BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Salah satu komponen utama pada AC sentral selain chiller, AHU, dan ducting adalah cooling tower atau menara pendingin. Fungsi utamanya adalah sebagai alat untuk mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara dikontakan langsung dengan udara secara konveksi paksa menggunakan fan/kipas. Konstruksi cooling tower terdiri dari sistem pemipaan dengan banyak nozzle, fan/blower, bak penampung, casing dsb (Dadang S.Permana, 2014). Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk sistem AC sentral dengan sistem kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi dan evaporasi. Proses ini terjadi dalam satu siklus tertutup yang menggunakan fluida kerja berupa refrigerant yang mengalir dalam sistem pemipaan yang terhubung dengan komponen lainnya. Kondensor pada chiller biasanya berbentuk water cooled condensor yang menggunakan air untuk proses pendinginan refrigerant, (Dadang S.Permana, 2014) Secara umum bentuk konstruksinya berupa shell dan tube dimana air mengalir memasuki shell/tabung dan uap refrigerant superheat mengalir dalam pipa yang berada di dalam tabung sehingga terjadi proses pertukaran kalor. Uap refrigeran superheat berubah fasa menjadi cair yang memiliki tekana tinggi mengalir menuju alat ekspansi, sementara air yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi karena air ini akan digunakan lagi untuk proses pendinginan kondensor maka tentu saja temperaturnya harus diturunkan kembali atau didinginkan pada cooling tower.(Nimas Puspito, 2013). 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 10 Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju cooling tower melewati sistem pemipan yang pada ujungnya memiliki banyak nozzle secara langsung melakukan kontak dengan udara sekitar yang brgerak secara terpaksa karena pengaruh fan/blower yang terpasang pada cooling tower. Gambar 3.1 Cooling tower (Sumber: Liang Chi Industry Co.Ltd, 2017) Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya sangat rendah mendekati suhu wet-bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan temperatur ditampung dalam bak/basin untuk kemudian dipompa kembali menuju kondensor yang berada didalam chiller. Pada cooling tower juga dipasang katup make up water yang dihubungkan ke sumber air terdekat untuk menambah kapsitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika proses evaporative cooling tersebut. Prestasi menara pendingin biasanya dikatakan “range” dan “approach” dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach adalah selisih antara suhu udara wet-bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor yang terjadi pada cooling tower dari air ke udara tak jenuh. Ada dua penyebab terjadinya perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekana parsial antara air dan udara. Suhu pengembunan yang rendah pada cooling tower membuat sistem ini lebih hemat energi jika digunakan untuk sistem refrigerasi pada skala besar seperti chiller. Salah satu kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak praktis karena jarak yang jauh antara chiller dan cooling tower sehingga memerlukan sistem pemipaan yang relatrif panjang. Selain itu biaya perawatan cooling tower cukup tinggi dibandingkan sistem lainnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 11 3.2 KOMPONEN COOLING TOWER Cooling Tower merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfir. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir sehingga, air yang tersisa didinginkan secara signifikan. Menara pendingin mampu menurunkan suhu air lebih dari peralatan-peralatan yang hanya menggunakan udara untuk membuang panas, seperti radiator dalam mobil, dan oleh karena itu biayanya lebih efektif dan efisien energinya. Komponen dasar sebuah menara pendingin meliputi rangka dan wadah, bahan pengisi, kolam air dingin, eliminator aliran, saluran masuk udara, louvers, nosel dan fan. Gambar 3.2 Komponen cooling tower (Sumber: Pt. multi kawan mandiri, 2013) Adapun komponen pada cooling tower adalah sebagai berikut : 1. Rangka dan wadah Hampir semua menara memiliki rangka berstruktur yang menunjang tutup luar http://digilib.mercubuana.ac.id/z 12 (wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya. Dengan rancangan yang lebih kecil seperti unit fiber glass, wadahnya dapat menjadi rangka. 