BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu informasi penting yang perlu diketahui oleh para stakeholder adalah informasi mengenai laba perusahaan. Laba sebagai informasi yang penting termasuk dalam suatu elemen utama dalam laporan keuangan, karena sifatnya yang dapat diprediksi oleh semua pihak yang menggunakan suatu laporan keuangan. Laba juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajemen dalam kurun waktu tertentu. Istilah manajemen laba muncul sebagai suatu fenomena dalam perkembangan teori akuntansi dan dapat dijadikan dasar dalam suatu riset akuntansi. Manajemen laba dapat diartikan sebagai akibat dari perilaku manajemen yang berusaha mengatur laba dengan motivasi – motivasi tertentu. Tindakan manajemen laba jika merugikan pihak stakeholder (khususnya investor) maka tujuan penyusunan dari laporan keuangan (karena laba merupakan bagian dari laporan keuangan) akan menyimpang dari yang semestinya, yaitu untuk memberikan informasi yang berguna untuk kepentingan bisnis. Fenomena adanya tindakan Manajemen Laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, dijelaskan oleh Sari (2014) seperti pada kasus PT. Kimia Farma Tbk yang berdasarkan pemeriksaan Badan Pengawas Pasar Modal (2002) terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan (overstated laba bersih sebesar Rp 32,7 miliar untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001). Juga pada kasus PT 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 Indofarma Tbk, ditemukan bukti oleh Badan Pengawas Pasar Modal (2004) bahwa nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya pada tahun buku 2001 sebesar Rp 28,87 miliar, hal ini berakibat harga pokok penjualan understated dan laba bersih overstated dengan nilai yang sama. Tata kelola perusahaan (corporate governance) berkaitan dengan proses dan struktur yang mengarahkan dan mengelola urusan terkait kelembagaan dalam rangka meningkatkan nilai pemegang saham untuk jangka panjang (Jenkinson dan Mayer, 1992 dalam Hastuti, 2005). Good corporate governance dibutuhkan karena adanya masalah keagenan disebabkan oleh pemisahan kepemilikan sumber daya dan pengelolaan sumber daya (Jensen dan Meckling, 1976). Corporate governance digambarkan sebagai serangkaian pengaruh antara manajemen, dewan direksi, stakeholder, dan pemegang saham dari perusahaan. Struktur corporate governance di perusahaan memiliki berbagai variasi bergantung pada adat setempat, hukum yang berlaku, dan perkembangan historis dari masing – masing perusahaan. Meskipun tidak ada suatu struktur yang dapat dikatakan ideal, ada beberapa isu tata kelola yang penting yang harus diperhatikan untuk memastikan adanya kecukupan checks and balances yang dibangun di dalam struktur (Hardanto, 2007). Profitabilitas digunakan untuk mengukur daya guna manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi (Krisnawati, 2013). Penelitian ini sendiri berangkat dengan tujuan menyelidiki pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur corporate governance terhadap manajemen laba. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 Literatur menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara struktur corporate governance seperti ukuran dewan, frekuensi rapat komite audit dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba. Namun dalam penelitian sebelumnya ditemukan bahwa hasilnya tidak konsisten, hal ini mungkin terjadi karena sampel yang berbeda, penggunaan variabel yang berbeda atau penggunaan proksi manajemen laba yang berbeda. Untuk itu, penelitian ini bermaksud untuk menguji faktor – faktor penentu manajemen laba tersebut secara bersama – sama dengan menggunakan proksi manajemen laba oleh Kasznik (1999) pendekatan Discretionary Accruals (DAC). Terdapat dua pandangan tentang ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Pandangan pertama, ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan tindakan manajemen laba daripada perusahaan besar (Tristiani, 2015). Perusahaan yang kecil cenderung berusaha agar kondisi kinerja perusahaan terlihat baik agar para investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan, sedangkan perusahaan yang besar yang cenderung lebih diperhatikan oleh masyarakat akan lebih berhati – hati dalam melakukan pelaporan keuangan (Nasution dan Setiawan, 2007 dalam Tristiani, 2015). Perusahaan besar mempunyai jumlah aset yang lebih besar dan memiliki jumlah modal yang lebih banyak yang mengakibatkan lebih banyak pihak yang terlibat dalam perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih berhati – hati dalam menyampaikan kondisi laporan keuangannya (Dwikusumowati, 2013). Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting dalam menilai suatu perusahaan, profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber – sumber yang dimilikinya. Apabila profitabilitas perusahaan menurun, maka ada kecenderungan terjadinya praktek manajemen laba, dan sebaliknya (praktek manajemen laba cenderung menurun, jika profitabilitas meningkat) (Dwikusumowati, 2013). Liabilitas perusahaan (leverage) dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan nilai perusahaan, yaitu melalui perhitungan rasio antara total utang dengan total aset, namun dapat juga digunakan untuk menilai terjadinya manajemen laba (Dwikusumowati, 2013). Penelitian Widyastuti (2007) dalam (Dwikusumowati, 2013) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun penelitian oleh Sary (2015) menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara leverage dengan manajemen laba. Syakhroza (2005) dalam Gea (2014) mengartikan struktur corporate governance sebagai suatu kerangka dalam organisasi bagaimana berbagai prinsip governance dapat dibagi, dijalankan serta dikendalikan. Struktur corporate governance diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu dewan direksi, dewan komisaris, komite audit dan pemegang saham. Terkait ukuran dewan direksi, dewan direksi sendiri adalah pihak yang berkepentingan dalam penentuan kebijakan, strategi maupun pengambil keputusan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa dengan adanya pemisahan peran antara pemegang saham selaku principal dan manager sebagai agen (teori agensi), maka manajer memiliki hak dalam hal pengambilan keputusan yang signifikan demi meningkatkan aset http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 dari pemilik modal (dana investor). Ukuran dewan dapat mengacu pada jumlah anggota dewan direksi yang merupakan dewan entitas. Penelitian Yermack (1996) dalam Simeon et al (2013) mengenai dimensi ukuran dewan direksi, menguji ukuran dewan direksi perusahaan dalam penentuan kinerja perusahaan dan bahwa nilai perusahaan tergantung pada kualitas pemantauan dan pengambilan keputusan oleh dewan direksi. Chin et al. (2006) dalam Gonzales (2013) dengan menggunakan sampel 313 perusahaan dari Hong Kong, menemukan bahwa terdapat pengaruh negatif antara ukuran dewan dengan manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan yang kecil dapat menimbulkan praktek manipulasi oleh pihak manajemen perusahaan. Namun ukuran yang berlebihan juga bisa menjadi kendala dalam efisiensi, karena masalah koordinasi pengambilan keputusan dan komunikasi (Gonzales, 2013). Penelitian mengenai pengaruh jumlah anggota dewan komisaris pernah dilakukan oleh Kurniawan (2014). Hasil dari penelitian tersebut adalah jumlah anggota dewan komisaris yang terlalu besar akan membuat proses mencari kesepakatan dan pengambilan keputusan menjadi sulit, panjang dan bertele – tele, sedangkan jumlah anggota yang kecil menyebabkan dewan komisaris tidak dapat memberikan tekanan kepada dewan direksi. Efektivitas komite audit dalam penelitian ini akan diukur melalui frekuensi rapat komite audit dalam pengaruhnya dengan praktek manajemen laba. Effendi (2005) dalam Kurniawan (2014) menyatakan keberadaan komite audit merupakan hal yang baru bagi perusahaan dan masih banyak kendala dalam pelaksanaannya, sehingga menjadi belum efektif dan tidak memberikan pengaruh yang signifikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 terhadap kinerja perusahaan. Namun dalam Prasiti (2013) dinyatakan bahwa ketika komite audit lebih banyak melakukan pertemuan, maka pengawasan yang dilakukan komite audit terhadap pihak manajemen perusahaan (dalam mengoptimalkan kepentingan manajemen sendiri) akan semakin tinggi pula. Struktur kepemilikan institusi dan kepemilikan manajerial dianggap berpengaruh terhadap manajemen laba. Tindakan pemantauan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para manajer. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan, yang mana dalam penyusunannya tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Gunarsih, 2003 dalam Nugrahanti dan Novia, 2012). Namun penelitian oleh Wahyuningsih (2009) menjelaskan bahwa kepemilikan institusi tidak mempengaruhi manajemen laba. Struktur kepemilikan manajerial juga dapat memberikan pengaruh terhadap manajemen laba. Sesuai penelitian oleh Boediono (2005) dalam Anggraeni (2013) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memberikan pengaruh positif terhadap manajemen laba, dalam artian bahwa kepemilikan manajerial yang besar dapat memicu tindakan manajemen laba. Penelitian di Indonesia sudah banyak yang membahas tentang corporate governance dalam pengaruhnya dengan manajemen laba dan terdapat penemuan yang tidak konsisten. Juga penelitian mengenai karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage) dalam pengaruhnya dengan manajemen laba, dengan hasil inconsistent juga sudah banyak ditemui. Dari ketidak-konsistenan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 pada penelitian sebelumnya, fokus penelitian ini mencoba untuk menguji kembali struktur corporate governance dan karakteristik perusahaan terhadap pengaruhnya dengan manajemen laba. Seperti yang dijeaskan oleh Hasudungan (2015) bahwa manajemen laba dapat dilakukan dengan basis yang ada dalam akuntansi. Transaksi akrual memberikan kebebasan pada manajer untuk menentukan jumlah transaksi secara fleksibel yaitu dengan menaikkan atau menurunkan porsi laba rugi dan neraca. Manajemen dapat melakukan manajemen laba menggunakan model akrual. Penggunaan discretionary accrual pada laporan keuangan menyebabkan manajemen dapat merekayasa laba yang disajikan. Manajemen yang melakukan manajemen laba akan mendapatkan beberapa keuntungan pribadi. Wulandari (2004) dalam Hasudungan (2015) menyatakan tujuan yang akan dicapai manajemen melalui manajemen laba antara lain untuk memperoleh bonus dan kompensasi lain, untuk mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal, untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang, dan untuk menghindari biaya politik. Selain itu manajemen laba juga dilakukan untuk menghindari besarnya pembayaran pajak. Sehingga manajemen seringkali melakukan rekayasa laba untuk memperkecil besarnya pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel dengan tiga tahun penelitian terbaru (2012 – 2014), maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah: “Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Industri Manufaktur tahun 2012 – 2014.” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 B. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada beberapa rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini, antara lain: a. Apakah jumlah anggota dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen laba? b. Apakah jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba? c. Apakah frekuensi rapat komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba? d. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? e. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba? f. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba? g. Apakah kepemilikan institusi berpengaruh terhadap manajemen laba? h. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba? C. Tujuan Penelitian Beberapa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menguji apakah jumlah anggota dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen laba? b. Untuk menguji apakah jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba? c. Untuk menguji apakah frekuensi rapat komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba? http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 d. Untuk menguji apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? e. Untuk menguji apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba? f. Untuk menguji apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba? g. Untuk menguji apakah kepemilikan institusi berpengaruh terhadap manajemen laba? h. Untuk menguji apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba? D. Kontribusi Penelitian Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini berupa: a. Kontribusi Teori Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu wawasan pengetahuan pada para pembaca mengenai manajemen laba secara khusus dengan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap Manajemen Laba dan bidang akuntansi keuangan secara umum. Sehingga dapat dijadikan bahan refrensi untuk penelitian – penelitian di masa yang akan datang dengan tema yang serupa. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 b. Kontribusi Praktik Secara praktik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa acuan analisis dalam suatu perencanaan, pengambilan keputusan maupun evaluasi atas kinerja industri manufaktur di Indonesia. c. Kontribusi Kebijakan Dalam suatu kebijakan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi suatu alat sebagai dasar pemikiran yang sesuai dan relevan terutama dalam industri manufaktur di Indonesia untuk suatu penyelenggaraan manajemen perusahaan yang lebih baik. http://digilib.mercubuana.ac.id/