dakwah multikultural yang dilakukan oleh Gus Nuril, mad’unya tidak hanya berbeda secara ras, suku dan etnis saja, namun ada beberapa audiens dari jamaah ceramah Gus Nuril yang beragama non muslim. Dengan adanya hal ini 77 menambah semangat Gus Nuril dalam menyampaikan dakwahnya. Bagi Gus Nuril dakwah dengan menggunakan pendekatan kultural adalah sebuah langkah yang tepat di tengah-tengah kemajemukan masyarakat Indonesia, karena negara Indonesia adalah negara yang beragam sehingga tidak mungkin para mubaligh saat ini menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam dengan cara konvensional, terlebih-lebih budaya matrealis dan hedonis yang berasal dari bangsa Barat sudah melanda bangsa Indonesia. Belum lagi arus globalisasi yang begitu deras menerjang masyarakat kita saat ni, terutama kalangan muda, mau tidak mau membuat Gus Nuril dan mubaligh lainnya berpikir bagaimana caranya untuk menyampaikan Islam dengan menarik. (Wawancara dengan Gus Nuril bertepatan pda hri Rabu tgl 9 November 2016 pda pkl 20.00 s/d selesai) 2. Pendekatan Sosial. Pendekatan sosial dalam dakwah KH. Nuril Arifin Husein adalah aktivitas dakwah yang dilakukan Gus Nuril terkadang dalam aktivitas dakwahmya diselingi dengan aksi sosial yang diprakarsai olehyayasan juga mendirikan pantai asuhan yang bernama “Tarbiyatush Shibyan Soko Tunggal” dan 78 juga kegiatan baksos. Melalui konsep kedua ini, Gus Nuril mencoba untuk memberdayakan umatnya dengan cara memberikan bantuan ekonomi berupa sembako kepada masyarakat muslim dan non muslim yang tidak mampu secara materi, sehingga dengan sembako yang diberikan kepada masyarakat yang berlatar belakang yang tidak mampu dan bisa meringankan beban mereka. Berdasarkan fakta yang penulis temui dalam gerakan Dakwah yang dilakukan oleh Gus Nuril, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa aktifitas dakwah yang dilakukan Gus Nuril adalah termasuk dalam model dakwah multikultural yang berorientasi pada pendekatan kultural. Hal ini diperkuat lagi dengan dua aspek yang ditekankan dalam aktifitas dakwahnya, antara lain: a) Aktifitas dakwah yang dilakukan oleh Gus Nuril itu dapat dikatakan sebagai Dakwah Multikultural. Pola aktifitas dakwah yang dikembangkan oleh Gus Nuril sesuai dengan pola yang dikembangkan dalam dakwah multikultural yaitu adalah pencerahan, dengan memposisikan komunitas berbeda yang mempunyai keyakinan akan kebenaran tidak perlu dikafirkan, dan dikucilkan. 79 b) Konsep dakwah multikultural juga berupaya semaksimal mungkin memberikan solusi bagi masyarakat untuk dapat hidup rukun dan berdampingan tanpa melihat latar belakang pemikiran mengatasi dan ideologi, sehingga problem-problem dapat kemanusiaan secara bersama. Dakwah yang dilakukan Gus Nuril ini selain sebagai transformasi nilai-nilai agama, disini Gus Nuril juga menjadikan aktifitas dakwahnya sebagai ajang untuk kerukunan baik itu antar umat muslim satu dengan umat muslim yang lain maupun umat muslim dengan umat non muslim. Karena dalam aktifitas dakwah yang dilakukan oleh Gus Nuril selalu menjunjung tinggi sikap toleransi dan sikap menghargai perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing dari kepercayaan umat manusia. Aktifitas dakwah ini selain bermuatan nilai-nilai agama, Gus Nuril juga menjelaskan nilai-nilai toleransi yang diajarkan di dalam agama Islam yang juga diajarkan pada nilai-nilai norma di masyarakat mengenai sikap saling menghargai dan toleransi. (Wawancara 80 dengan Gus Nuril bertepatan pda hri Rabu tgl 9 November 2016 pda pkl 20.00 s/d selesa) Gambar 5 kegiatan Forkaghama yang sedang membagikan Sembako dalam baksos yang digelar Gus Nuril. 81 Gambar 6 Mas Kisno (Lurah Pondok) sedang memberikan sembako dalam kegiatan yang diadakan di Pondok Soko Tunggal.