Proposal Kerja Praktek

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penjadwalan
2.1.1 Definisi Penjadwalan
Penjadwalan adalah durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan
untuk melakukan serangkaian aktifitas kerja yang ada dalam kegiatan
kontruksi (Bennatan, 1995).
Permasalahan yang menyebabkan dibutuhkannya penjadwalan
adalah bila terdapat berbagai macam pekerjaan atau proses yang harus
dilakukan, sedangkan sumber daya (bahan, tenaga kerja, alat, modal)
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan atau proses
tersebut terbatas sehingga diperlukan suatu pengaturan atas pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan atau proses-proses tersebut.
Fogarty (1991) mengatakan bahwa penjadwalan mencakup dua
hal, yaitu scheduling dan sequencing yang masing-masing didefinisikan
sebagai berikut: ”Scheduling is the assigning of starting and completion
times orders (job) and frequently includes the times when orders are to
arrive
and
leave
each
department”.Scheduling
(penjadwalan)
merupakan proses penugasan kapan pekerjaan harus dimulai dan
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
diselesaikan, sedangkan sequencing (pengurutan) merupakan proses
pengaturan urutan atas pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan
tersebut. Karena eratnya hubungan diantara kedua istilah ini, maka
biasanya dalam penggunaan kata scheduling (penjadwalan), pengertian
sequencing sudah tercakup didalamnya. Keputusan yang dibuat dalam
penjadwalan meliputi:
- Pengurutan pekerjaan (sequencing)
- Waktu mulai dan selesai pekerjaan (timing)
- Urutan proses suatu pekerjaan (routing)
2.1.2 Tujuan Penjadwalan
Tujuan penjadwalan, adalah sebagai berikut:
1. Menurut Baker (1974), tujuan penjadawalan umumnya adalah
sebagai berikut:
- Mengurangi keterlambatan suatu pekerjaan. Setiap pekerjaan
mempunyai batas waktu (due date) penyelesaian, jika pekerjaan
tersebut diselesaikan melewati batas waktu yang ditentukan maka
pekerjaan
tersebut
dinyatakan
terlambat.
Dengan
metoda
penjadwalan maka keterlambatan ini dapat dikurangi, baik waktu
maupun frekuensi.
2. Menurut Narasimhan (1985), penjadwalan yang baik seharusnya
simpel, mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan oleh pihak
manajemen dan oleh siapapun yang menggunakannya. Aturanaturan penjadwalan seharusnya cukup kuat tetapi mempunyai
2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tujuan yang realistis sehingga cukup flexibel untuk memecahkan
masalah yang tidak terprediksi sebelumnya dan membolehkan satu
perencanaan ulang.
3. Bedworth (1987) mengidentifikasikan beberapa tujuan dari aktivitas
penjadwalan, adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu
tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan
produktivitas dapat meningkat.
- Mengurangi
menpunyai
beberapa kelambatan pada
batas
waktu
penyelesaian
pekerjaan
yang
sehingga
akan
meminimalisasi penalty cost (biaya kelambatan).
2.2 Struktur Pemecahan Kerja (Work Breakdown Structure -WBS)
Menurut Budi Santosa (2003, p49), WBS (Work Breakdown Structure)
adalah pemecahan pekerjaan menjadi elemen-elemen kecil. Pemecahan ini
akan memudahkan pembuatan jadwal proyek dan estimasi biaya serta
menentukan siapa yang harus bertanggung jawab. Sampai sejauh mana
pekerjaan harus dipecah tidak ada pedoman yang baku. Sejauh pekerjaan itu
sudah cukup mudah dilaksanakan, dapat ditentukan waktu penyelesaiannya,
sumber daya apa yang diperlukan dan biaya yang diperlukan bisa dihitung, itu
berarti sudah cukup memadai.
3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Struktur pemecahan kerja memiliki tingkatan sebagai berikut (Budi
Santosa,2003,p49) :
Tabel 2.1
Tingkatan Pemecahan Masalah
Tingkat
Deskripsi
1
Proyek
2
Tugas
3
Subtugas
4
Paket pekerjaan
Sumber : Budi Santoso, “Manajemen Proyek”, 2003.
WBS mempunyai kegunaan yang besar dalam perencanaan dan
pengendalian proyek. Setidaknya ada 3 manfaat utama WBS:
a. Selama analisis WBS manajer fungsional dan personel lain yang akan
mengerjakannya diidentifikasikan sekaligus terlibat. Persetujuan
mereka terhadap WBS akan membantum memastikan tingkat akurasi
dan
kelengkapan
pendefinisian
perkerjaan
akan
mendapatkan
komitmen terhadap proyek.
b. WBS akan menjadi dasar penganggaran dan penjadwalan. Setiap paket
pekerjaan
ditentukan
biaya
penyelesaiannya.
