1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat1. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia bertambah 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000, yaitu sebesar 234.181 jiwa dan diperkirakan untuk tahun 2015 sebesar 247.623 jiwa. Ini merupakan tantangan bagi Indonesia dalammeningkatkan kesejahteraan rakyat, menciptakan kesempatan kerja, menghilangkan kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan kesehatan, meningkatkan infrastruktur, memberikan pelayanan publik, serta ketersediaan barang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup yang akan dipenuhi meliputi kebutuhan pokok dan kebutuhan non pokok. Kebutuhan pokok misalnya sandang, pangan, dan papan, sedangkan kebutuhan akan non pokok meliputi pakaian, manifaktur, kesehatan, dan lain-lain. Menurut data BPS (2010) rata-rata indeks produksi besar dan sedang pada golongan non pokok (tekstil dan pakaian) sebagai berikut: Tabel 1Rata-rata Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Pokok (2000=100), 2007-2009 Golongan pokok 2007 2008 2009 Tekstil/Textiles 98.34 101.66 96.16 Pakaian jadi/ Wearing apparel 130.58 93.08 85.75 Sumber: BPS 2010 Berdasarkan data di atas, indeks rata-rata industri besar dan sedang untuk golongan testil mengalami peningkatan pada tahun 2008, yaitu dari 98,34 menjadi 101,66, Akan tetapi mengalami penurunan pada tahun 2009, sebesar 5,5. Pada golongan pakaian jadi mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan ini disebabkan karena pada tahun 2008 sampai dengan 2009, dunia mengalami krisis global dan hal itu juga dapat berdampak kepada industri yang ada di Indonesia terutama industri pakaian. Melemahnya pertumbuhan ekonomi ini akan mengakibatkan penurunan permintaan, sehingga volume perdagangan dunia pun akan mengalami penyusutan yang cukup berarti (Depdag RI 2009). 1 http://www.tribunnews.com/2010 2 Perkembangan pakaian jadi yang sangat berkembang di Indoensia sekarang adalah kehadiran industri batik. Salah satu contoh, data dari BPS mengenai perkembangan batik di Indonesia pada tahun 1999 sampai dengan 2002 semakin meningkat setiap tahunnya. Nilai industri cukup besar ini dilihat dari nilai yang mencapai Rp 100 Miliar sampai dengan Rp 200 miliar. Tahun 1999 pertumbuhan batik di Indoneisa Rp.94.502.423,00, tahun 2000 mencapai Rp.100.830.719,00, tahun 2001 mencapai Rp. 196.326.256,00, sedangkan tahun 2002 Rp. 201.778.942,00. Dilihat dari data diatas maka kemungkinan perkembangan batik akan meningkat di tahun-tahun berikutnya. Dapat disimpulkan bahwa peminat dalam hal batik di Indonesia pada tahun tersebut tergolong tinggi dan banyak. Gambar 1 Pertumbuhan Industri Batik Di Indonesia Sumber: Eman 2005 Batik merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia terhadap generasinya. Warisan dari nenek moyang itu tidak semuanya terpelihara dengan baik di masa sekarang, tetapi di sisi lain, pemerintah, kalangan swasta, dan masyarakat Indonesia lebih giat untuk melestarikan semua peninggalan tersebut. Salah satu upaya melestarikan peninggalan itu adalah bermunculannya pakaian 3 ataupun produk lainnya yang bernuansa batik. Pada zaman dahulu batik digunakan untuk kegiatan resepsi pernikahan atau pakaian pada kalangan kerajaan di Jawa Tengah. Sekarang batik sudah merubah persepsi itu dengan banyaknya masyarakat Indonesia baik dari anak-anak sampai orang tua menggunakan batik. Organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO, menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia nonkebendaan pada Mei 2009 untuk pemerintah Indonesia. Proses peresmian batik sebagai warisan budaya tak benda itu berlangsung dalam rangkaian acara pada 28 September hingga 2 Oktober 2010 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (Kadin Indonesia, 2009). Menko Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie dalam pertemuannya dengan presiden Susilo Bambang Yudhoyono di istana Bogor memaparkan bahwa: “UNESCO menilai batik sebagai ikon budaya bangsa yang memiliki keunikan serta simbol dan filosofi yang mendalam mencakup siklus kehidupan manusia. Bukan hanya batik dianggap budaya asalnya dari Indonesia, tetapi diakui sebagai satu representasi dari budaya tak benda dari kemanusiaan” (Kadin Indonesia, 2009). Batik yang berkembang saat ini sudah mengikuti tren. Tidak hanya pakaian yang kita lihat yang berbahan batik, saat ini sepatu, furnitur, tas, kursi, dan lainnya sudah menggunakan batik. Salah satu yang lebih banyak digunakan masyarakat adalah pakaian. Pakaian yang dipakai oleh seseorang melambangkan citra diri dari seseorang tersebut. Citra tubuh yang tampak berbeda, unik, dan merepresentasikan budaya dari pemakainya, maka dengan watak artistik, manusia termotivasi menciptakan tekstil yang lebih mengutamakan unsur ragam hiasan dari pada fungsinya sebagai pelindung badan (Luthfillah 2010). Masyarakat saat ini sudah menganggap batik sebagai warisan Indonesia yang perlu dilestarikan. Banyaknya perusahaan batik yang bermunculan di tanah air dengan memberikan motif-motif yang beragam. Ada yang masih menggunakan canting sebagai batik tulis dengan harga