PADI SAWAH (Oryza sativa)

advertisement
PADI SAWAH
(Oryza sativa)
Padi (oryza sativa)
adalah bahan baku pangan pokok
yang vital bagi rakyat Indonesia.
Menanam padi sawah sudah
mendarah daging bagi sebagian
besar petani di Indonesia. Mulanya
kegiatan ini banyak diusahakan di
pulau Jawa. Namun, saat ini
hampir seluruh daerah di
Indonesia sudah tidak asing lagi
dengan kegiatan menanam padi di
sawah.
Sistem penanaman padi di sawah
biasanya didahului oleh
pengolahan tanah secara
sempurna seraya petani
melakukan persemaian. Mula-mula
sawah dibajak, pembajakan dapat
dilakukan dengan mesin, kerbau
atau melalui pencangkulan oleh
manusia. Setelah dibajak, tanah
dibiarkan selama 2-3 hari. Namun
di beberapa tempat, tanah dapat
dibiarkan sampai 15 hari.
Selanjutnya tanah dilumpurkan
dengan cara dibajak lagi untuk
kedua kalinya atau bahkan ketiga
kalinya 3-5 hari menjelang tanam.
Setelah itu bibit hasil semaian
ditanam dengan cara pengolahan
sawah seperti di atas (yang sering
disebut pengolahan tanah
sempurna, intensif atau
konvensional) banyak kelemahan
yang timbul penggunaan air di
sawah amatlah boros. Padahal
ketersediaan air semakin terbatas.
Selain itu pembajakan dan
pelumpuran tanah yang biasa
dilakukan oleh petani ternyata
menyebabkan banyak butir-butir
tanah halus dan unsur hara
terbawa air irigasi. Hal ini kurang
baik dari segi konservasi
lingkungan.
Padi merupakan tanaman yang
membutuhkan air cukup banyak
untuk hidupnya. Memang tanaman
ini tergolong semi aquatis yang
cocok ditanam di lokasi tergenang.
Biasanya padi ditanam di sawah
yang menyediakan kebutuhan air
cukup untuk pertumbuhannya.
Meskipun demikian, padi juga
dapat diusahakan di lahan kering
atau ladang. Istilahnya adalah padi
gogo. Namun kebutuhan airnya
harus terpenuhi. Oleh karena itu
ada beberapa sistem budidaya
yang dikenal di Indonesia, di
antaranya
1. Bertanam padi di sawah tadah
hujan
Dalam mengusahakan padi di
sawah, soal yang terpenting
adalah bidang tanah yang
ditanami harus dapat:
- Menanam air sehingga tanah
itu dapat digenangi air.
- Mudah memperoleh dan
melepaskan air.
Pematang atau galengan
memegang peranan yang sangat
penting, karena dalam sistem
bertanam padi di sawah tadah
hujan ini, pematang atau galengan
ini harus kuat dan dirawat, karena
bertanam padi di sawah tadah
hujan memerlukan air, sehingga
dengan galengan-galengan sawah
ini air dapat bertanam di petakan
sawah. Dan padi dengan sistem
penanaman tadah hujan ini tidak
dapat ditanam pada tanah yang
datar.
Penggarapan bertanam padi di
sawah tadah hujan ini digarap
secara “basahan” yaitu menunggu
sampai musim hujan tiba dan
dalam proses penanaman padi ini
memakai bibit persemaian. Tetapi
seringkali bibit sudah terlalu tua
baru dapat ditanam karena
jatuhnya hujan terlambat. Dalam
penanaman padi sawah tadah
hujan ini untuk menanam dan
selama hidupnya membutuhkan
air hujan cukup. Hal ini membawa
resiko yang besar sekali karena
musim hujan kadang datang
terlambat, sementara padi sawah
tadah hujan membutuhkan air
hujan yang cukup. Maka seringkali
terjadi puluhan ribu hektar tidak
menghasilkan sama sekali atau
hasilnya rendah akibat air hujan
yang tidak mencukupi.
2. Bertanam Padi Gogo Rancah
(lahan kering)
Dalam mengusahakan padi di
lahan kering atau ladang atau
biasa disebut padi gogo ini, relatif
lebih mudah dibandingkan dengan
padi sawah tadah hujan. Dalam
sistem penggarapan padi di lahan
kering atau ladang ini biasa
dikerjakan sebelum musim
penghujan tiba. Sementara dalam
proses pembibitan atau
penanamannya, padi gogo rancah
ini tidak memerlukan persemaian,
sehingga benih dapat langsung
ditanam di sawah sebelum atau
pada permulaan musim hujan
sehingga tidak ada resiko bibit
menjadi terlalu tua.