Jumlah
secara
keseluruhan paket pekerjaan ditambah biaya kerja tidak langsung akan
menjadi biaya total proyek. Sedangkan waktu penyelesaian tiap paket
pekerjaan berguna untuk penjadwalan. Dari penganggaran dan
penjadwalan ini ukuran kemajuan proyek dan penggunaan biaya bisa
diukur.
4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. WBS menjadi alat kontrol pelaksanaan proyek. Beberapa peyimpangan
pengeluaran untuk pengerjaan paket-paket kerja tertentu serta
waktunya bisa dibandingkan dengan WBS ini. Sebaiknya WBS cukup
fleksibel sehingga bisa mengakomodasikan perubahan dalam hal
tujuan ataupun lingkungan proyek. Karena perubahan terhadap WBS
akan berpengaruh terhadap mekanisme pengadaan material, staffing
dan aliran dana.
2.3 Metode ABC (Activity-Based Costing)
Definisi activity-based costing menurut Maher adalah “a cost method
that first assigns costs to activities and then asigns them to product based on
the product consumption of activities.” (Maher 1997:236).
Jadi ABC (Activity-Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan
pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver,
dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri
biaya dari aktivitas ke produk.
Manfaat ABC adalah:
1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk
menghilangkan adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan
harga pokok jenis tertentu terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok
jenis produk lain terlalu rendah (under costing).
2. Memperbaiki pembuatan keputusan.
Dengan menggunakan ABC tidak hanya menyajikan informasi yang lebih
akurat mengenai biaya produk, tetapi juga memberikan informasi bagi
5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya
khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun
dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas usaha.
3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead.
Biaya overhead di sebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di
perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer dalam mengendalikan
aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut.
2.4 PERT
PERT atau Project Evaluation and Review Technique adalah sebuah
model Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah
proyek (Siswanto, 2007). Teknik PERT (Project Evaluation and Review
Technique) adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengurangi adanya
penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai
bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya
proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang
terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah
ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
PERT
direkayasa
untuk
menghadapi
situasi
dengan
kadar
ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan
(Soeharto, 1999).
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Heizer dan Render (2005), dalam PERT digunakan distribusi
peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, antara lain
waktu optimis , waktu pesimis , dan waktu realistis.
Levin dan Kirkpatrick (1972) menjelaskan bahwa waktu optimis adalah
perkiraan waktu yang mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk
dapat dicapai, kemungkinan terjadinya hanya satu kali dari 100, waktu
pesimis adalah suatu perkiraan waktu yang lain yang mempunyai
kemungkinan sangat kecil untuk dapat direalisasikan, kemungkinan
terjadinya juga hanya satu kali dalam 100, sedangkan waktu realistis atau
waktu yang paling mungkin adalah waktu yang berdasarkan pikiran
estimator. Perkiraan waktu optimis biasanya dinyatakan oleh huruf a, waktu
realistis oleh huruf m, dan waktu pesimis dinyatakan oleh huruf b.
Menurut Soeharto (1999), mengingat besarnya pengaruh angka-angka
a, m, dan b dalam metode PERT, maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam
menentukan angka estimasi, diantaranya :
a. Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, m, dan b dalam hubungannya
dengan perhitungan-perhitungan dan pengaruhnya terhadap metode
PERT.
b. Di dalam proses estimasi angka-angka a, m, dan b bagi masing-masing
kegiatan, jangan sampai dipengaruhi atau dihubungkan dengan target
kurun waktu penyelesaian proyek.
c. Bila tersedia data-data pengalaman masa lalu (historical record), maka
data demikian akan berguna untuk bahan pembanding dan banyak
membantu mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan.
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari kurva distribusi (gambar 2.2) dapat dijelaskan arti a, b, dan m.
Kurva waktu yang menghasilkan puncak kurva adalah m. Kurva a dan b
terletak di pinggir kanan kiri dari kurva distribusi, yang menandai batas
rentang waktu kegiatan.
