PENDAHULUAN Latar Belakang Broiler sebagai salah satu sumber protein hewani memiliki pertumbuhan daging yang cepat dalam waktu relatif singkat. Namun, dagingnya mudah terakumulasi lemak. Sitepoe (1993) mengungkapkan bahwa makanan yang mengandung lemak berlebih, terutama lemak jenuh akan mempunyai kontribusi untuk meningkatkan kolesterol. Konsumen umumnya lebih menginginkan broiler yang rendah kolesterol untuk menghindari penyakit akibat kelebihan kolesterol dalam tubuh. Karena itu, perlu dilakukan upaya penyediaan daging broiler yang kolesterolnya rendah dan mempunyai gizi cukup. Penurunan kolesterol, khususnya daging broiler, dapat dilakukan dengan pemberian ramuan herbal yang mengandung zat aktif sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menurunkan kadar lemak dalam tubuh. Lemak dalam tubuh terdiri dari beberapa jenis yaitu kolesterol, fosfolipid, asam lemak bebas, dan trigliserida. Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah dan daging juga dapat meningkatkan kadar kolesterol (Anonim, 2011b). Ramuan herbal sangat bermanfaat dan dapat menggantikan kerja dari antibiotik terutama antibiotik sintetik yang memiliki banyak kekurangan seperti berbahaya bagi kesehatan baik ternak maupun manusia. Manfaat ramuan herbal tersebut merupakan solusi yang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan makanan sumber kolesterol khususnya makanan yang berasal dari ternak unggas. 1 Penggunaan ramuan herbal pada manusia telah terbukti secara empiris dapat meningkatkan stamina dan kesehatan, demikian pula bila diberikan pada hewan. Penelitian Agustina (2006), menunjukkan penggunaan 12 bahan ramuan herbal dalam bentuk cair dengan pemberian 2,5 ml/l air minum, dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida. Namun, dari 12 bahan ramuan herbal tersebut, terdapat beberapa bahan yang memiliki kandungan zat bioaktif sama. Pemberian ramuan herbal cair ini tidak selamanya harus diberikan setiap hari tetapi juga dapat dilakukan dua hari sekali. Oleh karena itu perlu penelitian pengurangan jenis bahan ramuan herbal yaitu dari 12 bahan menjadi tujuh bahan dan interval pemberian yaitu setiap hari dan setiap dua hari sekali dalam menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah broiler. Permasalahan Ramuan herbal yang terdiri dari 12 bahan, pada beberapa bahan memiliki kandungan zat bioaktif sama, sehingga perlu mengurangi jenis bahan yang sama tersebut. Pengaturan interval pemberian pada broiler juga perlu dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan ramuan herbal dalam menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida. Hipotesis Diduga bahwa penggunaan ramuan herbal cair dengan pengurangan bahan yang memiliki kandungan zat bioaktif sama serta pengaturan interval pemberian dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah broiler. 2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan penelitian ini untuk melihat optimalisasi penggunaan ramuan herbal cair dengan pengurangan bahan yang memiliki kandungan zat bioaktif sama serta pengaturan interval pemberian dalam menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah broiler. Kegunaan penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan ramuan herbal cair pada ransum broiler untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah dengan optimalisasi penggunaan bahan serta interval pemberiannya. 3 TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Broiler Secara genetis, ayam broiler mampu mengolah makanan dengan cepat. Sifat pertumbuhannya yang sangat cepat dapat dicerminkan dari tingkah laku makannya yang sangat lahap. Frekuensi makan ayam broiler lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur, apalagi dimasa akhir pemeliharaan. Pada saat menjelang dipanen yaitu umur 6-7 minggu, ayam broiler dapat mengkonsumsi ransum sebanyak 150-175 g/ekor/hari (Amrullah, 2002). Broiler biasa disebut juga ayam pedaging yang merupakan jenis ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi yaitu dalam produksi daging. Hingga kini ayam pedaging dikenal masyarakat dengan suatu kelebihannya, karena hanya dalam waktu 5-6 minggu dipelihara sudah bisa dipanen (Rasyaf, 1987). Murtidjo (2003), menyatakan bahwa daging broiler dipilih sebagai salah satu alternatif, karena diketahui bahwa broiler sangat efisien berproduksi yaitu dalam waktu 5-7 minggu, ayam tersebut sanggup mencapai berat hidup 1,3-1,8 kg. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pemeliharaan broiler yaitu (1) strain broiler mempunyai kemampuan penyesuaian (adaptasi) untuk dipelihara di lingkungan tropis dan tidak mudah mengalami tekanan, (2) konversi ransumnya baik, dalam arti perbandingan jumlah makanan yang dikonsumsi dan berat badan yang dicapai seimbang, (3) tingkat kematian selama pemeliharaan rendah, (4) tidak kanibal sehingga memudahkan pengelolaan. 4 B. Ramuan Herbal Ramuan herbal adalah obat tradisional yang dikenal sebagai jamu, terbuat dari bahan alami terutama tumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa yang telah digunakan turun temurun secara empirik. Ramuan tanaman obat (jamu) ini, selain untuk konsumsi manusia dapat juga digunakan untuk ternak (Zainuddin, 2010). Ramuan tanaman obat pada umumnya dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu. Sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia sampai saat ini harga obat-obatan untuk ternak (buatan pabrik impor) sangat mahal, sehingga tidak terjangkau oleh para petani ternak, khususnya peternak dalam skala menengah ke bawah. Oleh karena itu peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai obat tradisional yang disebut jamu hewan yang dapat diberikan dalam bentuk larutan melalui air minum dan atau dalam bentuk simplisia (tepung) yang dicampur kedalam ransum sebagai “feed additive” (Zainuddin, 2010). Ramuan herbal terdiri atas beberapa macam tanaman herbal yaitu: a. