BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan mulai muncul ketika manusia pertama kali berkenalan dengan dirinya dan alam sekitarnya. Manusia purba pada awalnya melakukan perburuan dengan tongkat yang yang diambil dari pohon untuk bertahan hidup dari serangan binatang buas dan berburu, lalu kemudian tongkat tersebut diruncingkan dan cara pemakaiannya berubah dari dipukulkan menjadi ditusukkan. Ketika manusia purba kemudian menemukan bahwa batu dapat dipahat menjadi objek segitiga yang runcing dan kuat, maka dipasanglah batu pahatan tadi di ujung kayu senjata mereka dan terciptalah tombak, senjata baru yang lebih efektif untuk berburu. Proses belajar sudah ada sejak jaman dahulu. Proses itu pula yang membimbing evolusi peradaban manusia hingga sekarang ini. Pengetahuan yang awalnya didapatkan berdasarkan pengalaman dan ditransfer secara lisan kemudian mulai disimpan dalam bentuk dokumen ketika manusia menemukan tulisan dan objek yang dapat ditulisi, meski sebelumnya pun manusia purba sudah merekam pengetahuan dalam bentuk gambar dan simbol. Sejarah pun dimulai ketika suatu peradaban mengenal tulisan dan mendokumentasikan aktivitas serta pengalamannya. Ketika manusia kuno sadar akan pentingnya pengetahuan tertulis bagi peradabannya untuk bertahan, dimulailah pemikiran tempat penyimpanan dari pengetahuan-pengetahuan tadi. Muncul ide dasar dibuatnya suatu tempat penyimpanan pengetahuan (repository). Dibangunlah perpustakaan pertama, tempat manusia menyimpan pengetahuannya 1 2 dan mengaksesnya apabila diperlukan. Perpustakaan kuno yang cukup tersohor di dunia adalah The Great Library of Alexandria. Pendefinisian pengetahuan juga sudah dimulai sejak lama, bahkan sejak jaman Yunani. Definisi pengetahuan (knowledge) yang cukup filosofis dapat ditemui pada tulisan Aristoteles yang berjudul Nichomacean Ethics. Pada karyanya tersebut, Aristoteles menyebutkan ada lima (5) buah komponen pengetahuan, yaitu: 1. Episteme: Pengetahuan faktual atau ilmiah. 2. Techne: Pengetahuan teknikal berbasis keahlian dan berorientasi aksi (action oriented). 3. Phronesis: Pengetahuan berdasarkan pengalaman pribadi dan kebijaksanaan praktis. 4. Nous: Intuisi. 5. Sophia: Pengetahuan teoritis akan kebenaran universal. Lebih bersifat filosofis. Di dalam organisasi juga terdapat pengetahuan, baik dalam cara-cara menjalankan organisasi yang tertuang melalui kebijakan-kebijakan, proses bisnis bagian-bagian dalam organisasi sampai ke rekaman notulen rapat dan dokumentasi pemecahan suatu masalah yang terjadi. Pengetahuan dalam organisasi ini merupakan faktor penting bagi organisasi tersebut untuk melakukan peningkatan secara internal dan bertahan dalam persaingan bisnis. Pemakaian dan pengaturan pengetahuan dalam organisasi mirip dengan proses penggalian kembali dan manajemen informasi di dalam ingatan manusia. (Olfman, 1998) 3 Pengetahuan yang terdapat dalam suatu organisasi, tentu saja tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang telah tersimpan dalam dokumen (explicit knowledge) dan pengetahuan-pengetahuan yang masih tersimpan di pikiran masing-masing individu (tacit knowledge). Pengetahuan yang terletak pada masing-masing individu akan sangat tergantung kepada orang tersebut saja. Ketika perusahaan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dari orang tersebut, maka kemampuan yang didapat akan bersifat subjektif pada individu tersebut. Jika suatu hari individu tersebut sudah tidak berpihak kepada perusahaan lagi, maka perusahaan akan kehilangan pengetahuan yang dimiliki oleh individu tersebut. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka dibutuhkan suatu kendali akan pengetahuan yang didapatkan pada masing-masing individu sehingga pengetahuan yang didapatkan tidak tergantung pada seorang individu tertentu. Salah satu jalan yang dilakukan adalah dengan transfer knowledge, dimana seorang individu akan membagikan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. Akan tetapi selain transfer knowledge, akan lebih baik jika perusahaan memiliki dokumentasi yang baik untuk mengelola pengetahuan yang ada. Sehingga jika terjadi penambahan pada sumber daya manusia, maka mereka akan lebih mudah dan lebih cepat beradaptasi dengan keadaan yang ada. Pengetahuan secara tradisional ditransfer secara interpersonal maupun didalam