Padi gogo rancah ini tidak banyak
memerlukan air hujan, pada
permulaan selama 30 atau 40 hari.
Hidup padi ini keringan bahkan
bila kebanyakan air hujan, maka
air tersebut harus dibuang.
Sesudah itu bilamana air hujan
cukup, maka padi gogo rancah ini
dapat dijadikan padi sawah biasa.
Tetapi kalau tidak ada hujan, dapat
hidup kekeringan, maka resiko
mati sangat kecil.
3. Bertanam Padi Sawah Tanpa
Olah Tanah (TOT)
Meskipun disebut bertanam padi
sawah ini tanpa olah tanah tetapi
tidak berarti bahwa tak ada
persiapan sama sekali. Sistem ini
masih merupakan bagian
pengolahan tanah konservasi yang
melibatkan perbedaan mendasar
dengan penanaman padi biasa.
Pembajakan dan pencangkulan di
dalam sistem TOT ini tidak ada
dan dalam sistem TOT ini
dilakukan penyemprotan herbisida
terhadap sisa tanaman padi
(singgang) atau gulma yang
tumbuh.
Secara umum kegiatan bertanam
padi sawah tanpa olah tanah ini
dapat diartikan sebagai
penanaman padi di lahan sawah
yang persiapan lahannya tanpa
pengolahan tanah dan
pelumpuran, tetapi cukup dengan
bantuan herbisida dalam
mengendalikan gulma dan
singgangnya. Tanaman padi ini
dapat tumbuh seperti pada lahan
yang diolah biasa. Hal ini
disebabkan karena singgang dan
gulma yang membusuk akan
melonggarkan tanah sehingga
akar padi dapat berkembang
dengan mudah dan tanaman padi
dapat tumbuh seperti biasa. Bibit
padi dari persemaian dapat
langsung ditanam pada tanah
tanpa olah yang sudah lunak
karena digenang terlebih dahulu.
Dapat juga benih ditebarkan
langsung (tabela) atau ditabur
dalam air yang sudah disediakan.
Keuntungan menanam padi
dengan sistem Tanpa Olah Tanam
(TOT).
a. Kualitas pertumbuhan
tanaman dan hasil panen tidak
berbeda dengan penanaman padi
biasa.
b. Menghemat biaya persiapan
lahan 40% yang juga mengurangi
biaya produksi.
c. Menghemat waktu musim
tanam sampai 1 bulan, artinya
jumlah penanaman dalam satu
tahun air ditingkatkan.
d. Mengurangi pemakaian air
lebih dari 20%
e. Mempermudah kemungkinan
penanaman secara serempak
sehingga konsep pengendalian
hama terpadu (PHT) padi sawah
dapat diterapkan dan baik.
f. Melestarikan kesuburan tanah,
mengurani pencucian unsur hara
dan jumlah sendimen terangkut.
g. Mengurangi pencemaran
perairan dan pendangkalan
saluran air atau sungai.
h. Mengurangi emisi metan
sampai 40%.
i. Memungkinkan peningkatan
luas sawah garapan.
j. Memberikan keuntungan bagi
petani yang berarti membantu
meningkatkan kualitas hidupnya.
Kendala-kendala yang Dihadapi
dalam Bertanam Padi
1. Air
Air diperlukan untuk pengolahan
dan dalam penanaman padi di
sawah adakalanya perlu
pengaturan air secara baik. Saat
tertentu air dimasukkan, tetapi
saat lainnya air justru perlu
ditambah. Pengaliran air secara
terus menerus dari satu petakan
ke petakan lain atau
penggenangan dalam petakan
sawah secara terus-menerus
selain boros air juga berakibat
kurang baik terhadap
pertumbuhan tanaman. Tetapi
sebaliknya itu pengairan terlalu
sedikit biasanya gulma akan
tumbuh pesat dan produksi padi
akan berkurang dan pemasukan
air sangat penting pada masamasa berikut:
a. Awal tanam
Seperti yang sudah dilakukan pada
saat penanaman, air diberikan
setinggi 2-5 cm dan permukaan
tanah.
b. Pembentukan anakan
(pertunasan)
Dalam masa ini air dipertahankan
setinggi 3-5 cm pemberian air
lebih dari 5 cm dapat
menghambat pembenihan anakan
(tunas)
c. Pembentukan tunas bulir
(primordia) atau tanaman padi
bunling
Air sangat dibutuhkan pada
pembentukan calon. Calon bulir ini
air dimasukkan setinggi 10 cm.