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) merupakan salah satu jenis tumbuhan obat-obatan asli Indonesia. Temulawak dapat memiliki tinggi hingga 2 meter dan memiliki bunga dengan warna kuning. Manfaat temulawak selama ini digunakan penduduk Indonesia sebagai minuman serta bahan obat tradisional. Manfaat temulawak antara lain dapat mengatasi serta mencegah berbagai penyakit 5 seperti: penyakit hepatitis, liver, produksi cairan empedu, radang empedu, radang lambung, melancarkan pencernaan, hingga penyakit gangguan ginjal (Rozi, 2011). Dilaporkan bahwa ekstrak eter temulawak secara in vitro dapat menghambat pertumbuhan jamur Microsporum gypseum, Microsporum canis, dan Trichophytol violaceum. Minyak atsiri Curcuma xanthorrhiza juga menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, sementara kurkuminoid Curcuma xanthorrhiza mempunyai daya hambat yang lemah. Minyak atsiri dari Curcuma xanthorrhiza secara in vitro memiliki daya antiinflamasi yang lemah, efek antiinflamasi tersebut disebabkan oleh adanya germakron (Purnomowati, 2008). b. Bawang Putih (Allium sativum) Bawang putih adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Batangnya batang semu dan berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam. Daunnya berbentuk pita (pipih memanjang), tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm dan lebar 1,5 cm. Bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan bentuknya paying (Hakim, 2008). Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat antibakteri dan antiseptik. Kandungan alicin dan alicin berkaitan dengan daya anti kolesterol. Zat aktif ini mencegah penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi dan lain-lain (Hakim, 2008). 6 Kemampuan bawang putih sebagai antibakteri juga didukung oleh penelitian (Yamada dan Azama, 1977), yang menyatakan bahwa selain bersifat antibakteri, bawang putih juga bersifat anti jamur. Kemampuan bawang putih ini berasal dari zat kimia yang terkandung di dalam umbi. Komponen kimia tersebut adalah Alicin. Alicin berfungsi sebagai penghambat atau penghancur berbagai pertumbuhan jamur dan bakteri. c. Kemangi Daun kemangi mengandung komponen nongizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol, arginin, anetol, boron, dan minyak atsiri. Flavonoid dan eugenol berperan sebagai antioksidan, yang dapat menetralkan radikal bebas, menetralkan kolesterol dan bersifat antikanker (Candra, 2011). Senyawa ini juga bersifat antimikroba yang mampu mencegah masuknya bakteri, virus, atau jamur yang membahayakan tubuh. Minyak atsiri mudah menguap dan mempunyai aktivitas biologis sebagai antimikroba. Minyak atsiri dibagi menjadi dua komponen, yaitu komponen hidrokarbon dan komponen hidrokarbon teroksigenasi atau fenol. Fenol memiliki sifat antimikroba sangat kuat. Minyak atsiri dapat mencegah pertumbuhan mikroba penyebab penyakit, seperti Staphylococcus aureus, Salmonella enteritidis, dan Escherichia coli. Minyak atsiri juga dapat menangkal infeksi akibat virus Basillus subtilis, Salmonella paratyphi, dan Proteus vulgaris (Candra, 2011). 7 d. Daun Sirih Tanaman sirih tumbuh memanjat dengan tinggi tanaman mencapai 2-4 m. batang sirih berkayu lunak, berbentuk bulat, beruas-ruas, beralur-alur, dan berwarna hijau abu-abu. Daun sirih tunggal dan letaknya berseling. Bentuk daun bervariasi, dari bundar oval. Ujung daun runcing, bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar asimetris, tepi dan permukaan rata, dan pertulangan menyirip. Daun sirih berbau aromatis, dan warnanya bervariasi, dari kuning, hijau sampai hijau tua. Bunganya majemuk, berbentuk bulir, dan berwarna kuning atau hijau (Mahendra, 2005). Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan (Mahendra, 2005). e. Kunyit Kunyit merupakan tanaman herbal dan tingginya dapat mencapai 100 cm. Batang kunyit semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dan berwarna hijau kekuningan. Daun kunyit tunggal, berbentuk lanset memanjang, helai daun berjumlah 3-8, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan menyirip dan berwarna hijau pucat. Keseluruhan rimpang membentuk rumpun rapat, berwarna orange, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar serabut 8 berwarna cokelat muda. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang atau akarnya. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dan mengandung kurkumin. (Mahendra, 2005). Kandungan kimia dan manfaat kunyit (Anonim, 2011a) : 1. Zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4% yang terdiri dari Curcumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. 2. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen. 3. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar. 4. Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, seng, kobalt, aluminium dan bismuth. f. Jahe Rempah yang banyak ditemui di dataran beriklim tropic dan subtropik ini diperkirakan berasal dari India. Daunnya tunggal, sepanjang 15-23 mm dan lebar 8-15 mm. daun bagian tepi rata, berujung runcing, dan berwarna hijau. Mahkota bunga berbentuk tabung kuning kehijauan. Di bagian bibir mahkota bunga berwarna ungu dengan bintik putih kekuningan. Jahe mengandung minyak atsiri, gingerol, zingeron, resin, zat pati, dan gula. Rimpang dipakai sebagai obat batuk, antimual, dan dijadikan minuman pengusir masuk angin dan kembung. Kandungan gingerol-zat antiradang- dalam jahe merah lebih tinggi dibanding dua macam jahe lainnya. Kandungan minyak atsirinya mampu menghangatkan tubuh 9 sehingga melegakkan saluran pernapasan, meredakan batuk dan asma (Sandi, 2009). Menurut Nursal, et. al. (2006) bahwa jahe juga mengandung senyawa flavonoid, fenol, terpenoid. Khasiat jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan. Jahe berguna sebagai obat gosok untuk penyakit encok