BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak babi dipelihara di pedesaan sebagai usaha sampingan atau tabungan, dengan jumlah kepemilikan satu sampai dua ekor (Kariyasa dan Ilham, 2012). Ternak babi memiliki keterkaitan dengan tradisi dan agama di Bali. Populasi ternak babi di Bali terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2011 peningkatan mencapai 12,95%. Saat ini populasi ternak babi di Bali tercatat sebanyak 924.297 ekor (Dinas Peternakan Provinsi Bali, 2011). Serangan penyakit Hog cholera merupakan kendala yang dihadapi oleh petani. Hog cholera adalah suatu penyakit pada babi yang disebabkan oleh virus yang berasal dari genus Pestivirus, famili Flaviviridae. Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi, karena angka kesakitan dan kematian mencapai 100% (Fenner et al., 2003), dan biaya untuk pencegahan juga tinggi (Subronto, 2003). Vaksinasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyebaran penyakit Hog cholera. Salah satu keberhasilan program vaksinasi ditentukan dari terbentuknya titer antibodi protektif individu. Titer antibodi protektif individu dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya umur babi pada saat divaksinasi, status maternal antibodi anak babi, stress, kondisi malnutrisi, dan infeksi parasit (Tizard, 2000). Infeksi parasit internal pada babi terutama dari golongan nematoda (Soulsby, 1986; Levine, 1990). Infeksi oleh parasit cacing 1 2 dapat menurunkan produktivitas ternak babi (Sosroamidjojo, 1991) dan menurunkan titer antibodi dalam tubuh babi terhadap vaksinasi yang diberikan (Tizard, 2000). Infeksi oleh parasit cacing dapat bersifat subklinik dan tanpa menunjukkan gejala klinis apabila tingkat infeksi masih rendah sampai sedang, dan akan menimbulkan gejala klinis apabila tingkat infeksi parah. Pada infeksi ringan sampai sedang dapat menurunkan produktivitas babi yang ditandai dengan berat badan yang rendah (Soulsby 1982; Beriajaya dan Stevenson 1986) serta mudah terinfeksi oleh mikroba (Tizard, 2000). Infeksi parasit internal (cacing) dilaporkan sangat tinggi pada babi di Bali. Tingkat infeksi cacing Ascaris suum pada babi di Kabupaten Tabanan dan Gianyar dilaporkan 20,1% dan 22,12% (Adi Suratma, 2009). Golongan cacing nematoda yang lain yang sering menginfeksi babi umur muda adalah cacing Trichuris suis. Cacing Trichuris sering menginfeksi babi yang berumur dibawah 6 bulan. Cacing Trichuris suis mempunyai habitat pada usus dan menghisap darah inang dengan menggunakan kait (Raepstoff dan Nansen 1998). Infeksi cacing Trichuris suis di Bali dilaporkan beragam, infeksi cacing trichuris di daerah Gianyar dilaporkan 20,62% (Widana, 1998), di kecamatan Marga, Tabanan sebesar 2,21% (Nilasasih, 2001) dan di Kota denpasar sebesar 32,67% (Suratma, 2009). Parasit cacing dari golongan Nematoda yang lain adalah Oesophagustomum sp (Williamson dan Payne, 1993). Infeksi cacing Ascaris suum sangat rentan pada babi umur muda yaitu umur 2 sampai 3 bulan (Noble dan Noble 1989; Tarigan et al., 2005). Pembebasan hewan dari infeksi cacing dilakukan dengan pemberian anthelmentik (obat cacing) 3 seperti preparat piperasin, pyrantel pamoat dan ivermectin. Preparat ivermectin juga efektif untuk parasit eksternal seperti tungau dan caplak (Pacanowski et al., 2005). Ivermectin adalah obat yang sangat efektif untuk parasit internal seperti cacing nematoda dan parasit eksternal seperti tungau. Sediaan obat ini dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 1% w/v yang diaplikasikan secara subkutan. Pemberian ivermectin sebelum vaksinasi diharapkan mampu membunuh parasit dalam tubuh hewan sehingga nutrisi yang didapat hewan dari pakan dimanfaatkan untuk membentuk antibodi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ivermectin sebelum vaksinasi pada babi terhadap respon pembentukkan antibodi hog cholera. Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk efisiensi pelaksanaan vaksinasi dalam upaya pencegahan penyakit hog cholera pada peternakan babi. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengaruh pemberian ivermectin pra vaksinasi hog cholera pada babi terhadap titer antibodi hog cholera? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ivermectin pra vaksinasi hog cholera pada babi terhadap titer antibodi hog cholera. 4 1.4 Manfaat Penelitian Bermanfaat untuk memberikan informasi tentang pengaruh pemberian ivermectin pra vaksinasi hog cholera terhadap titer antibodi hog cholera. 1.5 Kerangka Konsep Babi Tidak kebal Hog cholera Faktor Pengganggu Parasit Internal Obat Cacing ( ivermectin ) Anak babi yang diberi Anak babi yang tidak ivermectin diberi ivermectin Anak babi diberi vaksinasi Hog cholera Titer antibodi hog cholera Gambar 1. Bagan kerangka konsep 5 Hog cholera adalah penyakit viral yang sangat menular pada babi disebabkan oleh virus dari genus Pestivirus, famili Flaviviridae. Penyakit Hog cholera bersifat sangat menular pada babi, dapat terjadi secara akut, sub akut dan kronis disertai morbiditas dan mortalitas tinggi. Bentuk akut ditandai oleh demam tinggi, depresi berat, perdarahan dalam dan terbatas pada permukaan mukosa. Bentuk kronis ditandai oleh depresi, anoreksia, demam ringan dan kesembuhan dapat terjadi pada babi dewasa (Barata et al., 2009). Vaksinasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyebaran penyakit Hog cholera. Keberhasilan program vaksinasi ditentukan dari terbentuknya antibodi protektif dalam tubuh babi. Titer antibodi protektif pada tubuh ternak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya umur babi pada saat divaksinasi, status maternal antibodi anak babi, stress, kondisi malnutrisi, dan infeksi parasit (Tizard, 2000). Infeksi parasit internal pada babi terutama disebabkan oleh golongan nematoda (Soulsby, 1986; Levine, 1990). Infeksi oleh parasit cacing dapat menurunkan produktivitas ternak babi (Sosroamidjojo, 1991) dan menurunkan titer antibodi dalam tubuh babi terhadap vaksinasi yang diberikan (Tizard, 2000). Infeksi oleh parasit cacing dapat bersifat subklinik (tanpa gejala klinis) apabila tingkat infeksi masih rendah sampai sedang, dan akan menimbulkan gejala klinis apabila tingkat infeksi parah. Pada infeksi ringan sampai sedang dapat menurunkan produktivitas babi yang ditandai dengan berat badan yang rendah 6 (Soulsby 1982; Beriajaya dan Stevenson 1986) serta mudah terinfeksi oleh mikroba (Tizard, 2000). Ivermectin adalah obat anti parasit yang mungkin saat ini paling banyak digunakan di seluruh dunia karena tingkat efektivitas dari obat ini yang tinggi (Tanu, 1995). Ivermectin pertama kali dipasarkan oleh MerckSharp dan Dohme sebagai agen antiparasit pada tahun 1981, dan hingga saat ini ivermectin tetap menjadi agen anti parasit yang paling terkenal untuk ternak. Ivermectin tidak hanya memiliki tingkat efektivitas yang tinggi terhadap endoparasit namun juga pada ektoparasit (Canga et al.,2009). Ivermectin bekerja dengan meningkatkan pelepasan dari gamma amino butyric acid (GABA) pada saraf - saraf presinaptik. Gamma amino butyric acid (GABA) bekerja sebagai penghalang neurotransmiter dan memblok stimulasi post-synaptik dari saraf - saraf yang berdekatan dari nematoda atau serabut otot pada anthropoda (Tanu, 1995). Dengan menstimulasi pelepasan GABA, ivermectin menyebabkan paralisis pada parasit dan akhirnya mengakibatkan kematian pada parasit (Tanu, 1995). Pada babi yang bebas dari infeksi parasit, khususnya infeksi parasit internal diharapkan titer antibodi post vaksinasi Hog Cholera akan meningkat.