Kekurangan air pada saat
pembentukan akan
mengakibatkan pembentukan
anak (tunas) karena kekurangan
air dapat menghambat
pembentukan malai, pembuahan
dan pembuangan yang dapat
berakibat fatal yakni bulir padi
yang dihasilkan hampa.
d. Pembungaan
Pada masa ini kebutuhan air
mencapai puncaknya. Muka air
dijaga setinggi 5-10 cm akibat
kekurangan air juga dapat
menyebabkan hampanya bulir
padi tetapi bila tanaman padi telah
mengeluarkan bunga, petakan
untuk beberapa saat perlu
dikeringkan agar terjadi
pembungaan yang serempak.
Air yang diberikan dalam jumlah
cukup sebenarnya bermanfaat
juga untuk mencegah
pertumbuhan gulma, menghalau
wereng yang bersembunyi di
batang padi sehingga lebih mudah
disemprot dengan pestisida, serta
mengurangi serangan tikus-tikus.
2. Pengeluaran air
Ada saat-saat tanaman padi tak
perlu diberikan air, untuk itu
petakan sawah dikeringkan pada
waktu-waktu berikut:
a. Sebelum tanaman bunting
Gunanya untuk mencegah anakan
tanaman tidak mengeluarkan bulir.
b. Awal pembungaan
Gunanya untuk membuat tanaman
berbunga serempak.
c. Awal pemasakan biji
Air perlu dikeringkan saat ini untuk
menyeragamkan dan
mempercepat pematangan padi.
Tindakan pengeringan ini juga
bermanfaat untuk memperbaiki
aerosi tanah, memacu
pertumbuhan anakan merangsang
pembuangan dan mengurangi
terjadinya serangan busuk akar.
3. Pemupukan
Pada penanaman padi di sawah,
dosis pemupukan pada sawah
tergantung pada jenis tanah,
sejarah pemupukan dan varietas
padi yang ditanam pada lokasi
tersebut. Tetapi kendala
pemupukan biasanya dialami
petani karena petani biasanya
pupuk diberikan pada dosis yang
tidak sesuai. Pupuk diberikan 2
atau 3 kali selama musim tanam.
Pupuk adalah bahan yang
mengandung unsur-unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman
dan unsur yang paling penting dan
harus tersedia adalah unsur N.P.K.
Dosis pemupukan urea biasanya
diberikan sepertiga bagian pada
pemupukan pertama dan kedua
pertiga bagian pada pemupukan
kedua. Pupuk TSP dab KC biasanya
diberikan sekaligus bersamaan
dengan pemupukan urea pertama.
Sewaktu melakukan pemupukan
sebaiknya saluran pemasukan dan
pembuangan air ditutup terlebih
dahulu. Petakan sawah berada
dalam kondisi berair, pupuk
disebar merata pada permukaan
tahan. Hati-hati sewaktu
menyebar pupuk agar tidak
mengenai daun tanaman karena
dapat mengakibatkan daun
terbakar.
4. Pengendalian hama dan
penyakit
Hama penyakit padi sawah
biasanya rentan terhadap
serangan hama dan penyakit di
dalam tanaman padi sawah ada
beberapa hama dan penyakit yang
sering menyerang tanaman padi
dan hama yang cukup
mengganggu antara lain walang
sangit, ganjur, penggerek padi,
wereng, tikus dan burung. Adapun
penyakit yang sering menyerang
tanaman padi adalah hawar daun,
bercak bakteri, hawar pelepah,
busuk batang, bercak cokelat,
blasi, tungro, kerdil hampa dan
kerdil rumput.
Dahulu petani sering melakukan
tindakan gampang untuk
memberantas hama dan penyakit
yaitu dengan penyemprotan
pestisida. Namun cara ini tidak
dianjurkan karena pestisida dapat
mencemari air irigasi atau sumber
air di sekitarnya dan banyak jensi
hama dan penyakit yang rentan
atau tak mempan lagi disemprot.