dan sakit kepala. Minyak atsiri bermanfaat untuk menghilangkan nyeri, anti inflamasi, dan antibakteri. Pada umumnya jahe digunakan sebagai pencampur beberapa jenis obat, yaitu sebagai obat batuk, obat luka luar dan dalam, melawan gatal (umbi ditumbuk halus), dan untuk mengobati gigitan ular. g. Sereh Tanaman sereh (Cymbopogon citrates) dikenal dengan nama tanaman sereh. Sereh merupakan sejenis tanaman dari keluarga rumput yang rimbun dan berumpun besar serta mempunyai aroma yang kuat dan wangi. Sereh juga merupakan tanaman tahunan yang hidup secara meliar. Tanaman ini dapat mencapai ketinggian sampai 1,2 meter (Kristio, 2011). Kandungan zat bioaktif dari sereh yaitu minyak atsiri, citronnelal, geraniol, sitral, eugenol, kadine, kadinol. Minyak sereh dikenal dengan minyak astiri dapat digunakan sebagai bahan pijat rematik. Batangnya dapat digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak/obat batuk, bahan untuk kumur penghangat badan. Daunnya dapat digunakan sebagai peluruh angin kentut, penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan pereda kejang. Akar digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak/obat batuk, bahan untuk kumur, dan penghangat badan. Daunnya 10 digunakan sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan pereda kejang (Seputra, 2008). h. Lengkuas Lengkuas (Alpinia galanga) merupakan tanaman semak berumur tahunan. Lengkuas yang tumbuh subur dan dapat mencapai ketinggian 1,5-2,5 m. Lengkuas mengandung minyak atsiri berwarna hijau kekuningan dan berbau khas. Rasanya pahit dan mendinginkan lidah. Minyak atsiri ini terdiri atas bahan metal sinamat 48 %, cineol 20 %-30 %, kamfer, d-alfa-pinen, galangin, dan eugenol 3 %-4 %. Khasiat lengkuas dapat menguatkan lambung dan isi perut, memperbaiki pencernaan, mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan, mengobati sakit kepala, nyeri dada dan meningkatkan nafsu makan. Biji lengkuas juga dapat meredakan kolik atau perut mulas, diare, dan antimual (Muhlizah, 1999). Ekstrak lengkuas (suku Zingiberaceae) dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan mikroba, diantaranya bakteri Escherchia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, jamur Neurospora sp., Rhizopus sp. dan Penicillium sp. (Nursal, dkk, 2006). i. Temu Hitam Temu hitam terdapat di Burma, Kamboja, Indocina, dan menyebar sampai ke Pulau Jawa. Selain ditanam di pekarangan atau di perkebunan, temu hitam juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, atau di ladang pada ketinggian 400–750 m di atas permukaan laut. Temu tahunan ini mempunyai tinggi 1-2 m, berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun, 11 berwarna hijau atau cokelat gelap, daun tunggal dan bertangkai panjang, 2-9 helai (Riayati, 1989). Menurut Muhlizah (1999), khasiat temu hitam yaitu meningkatkan nafsu makan, mengobati penyakit kulit seperti kudis, ruam, dan borok dan khasiat lain adalah memberantas cacing di dalam perut, merangsang keluarnya gas perut, meredakan kolik atau mulas, obat batuk, asma dan sariawan. Rebusan irisan temu hitam dapat mematikan cacing dalam waktu 7–17 jam, sediaan rebusan parutan dalam waktu 11–20 jam, dan sediaan serbuk dalam waktu 11–25 jam. Kandungan minyak atsiri terbesar pada sediaan irisan. Rimpang temu hitam mengandung minyak atsiri, tanin, kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, a, ß, g-elemene, linderazulene, kurkumin, demethyoxykurkumin, bisdemethyoxykurkumin (Riayati, 1989). j. Temu Kunci Temu kunci adalah tanaman sejenis temu-temuan, yang rimpangnya digunakan untuk bumbu masak orang Asia tenggara. Tanaman herbal temu kunci ini berbeda dengan tanaman herbal temu-temuan yang lain, sebab tumbuhnya vertikal kebawah. Rimpang tanaman herbal ini berguna untuk mengatasi gangguan pencernaan. Zat yang terkandung didalam hebal ini adalah minyak atsiri (sineol, kamfer, d-borneol, d-pinen, seskuiterpene, zingiberen, kurkumin, zedoarin), rhisoma ; pati (hanya ada sesudah musim kemarau) (Faris, 2011). 12 k. Bawang Merah Bawang merah sama dengan bawang putih termasuk dalam herba semusim dengan tinggi sekitar 40-60 cm. Tanaman ini tidak memiliki batang, berumbi lapis, berwarna merah keputih-putihan, berlubang, bentuknya lurus, ujungnya lurus tetapi rata, panjangnya sekitar 50 cm, lebar 0,5 cm, menebal dan berdaging, serta mengandung persediaan yang dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis, daunnya tunggal dan bunga majemuk serta bijiya berbentuk segitiga, berwarna hitam, dan akarnya merupakan akar serabut dan putih. Efek farmakologis yang dihasilkan adalah menurunkan panas, antibakteri, perut kembung, flu, dan panas dingin (Syukur, 2005). Bawang merah mengandung protein serta kaya akan kalsium dan ribivalfin. Bawang merah dewasa mengandung protein 1,2%, lemak 0,1%, serat 0,6%, mineral 0,4%, dan karbohidrat 11,1% per 100 g (Ahira, 2011). l. Kencur Kencur (Kaempferia galangal L.) digolongkan ke dalam keluarga rimpang-rimpangan atau Zingiberaceae. Kencur merupakan terna (tumbuhan dengan batang lunak tidak berkayu atau hanya mengandung jaringan kayu sedikit sekali) kecil yang cocok ditanam di tanah yang relatif gembur dan tidak terlalu banyak air. Dia hidup di dataran rendah sampai sedang (50-600 m dpl) dengan suhu berkisar 26-30°C. Kencur merupakan tanaman yang telah dikenal dalam khasanah tradisional masyarakat Indonesia. Sebagai bumbu dapur, urap dan karedok merupakan contoh masakan yang menggunakan kencur sebagai bumbu (Nugroho, 2011). Selanjutnya dijelaskan bahwa rimpang kencur mengandung pati 13 (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom. Kencur segar mengandung antibakteri walau cuma sedikit. Tabel 1. Kandungan Zat Bioaktif Berbagai Jenis Herbal (Agustina, dkk, 2009) : Jenis Herbal Temulawak Kunyit Daun Sirih Jahe Sereh Dapur Kencur Kemangi Lengkuas Temu hitam Temu kunci