2. Bahan Pengisi Hampir seluruh menara menggunakan bahan pengisi (terbuat dari plastik atau kayu) untuk memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan kontak udara dan air. Terdapat 3 jenis bahan pengisi : Bahan pengisi berbentuk percikan/Splash fill : air jatuh diatas lapisan yang berurut dari batang pemercik horisontal, secara terus menerus pecah menjadi tetesan yang lebih kecil, sambil membasahi permukaan bahan pengisi. Bahan pengisi percikan dari plastik memberikan perpindahan panas yang lebih baik dari pada bahan pengisi percikan dari kayu. Bahan pengisi berbentuk film: terdiri dari permukaan plastik tipis dengan jarak yang berdekatan dimana diatasnya terdapat semprotan air, membentuk lapisan film yang tipis dan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya dapat berbentuk datar, bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis bahan pengisi film lebih efisien dan memberi perpindahan panas yang sama dalam volume yang lebih kecil daripada bahan pengisi jenis splash. Bahan pengisi sumbatan rendah (Low clog film fill) Jenis pengisi ini dengan ukuran flute yang lebih tinggi, saat ini sedang dikembangkan untuk mengatasi air yang berasal dari laut karena adanya penghematan daya kinerja dibanding tipe bahan pengisi jenis percikan konvensional. 3. Kolam air dingin Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah menara, dan menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan bahan pengisi. Kolam biasanya memiliki sebuah lubang atau titik terendah untuk pengeluaran air dingin. Dalam beberapa desain, kolam air dingin berada dibagian bawah seluruh bahan pengisi. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 13 Pada beberapa desain aliran yang berlawanan arah pada forced draft, air di bagian bawah bahan pengisi disalurkan ke bak yang berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai kolam air dingin. Sudu-sudu fan dipasang dibawah bahan pengisi untuk meniup udara naik melalui menara. Dengan desain ini, menara dipasang pada landasannya, memberikan kemudahan akses bagi fan dan motornya. 4. Drift eliminators Alat ini menangkap tetes air yang terjebak dalam aliran udara supaya tidak hilang. 5. Saluran udara masuk Ini merupakan titik masuk bagi udara menuju menara. Saluran masuk bisa berada pada seluruh sisi menara (desain aliran melintang) atau berada dibagian bawah menara (desain aliran berlawanan arah). 6. Louvers Pada umumnya, menara dengan aliran silang memiliki saluran masuk louvers. Kegunaan louvers adalah untuk menyamakan aliran udara ke bahan pengisi dan menahan air dalam menara. Beberapa desain menara aliran berlawanan arah tidak memerlukan louver. 7. Nosel Alat ini menyemprotkan air untuk membasahi bahan pengisi. Distribusi air yang seragam pada puncak bahan pengisi adalah penting untuk mendapatkan pembasahan yang benar dari seluruh permukaan bahan pengisi. Nosel dapat dipasang dan menyemprot dengan pola bundar atau segi empat, atau dapat menjadi bagian dari rakitan yang berputar seperti pada menara dengan beberapa potongan lintang yang memutar. 8. Fans Fan aksial (jenis baling-baling) dan sentrifugal keduanya digunakan dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/z 14 menara. Umumnya fan dengan baling-baling/propeller digunakan pada menara induced draft dan baik fan propeller dan sentrifugal dua-duanya ditemukan dalam menara forced draft. Tergantung pada ukurannya, jenis fan propeller yang digunakan sudah dipasang tetap atau dengan dapat dirubah-rubah/ diatur. Sebuah fan dengan baling-baling yang dapat diatur tidak secara otomatis dapat digunakan diatas range yang cukup luas sebab fan dapat disesuaikan untuk mengirim aliran udara yang dikehendaki pada pemakaian tenaga terendah. Baling-baling yang dapat diatur secara otomatis dapat beragam aliran udaranya dalam rangka merespon perubahan kondisi beban. 3.3 MATERIAL UNTUK MENARA Pada mulanya menara pendingin dibuat terutama dari kayu, termasuk rangka, wadah, louvers, bahan pengisi dan kolam air dingin. Kadangkala kolam air dingin terbuat dari beton. Saat ini, telah digunakan berbagai macam bahan untuk membangun menara pendingin. Bahan-bahan dipilih untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi, mengurangi perawatan, dan turut mendukung kehandalan dan umur layanan yang panjang. Baja yang sudah digalvanis,berbagai kelas stainless steel, fiber glass, dan beton sangat banyak digunakan dalam pembuatan menara, juga alumunium dan plastik untuk beberapa komponen. 