Pengendalian hama dan penyakit
(PHT) merupakan sistem
pengelolaan populasi hama
dengan menggunakan seluruh
teknik yang cocok dalam suatu
cara yang terpadu untuk
mengurangi populasi hama dan
penyakit serta
mempertahankannya pada tingkat
di bawah jumlah yang dapat
menimbulkan kerugian.
5. Panen
Bagi petani panen padi merupakan
soal yang paling dinanti-nanti.
Panen merupakan saat petani
merasakan keberhasilan dari jerih
payah menanam dan merawat
tanaman.
a. Saat panen
Padi perlu dipanen pada saat yang
tepat untuk mencegah
kemungkinan mendapatkan gabah
berkualitas rendah yang masih
banyak mengandung butir hijau
dan butir kapur. Padi yang dipanen
mudah jika digiling akan
menghasilkan beras pecah. Saat
panen padi dapat dipengaruhi oleh
musim tanam. Pemeliharaan
tanaman dan pertumbuhan, serta
tergantung pula pada jenisnya.
Secara umum padi dipanen saat
berumur 80-110 hari apabila
tanaman padi menunjukkan ciriciri berikut berarti tanaman sudah
siap dipanen:
- Bulir-bulir padi dan daun
bendera sudah menguning.
- Tangkai menunduk karena sarat
menanggung butir-butir padi atau
gabah yang bertambah berat.
- Butir padi bila ditekan terasa
keras dan berisi, jiak dikupas tidak
berwarna kehijauan atau putih
agak lembek seperti kapur.
b. Cara panen
Alat panen yang tepat penting
agar panen menjadi mudah
dilakukan biasanya padi dipanen
dengan ani-ani atau sabit.
Ani-ani umumnya digunakan untuk
memanen jenis padi yang sulit
rontok sehingga dipanen beserta
tangkainya, contohnya jenis padi
bulu. Namun, alat ini tidak cocok
digunakan untuk penanaman padi
sawah.
Sabit digunakan untuk memanen
padi yang mudah rontok, misalnya
padi coreh. Namun, karena alat ini
dapat memungut hasil lebih cepat
serta lebih gampang memotong
batang padi maka alat ini kini lebih
banyak digunakan untuk panen.
c. Perontokan
Perontokan dapat dilakukan
dengan menggunakan mesin
perintih tresher, atau
menggunakan perontok kaki pedal
tresher. Selain itu perontokkan
secara sederhana dapat dilakukan
dengan memukulkan batangan
padi ke kayu atau “kotak gebuk”
dimana sebelumnya dihamparkan
plastik untuk menampung butir
padi yang berhamburan.
d. Pengeringan
Tujuan utama pengeringan ialah
untuk menurunkan kadar air
gabah dapat tahan lama disimpan.
Selain itu gabah yang masih basah
sulit diproses menjadi beras
dengan baik.
Bulir- bulir gabah daapt dijemur
dengan cara dihamparkan di atas
lantai semen yang bersih dapat
pula dihamparkan di atas plastik.
Dalam cuaca panas, sinar
matahari mampu mengeringkan
gabah dalam waktu 2-3 hari.
e. Pemisahan kulit gabah
Tahap terakhir usaha bertanam
padi ialah menghasilkan beras
yang dapat ditanak menjadi nasi
sebagai makanan pokok.
Mula-mula gabah yang sudah
dikeringkan perlu dipisahkan
dengan gabah hampa atau kotoran
yang mungkin terbawa selama
perontokan atau pengeringan,
caranya dapat dengan ditampi.
Pemisahan kulit gabah dapat
dilakukan dengan huller atau
mesin, cara ini praktis dan cepat.
Namun untuk daerah yang tidak
memiliki huller, pemisahan dapat
dilakukan dengan penumbuhan
padi menggunakan alu dan
lumpang.
6. Sentra Produksi
Pada tanaman padi sawah ini
sangat luas daerah sentra
produksinya diantaranya di daerah
Jawa dan Sumatera. Hal ini karena
padi adalah bahan dasar untuk
beras dan nasi yang merupakan
bahan makanan utama
masyarakat Indonesia yang
mengandung karbohidrat tinggi
walaupun tidak semua daerah
makanan pokoknya berupa beras
atau nasi.
Download