Bawang putih* Bawang merah* Jenis Zat Bioaktif Kadar minyak atsiri Kadar Kurkumin Kadar minyak atsiri Kadar Kurkumin Kadar minyak atsiri Kadar Metil caviol* Kadar minyak atsiri Kadar gingerol* Kadar minyak atsiri Kadar minyak atsiri Kadar Kurkumin Kadar minyak atsiri Kadar eugenol* Kadar sitral A* Kadar sitral B* Kadar flavonoid* sebagai Quersetin Kadar minyak atsiri Kadar minyak atsiri Kadar minyak atsiri Kadar kurkumin Kadar Alicin Kadar Alicin Kandungan (%) 6,55 2,33 6,18 8,6 0,91 2,68 2,49 0,799 1,33 3,35 0,006 1,11 27,98 14,07 10,9 0,47 0,81 1,89 3,42 0,02 Analisis : Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Balittro Bogor (2009) * Laboratorium Kimia Organik FMIPA-UGM (2009) Ket : Tulisan bold merupakan bahan yang dikeluarkan (12 bahan menjadi tujuh bahan) 14 C. Kolesterol Menurut Hembing (2006), kolesterol merupakan suatu senyawa lemak seperti lilin dan berwarna kekuningan. Sebagian besar kolesterol diperoleh dari hati, didalam tubuh kolesterol mempunyai fungsi penting yang diperlukan dalam beberapa proses metabolisme, seperti bahan untuk membentuk dinding sel, pembentuk hormon, pembungkus jaringan saraf, bahan pembentuk asam dan garam empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi lemak. Dengan demikian kadar kolesterol normal mempunyai banyak manfaat, akan tetapi akan menjadi masalah jika kadarnya berlebih. Kolesterol merupakan salah satu sterol hewani dan menyusun 17% bahan kering otak. Kolesterol dapat disintesa dari asetat dalam bahan asal dari asam kolat, penyusun asam empedu. Kolesterol berhubungan erat dengan keadaan aterosklerosis, dimana terdapat penimbunan bahan-bahan mengandung kolesterol pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyakit jantung. Namun demikian, penting untuk memperkenalkan bahwa kolesterol juga mempunyai peranan yang berguna (amat vital) untuk mempertahankan fungsi tubuh (Tillman, dkk., 1986). Fungsi kolesterol dalam tubuh diperlukan dalam berbagai proses metabolisme. Misalnya, selain sebagai bahan pembentuk dinding sel, kolesterol juga dibutuhkan untuk membuat vitamin D. Kolesterol yang dikeluarkan dari hati ke jaringan otot untuk disimpan sebagai cadangan energi. Demikian juga pembuatan asam empedu yang digunakan untuk mengemulsi lemak (Susanto, 2006). 15 Hasil penelitian Nyoman (1997), kadar kolesterol darah broiler berkisar antara 149-193 mg/dl. Lebih lanjut Mangisah (2003), bahwa kadar kolesterol darah ayam normal berkisar antara 125-200 mg/dl. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah (Anonim, 2011b) yaitu: 1. Faktor genetik Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol. Seperti kita ketahui 80 % dari kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh sendiri. Ada sebagian orang yang memproduksi kolesterol lebih banyak dibandingkan yang lain. Ini disebabkan karena faktor keturunan. Pada orang ini meskipun hanya sedikit saja mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak. 2. Faktor makanan Dari beberapa faktor makanan, asupan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Lemak merupakan bahan makanan yang sangat penting, bila kita tidak makan lemak yang cukup maka tenaga kita akan berkurang, tetapi bila kita makan lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah. Bila kadar kolesterol di pembuluh darah tinggi, hal ini akan membuat diameter pembuluh darah menjadi sempit, (analogikan dengan selang air yang dinding dalamnya tertutup oleh lumut, maka aliran air tidak akan lancar). Pada keadaan yang berat terjadi sumbatan total dari pembuluh darah maka akan terjadi kerusakan organ, misalkan bila pembuluh koroner yang tertutup, maka terjadi serangan jantung, atau bila pembuluh darah otak yang tertutup akan 16 terjadi stroke. HDL akan membawa kolesterol bebas dari pembuluh darah ke hati sehingga diameter pembuluh akan melebar, sedangkan bila kadar VLDL dan LDL tinggi maka akan terjadi hal sebaliknya yang akan memperberat penyempitan pembuluh darah. D. Trigliserida Trigliserida merupakan sejenis lemak yang proporsinya terbesar pada lemak dalam makanan, merupakan cadangan energi yang disimpan di dalam jaringan adiposa dan otot. Jika tubuh membutuhkan energi, maka trigliserida dilepaskan untuk dimetabolisme menjadi energi. Sementara kolesterol juga merupakan senyawa semacam lemak, terdapat didalam makanan dan didalan darah. Kolesterol dan trigliserida tidak larut di dalam darah sehingga diperlukan kendaraan untuk mengangkutnya yaitu lipoprotein (Anonim, 2011b). Amrullah (2002), menyatakan bahwa trigliserida adalah lemak utama yang disimpan dalam jaringan tubuh ayam. Sekitar 95% trigliserida datang dari ransum dan 5% nya disintesis dalam tubuh. Selanjutnya Susanto (2006), menyatakan bahwa trigliserida adalah lemak yang berbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan. Bukan saja yang berbentuk lemak tetapi juga makanan yang berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan juga tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi. Menurut Murtidjo (2003), lemak yang terdapat dalam daging ayam umumnya terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipid (sebagian besar berupa lesitin) dan kolestrol. Trigliserida dan fosfolipida berfungsi dalam penyediaan energi yang diperlukan untuk aktifitas sehari-hari. Selanjutnya Achmad (2008), 17 menambahkan bahwa sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99 % trigliserida. Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh sel-sel yang membutuhkan komponen-komponen tersebut kemudian dibakar dan menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O). Tabel 2. Perbedaan kolesterol dan trigliserida (Anonim, 2011b) : Kolesterol Trigliserida Kolesterol akan disimpan dalam jaringan Trigliserida akan disimpan dalam sel hati atau dinding pembuluh darah lemak di bawah jaringan kulit. Kolesterol berfungsi membangun sel-sel Fungsi trigliserida adalah menghasilkan dan hormon-hormon tertentu dalam tubuh energi bagi tubuh. E. Mekanisme Kerja Ramuan Herbal Ramuan herbal mengandung zat aktif yang dapat menjadi antioksidan dan diduga kuat dapat berpengaruh terhadap kadar lemak dalam tubuh. Zat bioaktif dalam ramuan herbal dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, menurunkan kadar LDL darah atau kolesterol jahat dan meningkatkan kadar HDL (Anonim, 2011a). Mekanisme penurunan kolesterol oleh alisin terjadi melalui penghambatan secara langsung aktivitas enzim HMG-CoA reduktase oleh alisin, penghambatan 18 aktivitas enzim ini menyebabkan tidak terbentuknya mevalonat dari HMG-CoA, mevalonat akan diubah menjadi skualen, lanosterol, dihidrolanosterol, D 8dimetilsterol, 7-dihidrokolesterol dan akhirnya menjadi kolesterol (Wahyono, 1999). Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A melalui beberapa tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa asetil koenzim A diubah menjadi isopentenil piroposfat dan dimetil pirofosfat bereaksi yang melibatkan beberapa enzim. Selanjutnya isopentenil pirofosfat dan dimetil pirofosfat bereaksi membentuk kolesterol (Poedjiadi, 2007). 19 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Omnivora Fakultas Peternakan Universiatas Hasanuddin, Makassar. Sedangkan analisis kolesterol dan trigliserida dilaksanakan di Laboratorium Klinik Permai Bestari, Makassar. Materi Penelitian Penelitian ini menggunakan alat-alat : timbangan, kandang litter, tempat makan, tempat air minum, lampu pijar 40 watt, dan peralatan lainnya untuk pemeliharaan broiler. Bahan yang digunakan yaitu broiler umur 1 hari atau day old chick (DOC) dengan strain MB 202 Japfa sebanyak 100 ekor dengan jenis kelamin campuran (unsexed), EM4, molases, 12 ramuan herbal terdiri atas temulawak, jahe, daun sirih, kunyit, bawang putih, bawang merah, kemangi, sereh dapur, temu kunci, temu hitam, lengkuas, dan kencur serta 7 ramuan herbal yang terdiri atas temulawak, jahe, sirih, kunyit, bawang putih, kemangi, dan sereh. Ransum basal terdiri dari jagung kuning, dedak padi, tepung ikan, tepung bulu unggas, bungkil kedele, minyak kelapa, bungkil kelapa, kapur, tepung udang, dan air minum diberikan secara ad libitum. 20 Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan yang Digunakan Dalam Ransum Broiler Bahan Serat Kalsium Fosfor Lisin Methionin kasar Protein EM Lemak Jagung Kuning* 9 3430 4,1 2,2 0,03 0,29 0,27 0,3 Dedak Padi** 12 2958 13 12 0,12 0,21 0,77 0,29 T.Bulu Unggas* 85,7 3469 5,4 0 0,39 0 1,8 0,52 T. Ikan* 62 2930 9 1 5,96 3,1 5,34 1,98 Bungkil Kedele** 49 2330 1,5 6,5 0,11 0,68 3,07 0,68 Bungkil Kelapa* 21 1860 9,6 15 2,2 0,62 0,59 0,29 Minyak Kelapa* 0 9000 99,5 0,5 0 0 0 0 Kapur (CaCo3)* 0 0 0 0 38 0 0 0 33,21 2900 4,4 18,3 0 0 0 0 Tepung Udang* Sumber : * : Ichwan (2003) ** : Wahyu (1985) Tabel 4. Komposisi Ransum dan Nutrisinya yang Digunakan dalam Percobaan Berdasarkan Hitungan Jenis Pakan Jagung Dedak Padi T. Bulu Unggas Tepung Ikan Bungkil Kedele Bungkil Kelapa Minyak Kelapa Kapur (CaCo3) Tepung Udang Komposisi Ransum (%) Fase Starter 60 2 2 8 18 6 0,5 0,5 3 Fase Finisher 60 3,5 1,5 8 14,4 7 0,45 0,15 5 21 Kandungan Nutrisi Berdasarkan Perhitungan Kandungan Nutrisi Protein (%) Energi metabolisme (Kkal/kg) Lemak (%) Serat Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Lysin (%) Methionin (%) Fase Starter 23,39 3083,94 5,02 4,26 0,85 0,59 1,22 0,49 Fase Finisher 20,6 3080,12 5,05 3,80 0,73 0,57 1,12 0,47 Metode Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial 2 X 2 dengan 5 ulangan, dimana setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam. Perlakuaannya sebagai berikut (Gaspersz, 1991) : A1B1 : 12 kombinasi ramuan herbal dengan pemberian setiap hari A1B2 : 12 kombinasi ramuan herbal dengan pemberian 2 hari sekali A2B1 : 7 kombinasi ramuan herbal dengan pemberian setiap hari A2B2 : 7 kombinasi ramuan herbal dengan pemberian 2 hari sekali Keterangan : A = Kombinasi ramuan herbal B = Interval pemberian Pemeliharaan Ayam Sebelum broiler/DOC dimasukkan kedalam kandang, terlebih dahulu dilakukan sanitasi kandang dan persiapan tempat makan dan minum. Broiler dipelihara dari DOC sampai umur 5 minggu dengan kandang litter. Perlakuan 22 diberikan pada ayam sejak umur 1 hari sampai panen. Jumlah ayam perlakuan sebanyak 100 ekor dipilih secara acak dan dimasukkan kedalam petak masingmasing 5 ekor.Setiap kandang dilengkapi lampu pijar 40 watt. Pemberian ransum dan air minum secara ad libitum. Air minum yang diberikan dicampur dengan ramuan herbal sebanyak 2,5 ml/l. Ramuan herbal tersebut ada yang diberikan setiap hari dan ada yang diberikan dua hari sekali. Pembuatan Ramuan Herbal Pembuatan ramuan herbal pada prinsipnya adalah mencampurkan berbagai macam bahan (tanaman herbal) yang telah diiris dan dihaluskan, kemudian dilakukan fermentasi selama 2 minggu dengan menggunakan EM4 dan molases. 0,25 kg tiap bahan dicuci sampai bersih dan diiris tipis kemudian dihaluskan (diblender) Masukkan dalam jerigen 20 liter dan tambahkan air sampai penuh Campuran homogen dan tutup rapat 1 liter molases + 1 liter EM4 + air sumur untuk mengencerkan molases Fermentasi selama 2 minggu sampai tidak berbentuk gas. Gas yang berbentuk selama proses dikeluarkan dengan membuka tutup jerigen, setelah itu ditutup rapat kembali Ramuan herbal disaring Simpan dalam keadaan anaerob di tempat sejuk dan siap untuk digunakan Gambar 1. Bagan Pembuatan Ramuan Herbal Cair (Agustina, 2006) 23 Parameter yang diamati : Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kadar kolestrol dan trigliserida darah broiler. a. Pengukuran Kadar Kolestrol Total Menurut Dachriyanus, dkk (2007), pengukuran kadar kolestrol total dilakukan dengan menggunakan metode Enzimatik CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase- Para