yang relatif mahal, bahkan sampai kepada batik print atau dikenal dengan batik cetak dengan kerja yang 4 praktis menghasilkan batik yang beragam motifnya dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Namun dengan bergabungnya Cina pada perdagangan bebas ASEAN (AFTA) atau yang lebih dikenal dengan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) mulai tanggal 1 Januari 2010 telah mengkhawatirkan banyak pihak, terutama kalangan produsen tekstil dalam negeri, khususnya produsen batik. Pedagang Cina yang memproduksi batik mengahasilkan batik dengan corak yang indah dan beragam serta design yang lebih modern dan beragam. Masyarakat sebagian besar lebih memilih batik Cina dibandingkan batik hasil produk Indonesia dengan alasan batik itu lebih murah dan mengikuti tren. Penelitian ini dilakukan agar masyarakat/konsumen lebih mengetahui berbagai macam jenis batik asli Indonesia dan mengetahui kepribadian, konsep diri, serta gaya hidup mereka dalam perilaku pembelian terhadap batik. Perumusan Masalah Berubahnya pandangan masyarakat tentang batik menjadikan perusahaan industri dari golongan sedang dan besar menambah produksi mereka dalam pakaian batik. Untuk saat ini, batik bukan pakaian resmi yang hanya dapat digunakan oleh bangsawan dari ras jawa saja. Akan tetapi, hampir setiap pulau yang ada di Indonesia sudah bermunculan industri batik. Apalagi dengan ditetapkannya batik sebagai warisan budaya Indoneisa oleh UNESCO, peminat akan batik semakin bertambah setiap tahunnya. Batik dahulu hanya digunakan pada para bangsawan. Akan tetapi saat ini batik dapat digunakan oleh semua kalangan. dengan harga yang sangat mahal, sekarang batik sudah lebih praktis cara pembuatannya dengan print atau cetak, istilah lainnya adalah batik cetak. Beragam motif dan corak yang sangat menarik konsumen untuk mengonsumsinya. Batik yang sekarang beredar di Indonesia tidak hanya batik asli Indonesia. Sejak kehadiran AFTA yang bebas memasukkan barang dari negara mana saja ke negara Indoneisa, maka barang luar yang ada di Indonesia seperti pakaian jadi maupun tekstil juga semakin banyak. 5 Pemahaman mengenai konsumen dengan baik dapat dilakukan dengan menganalisis melalui faktor pribadi seseorang, meliputi kepribadian, konsep diri, dan gaya hidup konsumen. pengukuran segmentasi pasar dapat dilakukan dengan melihat tipe kepribadian, bagaimana ia memandang dirinya, dan bagaima ia menghabiskan uangnya dalam perilaku pembelian. Kepribadian adalah perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri manusia yang memiliki ciri-ciri unik dan mempengaruhi perilaku individu tersebut (Sumarwan 2004). Konsep diri merupakan totalitas pemikiran dan perasaan individu yang memiliki referensi terhadap dirinya sendiri sebagai suatu obyek (Hawkins, Best, Coney 2001). Menurut Sumarwan (2002), gaya hidup didefinisikan sebagai suatu pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang dalam menggunakan waktu dan uang. Sasaran penelitian ini yang tergolong pada usia dewasa awal (19-24 tahun), dengan alasan pada usia ini lebih cenderung menyukai dan membeli pakaian (Harlock 1998). Sekarang ini batik yang menjadi polemik pada usia ini khususnya mahasiswa kritis dalam menanggapi masalah budaya ini dan melihat apakah mereka mengetahui perbedaan jenis pakaian batik yang mereka pakai dan dibeli. Menjawab permasalahan ini penulis menuangkannya ke dalam beberapa pertanyaan tentang kepribadian, konsep diri, dan gaya hidup mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Dipilihnya mahasiswa IPB karena hampir setiap departemen memiliki rutinitas baik dari dosen maupun mahasiswa menggunakan batik satu minggu sekali. 1. Bagaimana tipe kepribadian, konsep diri, gaya hidup, dan perilaku pembelian pakaian batik pada mahasiswa? 2. Bagaimana kecenderungan kepribadian, konsep diri, dan gaya hidup dengan perilaku pembelian pakaian batik? 3. Bagaimana hubungan karakteristik contoh dengan kesukaan dan perilaku pembelian pakaian batik? 6 Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepribadian, konsep diri, gaya hidup, dan perilaku pembelian pakaian batik pada mahasiswa. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kepribadian, konsep diri, gaya hidup, dan preferensi pembelian pakaian batik pada mahasiswa. 2. Menganalisis kecenderungan kepribadian, konsep diri, dan gaya hidup dengan perilaku pembelian pakaian batik. 3. Menganalisis hubungan karakteristik contoh dengan kesukaan dan perilaku pembelian pakaian batik. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi individu terhadap kepribadian, konsep diri dan gaya hidup dalam membeli pakian batik: 1. Peneliti, sebagai bahan pembelajaran dalam memahami konsep perilaku konsumen, menambah pengetahuan tentang pangsa pasar batik di Indonesia. 2. Konsumen, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam memilih dan membeli pakaian batik serta lebih mengutamakan produk asli Indonesia dibandingkan produk dari luar. 3. Pembatik, sebagai bahan pertimbangan dalam memproduksi pakaian batik pada motif, corak, dan pattern yang beragam, agar dapat bersaing dengan pakaian lainnya.