Gambar 2.1
Tiga macam taksiran waktu pada distribusi beta
Sumber : Operational Research Jilid 2, 2007
Ketiga angka perkiraan waktu tadi, yaitu a, b, m, dihubungkan menjadi
satu angka yang disebut te atau kurun waktu yang diharapkan. Angka te
adalah angka rata-rata jika kejadian tersebut dikerjakan berulang dalam
jumlah besar. Dalam menentukan angka te dipakai asumsi bahwa
kemungkinan terjadinya peristiwa optimis (a) dan pesimis (b) adalah sama,
sedangkan jumlah waktu yang paling mungkin (m) adalah 4 kali lebih besar
dari dua peristiwa lainnya. Rumusnya Ta + 4 (Tm) + Tb
6
Gambar 2.2
Expected value, nilai tengah a,m dan b dalam distribusi beta
Sumber : Operational Research Jilid 2, 2007
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.5 CPM
Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical
Path Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi
proyek-proyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara
semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan
CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap
suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan
antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek.
CPM adalah model manajemen proyek yang mengutamakan biaya
sebagai objek yang dianalisis (Siswanto, 2007). CPM merupakan analisa
jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui
pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang
bersangkutan.
2.5.1 Network (Jaringan Kerja)
Network (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan
ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau
divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat
dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan,
sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya
dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai
apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu
network adalah sebagai berikut (Hayun, 2005) :
a.
(anak panah/busur), mewakili sebuah kegiatan atau
aktivitas yaitu tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini
didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu
tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga,
peralatan, material, biaya). Kepala anak panah menunjukkan arah
tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada
permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke
kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini samabsekali
tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.
b.
(lingkaran kecil/simpul/node), mewakili sebuah kejadian
atau peristiwa atau event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai
ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah
kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan
penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru.
Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan
dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala
dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu
tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada
kejadian
yang
sama
diselesaikan.
Suatu
kejadian
harus
mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut.
c.
(anak panah terputus-putus), menyatakan kegiatan
semu atau dummy activity. Setiap anak panah memiliki peranan
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk menunjukkan
hubungan utama antara berbagai kegiatan. Dummy di sini berguna
untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya kegiatan biasa,
panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga
tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa
kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu
kegiatan dan biaya sama dengan nol.
(anak panah tebal), merupakan kegiatan pada lintasan
d.
kritis. Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan
mengikuti aturan-aturan sebagai berikut (Hayun, 2005) :
- Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh
digambarkan satu anak panah.
- Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor
kejadian.
- Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke
kejadian bernomor tinggi.
- Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya
kejadian
(initial
event)
dan
sebuah
saat
paling
cepat
diselesaikannya kejadian (terminal event).
Adapun logika ketergantungan kegiatan-kegiatan itu dapat
dinyatakan sebagai berikut :
1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat
dimulai dan kegiatan C dimulai setelah kegiatan B selesai, maka
hubungan antara kegiatan tersebut dapat di lihat pada gambar 2.3.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
C
B
A
Gambar 2.3
Kegiatan A pendahulu Kegiatan B dan Kegiatan B pendahulu Kegiatan C
Sumber : Manajemen Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional, 1999
2. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat
dimulai, maka dapat di lihat pada gambar 2.4.
A
C
B
Gambar 2.4
Kegiatan A dan B merupakan pendahulu Kegiatan C
Sumber : Manajemen Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional, 1999
3.
Jika kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D
maka dapat di lihat pada gambar 2.5.
A
C
B
D
Gambar 2.5
Kegiatan A dan B merupakan pendahulu Kegiatan C dan D
Sumber : Manajemen Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional, 1999
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.
Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat
dimulai, tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai,
maka dapat dilihat pada gambar 2.6.
A
C
dummy
D
B
Gambar 2.6
Kegiatan B merupakan pendahulu Kegiatan C dan D
Sumber : Manajemen Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional, 1999
Fungsi dummy (
) di atas adalah memindahkan seketika itu
juga (sesuai dengan arah panah) keterangan tentang selesainya
kegiatan B.
5.
Jika kegiatan A,B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian
yang sama, maka kita tidak boleh menggambarkannya seperti pada
gambar 2.7.
A
1
B
2
C
Gambar 2.7
network yang salah bila kegiatan A,B dan C mulai dan selesai
pada kejadian yang sama
Sumber : Operational Research Model-model Pengambilan Keputusan, 1999
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus
digambarkan dummy seperti pada gambar 2.8.