Amino Antipyrine) dengan cara sebagai berikut : Darah diambil dengan menggunakan spoit pada bagian sayap ayam melalui pembuluh darah sebanyak 2 cc. Darah didiamkan selama 15 menit dan disentrifus selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Selanjutnya, serum darah dipipet dengan pipet mikro sebanyak 10 µl dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol (QCA = Quimica Clinica Aplicada) sebanyak 1000 µl lalu dicampur dengan menggunakan vortex, dan dibiarkan selama 20 menit pada suhu kamar. Ukur serapan pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko. Sebagai blanko digunakan pereaksi kolestrol 1000 µl dan aquadest 10 µl. Untuk larutan standar dipipet 10 µl larutan standar kolesterol, dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan laruran pereaksi kolesterol (reagen) sebanyak 1000 µl. Diamkan selama 20 menit pada suhu kamar. Ukur serapan pada panjang gelombang 500 nm. Kadar kolestrol total dihitung dengan rumus sebagai berikut : C= 𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝐶 𝑠𝑡 𝐴 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 24 Dimana : C = kadar kolestrol (mg/dl) A = serapan Cst = kadar kolestrol standar (200 mg/dl) b. Pengukuran Kadar Trigliserida Menurut Dachriyanus, dkk (2007), pengukuran kadar trigliserida dilakukan dengan menggunakan metode Enzimatik GPO-PAP (Glycerol Posfat Oxidase- Para Amino Antipyrine) dengan cara sebagai berikut : Serum dipipet sebanyak 10 µl dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan larutan pereaksi trigliserida (QCA = Quimica Clinica Aplicada) sebanyak 1000 µl lalu campur larutan menggunakan vortex, kemudian biarkan 20 menit pada suhu kamar dan ukur serapan pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko. Sebagai blanko digunakan pereaksi trigliserida 1000 µl dan aquadest 10 µl. Untuk larutan standar dipipet 10 µl larutan standar trigliserida, dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan laruran pereaksi trigliserida (reagen) sebanyak 1000 µl. Diamkan selama 20 menit pada suhu kamar. Ukur serapan pada panjang gelombang 500 nm. Kadar trigliserida dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut C= 𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝐶 𝑠𝑡 𝐴 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 Dimana : C = kadar trigliserida (mg/dl) A = serapan Cst = kadar trigliserida standar (200 mg/dl) 25 Pengolahan Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menguunakan RAL pola faktorial 2x2x5, dengan bantuan software SPSS Ver. 16 (Gaspersz, 1991) : Yijk = u + αi+ βj+ (αβ)ij + εijk ; i = 1, 2 j = 1, 2 k = 1, 2, 3, 4, 5 Dimana : Yijk :Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari kombinasi ramuan herbal dan taraf ke-j dari interval pemberian) u : Nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya) αi : Pengaruh aditif taraf ke-i dari kombinasi ramuan herbal βj : Pengaruh aditif taraf ke-j dari interval pemberian (αβ)ij : Pengaruh interaksi taraf ke-i kombinasi ramuan herbal dan taraf ke-j interval pemberian εijk : Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij 26 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kandungan Zat Bioaktif Ramuan Herbal Tabel 5. Perbedaan 12 Bahan dengan Tujuh Bahan Ramuan Herbal/20 Liter Jenis Zat Bioaktif Minyak atsiri 12 ramuan Herbal (g) 70,10 7 Ramuan Herbal (g) 46,42 27,39 27,33 Metil cavinol 6,7 6,7 Gingerol 1,99 1,99 Eugenol 69,95 69,95 Sitral A 35,17 35,17 Sitral B 27,25 27,25 Flavonoid 1,17 1,17 Kurkumin Hasil perhitungan diatas diperoleh dari perhitungan kandungan zat bioaktif pada Tabel 1. Persentase kandungan zat bioaktif pada Tabel 1, baik untuk 12 bahan maupun tujuh bahan ramuan herbal, masing-masing dikalikan dengan 0,25 kg (250 g). Sehingga diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa seluruh bahan ramuan herbal mengandung zat bioaktif berupa kurkumin, minyak atsiri, metal cavicol, gingerol, eugenol, sitral A, sitral B, flavonoid sebagai quersetin dan alicin. Terlihat bahwa letak perbedaan antara 12 bahan ramuan herbal dengan tujuh bahan ramuan herbal pada jumlah zat bioaktif yang terkandung dalam ramuan herbal terutama minyak atsiri dan kurkumin. Pada 12 bahan ramuan herbal mengandung minyak atsiri sebesar 70,10 g, sedangkan pada tujuh bahan ramuan herbal hanya 46,42 g. Kadar kurkumin dari 12 bahan ramuan herbal sebesar 27,39 g dan pada tujuh bahan ramuan herbal sebesar 27,33 g. 27 Selain itu, juga terlihat bahwa dari 12 bahan ramuan herbal yang digunakan, terdapat beberapa bahan yang memiliki kandungan zat bioaktif sama. Misalnya pada bawang merah dan bawang putih, sama-sama mengandung alicin. Begitu pula dengan kandungan zat bioaktif yang lain seperti minyak atsiri dan kurkumin. Kedua zat bioaktif ini dimiliki oleh beberapa bahan khususnya pada temu-temuan. Sehingga untuk mengoptimalkan penggunaan ramuan herbal tersebut dilakukan pengurangan bahan yaitu dari 12 bahan menjadi tujuh bahan. B. Kadar Kolesterol dan Trigliserida Darah Broiler Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil rata-rata kadar kolesterol dan trigliserida darah broiler tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-Rata Kadar Kolesterol dan Trigliserida Darah Broiler Parameter Perlakuan Kolesterol (mg/dl) Trigliserida (mg/dl) A1B1 110,00 ± 20,04 75,00 ± 53,86 A1B2 111,80 ± 19,49 70,00 ± 33,59 A2 B1 116,80 ± 17,63 60,80 ± 6,42 A2B2 111,00 ± 17,69 89,80 ± 11,37 Keterangan : A1B1 = Pemberian 12 bahan ramuan herbal setiap hari, A1B2 = Pemberian 12 bahan ramuan herbal setiap 2 hari, A2 B1 = Pemberian 7 bahan ramuan herbal setiap hari, A2B2 = Pemberian 7 bahan ramuan herbal setiap 2 hari. 28 Kolesterol Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ramuan herbal cair tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar kolesterol darah broiler. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol darah broiler yang tertinggi yaitu pemberian tujuh bahan ramuan herbal setiap hari (A2B1) 116, 80 mg/dl. Sedangkan kadar kolesterol terendah yaitu pemberian 12 bahan ramuan herbal setiap hari (A1B1) 110,00 mg/dl. Artinya, pemberian 12 bahan ramuan herbal setiap hari cenderung lebih baik dalam menurunkan kolesterol darah dibanding dengan menggunakan tujuh bahan ramuan herbal setiap hari atau setiap dua hari sekali. Hal ini disebabkan karena pada 12 bahan ramuan herbal kandungan zat bioaktifnya terutama minyak atsiri dan kurkumin lebih lengkap dibanding dengan menggunakan tujuh bahan ramuan herbal. Hal ini sesuai dengan pendapat Mangisah (2003), menyatakan bahwa penurunan kadar kolesterol darah pada broiler disebabkan karena adanya kandungan zat bioaktif kurkumin dan minyak atsiri dalam ramuan herbal yang dapat meningkatkan produksi dan sekresi empedu. Meningkatnya sekresi empedu ke dalam duodenum serta banyaknya ekskresi asam empedu dan kolesterol dalam feses menyebabkan kolesterol dalam darah dan tubuh berkurang. Hasil penelitian diatas masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar kolesterol darah ayam normal. Dimana kadar kolesterol darah normal broiler berkisar antara 125-200 mg/dl (Mangisah, 2003). 29 Zat bioaktif yang terkandung dalam ramuan herbal seperti senyawa alisin berperan langsung dalam menurunkan kolesterol, senyawa alisin yang terdapat pada bawang putih dan bawang merah selain sebagai anti oksidant, anti bakteri juga berperan dalam metabolisme kolesterol. Mekanisme penurunan kolesterol oleh alisin terjadi melalui penghambatan secara langsung aktivitas enzim HMGCoA yang berperan dalam pembentukan kolesterol (Wahyono, 1999). Ditambahkan Candra (2011), bahwa flavonoid dan eugenol berperan sebagai antioksidan, yang dapat menetralkan radikal bebas, menetralkan kolesterol dan bersifat antikanker. Berdasarkan hasil penelitian Sutarpa (2010), terlihat bahwa apabila kolesterol darah meningkat, kolesterol daging juga meningkat, begitu pula sebaliknya. Menurut Anonim (2011b), kolesterol adalah termasuk keluarga lemak yang disimpan dalam jaringan hati atau dinding pembuluh darah. Kolesterol berhubungan erat dengan keadaan aterosklerosis, dimana terdapat penimbunan bahan-bahan mengandung kolesterol pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyakit jantung. Trigliserida Analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian ramuan herbal cair tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar trigliserida darah broiler. Walaupun secara numerik terdapat perbedaan, tapi secara statistik pemberian ramuan herbal dengan 12 bahan atau tujuh bahan dan diberikan sehari sekali atau dua hari sekali tidak menunjukkan adanya perbedaan. 30 Rata-rata kadar trigliserida darah tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Kadar trigliserida tertinggi diperoleh pada perlakuan A2B2 (89,80 mg/dl) sedangkan kadar trigliserida terendah diperoleh pada perlakuan A2B1 (60,80 mg/dl). Kadar trigliserida darah dari semua perlakuan pada penelitian ini bisa dikatakan normal yaitu berkisar 60,80 - 89,80 mg/dl, jika dibandingkan dengan hasil penelitian Swastika (1997), yaitu berkisar antara 70-99 mg/dl. Sedangkan batas kadar trigliserida darah normal yaitu dibawah 150 mg/dl (Anonim, 2012). Amrullah (2002), menyatakan bahwa trigliserida adalah lemak utama yang disimpan dalam jaringan tubuh ayam. Sekitar 95% trigliserida datang dari ransum dan 5% nya disintesis dalam tubuh. Selanjutnya Achmad (2008), menambahkan bahwa sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99 % trigliserida. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh sel-sel yang membutuhkan komponen-komponen tersebut kemudian dibakar dan menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O). Trigliserida merupakan salah satu bentuk lemak dalam sel darah, selain kolesterol. Trigliserida merupakan jumlah lemak yang bersirkulasi dalam darah. Trigliserida dalam darah berasal dari lemak yang ada dalam makanan atau dibuat di dalam tubuh dari sumber energi lain seperti karbohidrat. Kalori yang bersumber dari makanan yang tidak digunakan langsung oleh jaringan tubuh diubah menjadi 31 trigliserida/lemak dan selanjutnya disimpan dalam sel-sel lemak tubuh (Anonim ,2011b). Jeffry (2008) menyatakan bahwa trigliserida adalah salah satu bentuk dari 3 lemak dasar manusia. Tidak seperti kolesterol yang disimpan dalam jaringan hati atau dinding pembuluh darah, trigliserida akan disimpan dalam sel lemak dibawah kulit. Kadar trigliserida yang tinggi akan merubah metabolisme VLDL menjadi suatu bentuk large VLDL. Bentuk L-VLDL ini akan menjadi LDL yang sangat mudah teroksidasi dan merusak HDL yang pada akhirnya akan memperberat kandungan kolesterol pembuluh darah. Zat kimia yang terkandung dalam rimpang rimpangan seperti kurkuminoid, flavonoid dan minyak atsiri berperan dalam menurunkan kadar lemak, kolesterol dan berperan dalam proses sekresi empedu dan pankreas yang dikeluarkan lewat feses. Jain et al (2007) melaporkan adanya aktivitas hypolipidemik dari hewan percobaan yang diberi sebanyak 1 g ekstrak tepung kunyit dan menyebabkan adanya penurunan 40-50% total kolesterol, LDL dan trigliserida serta menurunkan potensi atherosclerosis. 32 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan tujuh macam bahan ramuan herbal dengan pemberian dua hari sekali cenderung lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah broiler karena secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan baik untuk kolesterol maupun trigliserida, walaupun secara numerik terlihat ada perbedaan. Penggunaan tujuh macam bahan ramuan herbal dengan pemberian dua hari sekali juga lebih efisien baik dari segi biaya maupun waktu penggunaan. Saran Sebaiknya menggunakan tujuh bahan ramuan herbal dengan pemberian dua hari sekali karena lebih efisien dan cenderung lebih baik dalam menurunkan kolesterol dan trigliserida darah broiler. 