3.3.1 Rangka dan Wadah Menara yang terbuat dari kayu masih tersedia, namun beberapa komponen dibuat dari bahan yang berbeda, seperti wadah casing fiber glass disekitar rangka kayu, saluran masuk udara louvers dari fiber glass, bahan pengisi dari plastik dan kolam air dingin dari baja. Banyak menara (wadah dan kolam) nya terbuat dari baja yang digalvanis atau, pada atmosfir yang korosif, menara atau dasarnya dibuat dari stainless steel. Menara yang lebih besar kadangkala terbuat dari beton. Fiber glass juga banyak digunakan untuk wadah dan kolam menara pendingin, sebab dapat memperpanjang umur menara pendingin dan memberi perlindungan terhadap bahan kimia yang berbahaya. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 15 3.3.2 Bahan Pengisi Plastik sangat banyak digunakan sebagai bahan pengisi, termasuk PVC, polypropylene, dan polimer lainnya. Jika kondisi air memerlukan penggunaan splash fill, splash fill kayu yang sudah diberi perlakuan juga banyak digunakan. Disebabkan efisiensi perpindahan panasnya lebih besar, bahan pengisi film dipilih untuk penggunaan yang sirkulasi airnya bebas dari sampah yang dapat menghalangi lintasan bahan pengisi. 3.3.3 Nosel Banyak nosel terbuat dari PVC, ABS, polipropilen, dan nylon yang diisi kaca . Balingbaling fan terbuat dari baja galvanis, alumunium, plastik yang diperkuat oleh fiber glass. Gambar 3.3 Proses penyerapan panas pada cooling tower (Sumber: Hensley, 2006) Deskripsi proses : Air panas / hangat masuk melalui bagian atas menara, kemudian jatuh ke bawah mengenai bahan isian dan nozzle sehingga memercik berbentuk titiktitk air Pada saat bersamaan udara mengalir pada bagian sisi / samping menara sehingga terjadi perpindahan panas dari air ke udara. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 16 Air yang sudah dingin ditampung di dalam Basin, selanjutnya dapat digunakan dalam proses pendinginan. JENIS – JENIS COOLING TOWER 3.4 Bagian ini menjelaskan dua jenis utama menara pendingin: menara pendingin jenis natural draft dan jenis mechanical draft. 3.4.1 Cooling Tower Jenis Natural Draft Cooling Tower jenis natural draft atau hiperbola menggunakan perbedaan suhu antara udara ambien dan udara yang lebih panas dibagian dalam menara. Begitu udara panas mengalir ke atas melalui menara (sebab udara panas akan naik), udara segar yang dingin disalurkan ke menara melalui saluran udara masuk di bagian bawah. Tidak diperlukan fan dan disana hampir tidak ada sirkulasi udara panas yang dapat mempengaruhi kinerja. Kontruksi beton banyak digunakan untuk dinding menara dengan ketinggian hingga mencapai 200 m. Gambar 3.4 Cooling Tower natural draft aliran melintang (Sumber: Hensley, 2006) Terdapat dua jenis utama menara natural draft: Menara aliran melintang (Gambar kiri): udara dialirkan melintasi air yang jatuh dan bahan pengisi berada diluar menara. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 17 Menara dengan aliran yang berlawanan arah (Gambar kanan): udara dihisap melalui air yang jatuh dan oleh karena itu bahan pengisi terletak dibagian dalam menara, walaupun desain tergantung pada kondisi tempat yang spesifik. 3.4.2 Cooling Tower Jenis Mekanik Draft Menara draft mekanik memiliki fan yang besar untuk mendorong atau mengalirkan udara melalui air yang disirkulasi. Air jatuh turun diatas permukaan bahan pengisi, yang membantu untuk meningkatkan waktu kontak antara air dan udara – hal ini membantu dalam memaksimalkan perpindahan panas diantara keduanya. Laju pendinginan menara draft mekanis tergantung pada banyak parameter seperti diameter fan dan kecepatan operasi, bahan pengisi untuk tahanan sistim dll. Menara tersedia dalam bentuk rakitan pabrik atau didirikan dilapangan – sebagai contoh menara beton hanya bisa dibuat dilapangan. Banyak menara telah dibangun dan dapat digabungkan untuk mendapatkan kapasitas yang dikehendaki. Jadi, banyak menara pendingin yang merupakan rakitan dari dua atau lebih menara pendingin individu atau “sel”. Jumlah sel yang mereka miliki, misalnya suatu menara delapan sel, dinamakan sesuai dengan jumlah selnya. Menara dengan jumlah sel banyak, dapat