A
2
B
1
C
4
3
Gambar 2.8
Kegiatan A, B dan C mulai dan selesai pada kejadian yang sama
Sumber : Operational Research Model-model Pengambilan Keputusan, 1999
Menurut Heizer dan Render (2005), ada dua pendekatan untuk
menggambarkan jaringan proyek, yaitu kegiatan-pada-titik (activity-onnode – AON) dan kegiatan-pada-panah (activity-on-arrow – AOA).
Pada pendekatan AON, titik menunjukkan kegiatan, sedangkan pada
AOA, panah menunjukkan kegiatan. Gambar 2.9 mengilustrasikan
kedua pendekatan tersebut.
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.9
Perbandingan AON dan AOA
Sumber :
Heizer dan Render (2005)
2.5.2 Penentuan Waktu
Setelah network suatu proyek dapat digambarkan, langkah
berikutnya adalah mengestimasi waktu masing-masing aktivitas, dan
menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu
terjadinya masing-masing kejadian (event).
Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan kita
dapatkan satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan
pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian
seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis. Di samping lintasan
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu
yang lebih pendek daripada lintasan kritis. Dengan demikian, maka
lintasan yang tidak kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat
yang dinamakan float.
Float memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas
pada sebuah network dan ini dipakai pada waktu penggunaan network
dalam praktek atau digunakan pada waktu mengerjakan penentuan
jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Float ini terbagi atas dua
jenis, yaitu total float dan free float (Dimyati dan Dimyati, 1999:180).
Untuk memudahkan perhitungan waktu digunakan notasi-notasi
sebagai berikut.
TE
: earliest event occurance time, yaitu saat tercepat terjadinya
kejadian/event
TL
: latest event occurance time, yaitu saat paling lambat
terjadinya kejadian
ES
: earliest activity start time, yaitu saat tercepat dimulainya
kegiatan/aktifitas.
EF
: earliest
activity
finish
time,
yaitu
saat
tercepat
diselesaikannya kegiatan.
LS
: latest activity start time, yaitu saat paling lambat
dimulainya kegiatan.
LF
: latest activity finish time, yaitu saat paling lambat
diselesaikannya kegiatan.
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
: activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan untuk
t
suatu kegiatan (biasanya dinyatakan dalam hari).
S
: total slack/total float.
SF
:
free slack/free float.
Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu ini digunakan
tiga buah asumsi dasar, yaitu sebagai berikut :
a. Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event.
b. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol.
c. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL = TE untuk
event ini.
Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara,
yaitu cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan
mundur (backward computation). Pada perhitungan maju, perhitungan
bergerak mulai dari initial event menuju terminal event maksudnya
ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events dan saat
paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TE,
ES dan EF).
Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal
event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat
paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan
diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TL, LS, dan LF). Dengan selesainya
kedua perhitungan ini, barulah float dapat dihitung. Untuk melakukan
perhitungan maju dan perhitungan mundur ini, lingkaran kejadian
(event) dibagi atas tiga bagian seperti pada gambar 2.10.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a
b
c
Gambar 2.10
Lingkaran Kejadian
a
: ruang untuk nomor event
b
: ruang untuk menunjukkan saat paling cepat terjadinya event (TE),
yang merupakan hasil perhitungan maju.
c
: ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya event (TL),
yang merupakan hasil perhitungan mundur.
2.5.2.1 Perhitungan Maju
Ada tiga langkah yang harus dilakukan pada perhitungan
maju, yaitu sebagai berikut :
a. Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari ke
nol sehingga untuk initial event berlaku TE=0 (Asumsi ini
tidak benar untuk proyek yang berhubungan dengan proyekproyek lain).
b. Kalau initial event terjadi pada hari yang ke-nol, maka dapat
di lihat pada gambar 2.11.
i
0
j
(I,j
)
Gambar 2.11
Perhitungan Maju (Mulainya kejadian pada hari yang ke-nol)
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ES i j = TE j = 0
EF(i, j ) = ES(i, j) + t(i, j)
= TE(i, j) + t(i, j )
c. Event yang menggabungkan beberapa aktivitas (merge
event), dapat dilihat pada gambar 2.12.
EF i1j
j
EF i2j
EF i3j
Gambar 2.12
Kejadian yang menggabungkan beberapa aktivitas
d. Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas-aktivitas
yang mendahuluinya telah diselesaikan. Maka saat paling
cepat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terbesar
dari saat tercepat untukmenyelesaikan aktivitas-aktivitas
yang berakhir pada event tersebut.
TEj = Max (EF(i1j) EF(i2j) ...... EF(inj) ) .