33 DAFTAR PUSTAKA Achmad. 2008. Kelainan Lipid Pengobatan Hiperlipid Info Produk Referensi. http://www.medicastore.com/nutracare/isi choless.php? isi choless=kelainan lipid (11 Desember 2011). Agustina, L. 2006. Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive Untuk Meningkatkan Performans Broiler. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. ____________., M.Hatta dan S.Purwanti. 2009. Penggunaan Ramuan Herbal Untuk Meningkatkan Produktifitas Dan Kualitas Broiler. 1. Analisis zat bioaktif dan uji aktifitas antibakteri ramuan herbal dalam menghambat bakteri Gram positif dan Gram negatif. Prosiding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan. Bandung 21-22 Oktober 2009. Fakultas Peternakan Unpad. Hal: 514-517 Ahira, A., 2011. Klasifikasi Bawang Merah. http://www.anneahira .com /klasifikasi-bawang-merah.htm. (30 Oktober 2011). Amrullah, I. K. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor. Anonim, 2011a. Kunyit. http://iptek.net.id/ind/pd _tanobat/view.php?mnu =2&id= 129. (16 Oktober 2011). ______________b. Kolesterol dan Trigliserida. http://www.deherba.com/apakahitu-trigliserida.html?print=1&tmpl=component. (11 Desember 2011). Anonim. 2012. Stroke Berkaitan dengan Tingginya Kadar Trigliserida. http://injil/rimba/arsip/2004/stroke.html. (17 Maret 2012) Candra, 2011. Kemangi Menjaga Kesehatan Reproduksi. http://www.tribunnews. Com /2011/09/28/kemangi-menjaga-kesehatan-reproduksi. (11 Desember 2011). Dachriyanus, D. O. Katrin, R. Oktarina, O. Ernas, Suhatri, dan M. H. Mukhtar. 2007. Uji Efek A-Mangostin Terhadap Kadar Kolestrol Total, Trigliserida, Kolestrol HDL, dan Kolesterol LDL Darah. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Andalas. Padang. Faris, A., 2011. Manfaat dan Khasiat Temu Kunci. http://aghifaris. blogspot.com /2011 /02/ manfaat-dan-khasiat-tanaman-herbal-temu.html. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2011. Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung. 34 Hakim . 2008. Manfaat Bawang Putih untuk Mencegah dan Mengobati Penyakit. http://www.forumsains.com/artikel/manfaat-bawang-putih-untukmencegah-dan-mengobati-penyakit/. (10 Oktober 2011). Hembing. 2006. Mengendalikan Kolesterol Tinggi Dengan Herba Dan Pola Hidup Sehat. http://portal.cbn.net.id (11 Desember 2011). Ichwan, W.M. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta. Jain, S., S. Shrivasta and S. Nayak. 2007. Plant review-recent trend in curcuma longa linn. Pharmacog. Rev. 1(1): 119-128. Jaya, I.N.S. 1997. Pengaruh penambahan bawang putih (allium sativum) dalam pakan pada kolesterol ayam broiler (Tesis). Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Jeffry, 2008. Lemak, Kolesterol dan Trigliserida. http:// duni afitnes. com/ medis /lemak-kolesterol-dan-trigliserida.html. (6 April 2012) Kristio. 2011. Tanaman Sereh. http://toiusd.multiply.com/journal/item/72. (16 Oktober 2011). Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta. Mangisah, I. 2003. Pemanfaatan Kunyit dan Temulawak Sebagai Upaya Menurunkan Kadar Kolesterol Broiler. File//A//Curcuma/kunyit/htm. (!7 Maret 2012). Muhlizah, F, 1999. Temu-Temuan dan Empun Budidaya dan Manfaatnya. Kanisius, Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya. Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta. Nugroho, A. 2011. Khasiat Kencur. http://aryonugroho.blogspot.com/2011/0 5/khasiat-kencur.html. (18 Maret 2012) Nursal, Wulandari S., dan Juwita W.S. 2006. Bioaktivitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichiacoli Dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis Vol. 2 (2) : 64 66 35 Nyoman, I. S. 1997. Penagaruh penambahan bawang Putih Pada Kadar Kolesterol Broiler. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Poedjiadi, A. dan Titin, S. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Purnomowati, S. 2008. Temulawak. http://nigellone .blogspot.com /2008 /10/khasiat-temulawak.html. (6 Oktober 2011). Rasyaf. 1987. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Riayati, E.E. 1989. Tanaman Obat Indonesia. Fakultas Farmasi UGM, 1989. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/index.php. (12 Desember 2011). Sakinah, E. 2009. Efek Minyak Atsiri dari Allium Sativum terhadap Persentase Jumlah Limfosit Tikus Wistar yang Diberi Diet Kuning Telur. Universitas Diponegoro. Semarang Sandi, K. 2009. Manfaat dan Kandungan Jahe. http:// koesandi.wordpress. com /tag/manfaat-dan-kandungan-jahe/. Diakses pada tanggal 18 Maret 2011. Seputra, E.A. 2008. Manfaat Sereh. http://artikel-alternatif. Blogspot .com/ 2008/01/manfaat-sereh.html. (16 Oktober 2011). Sitepoe, M. 1993. Kolesterol Fobia dan Keterkaitannya dengan Penyakit Jantung. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Susanto, H. 2006. Jaringan Kadar Kolestrol Tinggi. Harian Fajar, Makassar. Sutarpa. 2010. Pengaruh Penggunaan Tempe Sebagai Substitusi Kedele Dalam Ransum Terhadap Kadar Kolesterol Pada Serum dan Daging Broiler. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Swastika, I. N. 1997. Pengaruh Penambahan Bawang Putih Terhadap kadar Kolesterol. Program Pasca Sarjana. IPB, Bogor Syukur, C. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Penebar Swadaya. Tillman, Hartadi, Reksohadiprodjo, Prawirakusumo, dan Lebdosoekodjo. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Wahyono, S. 1999. Bawang putih sebagai penurun kolesterol darah. BulPiogama 1:1-2 Wahyu, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 36 Yamada, Y and K.Azama. 1977. Antimicroba. Agents Chemotheraphy., 743 : 1. http: // www.sirisimpex.com/garlic.html. (12 Desember 2011). Zainuddin, D. 2010. Tanaman Obat-Obatan. http://toni komara. blogspot.com/ 2010/01/ tanaman-obat-meningkatkan-efisiensi.html. (17 Otober 2011). 37