berupa garis lurus, segi empat, atau bundar tergantung pada bentuk individu sel dan tempat saluran udara masuk ditempatkan pada sisi atau dibawah sel. Gambar 3.5 Cooling Tower Forced Draft (Sumber: Hensley, 2006) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 18 Gambar 3.6 Cooling Tower induced draft dengan aliran berlawanan (Sumber: Hensley, 2006) Gambar 3.7 Cooling Tower induced draft dengan aliran melintang (Sumber: Hensley, 2006) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 19 3.5 PRINSIP KERJA COOLING TOWER Prinsip kerja menara pendingin berdasarkan pada pelepasan kalor dan perpindahan kalor. Dalam menara pendingin, perpindahan kalor berlangsung dari air ke udara. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir. Sebagai akibatnya, air yang tersisa didinginkan secara signifikan, skema menara pendingin tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Gambar 3.8 Prinsip kerja cooling tower (Sumber: McDowall , 2006) Air dari bak/basin dipompa menuju Heat Exchanger untuk menyerap panas dan dialirkan ke menara pendingin. Air panas yang keluar tersebut secara langsung melakukan kontak dengan udara sekitar yang bergerak secara paksa karena pengaruh isapan atau dorongan fan/blower yang terpasang pada menara pendingin, lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi (filler). Air yang sudah mengalami penurunan suhu ditampung ke dalam bak/basin. Pada cooling tower juga dipasang katup make up water untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air (drift loses) ketika proses evaporative cooling tersebut sedang berlangsung. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 20 3.6 PARAMETER DALAM ANALISA COOLING TOWER Kita bisa mengetahui apakah performa cooling tower masih baik atau tidak dengan parameter-parameter yang didalamnya harus ditinjau secara periodik melalui analisa laboratorium. Dengan mengetahui nilai dari parameter-parameter tersebut, maka pengendalian kualitas cooling water dapat dilakukan dengan baik. Berikut ini adalah parameter-parameter dalam analisa cooling water treatment yang harus dipantau secara periodik: Turbidity : menunjukan jumlah padatan yang tersuspensi di dalam air. pH : parameter yang menunjukkan kecenderungan terjadinya korosi dan pembentukan kerak. Electrical conductivity : menunjukan jumlah padatan yang terlarut didalam air. M-alkalinity : dianalisa untuk memprediksi pertumbuhan kerak kalsium karbonat. Calcium hardness: merupakan parameter penting dalam memperkirakan pertumbuhan kerak dari kalsium karbonat dan biasa digunakan untuk menghitung cycle number dari cooling water. Magnesium hardness: dianalisa untuk memperkirakan pertumbuhan kerak yang timbul dari ion magnesium yang membentuk magnesium silikat. Chloride: parameter yang biasa digunakan sebagai indeks untuk mengendalikan cycle number cooling water. Cooling water dengan konsentrasi chloride yang tinggi cenderung lebih bersifat korosif. Sulfate: Cooling water dengan konsentrasi sulfate yang tinggi cenderung lebih bersifat korosif Silica: merupakan salah satu komponen pembentuk kerak pada peralatan. COD: atau chemical oxygen demand. Konsentrasi COD yang tinggi mempercepat pembentukan slime. Ammonium ion, nitrate ion dan nitrite ion: konsentrasi ammonium ion yang tinggi mempercepat pembentukan slime. Ammonium ion mempercepat proses terjadinya korosi pada tembaga dengan membentuk senyawa kompleks garam tembaga-ammonium. Ketika amonia berubah menjadi asam nitrat oleh bakteri http://digilib.mercubuana.ac.id/z 21 nitrifikasi, pH cooling water menjadi rendah dan mengakibatkan bahan kimia penghambat korosi (corrosion inhibitor) menjadi tidak berfungsi. Total Iron: merupakan salah satu fouling material dalam cooling water. Menempelnya senyawa besi (iron) pada permukaan tubing heat exchanger dapat menyebabkan korosi lokal pada material jenis carbon steel. Residual chlorine: konsentrasi minimu chlorine harus dipertahankan dalam cooling tower untuk menciptakan efek anti bakteri atau biocidal effect. Corrosion inhibitor: konsentrasi tertentu corrosion inhibitor or bahan kimia penghambat korosi harus dipertahankan dalam cooling water untuk menjaga efek anti korosi. Salah satu contoh corrosion inhibitor adalah phosphate, yang biasanya diukur sebagai total phosphate. http://digilib.mercubuana.ac.id/z