kelas pelatihan sedangkan di masa kini pengetahuan dapat ditransfer melalui bantuan sistem informasi yang dipakai secara kolaboratif. Sistem tersebut 4 juga memfasilitasi dan mempermudah manajemen dari pengetahuan yang berhasil diakuisisi. Universitas Bina Nusantara merupakan salah satu universitas yang berkembang sangat pesat. Namun, Universitas Bina Nusantara memiliki banyak dosen part-time atau kontrak, sehingga pengetahuan yang ada masih sangat tergantung sekali dengan masing-masing individu. Pelatihan atau seminar yang diadakan untuk dosen pun akan menjadi pengetahuan yang melekat kepada masing-masing dosen. Jika terjadi turnover dosen maka pengetahuan yang ada pada dosen sebelumnya akan ikut terbawa keluar. Pengetahuan-pengetahuan yang dibawa oleh dosen yang keluar belum tentu dapat didapatkan lagi oleh dosen baru. Meningat pengetahuan tersebut belum tersimpan dengan baik. Maka peluang hilangnya suatu pengetahuan cukup besar. Library and Knowledge Center (LKC) Bina Nusantara merupakan salah satu sarana edukasi, informasi, riset yang mendukung pembelajaran. LKC ingin menjadi pusat knowledge yang ada pada Universitas Bina Nusantara, dan knowledge yang ada dapat diintegrasikan agar dapat digunakan lebih lanjut oleh anggota yang membutuhkan. 1.2 Rumusan Permasalahan Universitas Bina Nusantara membutuhkan Knowledge Management untuk mengumpulkan, mengatur dan mendistribusikan pengetahuan yang ada pada setiap fakultas. Setiap fakultas memiliki knowledge masing-masing yang mungkin dibutuhkan pada fakultas lainnya. Manajemen knowledge yang terpisah-pisah dan 5 belum terintegrasi. Distribusi knowledge yang hanya terbatas dalam masingmasing fakultas saja, belum ada sistem yang memfasilitasi proses distribusi knowledge lintas fakultas. Tetapi kurang adanya transfer knowledge pada masingmasing fakultas menyebabkan lambatnya proses penyampaian kepada fakultas yang membutuhkan. Oleh karena itu, knowledge akan dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam LKC sebagai pusat dari knowledge (knowledge center), agar mempermudah dalam pendistribusian kepada Universitas. Setiap fakultas yang membutuhkan knowledge tertentu dapat mencarinya melalui knowledge management system yang diterapkan pada LKC. Dan tentunya hal ini membutuhkan bantuan juga agar setiap masing-masing individu menaruh knowledge mereka kepada sistem. 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari pengadaan knowledge management pada LKC Bina Nusantara: 1. Membangun knowledge management system yang mampu memfasilitasi core knowledge management. 2. Menciptakan suatu proses knowledge management yang baik dan sesuai dengan budaya dan LKC Bina Nusantara. 3. Menjadikan LKC sebagai pusat knowledge dari Bina Nusantara agar dapat mendistribusikan knowledge yang ada pada fakultas-fakultas Universitas Bina Nusantara Manfaat dari pengadaan knowledge management pada LKC Bina Nusantara: 6 1. LKC dapat mengelola pengetahuan pada masing-masing individu, sehingga tidak kehilangan pengetahuan jika terjadi perubahan pada sumber daya manusia yang ada. 2. Pengalokasian sumber daya manusia akan lebih fleksibel dan cenderung lebih mudah untuk dilakukan karena adanya dokumentasi pengetahuan yang jelas. 3. Proses akuisisi, manajemen dan distribusi pengetahuan dibantu dengan fasilitas Document Management System yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. 4. Setiap anggota akan lebih mudah untuk mendistribusikan knowledge mereka kepada anggota lainnya melalui knowledge management system yang ada. 5. Membantu serta mengoptimalkan proses pencarian dan penyebaran pengetahuan dengan portal knowledge management yang menjadi gerbang pencarian pengetahuan yang dapat diakses oleh hampir semua staf universitas Bina Nusantara. 1.4 Ruang Lingkup Pengadaan knowledge management yang akan dilakukan adalah pada LKC Bina Nusantara. Sebatas pada penerapan knowledge management system, menciptakan culture baru untuk pengguna agar menggunakan KMS tersebut untuk membangun knowledge dan menjadikan perpustakaan sebagai knowledge center. Berhubung KM terus berevolusi, dan akan terus berkembang, maka maintenance dari culture baru tersebut adalah diluar dari ruang lingkup ini. LKC 7 akan menggerakkan fakultas-fakultas Universitas Bina Nusantara untuk secara aktif mengumpulkan artikel-artikel.