2.5.2.2 Perhitungan Mundur
Seperti halnya pada perhitungan maju, pada perhitungan
mundur ini pun terdapat tiga langkah, yaitu sebagai berikut.
a. Pada terminal event berlaku TL=TE.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama
dengan saat paling lambat untuk menyelesaikan aktivitas itu
dikurangi dengan duration aktivitas tersebut, dapat di lihat
pada gambar 2.13.
i
(I,j)
j
TE
TL
Gambar 2.13
Perhitungan Mundur (Saat paling lambat untuk
memulai dan saat paling)
lambat untuk menyelesaikan suatu aktivitas
LS = LF - t
Lf(i, j) TL = di mana TL=TE, maka
LS(i, j) = TL( j) - t(i, j)
b. Event yang “mengeluarkan” beberapa aktivitas (burst event),
dapat di lihat pada gambar 2.14.
LS ij1
j
LS ij2
LS ij3
Gambar 2.14
Kejadian yang mengeluarkan beberapa aktivitas
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang
mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat
terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat
paling
lambat
untuk
memulai
aktivitas-aktivitas
yang
berpangkal pada event tersebut.
TL(i) = min(LS(i,j1), LS(i,j1),....,LS(i,jn) )
2.5.3 Lintasan Kritis
Lintasan kritis adalah jalur atau jalan yang dilintasi atau dilalui
yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu pekerjaan.
Dengan kata lain lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan
penyelesaian proyek secara keseluruhan (Badri, 1997:23).
Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam dalam
melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri
atas forward pass dan backward pass. ES dan EF ditentukan selama
forward pass, LS dan LF ditentukan selama backward pass. ES (earliest
start) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan
asumsi semua pendahulu sudah selesai. EF (earliest finish) merupakan
waktu terdahulu suatu kegiatan dapat selesai. LS (latest start) adalah
waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda
waktu penyelesaian keseluruhan proyek. LF (latest finish) adalah waktu
terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak menunda waktu
penyelesaian keseluruhan proyek.
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ES = Max {EF semua pendahulu langsung}…………….…..….… (2.1)
EF = ES + Waktu kegiatan ………………….………………….... ..(2.2)
LF = Min {LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya} (2.3)
LS = LF – Waktu kegiatan ……………………………….….…..... (2.4)
Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua kegiatan
dihitung, kemudian jumlah waktu slack (slack time) dapat ditentukan.
Slack adalah waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa
diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan (Heizer
dan Render, 2005).
Slack = LS – ES …………………………….…………………….. (2.5)
atau
Slack = LF – EF …………………………….…………………….. (2.6)
Menurut Yamit (2000), Kegunaan jalur kritis adalah untuk
mengetahui kegiatan yang memiliki kepekaan sangat tinggi atas
keterlambatan penyelesaian pekerjaan, atau disebut juga kegiatan kritis.
Apabila kegiatan keterlambatan proyek maka akan memperlambat
penyelesaian proyek secara keseluruhan meskipun kegiatan lain tidak
mengalami keterlambatan.
2.5.4 Durasi Proyek
Durasi proyek adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan proyek (Maharany dan Fajarwati,
2006). Maharany dan Fajarwati (2006) menjelaskan bahwa faktor yang
berpengaruh dalam menentukan durasi pekerjaan adalah volume
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pekerjaan, metode kerja (construction method), keadaan lapangan, serta
keterampilan tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan proyek.
2.6 Perbedaan PERT dan CPM
Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah
sebagai berikut :
a.
PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum
pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan
mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan sehingga data,
waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator.
b. Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat,
terlama serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis
informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak
untuk menyelesaikan suatu proyek.
c. Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan
waktu maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM
menekankan tepat biaya.
d. Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan
presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan.
2.7 Kerangka Pemikiran
Perencanaan dan pengendalian proyek merupakan pengaturan aktivitasaktivitas melalui koordinasi waktu dalam menyelesaikan keseluruhan
pekerjaan dan pengalokasian sumber daya pada masing-masing aktivitas, agar
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keseluruhan pekerjaan dapat diselesaikan dengan waktu dan biaya yang
efisien. Manajemen proyek menetapkan dan mengkoordinasikan tujuan
proyek serta merencanakan dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai
efisiensi pelaksanaan proyek. Tujuan proyek biasanya dinyatakan dalam
bentuk penghematan waktu dan biaya produksi.
Perencanaan Proyek
Analisa Metode Proyek
Metode Proyek yang
efektif & efesien
Pelaksanaan Proyek
Gambar 2.15
Kerangka Pemikiran
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download